Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teoritis

2.1.1 Persediaan
2.1.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam kegiatan
operasional perusahaan yang secara berlanjut diperoleh atau diproduksi maupun
dijual. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan dagang
maupun manufaktur. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur.
Sama halnya dengan persediaan dalam perusahaan dagang, persediaan
dalam perusahaan manufaktur juga merupakan aset yang sangat penting,
meskipun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada perusahaan barang
konsumsi. Persediaan merupakan bagian yang tidak terlepaskan pada perusahaan
dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang
hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur. Menurut PSAK 14 (IAI, revisi
2008) persediaan adalah barang-barang:

a. yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali,
b. jadi yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
oleh entitas, atau
c. bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi.
Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang
dibuat atau dibeli kembali dalam bisnis normal. Dalam perusahaan manufaktur

Universitas Sumatera Utara

terdiri dari persediaan bahan mentah, persediaan pekerjaan dalam proses dan
persediaan dalam bentuk barang jadi (Stice, Stice, Skousen, 2001:360).
Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga
persediaan per unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik
metode perpetual maupun metode periodik. Menurut Stice Skousen (2004:656) : “
sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari dua metode, yaitu
sistem persediaan periodik (periodic inventory) dan sistem persediaan perpetual
(perpetual inventory)”.
1.

Metode periodik (periodic method)

Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang

yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan
persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada
dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen (2001: 365-367)
“dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat penjualan
dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang dijual saja
yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan terdiri dari
jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif kecil”.
2.

Metode perpetual
Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masing-masing

jenis persediaan tersebut yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening
yang digunakan untuk mencatat persediaan terdiri dari beberapa kolom yang
digunakan untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap
perubahan dalam persediaan akan diikuti dengan pencatatan dalam rekening

Universitas Sumatera Utara


persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui
dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.
Menurut Skousen (2001:365):
Dengan sistem perpetual, catatan persediaan diperbarui pada saat
pembelian atau penjualan dilakukan. Dengan cara perpetual ini, catatan
persediaan setiap saat mencerminkan berapa banyak persediaan barang
harus berada digudang atau di luar toko. Sistem perpetual sering kali
digunakan pada saat setiap persediaan barang yang mempunyai nilai
tinggi atau terdapat biaya yang besar jika persediaan habis atau banyak
menumpuk. Semua persediaan yang berasal dari pembelian ditambahkan
langsung ke persediaan. Sedangkan persediaan yang berasal dari
pengembalian barang dagangan yang tidak memuaskan pemasok, akan
menghasilkan pengurangan dalam persediaan.

2.1.1.2 Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System )
Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan bahwa dalam
metode stock opname atau persediaan periodik ( periodic inventory system),
rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus menerus
dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir

periode akuntansi. Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik
untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang).
Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem periodik, diharuskan:
1.

menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode (coet of
goods on hand)

2.

menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli ( cost of goods
purchsed)

3.

mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir
periode akuntansi.

Universitas Sumatera Utara


Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa dalam sistem
persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada
ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan.
Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya
dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan. Persediaan yang
merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas
persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan
data atau catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan
yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan over statement, karena hanya
membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan
persediaan akhir, cara ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh
manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi
adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dan sebagainya,
maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi yang
kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan
sebagai kerugian item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara
berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat
manajerial secara cepat.
Contoh perusahaan yang menerapkan sistem perpectual adalah
perusahaan mebel, alat rumah tangga, motor, mobil. Sistem perpetual ini juga bisa

diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan dikarena penggunaan wide
spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner untuk

mengidentifikasi setiap item persediaan. Perlakuan akuntansi untuk sistem
pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.

Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun persediaan.

2.

Beban angkut pembelian akan didebit pada akun persediaan.

3.

Retur pembelian akan dikredit ke akun persediaan.


4.

Potongan pembelian akan dikredit ke akun persediaan.

5.

Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan diakui bersamaan
dengan pengkuan penjualan dan akun persediaan akan dikredit.

6.

Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar
pembantu untuk setiap jenis persediaan.

2.1.1.3 Pemilihan Metode Penilaian Persediaan
Metode persediaan adalah kebijakan pengukuran yang digunakan sebagai
media kontrak antar produsen dengan agent pembelian yang berhubungan dengan
persediaan.
Menurut PSAK No.14 (IAI, revisi 2008) :
biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi

dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang
siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus dihitung berdasarkan
biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah. Persediaan tidak lagi
diperkenankan menggunakan rumus biaya Last in First out.
Metode persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu identifikasi
khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO.

a.

