Status Tanah Wakaf Yang Belum Terdaftar Bila Terjadi Gugatan Ahli Waris” (Studi Di Kecamatan Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu)

28

BAB II
TINJAUAN TENTANG PENDAFTARAN TANAH MILIK WAKAF
A. Wakaf Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
1.

Pengertian Tanah Wakaf Milik
Sebegitu pentingnya masalah perwakafan tanah milik ini dalam perspektif

Undang-Undang Pokok Agraria, diperlukan pengaturan lebih lanjut dalam bentuk
“peraturan pemerintah” sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 49 ayat (3)
Undang-Undang Pokok Agraria. Sebagai realisasinya, lahirlah Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan Tanah Milik, yang disahkan Presiden
pada tanggal 17 Mei 1977 Nomor 38 dan penjelasan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 tahun 1977 sebagaimana termuat dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3107.45
Tanah wakaf adalah tanah hak milik yang sudah diwakafkan. Menurut Boedi
Harsono46, perwakafan tanah hak milik merupakan suatu perbuatan hukum yang suci,
mulia dan terpuji yang dilakukan seseorang atau badan hukum, dengan memisahkan
sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah hak milik dan melembagakannya

untuk selama-lamanya menjadi wakaf sosial. Wakaf sosial adalah wakaf yang
diperuntukan bagi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya, sesuai
dengan ajaran agama islam.

45

Rachmadi Usman, Op.cit, Hlm 78.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta; Djambatan, 2005, Hlm 272.
46

28

Universitas Sumatera Utara

29

Perwakafan tanah milik merupakan suatu lembaga keagamaan yang dapat
dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan beragama,
khususnya bagi umat islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan

materiil menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Dasar hukum dari perwakafan tanah milik dapat ditemukan di Pasal 49 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) yang menentukan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan
diatur dengan peraturan pemerintah.47 Selama kurun waktu yang sudah cukup lama,
adanya peraturan pemerintah yang dimaksud telah dirasakan sebagai suatu hal yang
amat mendesak, sebab kenyataan menunjukkan bahwa perwakafan tanah milik telah
lama berlansung di Indonesia.48 Hal ini berhubungan dengan peraruran perUndangnUndangan yang ada sekarang ini yang mengatur tentang perwakafan tanah milik.
Dengan dikeluarkaannya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan berbagai
peraturan pelaksanaannya, telah terjadi suatu pembaruan dibidang perwakafan tanah
milik ini diatur, ditertibkan, dan diarahkan sedemikian rupa sehingga benar-benar
memenuhi hakikat dan tujuan daripada perwakafan sesuai dengan ajaran islam.49
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 ini yang diatur hanyalah wakaf
sosial, yaitu untuk umum atas tanah milik, sebagaimana dirumuskan pengertian
wakaf yaitu perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan
47

http://www . jurnalhukum.com/tanah-wakaf/ ditulis oleh Wibowo Tunardy. Diakses pada
tanggal 03 Juni 2015 Pukul 11.05 WIB.
48

Mura Hutagalung, Beberapa Catatan tentang Kedudukan dan Pengaturan Tanah Milik
dalam Sistem Hukum di Indonesia, Artikel dalam Majalah Hukum, Jakarta, 1999. Hlm 5.
49
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara
Kita, Bandung, Alumni, 1984. Hlm 3.

Universitas Sumatera Utara

30

sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya
untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya
sesuai dengan ajaran agama islam.
2.

Unsur-unsur Wakaf Tanah Milik
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 untuk adanya wakaf tanah milik

tersebut harus dipenuhhi 4 (empat) rukun atau unsur dari wakaf tanah milik tersebut,
yaitu :

a.

Wakif Dan Ikrarnya
Seseorang yang dengan tanggung jawab dan dengan sengaja menyerahkan

hartanya untuk wakaf. Ikrar adalah pernyataan kehendak wakif, untuk mewakaftan
tanah miliknya. Menurut pasal 1 Ayat (2) disebutkan bahwa wakaf yang bisa menjadi
wakif adalah50 :
1. Perseorangan
2. Sekelompok atau beberapa orang
3. Badan Hukum
Dengan syarat:
a.

Dewasa

b. Sehat akalnya
c.

Tidak terhalang oleh hukum untuk melakukan suatu perbuatan hukum.


d. Atas kehendak sendir.

50

Racmadi Usman, Op.cit. Hlm 80.

Universitas Sumatera Utara

31

e.

Tanpa paksaan dari pihak lain.

f. Memperhatikan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Ikrar wakaf ini dilaksanakan didepan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW) dan diharuskan dalam bentuk tertulis, sebagaimana ditentukan dalam pasal
9 yaitu :
1) Pihak yang hendak mewakafkan tanahnya diharuskan datang dihadapan

PPAIW untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri Agama.
3) Isi dan bentuk ikrar wakaf ditentukan oleh Menteri Agama.
4) Pelaksanaan ikrar dan pembuatan akta ikrar wakaf dianggap sah jika dihadiri
oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.
5) Dalam melaksanakan ikrar pihak mewakaf tanah diharuskan membawa serta
menyerahkan pada PPAIW surat-surat yakni :
a.

Sertifikat hak milik atas tanah;

b. Surat keterangan Kepala Desa bahwa tanah tersebut bebas sengketa;
c.

Surat keterangan pendaftaran tanah;

Pasal 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 yakni keharusan dibuatnya akta ikrar
wakaf dalam proses Perwakafan Tanah Milik secara tertulis seperti :


Universitas Sumatera Utara

32

1) Ikrar harus dilakukan s\cara tertulis.
2) Dalam hal wakif tidak dapat menghadap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf,
maka wakif dapat membuat ikrar secara tertulis dengan persetujuan dari
Kepala Kantor Departemen Agama yang kewenangannya meliputi tanah
wakaf tersebut.
Ketentuan diatas terkandung makna, bahwa perihal pertanahan erat
hubungannya dengan peribadatan dan keperluan suci lainnya, yang salah satunya
adalah perwakafan tanah. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
wakaf tanah hak milik merupakan suatu perbuatan hukum seseorang atau badan
hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik
dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.51
b. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
Semua Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan adalah ditunjuk sebagai
PPAIW, sesuai dengan Pasal 5 Ayat (1) bila pada suatu Kecamatan tidak ada KUA

maka akan ditunjuk Kepala Kantor Urusan Agama yang terdekat yang ditunjuk
sebagai PPAIW. Adapun tugasnya diantara lain52 :
1) Meneliti

kehendak

wakif,

memeriksa

kelengkapan

surat-surat

yang

dibutuhkan, khususnya tentang ada atau tidaknya hambatan si calon wakif
melepaskan hak milik atas tanahnya.
51


