Makalah Cyber Law - Makalah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor.
Perdagangan ini merupakan suatu transaksi sederhana, yaitu membeli dan menjual
barang antar pengusaha yang masing-masing bertempat tinggal di negara-negara
yang berbeda. 1
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berkembang dengan pesat
dan

cepat. Teknologi informasi telah mengubah perilaku masyarakat dan

peradaban manusia secara global. Di samping itu perkembangan teknologi
informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan
perubahan struktur sosial masyarakat yang secara signifikan berlangsung dengan
cepat. Teknologi informasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban umat manusia 2.
Ekspor impor dewasa ini sering juga disebut sebagai bisnis dokumen atau
bisnis surat berharga. 3 Hal ini disebabkan realisasi suatu transaksi pada umumnya

diwakili oleh dokumen-dokumen pengapalan seperti Bill of Lading, faktur
perdagangan, draft, polis asuransi dan lainnya. Pengertian dari Letter of Credit itu
sendiri adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan
1

Etty Susilowati Suhardo, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam
Perdagangan Luar Negeri (Semarang: FH UNDIP, 2001), hal. 2
2
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung:
Refika Aditama, 2004), hal. 4.
3
Amir M.S, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, (Jakarta: PPM, 2003), hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan pada eksportir diluar
negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Bank penerbit L/C menjamin
untuk mengakseptir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi semua
syarat yang tercantum di dalam surat tersebut. Segala ketentuan praktek dan
kebiasaan kredit berdokumen terdapat didalam ketentuan yang dikenal sebagai

The Uniform Customs and Practice for Documentary.
Sebagaimana yang dikatakan H. M. N Purwosutjipto, bahwa dipandang
dari sudut jual beli perusahaan, perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang
timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup. Ekspor impor
adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli diseberang lautan. Jadi, ekspor impor adalah perbuatan penyerahan oleh
penjual kepada pembeli. Ini merupakan unsur pertama dari pelaksanaan perjanjian
jual beli perusahaan. Sedangkan unsur kedua adalah pembayaran. 4
Mengingat jual beli merupakan salah satu bentuk perjanjian, maka
perjanjian jual beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya. Batasan
tentang perjanjian dalam Hukum Perdata terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata
yang menyebutkan:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Jual beli secara umum diatur KUHPerdata., sedangkan jual beli
perdagangan tidak diatur dalam KUHPerdata maupun KUHD, melainkan
berdasarkan perjanjian antara pihak-pihak, dan kebiasaan yang berlaku dalam

4


H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia-Jilid 4: Hukum Jual
Beli Perusahaan, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003), hal. 5

Universitas Sumatera Utara

perdagangan. Sebagai ketentuan umum, KUHPerdata tetap berlaku terhadap jual
beli perdagangan sepanjang tidak diperjanjikan secara khusus menyimpang. 5
Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor
merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting, karena dapat
meningkatkan pencarian sumber-sumber devisa yang antara lain adalah
meningkatkan

transaksi-transaksi

ekspor

dan

menekankan


pengeluaran-

pengeluaran devisa dengan cara membatasi aktivitas-aktivitas impor 6. Sejak
penandatanganan General Agreement on Trade and Services (GATS), Indonesia
mulai meningkatkan transaksi ekspor. Dukungan Indonesia terhadap kelancaran
perdagangan internasional, yaitu dengan meratifikasi konvensi World Trade
Organization (WTO) pada tanggal 15 April 1994 yang implementasinya terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO, maka
pelaksanaan transaksi pembayaran ekspor impor di Indonesia merupakan hal yang
tidak terpisahkan dari perdagangan global tersebut.
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagaimana
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan

(selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan istilah UU Perbankan), bahwa
sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan
penunjang sistem pembayaran merupakan modal yang sangat menentukan dalam
proses penyesuaian yang dimaksud. Peranan perbankan nasional perlu
ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana


5

C.S.T Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia-Aspek Hukum Daiwa Ekonomi-bagian 2
(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hal. 8
6
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

masyarakat

dengan

lebih

memperhatikan

pembiayaan


kegiatan

sektor

perekonomian nasional.
Bank sebagai suatu lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam
jasa-jasa pembayaran perdagangan internasional, seperti untuk transaksi
pembayaran melalui internet banking atau melalui sistem The Society for
Worldwide Interbank Financial Telecomunication (SWIFT). Sistem SWIFT
merupakan

bagian

dari

internet

banking.