Metode identifikasi khusus
Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang
disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat
diidentifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat jumlahnya besar.

Universitas Sumatera Utara

Metode ini memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus
untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang
yang tetap ada di persediaan. Harga pokok penjualan dapat dialokasikan
kepada barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode

sesuai dengan harga pokok sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus.
b.

Metode Rata-rata
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani
harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan
cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini
mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Menurut Warren (2005: 462-466),
pada sistem periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang
(weighted average method ) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama
metode rata-rata bergerak (moving average method). Keterbatasan dalam
metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus menerus mengandung
pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa mempunyai lag
yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami
perubahan harga yang cepat, naik atau turun. Terdapat perbedaan dalam
metode

FIFO

dengan


Metode

rata-rata.

Pada

Metode

rata-rata

barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata.
Metode rata-rata menghitung Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir
dari penyusunan daftar mutasi atau perubahan persediaan. Harga Pokok
Penjualan dihitung dengan menggunakan harga rata-rata dari berbagai harga
pembelian persediaan dibagi dengan jumlah unit produk yang dimiliki.
Dengan demikian harga pokok barang terjual diperoleh dengan mengalikan

Universitas Sumatera Utara


jumlah unit terjual dengan harga rata-rata dan barang yang masih belum
terjualatau persediaan akhir dihitung dari jumlah persediaan dikalikan
terhadap harga rata-rata tersebut. Pada saat harga stabil, penggunaan metode
yang berbeda akanmenghasilkan laba yang tidak jauh berbeda. Penggunaan
penilaian metode akuntansi persediaan akan menghasilkan laba yang
berbeda apabila terjadinya kenaikan harga (inflasi) atau penurunan harga
(deflasi). Apabila terjadi inflasi maka metode FIFO akan menghasilkan laba
yang lebih besar dibandingkan metode rata-rata. Sebaliknya pada saat
deflasi, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode rata-rata (Jogiyanto, 2000, Hal 330).
c.

Metode FIFO ( First in first out)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007) merumuskan metode LIFO sebagi rumus
MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir
dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu.
Pengaruh penggunaan metode FIFO adalah persediaan akhir dinilai menurut
perkembangan harga terakhir dan menggunakan harga terdahulu dalam
menentukan harga pokok penjualan. Pada periode dimana harga-harga
meningkat terus, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang tinggi.
Satu-satunya alasan terhadap hasil ini disebabkan dalam usaha dagang
selalu meningkatkan harga jual barang apabila harga beli barang naik,
walaupun persediaan tersebut dibeli sebelum kenaikan harga. Pengaruh
sebaliknya terjadi apabila harga menurun. Dengan demikian, metode FIFO
menekankan pengaruh dunia usaha terhadap

laba. Metode FIFO

Universitas Sumatera Utara

mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan
pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama dibeli
adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen, 2004).
Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya
berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan
yang akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai
persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju
perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya
berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba
rugi.
d.

Metode LIFO ( Last In First Out)
Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir
dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan
menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan
tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode
yang bisa memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif
lebih kecil (Skousen, 2004). LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut: 1)
adanya keuntungan pajak; 2) pengukuran laba yang lebih baik; 3)
memperbaiki aliran kas; dan 4) adanya future earning hedge , yaitu laba
perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan
harga. Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain: 1) memperkecil
laba; 2) penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3) tidak
mencerminkan arus fisik persediaan; 4) tidak mengukur laba berdasarkan
current ratio; 5) adanya involuntary liqudation ; dan 6) poors buting habits.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Sistem Pencatatan Persediaan
1.

Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodik Inventory System)
Menurut Kieso (2011:410), “sistem periodik mencatat semua perolehan

persediaan selama periode akuntansi dengan mendebit rekening pembelian.
Kemudian perusahaan menambahkan total dalam akun pembelian di akhir dari
periode akuntansi untuk biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode
tersebut”.
2.

Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual merupakan sistem pencatan alternatif dari

sistem pencatatan periodik, dimana harga jual maupun jenis barang yang terjual
dicatat dalam setiap transaksi penjualan. Menurut Kieso (2011:409-410), “sistem
persediaan perpetual secara terus menerus menelusuri perubahan dalam akun
persediaan. Yakni, perusahaan mencatat semua pembelian dan penjualan barang
secara langsung diakun persediaan pada saat terjadinya”. Meskipun nilai
persediaan akhir dapat diketahui tanpa harus melakukan pemeriksaan fisik, namun
pemeriksaan fisik tetap dilakukan untuk menyesuaikan antara catatan persediaan
dengan pemeriksaan fisik.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan. Perusahaan besar akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
atau menurunkan laba, agar laporan keuangan bisa rata. Pada kondisi adanya
perubahan harga, maka manajer persediaan dapat mengganti dengan metode yang
sesuai dengan harga yang terjadi, karena pada perusahaan besar manajer
mempunyai keahlian dan spesialisasi yang lebih jika dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

perusahaan kecil, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Mukhlasin (2001).
Menurut Lee dan Heish (2001), “ukuran perusahaan akan mempengaruhi
pemilihan metode akuntansi persediaan. Perusahaan besar akan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menurunkan laba, agar laporan keuangan
bisa rata”. Menurut Watss dan Zimmerman (dalam Marwah, 2012), “perusahaan
besar cenderung memilih metode rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan
relatif lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008,
dimana dalam peraturan tersebut menjelaskan empat jenis ukuran perusahaan
yaitu:
1.

2.

3.

4.

Perusahaan dengan ukuran usaha mikro, memiliki kekayaan kurang dari
Rp50.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki jumlah
penjualan tahunan maksimal Rp300.000.000,00.
Perusahaan dengan ukuran usaha kecil, memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 sampai Rp500.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan
bangunan); memiliki hasil penjualan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai
Rp2.500.000.000,00.
Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp500.000.000,00 sampai Rp10.000.000.000,00 (tidak termasuk tanah
dan bangunan); memiliki hasil penjualan lebih dari Rp2.500.000.000,00
sampai Rp50.000.000.000,00.
Perusahaan dengan usaha ukuran besar, memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp10.000.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki
penjualan lebih dari Rp50.000.000.000,00.

Kecenderungan metode persediaan yang akan digunakan oleh perusahaan
besar adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan laba sehingga mencerminkan
laba yang diperoleh oleh perusahaan sangat kecil. Pengaplikasian metode rata-rata
selain bisa menghindari biaya politik juga untuk tujuan penghematan pajak
sehingga besarnya pajak yang disetorkan kepada Pemerintah akan berjumlah kecil

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, sedangkan perusahaan kecil, untuk
mendapatkan bantuan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya
membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja perusahaan
yang bagus, sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan perusahaan dapat dipercaya
sebagai mampu dalam proses pengembalian dana tersebut kepada pihak bank.
Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:

2.1.3 Variabilitas Persediaan

Taqwa (2001) menyatakan bahwa variabilitas persediaan merupakan
variasi dari nilai persediaan pada suatu perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
nilai persediaan yang relatif stabil, maka pengaruh terhadap variasi laba akan
kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang
bervariasi setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi setiap
tahun.

Perusahaan

dengan

variabilitas

persediaan

kecil

bisa

memilih

menggunakan metode rata-rata. yang dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan
dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat melakukan
penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang variabilitas
persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga laba menjadi lebih
besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma Taqwa, 2003).
Variabilitas perusahaan diukur berdasarkan koefisien variasi jumlah
persediaan akhir yaitu standar deviasi/mean selama dua tahun yaitu dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2015. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Satuan
yang digunakan berupa persentase.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Likuiditas

Likuiditas

merupakan

kemampuan

perusahaan

untuk

memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rasio
lancar (current ratio). Menurut Kasmir (2008 : 134), “rasio lancar atau current
ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiaban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan”.
Menurut Crushing dan Le Clere 1992 (dalam Marwah, 2012) bahwa,
“perusahaan yang memiliki rasio lancar yang rendah akan berusaha menaikkan
labanya agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan
metode FIFO, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio lancar tinggi biasanya
memilih metode rata-rata yang menghasilkan laba yang rendah sehingga dapat
menghemat pengeluaran pajak”.
2.1.5 Laba Sebelum Pajak

Laba sebelum pajak adalah laba usaha ditambah dengan pendapatan lainlain dikurang dengan beban lain-lain sebelum tarif pajak yang berlaku sesuai
dengan peraturan perpajakan. Laba sebelum pajak adalah ukuran menengah antara
laba dari penjualan dan laba bersih.Anda harus memahami bahwa penting untuk
analisis ekonomi bukan hanya nilai indikator pada prinsip "lebih - tanpa gagal
lebih baik", dan peran yang lebih besar yang dimainkan oleh struktur indikator ini.
Karena laba sebelum pajak mencakup tiga komponen utama, juga penting untuk
menentukan hubungan antara mereka.Semakin tinggi proporsi pendapatan dari