Ibid
A. Saiful Anam dan A. Faisal Haq, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Pasuruan,
PT GBI. 1994. Hlm 108.
52

Universitas Sumatera Utara

33

2) Mengesahkan nadzir, dengan didahului adanya penelitian tentang syaratsyarat nadzir.
3) Meneliti saksi-saksi.
4) Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf dan menandatangani formulir ikrar
wakaf tersebut.
5) Membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga (3) dan salinannya empat (4) dan
mendistribusinya pada masing-masing yang seharusnya memperolehnya.
6) Mengajukan permohonan atas nama Nadzir yang bersangkutan kepada
Bupati/ Walikota bersama Kepala Kantor Kepala Pertanahan setempat untuk
mendaftar Perwakafan Tanah Milik yang bersangkutan, selambat-lambatnya
dalam waktu tiga (3) bulan sejak dibuatnya akta ikrar wakaf dengan dilampiri:
a.


Sertifikat tanah yang bersangkutan;

b. Akta Ikrar Wakaf asli;
c.

Surat pengesahan Nadzir;

Jika tanah yang hendak diwakafkan belum bersertifikat maka harus dilampiri :
a.

Surat permohonan penegasan hak;

b. Surat-surat bukti kepemilikan hak;
c.

Akta Ikrar Wakaf asli;

d. Surat penegasan Nadzir;53


53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

c.

Nadzir
Ketentuan Pasal 1 Ayat (4) Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1977,

yaitu kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf, yang dinamakan nadzir (nazhir). Adapun nadzir tersebut
perseorangan harus merupakan suatu kelompok yang terdiri atas sekurang-kurangnya
tiga orang dan salah seorang diantaranya sebagai ketua. Kemudian jumlah nadzir
perseorangan dalam satu kecamatan ditetapkan sebanyak-banyaknya sejumah desa
yang terdapat di Kecamatan tersebut. Jadi, jumlah nadzir perseorangan dalam satu
desa hanya ada satu nadzir.54
Adapun kewajiban utama nadzir adalah mengurus dan mengawasi kekayaan
wakaf serta hasilnya, di mana secara berkala membuat laporan secara tertulis atas
semua hal yang menyangkut kekayaan wakaf yang diurus dan diawasi, secara rinci
kewajiban-kewajiban nadzir, yaitu sebagai berikut :
1. Mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya. Dalam
mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf, nadzir berkewajiban :
a.

Menyimpan lembar salinan Akta Ikrar Wakaf;

b. Memelihara dan memanfaatkan tanah wakaf serta berusaha meningkatkan
hasil wakaf;
c.

Menggunakan hasil-hasil wakaf sesuai dengan Ikrar Wakaf;

d. Menyelenggarakan pembukuan administrasi yang meliputi :
- Buku catatan tentang keadaan tanah wakaf;
54

Racmadi Usman, Op.cit. Hlm 83.

Universitas Sumatera Utara

35

-

Buku catatan tentang pengelolaan dari hasil tanah wakaf,

-

Buku catatan tentang penggunaan hasil tanah wakaf.

2. Memberikan laporan perubahan anggota Nadzir, apabila ada salah seorang
anggota nadzir :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Melakukan tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatannya
sebagai nadzir;
d. Tidak memenuhi syarat lagi;
e. Tidak dapat lagi melakukan kewajiban;
f. Mengusulkan pengganti, apabila jumlah anggota perorangan menjadi
kurang dari tiga (3) orang.
3. Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama
atau Kepala Bidang Urusan Agama Islam melalui Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan, apabila diperlukan perubahan penggunaan tanah wakaf
karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif
atau karena kepentingan umum.
4. Mengajukan permohonan atas perubahan status tanah wakaf kepada Menteri
Agama melalui Kepala Kantor Departemen Agama Wilayah Departemen
Agama

dengan

memberikan

keterangan

seperlunya

tentang

tanah

penggantinya, apabila kepentingan umum menghendakinya.

Universitas Sumatera Utara

36

5. Melaporkan kepada Bupati/Walikota Kepala Daerah apabila terjadi perubahan
status tanah wakaf atau perubahan penggunaannya untuk mendapatkan
penyelesaian lebih lanjut.
6. Melaporkan kepada Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setiap satu
tahun sekali, yaitu pada tiap akhir bulan Desember tentang hasil pencatatan
tanah wakaf yang diurusinya, yaitu :
a. Pencatatan tanah wakaf oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten/Kota.
b. Pencatatan tanah wakaf pengganti, dalam hal ini perubahan status tanah
wakaf

pengganti

oleh

Kepala

Badan

Pertanahan

Nasional

Kabupaten/Kota.
c. Pencatatan perubahan penggunaan tanah wakaf oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Kabupateb/Kota.
3.

Pendaftaran Tanah wakaf milik dalam peraturan pemerintah nomor 28
Tahun 1977.
Ketentuan Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tersebut diatur bahwa

khusus untuk perwakafan tanah diberikan atau ditetapkan haknya dengan hak millik.
Alasan pemberian hak milik untuk tanah wakaf, menurut Penjelasan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 adalah karena masalah perwakafan bersifat
selama-lamanya (abadi), oleh karena itu hak atas tanah yang jangka waktunya
terbatas tidak dapat diwakafkan.

Universitas Sumatera Utara

37

Sehubungan dengan sifat kekekalan dan keabadian dari wakaf tanah tersebut,
maka selain tanah yang diwakafkan harus berstatus hak milik, 55 juga kepentingan
orang banyak. Dalam mewakafkan tanah milik, maka gunanya tidak menyulitkan
nantinya setelah orang yang menerima wakaf maka yang menjadi ruang lingkup
pengaturan perwakafan tanah mencakup56 :
1. Tanahnya yang dapat diwakafkan adalah tanah yang berstatus hak milik,
karena ia mempunyai sifat terkuat dan terpenuh bagi si pemilik tanah tersebut,
sehingga dari sifat tersebut si pemilik tanah tidak terikat dengan tenggang
waktu dan persyaratan tertentu dengan pemilikan dan penggunaanya. Oleh
karena itu, apabila tanah tersebut diwakafkan, tidak menimbulkan akibat yang
dapat mengganggu sifat kekekalan dan keabadian kelembagaan wakaf tanah.
2. Perwakafan tanah harus diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat banyak,
bukan untuk kepentingan pribadi, karena akan mendatangkan manfaat dan
maslahat bagi masyarakat.
3. Tanah wakaf terlembagakan untuk selama-lamanya dalam waktu yang kekal
dan abadi.
4. Tujuan peruntukan sebagai kepentingan peribadatan atau kepentingan umum.
5. Wakaf memutuskan hubungan kepemilikan antara wakif dengan mauqufbih57nya dan selanjutnya status kepemilikannya menjadi milik masyarakat luas.