Secara


obyektif,

SWIFT

mempertemukan data komunikasi dan memproses kebutuhan dari masyarakat
keuangan global 7. Kedua sistem ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
dunia perbankan, karena mempercepat proses transaksi pembayaran internasional.
Pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan Letter of
Credit (L/C) lebih efisien dan efektif. Letter of Credit (L/C) dalam perdagangan
internasional merupakan instrumen yang sangat penting. Letter of Credit (L/C)
berperan sangat dominan sebagai alat pembayaran ekspor impor. Letter of Credit
(L/C) sebagai suatu instrumen dalam perdagangan internasional diatur secara
internasional oleh Kamar Dagang Internasional (International Chambers of
Commerce). Peraturan ini dituangkan dalam The Uniform Customs and Practice
for Documentary Credit (dalam penelitian ini akan disingkat menjadi UCPDC
600).
Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 26/34/ULN
tanggal 17 Desember 1993, yang menyatakan bahwa Bank Indonesia memberikan
pilihan kepada bank umum yang menerbitkan Letter of Credit (L/C) boleh tunduk

7

Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hal. 58.

Universitas Sumatera Utara

atau tidak pada UCP 2007 Revision, ICC Publication Nomor 600. Demikian juga
di luar negeri, bank-bank komersial sudah menundukkan Letter of Credit (L/C)
yang diterbitkan pada UCPDC 600.
Transaksi L/C melalui internet banking, dalam prakteknya sangat
membantu bagi kelancaran transaksi perbankan. Namun demikian transaksi
tersebut juga dapat menimbulkan suatu permasalahan hukum tersendiri, misalnya
hukum apa (choice of law) yang akan digunakan oleh para pihak jika terjadi
sengketa, mengingat para pihak pada umumnya tinggal dalam lingkup negara
yang berbeda serta kekuatan pembuktian data melalui internet banking.

B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini
adalah:

1. Bagaimanakah

pembayaran

melalui

internet

banking

dengan

menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUHPerdata?
2. Bagaimanakah mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit
melalui internet banking?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi
Letter of Credit melalui internet banking?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pembayaran melalui internet banking dengan
menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUH Perdata

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk mengetahui mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of
Credit melalui internet banking
c. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam
transaksi Letter of Credit melalui internet banking
2. Manfaat
a. Secara Teoretis
Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum
keperdataan.
b. Secara Praktis
Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah agar dapat
lebih mengetahui dan memahami tentang pembayaran melalui internet
banking dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya

yang terkait di Indonesia. Penelitian ini juga sedapat mungkin
dilakukan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu
peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi
persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu

peraturan, tetapi

menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan/
ditegakkan dalam kenyataannya.

Universitas Sumatera Utara

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Analisis Yuridis Pembayaran melalui Internet Banking dengan
Menggunakan

Letter

of

Credit

Dikaitkan dengan KUH Perdata dan

Undang-Undang Perbankan (Studi pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)”
belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera
Utara dan penelitian ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau
diambil dari penelitian orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses
menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama,
maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan
Seorang pengusaha, dalam menjalankan perusahaan yang dipimpinnya
selalu berpegang pada prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian
seorang pengusaha akan memilih cara yang dipandangnya paling baik dan
memberikan manfaat yang besar bagi perusahaannya, baik itu cara memilih tenaga
kerja, letak perusahaan, cara pemasaran, alat angkutan, ataupun mengenai cara
pembayaran.
Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk
lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara
pembayaran yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi di dalam kenyataannya,

Universitas Sumatera Utara

seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak: “Adalah menjadi
suatu kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan
terdapat suatu kemajuan dalam cara–cara pembayaran dengan mempergunakan
alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang”. 8
Oleh karena dalam perjanjian jual beli para pihak bebas untuk menentukan
sendiri apa yang diinginkan berdasarkan persetujuan para pihak, seperti diatur
dalam Pasal 1338 KUH Perdata, demikian pula mengenai cara pembayaran,
seperti yang diatur dalam Pasal 1513 KUH Perdata yang mengatakan bahwa
“kewajiban utama si pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan
tempat sebagaimana ditetapkan di dalam persetujuan”. Sehingga pada dasarnya
pembayaran dalam perjanjian jual beli dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Sebelum saat terjadi penyerahan, atau sering disebut dengan cara
pembayaran kredit.
2. Pada saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan
pembayaran tunai.
3. Sesudah saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan
pembayaran wesel inkaso.
Sedangkan pihak penjual, menurut Pasal 1474 KUHPerdata, mempunyai
dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barang dan menanggungnya. 9 Cara
pembayaran yang sudah umum dipergunakan dalam perdagangan ekspor impor
adalah dengan pembukaan Letter of Credit (L/C), karena pihak eksportir maupun

8

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat Berharga, Fakultas Hukum
UGM, 1982, hal. 45
9
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 2001), hal. 63.

