Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TB Paru
2.1.1 Definisi TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium Tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang organ paru-paru,
namun dapat juga menyerang organ lain (WHO, 2015).
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit golongan penyakit dengan
penularan melalui udara yang kemudian masuk ke dalam tubuh melalui udara.
Manusia menghirup udara untuk bernapas melalui saluran pernapasan sampai ke
paru-paru. Setelah itu kuman-kuman penyebab Tb paru akan menyebar mulai dari
paru-paru ke bagian tubuh lain melalui sisstem peredaran darah, system saluran
limfe, bronkus dan penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto,
2013).
2.1.2 Tanda dan Gejala TB Paru
Pada penderita TB paru, gejala umum yang terlihat yaitu berupa demam
dan malaise. Demam dapat mencapai suhu 40-41 derajat Celcius. Gejala ini
bersifat hilang timbul, biasanya timbul pada sore dan malam hari, dan disertai
oleh tubuh yang berkeringat. Sedangkan malaise terjadi dalam jangka waktu
panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta

penurunan berat badan (Djojodibroto, 2012).

8
Universitas Sumatera Utara

9

Selain dari gejala umum terdapat juga gejala respiratorik pada penderita
TB Paru. Penderita mengalami batuk berdahak selama sekitar 2-3 minggu lebih.
Batuk disertai dengan dahak, dan dahak bercampur darah. Selain itu penderita
juga mengalami sesak nafas (Widyanto, 2013).
2.1.3 Cara Penularan TB Paru
Sumber penularan adalah penderita TB Paru dengan hasil laboratorium
BTA positif. Waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan sputum (dahak)
yang mengandung kuman tuberculosis ke udara dalam bentuk percikan dahak.
Orang sekitar akan terinfeksi apabila kuman tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan melalui udara pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, sluran nafas,
atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainnya (Widyanto, 2013). Sekali batuk

dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes, 2014).
Pasien dengan hasil pemeriksaan TB BTA negatif bukan berarti tidak
mengandung kuman dalam dahaknya. Hal ini bisa saja terjadi oleh karena jumlah
kuman yang terkandung dalam contoh uji≤ dari 5000 kuman/cc dahak sehingga
sulit untuk dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien TB
dengan BTA (-) masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat
penularan penyakit TB pada pasien TB BTA (+) adalah 65%, pasien TB BTA (-)
dengan hasil kultur positif adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur
negatif dan foto toraks positif adalah 17% (Kemenkes, 2014).

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.4 Klasifikasi TB Paru
Widyanto (2013) dalam bukunya Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini
mengklasifikasikan penyakit TB paru menjadi 4 hal, yaitu lokasi atau organ tubuh
yang terkena, bakteriologi, tingkat keparahan penyakit dan riwayat pengobatan
TB sebelumnya. Adapun penjelasan masing-masing klasifikasi adalah sebagai
berikut:

a. Berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang terkena
-

TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru dan
tidak termasuk pleura dan kelenjer hilus.

-

TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organtubuh selain paru
seperti pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjer limfe, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain lain.

b. Berdasarkan bakteriologi
Klasifikasi bakteriologi didasarkan pada hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis, yaitu:
-

TB paru BTA (+)
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya positif dan foto thoraks dada
menunjang gambaran TB.
3) 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan

Universitas Sumatera Utara

11

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
(Obat Anti TB).
-

TB paru BTA negatif
Semua kasus yang tidak termasuk criteria TB paru BTA positif
termasuk pada klasifikasi TB paru BTA negatif dengan criteria
sebagai berikut:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto thoraks abnormal menunjukkan gambar TB.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika OAT.

4) Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit
Pembagian TB paru BTA negatif dengan foto thoraks positif berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu didasarkan pada bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat digambarkan dengan foto thoraks yang memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas.
d. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
-

Baru, yaitu klien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.

-

Kambuh (relaps), yaitu klien TB yang sebelumnya pernah mendapat
penobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif melalui apusan kultur.