55
56

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.
Taufiq Hamani, Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria, Jakarta, Tatanusa. 2003.

Hlm 88.
57

Mauqufbih artinya objek atau benda yang di wakafkan.

Universitas Sumatera Utara

38

6. Wakif tidak bisa menarik kembali terhadap tanah yang telah diwakafkan.
7. Ikrar harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
Adapun benda wakaf yang tidak bergerak dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 meliputi :
1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
2. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
3. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.58
Harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah harus didaftarkan pada
instansi yang berwenang di bidang pertanahan dengan ketentuan59 :
1. Pendaftaran dilaksanakan berdasarkan AIW dan APAIW
2. Pendaftaran dilaksanakan berdasarkan permohonan atas nama nadzir dengan
melampirkan :
a.

Sertifikat hak atas tanah atau sertifikat hak milik atas satuan rumah susun
yang bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya;

b. Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak dalam
sengketa, perkara, sitaan dan tidak dijaminkan yang diketahui oleh kepala

58

Lihat Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004.
Lihat Pasal 4 PMA Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak
Bergerak dan Benda Bergerak selain Uang.
59

Universitas Sumatera Utara

39

desa atau lurah atau sebutan lain yang setingkat, yang diperkuat camat
setempat;
c.

Surat persetujuan dari suami/istri apabila benda wakaf merupakan harta
bersama;

d. Surat persetujuan dari ahli waris apabila benda wakaf merupakan harta
waris.
3. Tanah wakaf atau hak-hak yang terkait dengan tanah didaftarkan atas nama
nadzir dengan ketentuan :
a.

Tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan lansung;

b. Tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas keseluruhan
harus dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih dahulu kemudian
didaftarkan;
c.

Tanah yang belum berstatus hak milik yang berasal dari tanah milik adat
lansung didaftarkan;

d. Tanah Negara yang diatasnya berdiri bangunan mesjid, musala, makam,
didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nadzir;
e.

Pejabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/kota setetpat
mencatat perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan
sertipikatnya.

Potensi wakaf benda tidak bergerak berupa tanah hak milik sangat luar biasa,
sebagai gambaran sampai dengan tahun 2011 sudah mencapai 416.999 lokasi dengan

Universitas Sumatera Utara

40

luas tanah sekitar 2 milyar meter persegi. Dari sejumlah 416.999 lokasi tersebut, 10%
diantaranya berada dilokasi yang sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan
secara ekonomi, tetapi baru 60% dari seluruh asset tersebut yang sudah memiliki
sertipikat.60
B. Wakaf Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
1.

Pengertian Pendaftaran Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

kelansungan hidup umat manusia, karena bagi bangsa Indonesia tanah adalah karunia
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, serta hubungan antara
bangsa Indonesia dengan tanah yang bersifat abadi.
Menurut Abdurrahman menyatakan, tanah dapat dinilai sebagai harta yang
bersifat permanen karena tanah dapat dicadangkan untuk kehidupan mendatang, dan
tanah pula sebagai tempat persemayaman terakhir bagi seseorang yang meninggal
dunia.61
Sedangkan menurut Budi Harsono merumuskan pengertian pendaftaran tanah
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus
untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyajikan data tertentu mengenai
bidang-bidnag atau tanah-tanah tertentu yang ada disuatu wilayah tertentu dengan
tujuan tertentu. Dengan suatu keadaan dimana :
60

Sutami, Jumlah Tanah Wakaf sebanyak 416.999 lokasi, Diakses dari www.suara-islam.com
pada tanggal 5 Maret 2015, Pukul 13.35 WIB.
61
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Agraria dalam Pembangunan di Indonesia,
Bandung, Alumni. 1978. Hlm 1

Universitas Sumatera Utara

41

a. Orang-orang dan badan-badan hukum yang mempunyai tanah dengan mudah
dapat membuktikan, bahwa merekalah yang berhak atas tanah itu, hak apa
yang dipunyai dan tanah manakah yang dimiliki. Tujuan ini dicapai dengan
memberikan surat tanda bukti hak kepada pemegang hak yang bersangkutan.
b. Siapapun yang memerlukan dapat dengan ,udah memperoleh keterangan yang
dapat dipercaya mengenai tanah-tanah yang terletak di wilayah pendaftaran
yang bersangkutan yang ingin memperoleh kepastian.62
2.

Kepastian Hukum Dalam Pendaftaran Tanah
Pandangan konsep hak atas tanah ditinjau dari sudut objektif, maka tanah itu

terbatas, tak mungkin terdapat hubungan antara tanah dengan semua manusia.
Sedangkan dari sudut subjektif manusia mempunyai sifat dwi tunggal, yakni sebagai
individu dan sebagai mahluk sosial. Maka berdasarkan sifat dwi tunggal itu dalam
prinsipnya hubungan manusia dengan tanah hanya mempunyai sifat yang relative,
artinya kekuasaan manusia dengan tanah tidak dapat tanpa batas, tetapi harus juga
mengingat sifat sosial sebagai anggota masyarakat. Kalau dihubungkan dengan sifat
yang objektif tadi, dapat diketahui bahwa tidak semua manusia dapat berhubungan
dengan tanah, akan tetapi orang membutuhkan tanah untuk hidup. Meskipun orang
tidak mempunyai hubungan dengan tanah, tetapi ia mempunyai hak untuk menerima
manfaat atas tanah tersebut.63

62

Hasan Wargakusumah, Hukum Agraria I, Jakarta, Prenhallindo, 2001. Hlm 80-81.
Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jakarta, Pustaka Bangsa
Press, 2004. Hlm 122.
63

Universitas Sumatera Utara

42

Kepastian hukum harus terdapat di dalam hukum itu sendiri.64 Karena
meningkatnya kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama
memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa, dalam menghadapi kasus-kasus
konkret diperlukan juga terselenggarakannya pendaftaran tanah yang memungkinkan
bagi pemegang hak atas tanah untuk dengan membuktikan haknya atas tanah yang
dikuasainya, yang tujuan dan sistem yang digunakan, yang pada hakikatnya sudah
ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), yaitu bahwa pendaftaran
tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan.65 Karena hukum menghendaki kepastian. Kepastian dibutuhkan untuk
menghilangkan keragu-raguan agar pemgang hak memiliki kepastian mengenai siapa
pemilik atas sebidang tanah.66
Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pendaftaran tanah adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan
daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.67