Universitas Sumatera Utara

importir dapat merasa aman bahwa hak-hak mereka ada kepastiannya. Kemudian
dengan dikeluarkannya PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu
Lintas Devisa, maka cara pembayaran yang lain pun dapat dipergunakan di dalam
transaksi ekspor impor. Dalam hal ini Pemerintah mengadakan perluasan cara
pembayaran untuk meningkatkan frekuensi ekspor impor. Berdasarkan ketentuan
Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982 jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No.
27/1/1982, tata cara pembayaran dalam transakasi ekspor impor dapat
dilaksanakan dengan: 10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pembayaran di muka (advance payment)
Letter of Credit (L/C)
Wesel inkaso (Collection Draft)
Document Against Payment (D/P)
Document Against Acceptance (D/A)
Perhitungan kemudian (Open Account)
Konsinyasi
Cara Pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai
dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dalam hal cara pembayaran dimuka, importir berpeluang untuk
memperoleh kerugian, sebaliknya hal ini dapata mendatangkan keuntungan bagi
pihak eksportir. Hal ini disebabkan karena dalam cara pembayaran ini importir
melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum eksportir mengirimkan
barangnya. Untuk cara pembayaran yang seperti ini sebaiknya dilakukan antara
importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan saling percaya, ataupun untuk
jumlah impor barang yang relatif kecil. 11

10

Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, (Jakarta: Salemba
Empat, 2000), hal. 29.
11
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek Buku Keempat, (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 129

Universitas Sumatera Utara

Cara pembayaran dengan Letter of Credit merupakan sistem yang sering
dipergunakan. Disini bank penerbit, atas permintaan dan atas beban importir
mengeluarkan alat atau surat untuk kepentingan eksportir. Bank penerbit
melakukan pembayaran kepada pihak eksportir melalui bank di negara eksportir.
Sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini merupakan sistem yang paling
aman dan memberikan kepastian kepada kedua belah pihak, baik pihak importir
ataupun pihak eksportir. Pembukaan L/C ini menimbulkan hak dan kewajiban dari
pihak yang terkait yaitu eksportir, importir, dan bank, yakni eksportir tidak dapat
mengambil uang di bank jika ia tidak dapat menunjukkan dokumennya,
sebaliknya pihak importir tidak dapat mengambil barangnya apabila ia tidak dapat
menunjukkan dokumennya terhadap bank. Seperti diketahui bahwa latar belakang
sistem ini dipakai karena situasi alam yang menyebabkan munculnya cara
pembayaran seperti ini, yaitu:
1. Pihak penjual merasa berkeberatan untuk melepaskan barangnya sebelum
menerima pembayaran, sedangkan pembeli merasa berkeberatan untuk
melakukan pembayaran atas barang sebelum memperoleh penyerahan atas
barang.
2. Melaksanakan kebersamaan antara pembayaran atas harga barang dengan
penyerahan nyata barang sangat sukar untuk dilaksanakan karena tempat
(negara) antara satu pihak dengan yang lainnya jaraknya begitu jauh. Oleh
karena itu timbul suatu usaha dengan dilakukannya pembayaran harga atas
dokumen-dokumen atas hak, yang dinamakan dengan penyerahan yuridis.