-


Pengobatan setelah putus berobat, yaitu klien yang telah berobat dan
putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Universitas Sumatera Utara

12

-

Gagal (failure), yaitu klien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.

-

Pindahan (transfer in), yaitu klien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

-


Lain-lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi criteria seperti
kasus kronis yang hasil pemeriksaan BTA masih positif meskipun
telah menyelesaikan pengobatan ulangan.

2.1.5 Pemeriksaan TB Paru
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan
yang meliputi pertama penimbangan berat badan, kedua pemeriksaan status gizi
ketiga pemeriksaan secara menyeluruh mulai dari kepala hingga kaki untuk
mencari gejala- geajala TB paru dan penyulitnya.Yang pertama pemeriksaan
dahak dilakukan kepada pasien dewasa yang dapat mengeluarkan dahak.
Pemeriksaan ini merupakan diagnosa pasti penyakit TBC. Hasilnya biasanya
dinyatakan dengan BTA (-) atau (+). Banyak penyulit yang ditemui dala
pemeriksaan ini. Kedua pemeriksaan foto rontgen dada, hampir seluruh dokter
dan petugas kesehatan lainnya menyarankan pasien yang mempunyai gejala TB
paru untuk dilakukan pemeriksaan foto rontgen tapi pemeriksaan ini bukan
merupakan diagnosa pasti penyakit TB paru, hanya merupakan diagnosa
pembantu/penunjang dalam menegakkan diagnosis TB paru.Yang ketiga test kulit,
test ini biasanya dilakukan pada anak-anak dengan gejala TB paru yaitu dengan
menyuntikkan suatu zat kelengan penderita dan hasilnya akan dibaca


Universitas Sumatera Utara

13

kemudian.Yang keempat pemeriksaan darah, pemeriksaan darah yang biasanya
disarankan oleh dokter yaitu pertama HB, kadar darah (penanda anemia) ketiga
diff count, hitung jenis leukosit, keempat LED (Laju Endapan Darah, penanda
penyakit kronis kelima SGOT / SGPT (penanda fungsi liver/hati) (Saragih, 2011).
2.1.6 Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit dan gejala penyakit TB paru ini bervariasi, tergantung
pada umur dan kondisi fisik penderita saat terinfeksi. Gejala umum berupa demam
dan malaise. Demam timbul pada petang dan malam hari disertai dengan
berkeringat. Demam ini terkadang bisa mencapai suhu 40°- 41°C. Gejala demam
ini bersifat hilang timbul. Gejala malaise yang terjadi dalam jangka panjang
berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta penurunan
berat badan. Gejala respiratorik batuk kering ataupun batuk produktif yang
merupakan indikator yang sensitif untuk menentukan kasus TB paru aktif. Gejala
sesak napas timbul karena adanya pembesaran nodus limfa pada hilus yang
menekan bronkus. Selain itu, nyeri dada juga dirasakan oleh penderita, biasanya

nyeri dada bersifat nyeri pleuritik karena terlibatnya pleura dalam penyakit TB
paru tersebut (Djojodibroto, 2009).
2.1.7 Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan, memperbaiki kualitas
hidup, meningkatkan produktivitas, mencegah kematian, mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap obat anti TB (Misnadiarly dalam Widyanto, 2013).

Universitas Sumatera Utara

14

Kementerian Kesehatan Nasional (2014) dalam Pedoman Pengendalian
Nasional Tuberkulosis mengatakan bahwa penobatan TB merupakan salah satu
upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kumat TB.
a. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
-

Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi


-

Diberikan dalam dosis yang tepat

-

Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

-

Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam
tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

b. Tahapan pengobatan TB meliputi:
-

Tahap Awal, yaitu pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan
pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan
jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh

dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum
pasien mendapatkan pengobatan. Tahap ini harus diberikan selama 2
bulan. Umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu.