64

Ibid, Hlm 154.
Muhammad Yamin Lubis dan Rahim Lubis, Op.cit. Hlm 378-379.
66
Maria S.W. Sumardjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan dalam Berbagai Aspek,
Medan, Bina Media, 2000. Hlm 37.
67
Lihat Pasal 1 PP No 24 Tahun 1997.
65

Universitas Sumatera Utara

43

Hal-hal yang diatur oleh Hukum Agraria Nasional mengenai perwakafan
Tanah ini adalah68 :
1. Tata cara pelaksanaannya, pengelolaannya, bimbingan dan pengawasannya,
yang merupakan kewenangan dan tugas dari Departemen Agama.
2. Tata cara pemberian hak, mendapatkan kepastian hak atas tanah dan lain-lain,
yang merupakan wewenang Badan Pertanahan Nasional.
3. Tata cara penyelesaian perselisihan, baik yang menyangkut perbuatan hukum,
perubahan status maupun penggunaannya, merupakan wewenang lembaga
Peradilan, yang dalam ini adalah Pengadilan Agama.
Sebagaimana hasil penelitian melalui wawancara dengan wakil ketua
Pengadilan Agama Kabupaten Rokan Hulu, Ibu Dra. Hj. Rukiah Sari. S.H
mengatakan kebiasaan beberapa wakif yang dalam hal ini mewakafkan hartanya
mengenai pemahaman masyarakat yakni dalam hal perwakafan yaitu adanya
kebiasaan

masyarakat

yang ingin

mewakafkan

sebagian

hartanya

dengan

mempercayakan penuh kepada seseorang yang telah dianggap sebagai tokoh dalam
masyarakat setempat, seperti para ulama dan para pemangku adat yang dianggap
orang tua di tempat tersebut untuk mengelola harta wakaf sebagai nadzir. Karena
orang yang ingin mewakafkan harta (wakif) tidak tahu bagaimana kemampuan yang
dimiliki nadzir tersebut. Yakni seperti kemampuan dari nadzir dalam mendaftarkan
harta seorang waqif yang telah mewakafkannya dalam mendaftarkan tanah milik

68

H. Taufik Hamani, Op.cit. Hlm 32.

Universitas Sumatera Utara

44

waqif, juga kurangnya tingkat sosialisasi dari beberapa lembaga dalam hal
pendaftaran kepada Kantor Pertanahan Nasional.69
Dalam kaitan ini sangat mendesak untuk dimasyarakatkan segala peraturan
perUndang-Undangan yang berlaku dalam perwakafan tanah, disamping itu adanya
segala peraturan yang telah tertuang di dalam Syari’at Islam yang harus sepenuhnya
dipedomani peraturan perUndang-Undangan dalam sistim hukum nasional pun harus
dipenuhi karena merupakan upaya untuk menciptakan kepastian hukum dari
perwakafan tanah yang dimaksud.
3.

Pendaftaran Tanah Wakaf Menurut Peraturan Pemeritah Nomor 24 Tahun
1997.
Pendaftaran tanah ialah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau
data tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat,
dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk
penerbitan tanda buktinya dan pemeliharannya.70 Juga termasuk kepada pendaftaran
tanah wakaf karena adanya pelayanan administratif dalam pembuatan sertipikat
wakaf.
Pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah milik bisa dilihat pada pasal 371:
1. Semua tanah yang diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diatas
harus didaftarkan kepada Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten/kota
madya setempat.
69

Wawancara terhadap Wakil ketua pengadilan Agama Kabupaten Rokan Hulu, Pada tanggal
25 Maret 2015.
70
Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013. Hlm 93.
71
Lihat Pasal 3 PMDN Nomor 6 Tahun 1977.

Universitas Sumatera Utara

45

2. PPAIW berkewajiban untuk mengajukan permohonan pendaftaran kepada
Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten/kotamadya setempat atas tanahtanah yang dibuatkan akta ikrar wakaf.
3. Permohonan pendaftaran perwakafan tanah milik tersebut pada ayat (1) pasal
ini harus disampaikan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 bulan sejak
dibuatnya akta ikrar wakaf.
Adapun obyek Pendaftaran Tanah dilihat dari pasal 972 :
1. Obyek pendaftaran tanah meliputi :
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf;
d. Hak milik atas satuan rumah susun;
e. Hak tanggungan;
f. Tanah negara
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bisaa dilihat dalam ketentuan
Pasal 573, Pasal 674, Pasal 7, dan Pasal 8. Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi
kegiatan :
Pendaftaran tanah untuk pertama kali.
Merupakan kegiatan pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran
tanah yang belum didaftar Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Pendaftaran untuk pertama kalinya
dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik75 dan secara seporadik.76

72

Lihat PP 24 Tahun 1997 Pendaftaran Tanah
“Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.”
74
“Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tugas pelaksanaan pendaftaran tanah
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan tertentu ditugaskan kepada
pejabat lain. Dalam melaksanakan pendaftaran, Kepala Kantor Pertanahan dibantu PPAT dan
pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.”
75
“ Pendaftaran secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.”
73

Universitas Sumatera Utara

46

Kegiatan pendaftaran tanah meliputi :
1. Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
2. Pembuktian dan pembukuannya;
3. Penerbitan sertipikat;
4. Penyajian data fisik dan data yuridis;
5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Secara formal, sertifikasi tanah milik Badan-badan Keagamaan (wakaf)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9
Tahun 1999 pada Pasal 8-16 ditentukan, antara lain77 :
1. Subyeknya harus memenuhi syarat, yaitu badan hukum hukum keagamaan
yang ditetapkan/ditunjuk oleh Pemerintah, dalam hal ini untuk perwakafan
subyeknya adalah badan kenaziran yang ditetapkan dengan surat pengesahan
dari Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.
2. Objeknya, tanah-tanah tertentu yang benar-benar berkaitan lansung dengan
tugas pokok dan fungsinya.
3. Permohonan hak atas tanahnya diajukan secara tertulis dengan memuat
keterangan mengenai diri pemohon dan mengenai tanahnya yang meliputi
data fisik dan data yuridis, dilampirkan dengan :
-

Identitas pemohon, dalam hal ini fotocopi kartu tanda penduduk dan surat
pengesahan nadzir.

76

“Pendaftaran tanah secara sporadic adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kalimengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian suatu
desa/kelurahan secara individual atau masal.”
77
Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubim, Op.cit. Hlm 269-271

Universitas Sumatera Utara

47

-

Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf.