Universitas Sumatera Utara

penjualan dan semakin rendah proporsi komponen lainnya, yang lebih baik dan
lebih efektif, sistem manajemen perusahaan, dan sebaliknya-semakin tinggi
proporsi pendapatan dan beban kasual, yang buruk itu membentuk mekanisme
perusahaan.
Nilai keuntungan sebelum pajak bisa sangat tinggi, namun, jika pangsa
keuntungan dari penjualan yang relatif kecil, yang berarti bahwa perusahaan ada
hanya dengan aliran pendapatan sesekali yang dapat berhenti setiap saat.Dengan
demikian, menganalisis struktur indeks, kesimpulan yang bisa ditarik tentang
sistem manajemen mutu oleh perusahaan. Seperti yang diketahui, laba sebelum
pajak merupakan indikator penting dari kondisi ekonomi perusahaan. Analisisnya
dapat

memberitahu

banyak

tentang

bagaimana

perusahaan

sedang

mengembangkan, seberapa baik dikelola, dan apa yang prospek masa depan
perkembangannya.
Indikator ini diperlukan untuk dimasukkan dalam laporan keuangan
Perseroan dan ditunjukkan dalam laporan laba rugi dan laporan laba rugi
perusahaan. Perhitungan yang benar dari angka akan membantu untuk
menginformasikan kontraktor dan investor potensial tentang seberapa efektif akan
investasi mereka, bagaimana diandalkan adalah obyek investasi dan berapa
banyak mereka akan menerima di masa depan.Setelah dihitung laba sebelum
pajak dari itu mulai mengurangi jumlah pajak yang harus membayar perusahaan,
dan dengan demikian menghitung laba bersih dari perusahaan-hasil keuangan
utama.
Laba sebelum pajak bisa berpengaruh dengan pemilihan metode
penilaian persediaan. Ini sehubungan dengan political cost hypothesis, yang

Universitas Sumatera Utara

menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang tinggi menjadi perhatian
oleh konsumen dan media yang nantinya akan menarik perhatian pemerintah yang
pada akhirnya menimbulkan biaya politis, seperti pengenaan pajak yang lebih
tinggi, oleh sebab itu perusahaan yang memiliki laba tinggi akan lebih memilih
menggunakan metode rata-rata untuk mengurangi laba.

2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, antara lain:

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel yang
digunakan
Taqwa Faktor-Faktor
Ukuran
yang
perusahaan,
Mempengaruhi
struktur
Pemilihan Metode kepemilikan,
Akuntansi
financial leverage ,
Persediaan pada variabilitas
Perusahaan
persediaan, rasio
Manufaktur
di lancar.
BEJ

Nama Peneliti
Salma
(2001)

Mukhlasin (2001)

Judul

Hasil penelitian

Ukuran
perusahaan
dan
variablitas
persediaan
berpengaruh
secara signifikan
pada
pemilihan
metode
persediaan.
Sedangkan
struktur
kepemilikan,
financial leverage ,
dan rasio lancar
tidak berpengaruh
secara signifikan
pada
pemilihan
metode
persediaan.
Pemilihan Metode Variabilitas
Ukuran
Akuntansi
persediaan,
perusahaan,
Persediaan
dan variabilitas laba intensitas modal,
Dampaknya
akuntansi, ukuran intensitas
terhadap Earning perusahaan,
persediaan,
dan
Price Ratio
intensitas modal, variabilitas harga

Universitas Sumatera Utara

intensitas
persediaan,
variabilitas harga
pokok penjualan.

Rizqi Amaliyah Faktor-Faktor
(2009)
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Metode
Akuntansi
Persediaan pada
perusahaan
Manufaktur
di
BEI

Struktur
kepemilikan,
ukuran
perusahaan,
financial leverage ,
variabilitas
persediaan,
dan
rasio lancar.