-

Tahap Lanjutan, yaitu tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa
kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman presister, sehingga
pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Universitas Sumatera Utara

15

c. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Table 2.1 Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama
Jenis
Isoniazid (H)

Sifat
Bakterisidal

Rifampisin (R)

Bakterisidal

Pirazinamid (Z) Bakterisidal

Streptomisin
(S)

Bakterisidal

Etambutol (E)

Bakteriostatik

Efek Samping
Neuropati perifer, psikosis toksis,
gangguan fungsi hati, kejang.
Flu
syndrome,
gangguan
gastrointestinal, urine berwarna
merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash,
sesak nafas, anemia hemolitik.
Gangguan
gastrointestinal,gangguan fungsi
hati, gout artriris.
Nyeri
di
tempat
suntikan,
gangguan
keseimbangan
dan
pendengaran, renjatan anafilaktik,
anemia,
agranulositosis,
trombositopeni.
Gangguan
penglihatan,
buata
warna, neuritis perifer.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB Paru
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tuberkulosis yaitu:
a. Faktor Ekonomi
Keadaan sosial yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan
berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah
kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemapuan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat. Jelas semua
ini akan menumbuhkan penyakit tuberkulosis.

Universitas Sumatera Utara

16

b. Status Gizi
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit. Keadaan sosial ekonomi
berkaitan erat dengan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan
kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga
akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan
menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena
infeksi TB paru (Syahpitri, 2015).
c. Status Pendidikan
Latar belakang pendidikan mempengaruhi penyebaran penyakit menular
khususnya tuberkulosis. Semakin rendah latar belakang pendidikan maka
cenderung terjadi kasus tuberkulosis (Famy dalam Rizqina, 2011).
Sedangkan menurut departemen kesehatan, TB paru dapat dipengaruhi
oleh status sosial ekonomi, kepadatan penduduk, status gizi, pendidikan,
pengetahuan,

jarak

tempuh

dengan

pusat

pelayanan

kesehatan,

dan

ketidakteraturan berobat (Rizqina, 2011).

2.2 Kualitas Hidup
2.2.1 Definisi Kualitas Hidup
Tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat. Pengertian
mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun semua
pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Sama halnya dengan
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit,

Universitas Sumatera Utara

17

demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak
ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita,
bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi
keinginannya.
Calman (1985) mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas hidup adalah
bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada
sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”. Calman
mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada
dengan keinginan yang sebenarnya. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini
sangat mencolok, ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut
rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya
kecil. Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan
sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional,
pekerjaan dan hubungan antara keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya
kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam
melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan
sosialisasi dengan orang lain.
Vantegodt

(2003)

menjelaskan,

secara

biologi

kesehatan

fisik

mencerminkan keadaan informasi sistem biologis, karena sel-sel tubuh
memerlukan informasi yang tepat untuk berfungsi dengan benar dan untuk
menjaga tubuh yang sehat dan baik. Gagasan ini menjelaskan bahwa, kualitas
hidup terletak pada kesesuaian antara kehidupan yang sebenarnya peran seseorang
untuk menjadi individu dalam masyarakat. Aspek biologis juga dikondisikan

Universitas Sumatera Utara

18

sebagai kesadaran dan pengalaman hidup. Pengalaman bahwa hidup memiliki
atau tidak memiliki makna juga dapat dilihat sebagai suatu keadaan sistem
informasi biologis. Artinya dalam hidup dan keteraturan biologis berjalan
beriringan dalam teori kehidupan. Oleh karena itu, hubungan antara kualitas hidup
dan penyakit diilustrasikan dengan menggunakan teori individu sebagai sistem
informasi.
2.2.2