Universitas Sumatera Utara

Pengaturan mengenai sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini
telah diusahakan kearah kesatuan dan bersifat internasional, yakni dengan
dikeluarkannya suatu peraturan baku. Di dalam bahasa Inggris namanya adalah
Unidits, dalam bahasa Belanda namanya adalah Uniforme regelen en Usances met
Betrekking tot Dokumentaire Credieten, sedangkan di dalam bahasa Perancis
namanya

adalah

Regles

et

Usances

Uniformes

Relatives

au

Credits

Documenteires. Setelah beberapa kali dilakukan peninjauan (revisi) oleh I.C.C
(International Chamber of Commerce), yaitu kantor internasional untuk
perdagangan, maka peraturan yang berlaku saat ini adalah UCP 600 tahun 2007.
Di dalam sistem pembayaran dengan menggunaka wesel inkaso, maka bank atas
perintah dari eksportir melakukan penagihan pembayaran tas harga barang.
Apabila penagihan ini disertai dengan pengiriman dokumen-dokumen kepada
importir, maka oleh karena itu disebut juga dengan Documentary Collection/
Documentary Draft. Sedangkan apabila penagihan pembayaran atas harga barang
tanpa disertai dengan pengiriman dokumen pada importir, maka dinamakan
dengan Clean Collection/ Clean Draft. Eksportir dapat meminta kepada bank
yang meneruskan dokumen-dokumen tersebut kepada importir atas dasar
pembayaran ataupun kondisi:
1. Document against Payment (D/P), yaitu apabila importir telah melakukan
pembayaran maka akan menerima penyerahan dokumen.
2. Document against Acceptance (D/A), yaitu apabila importir telah
melakukan akseptasi terhadap wesel maka akan menerima penyerahan
dokumen.

Universitas Sumatera Utara

Cara pembayaran dengan perhitungan kemudian, yaitu pembayaran
dilakukan di kemudian hari pada tanggal yang telah ditentukan, atau dengan cara
memindahkan rekening importir kedalam rekening eksportir. Cara pembayaran ini
dapat menimbulkan keuntungan sepihak bagi importir, karena ia dapat mengambil
barang setelah menerima dokumen-dokumen dari eksportir. Sebaliknya sistem ini
dapat menimbulkan kerugian bagi eksportir karena ia masih menunggu
pembayaran yang tergantung pada importir. Biasanya sistem ini dilakukan antara
importir dan eksportir yang sudah saling percaya atau berada dibawah satu
perusahaan induk. 12
Cara pembayaran dengan konsinyasi, yaitu pembayaran yang dilakukan
oleh importir kepada eksportir apabila barang tersebut sudah terjual, dimana
eksportir mengirimkan barangnya telebih dahulu kepada importir. 13
Sistem pembayaran dapat dilakukan dengan cara pembayaran lain yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang akan mengadakan transakasi
perdagangan ekspor impor, baik yang menggunakan jasa perantaraan bank
ataupun tidak. Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan
transakasi perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat
memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan
memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pada
dasarnya Pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang
lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggarankelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor
12
13

Ibid, hal. 130
Ibid, hal. 131

Universitas Sumatera Utara

non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan berguna bagi
jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama
adanya kebijaksanaan untuk membebaskan penggunaan cara-cara pembayaran
yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional.
Dewasa ini letter of credit bukanlah merupakan satu-satunya cara
pembayaran dalam kegiatan ekspor impor, namun peranan L/C tetap penting
karena dengan cara pembayaran ini dapat memberikan rasa aman, baik bagi pihak
eksportir, maupun bagi pihak importir. Eksportir merasa aman karena pembayaran
atas barang-barang yang dikirimkan kepada importir ada kepastiannya. Hal ini
disebabkan pengiriman atas barang baru akan dilaksanakan oleh pihak penjual
apabila ia telah memperoleh pemberitahuan dari pihak bank tentang adanya
pembukaan kredit yang diperuntukkan baginya. Sedangkan pihak eksportir dapat
merasa aman karena pembayaran terhadapa jual-beli tersebut baru akan direalisir
oleh bank apabila penjual telah menyerahkan dokumen-dokumen atas barang yag
dimaksud sesuai dengan perjanjian. 14
Pasal 14 huruf a UCP 600 thn 2007 menyebutkan:
“Nominated bank yang bertindak sesuai dengan nominasinya, confirming
bank, jika ada, dan issuing bank wajib memeriksa suatu persentasi untuk
menentukan, atas dasar dokumen – dokumen semata, apakah dokumen – dokumen
tersebut kelihatan secara fisik merupakan persentasi yang sesuai atau tidak”

Yang berarti bank-bank harus memeriksa semua dokumen dengan
ketelitian yang selayaknya untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut
secara lahiriah telah sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit.