Kiki Nata Wijaya Pengaruh
(2012)
Beberapa Variabel
Terhadap
Pemilihan Metode
Penilaian
Persediaan
Berdasarkan
PSAK
No.14
(Revisi
2008)
pada Perusahaan
Dagang
yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
Periode
2008-2010
Sumber : diolah oleh penulis (2016)

Struktur
kepemilikan,
ukuran
perusahaan,
financial leverage,
variabilitas
persediaan, rasio
lancar, pemilihan
metode penilaian
persediaan yang
sesuai
dengan
PSAK No. 14
(revisi 2008)

pokok penjualan
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pemilihan metode
persediaan.
Sedangkan
variabilitas
persediaan
dan
variabilitas laba
akuntansi
tidak
berpengaruh
secara siginifikan.
Struktur
kepemilikan dan
ukuran perusahaan
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pemilihan metode
persediaan.
Sedangkan
financial leverage ,
variabilitas
persediaan
dan
rasio lancar tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pemilihan metode
persediaan.
Struktur
kepemilikan,
ukuran
perusahaan,
financial leverage ,
variabilitas
persediaan,
dan
rasio lancar tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap metode
penilaian
persediaan

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual

Ukuran perusahaan
H1

(X1)

Variabilitas Persediaan

H2
Metode Penilaian

(X2)

Persediaan (Y)
H3

Likuiditas
(X3)
Laba Sebelum Pajak

H4

(X4)
H4
H5
Sumber diolah oleh penulis (2016)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa yang
menjadi variabel independen dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
variabilitas persediaan, likuiditas, dan laba sebelum pajak, sedangkan variabel
dependennya adalah metode penilaian persediaan.
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi keputusan manajemen dalam
memilih metode penilaian persediaan. Berdasarkan ricardian hypothesis (Lee dan
Heish, 1985) menyatakan bahwa, “manajer perusahaan bertujuan tunggal untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan pajak, namun tetap
respek terhadap hukum pajak”. Political cost hypothesis (Watss dan Zimmerman,
1990) menyatakan bahwa, “adanya kecenderungan perusahaan untuk memilih

Universitas Sumatera Utara

metode akuntansi yang dapat mengurangi laba untuk menghindari besarnya biaya
politis, sebab perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan menarik perhatian
konsumen dan media”.
Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan, maka variasi
persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan.
Perusahaan yang menggunakan metode FIFO akan menghasilkan variasi laba
yang berbeda seiring terjadinya perubahan harga. Pada saat perusahaan membeli
persediaan harga yang berlaku adalah harga pada saat pembelian. Ketika terjadi
kenaikan harga perusahaan akan mengikuti kenaikan harga tersebut terhadap
persediaan yang akan dijual, sehingga laba yang dihasilkan menjadi tinggi.
Sedangkan ketika terjadi inflasi perusahaan akan lebih memilih menggunakan
metode rata-rata. Metode ini menghasilkan persediaan yang lebih stabil dan dapat
digunakan oleh perusahaan untuk memprediksi dan membuat keputusan ekonomi
yang tepat dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO yang menghasilkan
variasi laba yang tinggi.
Likuiditas yang diukur dengan menggunakan current ratio, untuk
mengukur kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendeknya. Crushing
dan Le Clere (dalam Marwah, 2012) menyatakan, “perusahaan dengan tingkat
rasio lancar yang rendah berusaha menaikkan labanya dengan menggunakan
metode FIFO agar terlihat memiliki kinerja yang baik, sebaliknya perusahaan
dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan menggunakan metode rata-rata untuk
dapat menghemat pajak”. Semakin tinggi tingkat likuiditas sebuah organisasi
perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat likuiditas sebuah organisasi perusahaan, maka semakin

Universitas Sumatera Utara

buruk lah kinerja perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi biasanya lebih berpeluang mendapatkan berbagai macam
dukungan dari pihak-pihak luar seperti lembaga keuangan, kreditur, dan juga
pemasok bahan baku.
Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi keputusan pemilihan metode
persediaan, seperti yang dijelaskan oleh political cost hypothesis, bahwa
perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan berusaha menggunakan metode
yang dapat mengurangi laba, seperti metode rata-rata.

2.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji

secara empiris. Proporsi adalah pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau
diuji kebenarannya mengenai suatu konsep yang dapat menjelaskan atau
mengestimasi fenomena. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif berfungsi untuk
menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional, menyatakan
variabel-variabel penelitian, sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian
data, menjadi dasar untuk membuat kesimpulan (Erlina, 2011:41-42).
Mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teoritis, dan beberapa
penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.
H2 : Variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.
H3 :

Likuiditas berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

Universitas Sumatera Utara

H4 : Laba sebelum pajak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.
H5 : Ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, likuiditas, dan laba sebelum
pajak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

4 72 95

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009

13 68 78

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

4 15 76

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

0 0 8

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2011-2013)

0 0 16