Komponen Kualitas Hidup
Kualitas hidup dikembangkan untuk memberikan suatu pengukuran

komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan. Pengukuran kualitas
hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan sepanjang atau semasa
hidup yang tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga kualitas dari
kelangsungan hidup.
Hays dkk., (1995) mengatakan kualitas hidup dapat disimpulkan menjadi 2
komponen yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental, untuk mengkaji kualitas
hidup tersebut maka didapat 36 pertanyaan tentang kemampuan pasien yang
dibagi menjadi delapan subvariabel yaitu:
a. Fungsi fisik terdiri dari beberapa pernyataan tentang aktivitas yang
memerlukan energi, aktivitas yang ringan, mengangkat dan membawa
barang yang ringan, menaiki beberapa anak tangga, menaiki satu anak
tangga, membungkuk, berjalan dan mandi atau memakai baju sendiri.
b. Keterbatasan peran fisik terdiri dari pertanyaan tentang penggunaan waktu
yang singkat, penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu, terbatas pada
beberapa pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

19

c. Nyeri pada tubuh terdiri dari pernyataan tentang seberapa besar rasa nyeri
pada tubuh dan seberapa besar nyeri mengganggu aktivitas.
d. Pesepsi kesehatan secara umum terdiri dari pernyataan bagaimana kondisi
kesehatan saat ini dan satu tahun yang lalu, mudah terserang sakit, sama
sehatnya dengan orang lain, kesehatan yang buruk dan kesehatan yang sangat
baik.
e. Vitalitas terdiri dari pernyataan yang menggambarkan tentang bagaimana
pasien dalam melaksanakan aktivitasnya apakah memiliki energi yang banyak,
bosan atau lelah.
f. Fungsi sosial terdiri dari pernyataan seberapa besar masalah emosi
mengganggu aktivitas sosial dan mempengaruhi aktivitas sosial.
g. Keterbatasan peran emosional terdiri dari pernyataan apakah masalah emosi
mempengaruhi penggunaan waktu yang singkat dalam pekerjaan atau lebih
lama lagi melakukan pekerjaan dan tidak berhati-hati sebagai mana mestinya.
h. Kesehatan mental terdiri dari pernyataan apakah pasien sering gugup, merasa
tertekan, tenang, sedih dan periang.
University of Toronto (2004) yang dikutip oleh Maysarah (2012)
menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu internal hidup,
kepemilikan (hubungan indivindu dengan lingkungannya) dan harapan (prestasi
dan aspirasi indivindu).
a. Internal hidup
Internal hidup dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis
dan spiritual. Secara fisik internal hidup terdiri dari kesehatan fisik,

Universitas Sumatera Utara

20

personal higienis, nutrisi, olah raga, pakaian dan penampilan fisik secara
umum. Secara psikologis terdiri dari kesehatan dan penyesuaian
psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan control diri.
Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi, standart-standart pribadi dan
kepercayaan spiritual.
b. Kepemilikan
Kepemilikan (hubungan indivindu dengan lingkungannya) dalam kualitas
hidup dibagi 2 yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari
rumah, tempat kerja/sekolah, tetangga/lingkungan dan masyarakat.
c. Harapan
Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas hidup dapat dibagi
2 yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu aktivitas
rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarelawan dan pencarian
kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan
pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan
penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.
2.2.3 Teori Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah hidup yang baik, atau disebut juga dengan
kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, dkk., 2003). Hal ini digambarkan
pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi dalam konteks sosial dan lainlain.

Universitas Sumatera Utara

21

Kualitas hidup dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada
suatu aspek hidup yang baik, yaitu :
a. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan
oleh masing-masing indivindu
indivindu

secara

personal

yang memilikinya. Masing-masing
mengevaluasi

bagaimana

meraka

menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.
b. Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang atau
berada dilevel mana kehidupan seseorang. Ini mengansumsikan bahwa
indivindu memiliki suatu sifat dasar yang lebih dalam yang berhak untuk
dihormati dan indivindu tersebut berhak untuk dapat hidup dalam
keharmonisan.
c. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh
dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan
seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan
tentang kehidupannya.
Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan
pernyataan yang relevan yang ditempatkan dalam suatu rentang dari subjektif ke
objektif, elemen eksistensial berada diantaranya. Teori kualitas hidup meliputi:
a. Kesejahteraan
Kesejahteraan merupakan aspek yang paling alami dari kualitas subjektif
kehidupan. kesejahteraan erat kaitannya dengan bagaimana hal-hal berfungsi
dalam dunia objektif dan dengan faktor-faktor eksternal kehidupan. Ketika
seseorang berbicara tentang perasaan yang baik, umumnya tidak memulai diskusi