-

Keterangan tanahnya, yaitu data yuridis (surat-surat bukti perolehan
tanahnya), data fisik (surat ukur/peta pendaftaran dan IMB apabila ada)
dan surat-surat lain yang dianggap perlu.

-

Surat keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan setempat yang menyatakan
tanah yang dimohon tersebut benar sebagai tanah wakaf dan tidak dalam
keadaan

sengketa,

dijadikan

jaminan

utang

atau

dibebani Hak

Tanggungan.
4. Setelah melengkapi data yang dipersyaratkan, permohonan diajukan kepada
Menteri/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI melalui Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/kota;
5. Selanjutnya berkas permohonan tersebut diperiksa dan diteliti data yuridis dan
data fisiknya oleh Panitia Pemeriksa Tanah “A” yang hasilnya dituangkan
dalam Risalah panitia A;
6. Apabila berkas permohonan telah memenuhi syarat, maka diterbitkan Surat
Keputusan tentang Penetapan Tanah Wakaf kepada nadzir yang ditunjuk
untuk itu oleh pejabat yang berwenang. Surat Keputusan Penetapan Tanah
Wakaf tersebut disampaikan kepada pemohon (nadzir).
7. Kemudian Surat Keputusan tentang Penertapan Tanah Wakaf tersebut
didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat dan oleh Kantor Pertanahan
diterbitkan sertifikat tanah wakaf untuk selanjutnya diserahkan kepada Kantor
Urusan Agama.

Universitas Sumatera Utara

48

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Artinya
hukum hanya memberikan jaminan atas bukti hak kepemilikan tersebut kepada
seseorang.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 hal yang diatur didalam pasal 37
ayat 1 dan pasal 45 sebagai berikut :
“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual
beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan
hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang
hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT
yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan”.
C. Mendaftarkan Tanah Wakaf Menurut Fiqh Islam
Secara etimologi, wakaf (waqf) di dalam bahasa Arab berarti habs yang
artinya menahan, mencegah, berhenti atau diam ditempat atau tetap berdiri atau
penahanan. Dalam kitab-kitab Fiqh Madzhab Maliki lebih banyak digunakan kata
“habs”, yang artinya sama dengan wakaf.78 Menurut Abu Hanifah, wakaf adalah
penahanan pokok sesuatu harta dalam tangan pemilikan wakaf dan penggunaan hasil
barang itu, yang disebutkan ariah dan commodate loan untuk tujuan amal-amal
saleh.79
Para ulama telah berbeda pendapat mengenai arti wakaf secara istilah
(hukum), hal ini sesuai dengan perbedaan mazhab yang telah dianutnya. Adapun
pendapat masing-masing mazhab adalah sebagai berikut :
78

As Sayyid Sabiq terjemahan dari Mudzakir AS dan Al Ma’arif, Op.cit, Hlm 148.
Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Edisi
Revisi, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010.Hlm 353.
79

Universitas Sumatera Utara

49

1.

Wakaf dalam pandangan ulama hanafiyah
Dalam pandangan Abu Hanifah, benda yang diwakafkan tidak terlepas dari

milik wakif dan ia sah mengambil kembali dan menjualnya, karena pendapat yang
paling shahih menurut Abu Hanifah bahwa wakaf itu jaiz ghayr lazim (boleh dan
tidak memiliki kepastian hukum) seperti ‘ariyah (pinjam meminjam) kecuali dalam
tiga (3) hal :
1. Wakaf atas putusan Hakim bahwa wakaf itu tetap (tidak bisa diambil
kembali), misalnya dalam kasus Wakif menggugat Nadhir untuk mengambil
harta wakaf;
2. Wakif men-ta’lik (menghubungkan) harta wakaf dengan kematiannya
misalnya Wakif berkata, “jika aku meninggal maka kuwakafkan rumahku
sekian”, maka setelah ia meninggal dunia. Harta tersebut sebagai wakaf dan
besarannya diperhitungkan sebagai wasiat yakni sepertiga;
3. Harta yang diwakafkan untuk masjid.80
Benda yang diwakafkan menurut Abu Hanifah kedudukannya sama dengan
‘ariyah (pinjam meminjam) karena dalam pandangannya, wakaf adalah tabarru’
ghayr lazim.81 Perbedaan wakaf dengan ‘ariyah ialah pada penyerahan benda. Dalam
‘ariyah benda diserahkan kepada peminjam sedangkan wakaf bisa terjadi tanpa
adanya penyerahan benda wakaf yakni benda wakaf bisa tetap berada pada wakif
80

Mohamad Athoillah, Hukum Wakaf Benda Bergerak dan Tidak Bergerak dalam Fikih dan
Peraturan perundang-undangan di Indonesia, Bandung, Yrama Widya, 2014. Hlm 18-19
81
Tabbaru’ adalah transaksi sepihak yang sah sebagai suatu akad yang tidak memerlukan
qabul dari pihak penerima dan dicukupkan ijab dari wakif; ghayr lazim dalam arti wakaf tidak punya
kepastian hukum, yakni benda yang diwakafkan itu tetap menjadi milik wakif sepenuhnya, hanya
manfaatnya saja yang disedekahkan.

Universitas Sumatera Utara

50

yang mengelola benda tersebut dan hasilnya diserahkan kepada orang yang ia
kehendaki, atau benda wakaf diserahkan kepada orang yang ditunjuk wakif sebagai
pengelola. Dengan demikian, wakif bisa terus menguasai benda wakaf, dia boleh
mengambilnya kembali kapan saja, boleh menjual dan menghibahkannya. Apabila
wakif meninggal, maka kepemilikan benda wakaf berpindah kepada ahli warisnya. Ia
boleh memperlakukannya sebagai harta warisan, dengan demikian si wakif maka
hukum wakaf pun terputus dan benda wakaf tersebut menjadi milik ahli waris.82
Dasar pemikiran Imam Abu Hanifah tentang wakaf ini adalah Al-Sunnah dan
Al-Ra’yu (logika) yakni hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al-Daruquthni
mengatakan bahwa ketika turun ayat faraidh Nabi SAW. bersabda83 :
“Tidak ada wakaf mengenai faraidh Allah (HR. Daruquthni) yang dimaksud
dengan faraidh Allah ialah harta waris (harta peninggalan si wakif) yang
tidak boleh ditahan (diwakafkan) kecuali bila sebelumnya telah ada wasiat
dalam arti bahwa jika seseorang telah mewasiatkan hartanya untuk wakaf,
maka ahli waris tidak boleh mewarisinya.”
2.