14

Ibid, hal. 17

Universitas Sumatera Utara

Dokumen-dokumen lahiriah yang tidak sesuai satu sama lain akan dianggap
sebagai dokumen yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
kredit. Pada dasarnya pihak yang berkepentingan langsung dalam perdagangan
antar negara adalah eksportir dan importir, namun karena adanya berbagai
kesulitan teknis dalam hal pembayaran perdagangan antar negara, maka salah satu
cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan membuka Letter of Credit.
Ada beberapa pendapat dari para sarjana yang mengemukakan tentang
pengertian atau defenisi dari Letter of Credit, antara lain yaitu:
Hartono, mengatakan Letter of Credit adalah suatu alat atau surat yang
dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan pihak pembeli. Dengan adanya L/C,
bank tersebut menyetujui, bahwa wesel-wesel tersebut, jika memenuhi syarat yang
tercantum dalam L/C nya, maka akan dibayar sebagaimana mestinya dengan
akseptasi dan atau pembayaran yang terakhir ini bergantung kepada jenis-jenis
wesel yang ditentukan dalam Letter of Credit, yaitu apakah wesel-wesel itu “time
bills exchange” atau “bill of exchange payable on demand”. 15
Amir, memberi batasan bahwa L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan
oleh suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan
kepada eksportir luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi hak
kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk
sejumlah uang yang disbutkan dalam surat kesepakatan tersebut. 16
Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Letter of
Credit adalah suatu perintah atau order yang biasanya dilakukan oleh pembeli
15

Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen Cara Pembayaran Dalam Jual Beli
Perniagaan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), hal. 12
16
Amir M.S, Op. cit., hal. 10

Universitas Sumatera Utara

atau importir kepada bank, untuk membayar sejumlah uang kepada penjual atau
eksportir. Pada umumnya, sebelum seorang importir membuka L/C di suatu bank,
importir tersebut telah membuat perjanjian jual-beli (sale contract) terlebih dahulu
dengan pihak eksportir. Berdasarkan kontrak jual-beli tersebut importir membuka
L/C di suatu bank di tempat ia berdomisili. Hal ini dilakukannya tidak lain untuk
mempermudah cara pembayaran atas jual-beli yang dilakukannya dengan pihak
eksportir, dimana masing-masing pihak berdomisili di lain negara, di samping
juga untuk memenuhi isi perjanjian jual-beli yang diperkuat oleh kedua belah
pihak yang menjadi dasar pembukaan L/C tersebut. Pemenuhan atas isi perjanjian
antara kedua belah pihak ini sudah tentu pula didasarkan kepada dokumendokumen yang harus ada di dalam L/C. adapun dokumen-dokumen tersebut antara
lain sebagai berikut:17
1.
2.
3.
4.
5.

Bill of Lading (B/L)
Invoice (faktur)
Polis Asuransi
Packing List
Dokumen-dokumen lainnya

Bill of Lading (B/L) biasanya disebut dengan “cognossement” atau “surat
muatan kapal laut”, yang berfungsi sebagai surat bukti perjanjian pengangkutan
dan tanda bukti barang. Dokumen lain yang harus dilengkapi adalah Invoice
(faktur). Invoice merupakan suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai
barang-barang yang dijaul kepada importir. Sedangkan polis asuransi adalah
perjanjian asuransi atau pertanggungan atas barang yang dijual dalam bentuk

17

Muhammad Abdulkadir, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 1998), hal. 48

Universitas Sumatera Utara

sepucuk akta. Dengan adanya polis asuransi, maka pihak eksportir akan merasa
aman bahwa barang-barang yang dikirimkannya akan memeperoleh tanggungan
bilamana terjadi sesuatu atas barang-barang tersebut yang merugikannya.
Dokumen selanjutnya yang harus dilampirkan adalah packing list. Dokumen ini
memuat daftar atau perincian lengkap mengenai barang-barang yang akan
dikirimkan oleh eksportir, yang terdapat dalam setiap peti kemas. Sedangkan
dokumen-dokumen lainnya, yang juga memiliki arti penting dalam L/C adalah
sertifikat asal barang (certificate of origin), faktur konsuler (consuler factur),
keterangan ukuran berat (certificate of weight), keterangan kualitas barang
(certificate of inspection), dan sertifikat perincian barang (certificate of analysis).
Dengan adanya dokumen-dokumen ini, maka jelaslah bahwa kepastian hukum
dan rasa aman dalam pembayaran dengan menggunakan L/C dapat dirasakan oleh
para pihak yang terlibat dalam transakasi perdagangan internasional tersebut.
Untuk memberikan kemudahan pada para pihak yang terlibat dalam
transaksi perdagangan, maka diadakan berbagai macam L/C sesuai dengan
kebutuhannya. Pada umumnya dikenal Revacable L/C, Irrevacable L/C, dan
Confirmed L/C. Sedangkan bila dilihat dari segi yang mengeluarkan L/C, dikenal
Banker L/C dan Merchant L/C. Letter of Credit dapat pula dibagi tas bermacam
bentuk bila dilihat dari syarat-syaratnya, seperti Documentary L/C, dan Open L/C.
Dapat pula dilihat dari segi pembayarannya yang dikenal dengan Sight L/C, dan
Usance L/C. Menurut hak eksportir, dikenal pula dua macam L/C yaitu
Transferable L/C dan Non-Transferable L/C.