Universitas Sumatera Utara

22

panjang tentang arti hidup yang mendalam, masalah eksistensial dan aspirasi
seseorang, sehingga kualitas hidup dapat diartikan sebagai sesuatu yang bermakna
dalam hidup, pemenuhan kebutuhan, dan self-realization.
b. Kepuasan hidup
Ketika harapan individu, kebutuhan, dan keinginan dalam hidup dipenuhi
oleh dunia sekitarnya, maka individu tersebut akan merasa puas. Kepuasan
merupakan suatu kondisi mental atau entitas kognitif. Hal ini dapat terjadi dalam
dua cara, baik dengan mencoba untuk mengubah eksternal dunia sehingga cocok
dengan impian seseorang atau menyerah tentang impiannya tersebut karena tidak
realistis. Kedua pendekatan menghasilkan kepuasan yang sama, namun dua
strategi ini dapat menghasilkan kehidupan yang sangat berbeda, yaitu satu
kehidupan

bertemu

dengan

impiannya

dan

kehidupan

lainnya

tinggal

pengunduran diri, namun kedua kehidupan akan memuaskan. Kepuasan tidak
selalu dilibatkan untuk mewujudkan kehidupan potensial, pemenuhan kebutuhan,
atau kemampuan untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan obyektif.
c. Kebahagiaan
Kebahagiaan sangat erat kaitannya dengan tubuh, yang ditandai dengan
intensitas tertentu dari sebuah pengalaman, dan juga hal yang menyangkut
ketidakbahagiaan. Intensitas pengalaman adalah dimensi yang tidak terpisah
dengan kebahagiaan, dilihat dari aspek yang lebih dangkal dari kualitas hidup
yang

terlihat

dengan

kepuasan

dan

kesejahteraan.

Sebagian

orang

menghubungkan konsep kebahagiaan dengan sifat manusia. Kebahagiaan datang
kepada orang-orang yang hidup dalam harmoni yang luar biasa dengan alam.

Universitas Sumatera Utara

23

namun, tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan dapat dicapai dengan
hanya beradaptasi dengan budaya dan faktor-faktor yang berhubungan, dengan
kata lain, kebahagiaan memerlukan individu untuk tidak menyerah terlalu banyak
tetapi berjuang untuk sesuatu yang lebih penting bagi mereka. Biasanya,
kebahagiaan dikaitkan dengan dimensi rasional, seperti cinta, hubungan dekat
dengan alam, dll, tapi tidak dengan uang, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor
obyektif lainnya. Kebahagiaan ditemukan dalam filsafat klasik dan konsep agama,
dan itu telah mengilhami umat manusia secara luas.
d. Makna dalam hidup
Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan
jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari
sesuatu yang tidak berarti dan sangat berarti dari hidup dan suatu kewajiban untuk
mengarahkan diri seseorang untuk memperbaiki apa yang tidak berarti.
e. Gambaran Biologis Kualitas Hidup
Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan
tingkat keseimbangan eksistensial yang dilihat dari segi kesehatan fisik yang
mencerminkan tingkat sistem informasi biologi seperti sel-sel dalam tubuh yang
membutuhkan informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dan untuk
menjaga kesehatan dan kebaikan tubuh. Kesadaran dan pengalaman hidup juga
dikondisikan secara biologis. Pengalaman dimana hidup bermakna atau tidak
dapat dilihat sebagai suatu kondisi dari sistem informasi biologis. Orang yang
hidup tanpa makna juga merupakan jenis orang yang rentan terhadap penyakit
karena akan mempengaruhi penampilan fisik dan kesejahteraan dari tubuh.