Wakaf dalam pandangan ulama malikiyah.
Mazhab Maliki mengartikan wakaf adalah pemilik memberikan manfaat harta

yang dimiliknya bagi para pihak yang berhak walaupun berupa harta yang disewa
atau hasilnya seperti dirham dengan sighat84 tertentu dan lamanya ditentukan oleh
orang yang mewakafkan. Jadi wakaf adalah perbuatan hukum wakif adalah perbuatan
hukum wakif untuk menahan harta benda miliknya, baik sementara waktu maupun

82

Ibid.
Ibid, Hlm 20
84
Pengertian Sighat (Ikrar serah terima wakaf) yaitu pernyataan kehendak dari wakif untuk
mewakafkan harta benda miliknya.
83

Universitas Sumatera Utara

51

untuk selamanya, dimanfaatkan secara berulang untuk kepentingan umum maupun
khusus sesuai dengan syari’at Islam. Defenisi ini mencakup wakaf benda bergerak
maupun tidak bergerak ataupun hak-hak yang dimiliki seseorang berupa uang, tanah,
dan lain-lain.85
Terminologi wakaf menurut ulama Malikiyah adalah : “pemindahan suatu
benda dari melakukan tindakan hukum terhadap benda yang dimiliki serta benda itu
tetap dalam pemilikan si wakif dan menghasilkan untuk tujuan kebaikan”. Defenisi
yang lain dari Ulama Malikiyah, wakaf adalah menjadikannya si pemilik harta benda
terhadap manfaat yang dimiliki (bagi yang berhak) walaupun pemilikan itu dengan
upah atau menjadikan hasil wakaf seperti dirham (uang) bagi yang berhak
menerimanya dengan shighat (ikrar) sesuai waktu yang dinyatakan oleh wakif.86
Menurut Imam Malik, wakaf itu mengikat dalam arti lazim, tidak mesti
dilembagakan secara abadi dalam arti mu’abbad dan boleh saja diwakafkan untuk
tenggang waktu tertentu yang disebut mu’aqqat. Namun demikian, wakaf itu tidak
boleh menarik ikrar wakafnya sebelum habis tenggang waktu yang telah ditetapkan.
Kiranya disini letak adanya kepastian hukum dalam perwakafan menurut Imam
Malik, yaitu kepastian hukum yang mengikat berdasarkan suatu ikrar. Harta atau
benda yang diwakafkan adalah benda yang mempunyai nilai ekonomi dan tahan
lama. Harta itu berstatus hak milik si wakif, akan tetapi, si wakif itu tidak mempunyai
hak untuk menggunakan harta tersebut (tasharruf) selama masa wakafnya masih
85

http ://Isi.unisba.ac.id/index.php/component/content/article/61-wakap/83-wakaf-dan-islam.
Diakses Pada tanggal 20 Mei 2015, Pukul 14.00.
86
Ibid, Hlm 21.

Universitas Sumatera Utara

52

belum habis. Jika dalam sigat atau ikrar wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan
tegas tenggang waktu perwakafan87 yang ia kehendaki, maka dapat diartikan bahwa
ia bermaksud mewakafkan hartanya itu untuk selamanya (mu’abbad).
Landasan hukum yang dijadikan rujukan Imam Malik adalah Hadist Riwayat
Ibn Umar sebagai berikut88 :
Diriwayatkan dari ibnu Umar Ra. bahwa Umar bin al-Khathab Ra.
memperboleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW,
untuk meminta petunjuk mengenai tanah tersebut. Ia berkata, “Wahai
Rasulullah! Saya memperoleh tanah di Khaibar yang belum pernah saya
peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut, apa perintah
engkau (kepadaku) mengenainya? “Nabi Saw. menjawab “jika mau kamu
tahan pokoknya dan kamu sedekahkan hasilnya”. Ibnu Umar berkata, “maka
Umar, menyedekahkan tanah tersebut, (dengan mewakafkan) bahwa tanah itu
tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan.
Alasan yang dikemukakan Imam Malik mengapa wakaf itu berstatus milik si
wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang diwakafkan dan
diperintahkan Rasul untuk mengeluarkan miliknya itu, sementara alasan mengenai
keabsahan wakaf untuk sementara waktu ialah berdasarkan atas kenyataan.
3.

Wakaf dalam pandangan ulama syafi’iyah.
Imam Al-Syafi’I menamakan wakaf89 salah satu defenisi wakaf menurut

ulama Syafi’iyah adalah :
Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan serta kekal bendanya
(tidak lenyap) dengan tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut, disalurkan kepada sesuatu yang diperbolehkan yang ada. Dan
87

Ibid
As-Sayyid Saabiq diterjemahkan oleh Mudzakir AS, Op.cit, Hlm 154.
89
Imam Rafi’I menjelaskan bahwa Imam Syafi’I membagi (pemberian) menjadi dua bagian
yaitu pemberian yang bisa diberikan ketika masih hidup seperti hibah, shadaqah, dan wakaf dan
pemberian yang dilaksanakan setelah meninggal pemberi yaitu wasiat.
88

Universitas Sumatera Utara

53

dalam defenisi lain disebutkan wakaf adalah penahanan harta dari
melakukan tindakan hukum dan menyedekahkan hasilnya serta berpindah
pemilikan harta yang diwakafkan kepada penerima wakaf dengan tidak
diperbolehkan bertindak sekehendak hatinya.
Batasan wakaf tersebut menunjukkan bahwa harta wakaf berpindah dari
Wakif kepeda penerima wakaf namun ia tidak bebas melakukan tindakan hukum
seperti menjual, menghibahkan, dan mewariskannya, karena pemilikan si penerima
wakaf terhadap benda wakaf tersebut merupakan pemilikan ghyr tam (pemilikan
tidak sempurna).90
Menurut Imam Syafi’I, berlaku sah apabila orang yang mewakafkan telah
menyatakan dengan perkataan “saya telah wakafkan” sekalipun tanpa diputus hakim.
Bila harta tersebut telah diwakafkan maka orang yang berwakaf tidak berhak lagi atas
harta itu walaupun harta tetap ditangannya.91
D. Prosedur Tata Cara Perwakafan Tanah Milik Wakaf Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.
1.

Persyaratan permohonan sertifikat tanah wakaf
a. Perorangan atau Badan Hukum yang akan mewakafkan tanah miliknya (calon
wakif) datang sendiri di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)
untuk melaksanakan ikrar wakaf. Ikrar wakaf tersebut kemudian dibacakan
pada Nazhir dihadapan PPAIW.
b. Pada saat menghadap PPAIW tersebut, wakif harus membawa surat-surat
sebagai berikut :

90
91

Ibid. Hlm 23.
Abdurrahman,Op.cit. Hlm 133.

