Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cengkeh Di Kabupaten Simeulue

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cengkeh sudah dikenal sebagai tanaman rempah-rempah dan obat tradisional
yang sangat berkhasiat. Khasiat dan manfaat tanaman cengkeh dalam bidang
kesehatan, dan perindustrian menyebabkan tanaman ini sebagai tanaman yang paling
digemari oleh masyarakat, sehingga banyak masyarkat Indonesia yang bertempat
tinggal di dataran tinggi membudidayakan tanaman cengkeh tersebut. ( AAK.1973 )
Cengkeh juga digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga
penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol,
yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh.
Eugenol memiliki sifat antiseptic dan anestetik (bius). Selain itu, secara ilmiah telah
dibuktikan bahwa cengkeh juga dapat di gunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit diantaranya: cengkeh mampu menyembuhkan sakit gigi, mengurangi rasa
nyeri akibat demam, penolak nyamuk, dan pencegah ejakulasi dini. Cengkeh dapat
menurunkan kadar gula darah, dan lain-lain. Selain berbagai manfaat yang
disebutkan diatas, bila konsumsi berlebihan, cengkeh juga memiliki efek samping.
Pada saluran pencernaan, cengkeh dapat mengiritasi, cengkeh akan menyebabkan
mual, muntah, rasa pusing, diare, dan pendarahan gastrointestinal dan lain-lain.
(Anonimus, 2015)
Di Indonesia, kebutuhan cengkeh setiap tahun terus meningkat. Sebagai

gambaran tahun 2012 kebutuhan cengkeh mencapai 120 ribu ton. Di sisi lain,

Universitas Sumatera Utara

Produksi dalam negri hanya sekitar 80 ribu ton. Tahun 2015 diperkirakan naik
mencapai 130 ribu ton. Akibatnya impor cengkeh akan semakin besar.
Perkembangan cengkeh di Indonesia mengalami pasang surut dari waktu ke waktu.
Areal cengkeh pernah mencapai luasan tertinggi pada tahun 1987, yakni 742 ribu
hektar (ha), kemudian mengalami penurunan sampai titik terendah pada tahun 2000
dengan luas 415 ribu hektar. Diakhir tahun 2013, luas areal cengkeh mencapai 470
ribu ha dengan produksi 84,8 ribu ton. Kebutuhan cengkeh diperkirakan 110.000
sampai 120.000 ton pertahun. Ini peluan untuk meningkatkan produktivitas cengkeh.
Produktivitas cengkeh hanya mencapai 260-360 kg / ha swlama tiga tahun terakhir
dari potensinya mencapai 600 kg / ha. Untuk itu, dibutuhkan perlakuan revitalisasi
lahan, pembenihan, infrastruktur dan prasarana, sumber daya manusia, pembiyaan
petani, kelembagaan petani dan teknologi untuk industry hilir. ( BPP,2014 ).
Di Indonesia perkembangan perkebunan cengkeh hingga saat ini masih belum
mengalami pemulihan seperti kondisi masa kejayaan. Hal ini terlihat dari areal yang
baru mencapai sekitar 500.000 ha dari terbesar 700.000 ha pada awal 1990an, dengan
produksi masih berfluktuasi sekitar 60.000 hingga 100.000 ton tiap tahun. Harga juga

bergerak antara Rp 38.000 hingga Rp 120.000 per kg. Kondisi ini mencerminkan
ketidakstabilan pasar yang sangat tinggi, sehingga risiko produksi cengkeh sangat
tinggi.
Perkembangan

perkebunan

cengkeh

tersebut

terkait

erat

dengan

perkembangan industri rokok kretek, yang mana sebagian besar produksi cengkeh
diserap industri ini. Jika dilihat perkembangan produksi rokok kretek yang terus


Universitas Sumatera Utara

meningkat secara stabil, maka peningkatan konsumsi cengkeh juga mengalami hal
yang

sama,

pada

gilirannya

dapat

diperkirakan

bahwa

harga

cengkeh


berkecenderungan meningkat dalam jangka panjang, walaupun terjadi fluktuasi dalam
jangka pendek karena fluktuasi pasokan. Pada kenyataannya kondisi pasar sangat
tidak stabil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Di Kabupaten Simeulue, mulai era tahun 70-an warga Simeulue berbondongbondong untuk membuka lahan baru, sehingga untuk aktifitas bercocok tanaman padi
di kesampingkan, hampir setengah dari mereka lebih memilih untuk membuka lahan
perkebunan cengkeh. Menurut banyak pengakuan prosesi pembukaan lahan baru
belum menggunakan tenaga mesin, melainkan tenaga kampak. Sehingga untuk
sebuah pohon kayu yang rindang membutuhkan 2-3 hari. Hutan lindung Kabupaten
Simeulue yang memiliki ekosistem alami ini, dibumihanguskan oleh petani cengkeh
pada zamannya, sehingga terlihat pohon tanaman pusaka ini berdiri rindang,
menghiasi setiap sendi pegunungan kepulauan ini
Tabel 1. Luas Areal Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat
Cengkeh di Kabupaten Simeulue.
NO
Kecamatan
Jumlah Luas Tanam
Produksi
( Ha )
( Ton )

Teupah Selatan
2507
134,55
1.
Simeulue Timur
1555
67,20
2.
Teupah Tengah
4805
979,20
3.
Teupah Barat
1542
85
4.
Simeulue Tengah
902
86
5.

Teluk Dalam
517
125,55
6.
Simeulue Cut
902
87,86
7.
Salang
787
282,66
8.
Simeulue Barat
748
250
9.
Alafan
586
244,26
10.

Total
14,851
2.342,23

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Simeulue, 2015
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa luas area tanam cengkeh di
Kabupaten Simeulue adalah 14.851 ha dengan produksi total 2.342,23 ton pada tahun
2013. Hal ini menandakan bahwa di Kabupaten Simeulue merupakan daerah
potensial dalam pengembangan tanaman cengkeh.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dibuatlah
identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemakaian pupuk terhadap produksi cengkeh di
kabupaten simeulue?
2. Bagaimana pengaruh pemakaian peptisida dan herbisida terhadap produksi
cengkeh di Kabupaten Simeulue?
3. Bagaimana pengaruh curahan Tenaga kerja terhadap produksi cengkeh di
Kabupaten Simeulue?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada penelitian ini, maka
dibuatlah tujuan dari penelitian yakni sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi
cengkeh di Kabupaten Simeulue.
2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida dan hebisida
terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis pengaruh curahan tenaga kerja terhadap produksi
cengkeh di Kabupaten Simeulue.

1.3 Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani cengkeh dalam melakukan
usaha perkembangan usaha taninya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan
dalam pengembangan usahatani cengkeh.
3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang tertarik terhadap


penelitian.

Universitas Sumatera Utara