Universitas Sumatera Utara

24

Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik
menggunakan suatu teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis.
f. Mencapai Potensi Hidup
Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan
antara sifat dasar individu. Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan dari mahluk
hidup tetapi hanya merupakan suatu teori umum dari pertukaran informasi yang
bermakna dalam sistem hidup individu untuk dapat menadi makhluk sosial.
g. Pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan
seseorang terpenuhi maka kualitas hidup dapat dinilai tinggi. Kebutuhan
merupakan suatu ekspresi sifat dasar individu yang pada umumnya dimiliki oleh
mahluk hidup. Pemenuhan kebutuhan dihubungkan pada aspek sifat dasar
manusia. Informasi ini berada dalam suatu bentuk kompleks yang dapat dikurangi
menjadi sederhana yakni kebutuhan aktual.
h. Faktor-faktor objektif
Aspek faktor objektif dari kualitas hidup di hubungkan dengan faktorfaktor eksternal hidup.. Hal tesebut mencakup pendapatan, status perkawinan,
status kesehatan dan jumlah hubungan dengan orang lain. Kualitas hidup objektif
sangat mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi pada budaya dimana
individu hidup. Derajat adaptasi pada budaya secara normal sama dengan gagasan
kesejahteraan.
Secara umum pengkajian kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan
yang menggambarkan suatu usaha untuk menentukan bagian variabel-variabel

Universitas Sumatera Utara

25

dalam dimensi kesehatan. Selain itu, hal ini berhubungan juga dengan dimensi
khusus dari hidup yang telah ditentukan untuk orang yang memiliki penyakit
spesifik. Konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang menegaskan
efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologi/emosional dan fungsi kognitif.
Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup sering tercakup
dalam konsep kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (Ventegodt,
dkk.,, 2003).
2.2.4. Pengukuran Kualitas Hidup
Pengukuran kualitas hidup dapat mengunakan instrument World Health
Organization Quality of Life-BREF (1996 dalam Lombu, 2015) yang membagi
kualitas hidup menjadi empat domain yaitu domain fisik, psikologis, tingkat
kebebasan, hubungan social, dan lingkungan.
1. Domain Pertama: Fisik
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
Menilai pengalaman sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami
oleh pasien dan sampai sejauh mana sensasi tersebut mengganggu dan
mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.
b. Tenaga dan lelah
Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.
Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk

Universitas Sumatera Utara

26

merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal
seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.
c. Tidur dan istirahat
Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur
termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari
dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.
2. Domain Kedua: Psikologis
WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:
a. Perasaan positif
Menilai seberapa besar pengalaman perasaaan positif yang memberikan
perasaan kebahagiaan, penuh harapan, kedamaian, kenikmatan terhadap hal-hal
yang menyenangkan dalam hidup serta pandangan tentang masa depannya.
b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi
Aspek

ini

mengeksplor

pandangan

individu

terhadap

pikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat
keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu mengambil
gagasan.
c. Harga diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.
Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang negatif
tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu
dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan
diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.

Universitas Sumatera Utara

27

d. Gambaran diri dan penampilan
Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan individu
dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini
termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa
dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan
dan sebagainya.
e. Perasaan negatif
Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan,
kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Hal ini termasuk
pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada
fungsi keseharian individu.
3. Domain Ketiga: Hubungan sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Hubungan perorangan
Menilai seberapa jauh hubungan pertemanan, cinta dan dukungan yang
diharapkan dan diperoleh dalam menjalin hubungan intim baik secara emosional
maupun fisik.
b. Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada

Universitas Sumatera Utara

28

seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.
c. Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana
individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat.
4. Domain Keempat: Lingkungan
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
a. Keamanan fisik dan keamanan
Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang
lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan bebas
individu.
b. Lingkungan rumah
Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat
berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada
kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal.
c. Sumber penghasilan
Menilai pandangan pasien tentang sumber keuangan yang diperolehnya
apakah dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya agar gaya hidup yang
nyaman baginya dapat terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

29

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas
Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian
sosial di dekat sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan bantuan.
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari
keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang
terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa
atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.
f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan
untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.
g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini
mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
h. Transportasi
Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk
menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi.

Universitas Sumatera Utara