Universitas Sumatera Utara

54

-

Sertifikat Hak Milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya seperti surat
IPEDA (girik, petok pajak, ketitir, dan lain-lain)

-

Surat Keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh Kepala Kecamatan
setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak
termasuk sengketa.

-

Surat Keterangan Pendaftaran Tanah.

-

Izin dari Bupati/ Walikota cq Kepala Sub Direktorat Agraria setempat.

c. PPAIW kemudian meneliti surat-surat dan syarat-syarat tersebut, apakah
sudah memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan), meneliti
saksi-saksi dan mengesahkan susunan nazhir.
d. Dihadapan PPAIW dan 2 orang saksi, wakif mengikrarkan (mengucapkan)
kehendak wakaf tersebut kepada Nazhir yang disahkan. Ikrar tersebut harus
diucapkan dengan jelas dan tegas dan dituangkan dalam bentuk tertulis.
Kemudian semua yang hadir menandatangani blangko ikrar wakaf. Tentang
bentuk dan isi ikrar wakaf tersebut tela ditentukan dalam Peraturan Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam tanggal 18 April 1978 No. Kep/D/75/78.
e. PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap 3 dengan dibubuhi
materai dan Salinan Akta Ikrar Wakaf rangkap 4. Akta Ikrar Wakaf tersebut
paling sedikit memuat : nama dan identitas wakif, nama dan identitas nazhir,
data dan keterangan harta benda wakaf, peruntukan harta benda wakaf dan
jangka waktu wakaf. Disamping membuat akta, PPAIW wajib membukukan

Universitas Sumatera Utara

55

semua itu dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf dan menyimpannya dengan baik
bersama aktanya.
f. Pendaftaran tanah wakaf di Kantor Pertanahan setempat. Mengenai
pendaftaran tanah wakaf pada sub Direktorat Agraria Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud Pasal 32 UU No 41 Tahun 2004 jo Pasal 10 PP No 28
Tahun 1977 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6 Tahun 1977 adalah
sebagai berikut :
-

Dalam pasal 32 UU No 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa PPAIW atas
nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang
berwenang paling lambat 7 hari kerja sejak akta ikrar wakaf
ditandatangani dengan dilampiri : sertifikat yang bersangkutan atau bila
tidak ada boleh menggunakan surat-surat bukti kepemilikan tanah yang
ada, salinan Akta Ikrar Wakaf yang dibuat PPAIW dan surat pengesahan
Nazhir.

-

Dalam pendaftaran perwakafan tanah-tanah hak milik pada Kantor
Pertanahan setempat harus diserahkan dokumen-dokumen sebagai
persyaratan, yaitu :
1.

Surat Permohonan

2.

Sertifikat Hak Milik asli tanah yang bersangkutan

3.

Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh PPAIW setempat

4.

Surat pengesahan dari KUA kecamatan setempat mengenai Nazhir
yang bersangkutan

Universitas Sumatera Utara

56

5.

Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak
dalam sengketa, ikatan, sitaan dan tidak dijaminkan di bank yang
diketahui oleh Kepala Desa atau pejabat lain yang setingkat, yang
diperkuat oleh Camat.

6.

Surat kuasa, jika permohonan dikuasakan.

7.

Identitas wakif (Fotokopi KTP yang dilegalisisr oleh pejabat
berwenang)

8.

Identitas Nazhir (Fotokopi KTP yang dilegalisir oleh pejabat
berwenang)
-

Kepala Kantor Pertanahan setempat, setelah menerima surat
permohonan dari PPAIW dan meneliti surat dan lampirannya,
mencatat perwakafan tanah milik tersebut pada buku tanah yang
ada dan pada sertifikat tanah yang diwakafkan itu dicatat
beberapa sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai
perwakafan tanah milik, bila pengajuan permohonan itu
bersamaan dengan permintaan itu bersamaan dengan permintaan
pengesahan hak/konveksi, maka pencatatan wakafnya baru
dilakukan

setelah

sertifikatnya

dikeluarkan.

Bila

yang

diwakafkan itu sebagian dari tanah miliknya, maka bidang tanah
tersebut dilakukan pemisahan terlebih dahulu sehingga masingmasing mempunyai sertifikat sendiri-sendiri.

Universitas Sumatera Utara

57

-

Setelah perwakafan tanah dicatat pada buku tanah dan
sertifikatnya,

maka

menerbitkan

bukti

Kepala

Kantor

pendaftaran

harta

Pertanahan
benda

setempat

wakaf

dan

menyerahkan sertifikat tersebut pada PPAIW untuk dicatat
dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf di Kecamatan.
-

Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya,
Nazhir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat dan Badan Wakaf Indonesia harta
benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta
benda wakaf. Fungsi pendaftaran tanah wakaf pada pokoknya
adalah untuk memperoleh jaminan dan kepastian hukum
mengenai tanah yang diwakafkan.92

Permohonan pensertifikatkan tanah wakaf dilakukan terhadap tanah wakaf
yang belum bersertifikat berdasarkan AIW dan APAIW (Akta Pengganti Akta Ikrar
Wakaf) dan terhadap tanah wakaf yang telah bersertifikat untuk diterbitkan sertifikat
atas nama Nazhir.
a.

Persyaratan untuk tanah yang belum bersertifikat
Persyaratan permohonan pensertifikatan tanah wakaf yang belum bersertifikat

adalah sebagai berikut :
92

Wawancara dengan Kepala KUA Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu, Pada tanggal 25
Maret 2015, Pukul 15.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

58

1. Surat permohonan dari Nazhir atau kuasanya;
2. Identitas Wakif
3. Identitas Nazhir
4. Surat Pengesahan Nazhir
5. Bukti kepemilikan tanah atas nama Wakif
6. Surat keterangan tanah tidak dalam sengketa dari Lurah/Kepala Desa dibuat
dalam tahun berjalan pada saat pensertifikatan tanah wakaf diajukan di Kantor
Pertanahan.
b. Persyaratan Untuk Tanah Wakaf Yang Sudah Bersertifikat.
Persyaratan permohonan pensertifikatan tanah wakaf yang sudah bersertifikat
sebagai berikut :
1. Surat permohonan PPAIW atas nama Nazhir atau kuasanya
2. Identitas Wakif
3. Identitas Nazhir
4. Surat Pengesahan Nazhir yang diterbitkan oleh PPAIW, dalam hal telah
terjadi pergantian Nazhir digunakan surat pengesahan Nazhir terbaru yang
telah disahkan oleh Badan Wakaf Indonesia.
5. Sertifikat Hak Atas Tanah, atau Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah
Susun;
6. Surat pernyataan wakif yang diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah setempat
dikuatkan oleh Camat sesuai Peraturan Perundang-undangan di bidang

Universitas Sumatera Utara

59

Pertanahan, bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara dan konflik, serta
tidak dalam jaminan hutang dan tidak dalam sitaan.
7. Izin dari pejabat yang berwenang untuk tanah wakaf yang berasal dari instansi
pemerintah, pemerintah daerah, BUMN/BUMD, dan pemerintah desa atau
sebutan lain yang setingkat dengan itu.
8. Dari pejabat bidang pertanahan dalam hal keputusan pemberian haknya atau
di dalam sertifikatnya terdapat catatan diperlukan izin pelepasan atau
peralihan hak.
9. Izin dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik bila hak guna bangunan
atau hak pakai yang diwakafkan di atas hak pengelolaan atau hak milik atas
tanah orang lain
Terhadap tanah-tanah yang akan diwakafkan hanya sebagian, dilakukan
proses pemecahan sertifikat terlebih dahulu.
Tanah yang telah diwakafkan sebagaimana diatur dalam pasal 49 ayat (3)
UUPA, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah nomor 28
Tahun 1977, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 dan Peraturan pelaksana
lainnya yakni93 :
1. Tanah

yang

sudah

diwakafkan

sesuai

dengan

ketentuan

hukum

mengakibatkan putusnya hubungan hukum bekas pemilik terhadap tanah
tersebut, baik mengenai hak maupun penggunaannya. Pengelolaan dan
Pemanfaatannya beralih kepada nadzir.

93

Tampil Anshari Siregar, Mempertahankan Hak Atas Tanah, Medan, Fakultas Hukum
Sumatera Utara. 2005. Hlm 108-109.

Universitas Sumatera Utara

60

2. Penggunaan tanah yang diwakafkan harus sesuai dengan ikrar si wakif (orang
atau badan hukum) yang mewakafkan. Azas (prinsip) ini harus dipenuhi
namun dapat disampingi apabila :
a.

Ikrar wakif tidak mungkin lagi dipenuhi karena keadaan tertentu misalnya
menurut ikrar wakif tanah wakaf tersebut harus digunakan untuk
pertapakan mesjid tetapi beberapa tahun kemudian tidak ada lagi anggota
masyarakat yang beragama Islam di sekitar itu. Penggunaan tanah wakaf
dapat diganti kepegunaan lain asalkan sesuai dengan syari’at Islam.

b. Tanah wakaf yang telah digunakan tersebut terpaksa harus diambil karena
kepentingan nasional, Negara atau kepentingan umum yang lebih luas
memerlukannya. Tanah tersebut dapat diganti ke tempat lain sedikitdikitnya sedekat mungkin dengan tempat asal agar masyarakat yang
memanfaatkannya tetap sama, sebaiknya lebih luas dan minimal sama.
c.

Tanah yang telah diwakafkan itu tidak memiliki right of disposal artinya
tanah itu tidak lagi dapat dialihkan atau beralih kepada pihak lain ataupun
dijadikan obyek hak tanggungan. Dengan perkataan lain tanah wakaf
tersebut sudah dikeluarkan dari lalu lintas ekonomi, tidak bisa
diperjualbelikan, diwariskan atau dijadikan jaminan hutang.

Dari ketentuan diatas maka tanah wakaf tidak dapat diambil kembali oleh
bekas pemiliknya (wakif) ataupun ahli warisnya dengan dalih apapun. Hanya
dimungkinkan tanah wakaf diambil jika kepentingan nasional, Negara ataupun
kepentingan umum yang lebih luas memerlukannya sebagaimana diuraikan diatas dan
sedapat mungkin dilakukan pengambilannya melalui cara yang konvensional dan/atau

Universitas Sumatera Utara

61

lembaga pengadaan tanah tetapi tidak menutup kemungkinan melalui pencabutan hak
jika tidak diperoleh persetujuan masyarakat dan nadzir melalui lembaga pengadaan
tanah tersebut.94
E. Kesulitan Yang Dihadapi Pewakif Dalam Mendaftarkan Tanah Wakaf Di
PPAIW dan Kantor Pertanahan.
Sebagai salah satu pilar penting dalam dunia perwakafan, wakif (orang yang
mewakafkan harta). Untuk konteks Indonesia memang banyak benda-benda wakaf
yang belum di kelola secara professional oleh nazhir. Adapun kendala-kendala yang
dihadapi wakif dalam mendaftarkan tanah wakaf pada Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAIW) atau badan kenaziran karena menjadi salah satu kendala yang nyata bagi
calon wakif enggan mendaftarkan hartanya karena dipengaruhi oleh sebuah realitas
bahwa mayoritas lembaga kenaziran di Indonesia terhitung tidak professional.95
Karena ketidak profesionalan itulah banyak harta wakaf yang sama sekali tidak
memberi manfaat kepada masyarakat yang di sebut wakif, bahkan banyak pula harta
wakaf yang dijadikan bahan warisan oleh para sanak keturunan nazhir wakaf, sampai
persengketaan dengan pihak ketiga.96 Sehingga para calon wakif menjadi was-was
(ragu) akan mewakafkan hartanya. Oleh karena itu dalam rangka menarik hati para
calon wakif, para nazhir atau lembaga nazhir harus membuktikan terlebih dahulu
kepada masyarakat bahwa amanah untuk mengelola benda-benda wakaf bisa berhasil
dan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk ibadah
seperti masjid, mushola, madrasah atau juga untuk kepentingan pemberdayaan

94

Ibid, Hlm 109.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, 2004,. Hlm 124-125.
96
Ibid
95

Universitas Sumatera Utara

62

ekonomi, kesehatan, pendidikan (beasiswa), penelitian dan sebagainya. Proses
pembuktian keberhasilan pengelolaan dibutuhkan keseriusan, dedikasi, kehati-hatian
dan keikhlasan yang tinggi. Dengan cara seperti itu, maka secara tidak lansung para
nazhir mempromosikan akan pentingnya fungsi wakaf secara sosial maupun secara
spiritual.97
Adapun kendala yang dihadapi oleh wakif dalam mendaftarkan tanah wakaf
kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) adalah adanya tanah wakaf yang
surat-suratnya tidak ada atau tidak ada lagi, sehingga nazhir kesulitan mendaftarkan
tanah tersebut dan akhirnya didiamkan saja. Dan juga adanya kendala atas kesalahan
Akta Ikrar Wakaf yang dibuat pada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)
karena ketidak profesionalnya dalam perekrutan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAIW) sehingga kinerja dalam pelayanan tidak memenuhi s