Universitas Sumatera Utara

Transferable L/C merupakan L/C yang mengijinkan pihak penerima L/C
memindahkan L/C tersebut sebagian atau seluruhnya kepada penjual eksportir
kedua yang berada dalam satu negara ataupun berada dalam negara yang berbeda.
Sedangkan Non-Transferable L/C merupakan L/C yang tidak dapat dipindah
tangankan. Untuk mempermudah para pihak dalam hal biaya atau cara
pembayaran, maka dikenal beberapa jenis L/C khusus, misalnya Revolving L/C
yang memungkinkan untuk melakukan lebih dari satu kali transaksi sebelum L/C
tersebut jatuh waktunya. Kemudian dikenal pula Back to Back Credit, Red Clause
Credit, Negocierings Credit, Confirmed Negocierings Credit, dan Standby L/C.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Letter of Credit
mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan internasional,
meskipun L/C bukanlah merupakan satu-satunya alat pembayaran dalam kegiatan
perdagangan internasional (ekspor impor). Hal ini semata-mata disebabkan karena
L/C merupakan alat pembayaran yang dapat memeberikan rasa aman bagi pihak
eksportir ataupun importir.

F. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian,
maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analistis. Penelitian deskriptif
analistis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang
menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa
peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat diketahui gambaran

Universitas Sumatera Utara

jawaban atas permasalahan mengenai pembayaran melalui internet banking
dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan KUH Perdata dan
undang-undang perbankan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu
suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law
as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui
proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process) 18.
Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan
menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatifkualitatif. 19
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 20 Logika
keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan
disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang
objeknya hukum itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian
terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa
buku mengenai pembayaran melalui internet banking dengan

menggunakan

Letter of Credit dikaitkan dengan KUH Perdata dan undang-undang perbankan.

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2006), hal 118.
19
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2003), hal 3.
20
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM
Press, 2007), hal 57.

Universitas Sumatera Utara

2. Sumber Data
Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini
merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data
sekunder.
Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri
dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan
peraturan lainnya yang berkaitan. 21 Data dari pemerintah yang berupa
dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan,
di antaranya:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
4) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO
6) Peraturan Pemerintah 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu
Lintas Devisa
21

Soerjono Soekanto, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984),

hal 6.

Universitas Sumatera Utara

7) Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/9/UPPB Tentang Penggunaan
Teknologi Sistem Informasi oleh Bank.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku,
penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis
maupun disertasi. 22
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa
kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode
penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan
mengenai teknik penulisan skripsi. 23
3. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara:
a. Dokumen/Studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut
dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi
pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil
dari media cetak maupun media elektronik, makalah ilmiah, , peraturan
perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
meteri yang dibahas dalam skripsi ini.

22
23

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), hal 12.
Soerjono Soekanto, Op. cit, hal 7.

Universitas Sumatera Utara

b. Wawancara, yang mana wawancara dilakukan dengan Dwiko
Warmanto selaku TSC Manager di PT. Bank Mandiri Tbk. Trade
Servicing Center Medan. yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara
lisan, baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan terhadap
sumber yang berkaitan dengan skripsi ini.
4. Analisa Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.24
Lexy J. Moloeng mengatakan bahwa "proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. 25
Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun
data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan
kualitatif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan
dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya. Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori-teori yang
diperoleh dari studi kepustakaan. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan

24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1993), hal. 103.
25
Ibid, hal. 247.

Universitas Sumatera Utara

dilakukan secara induktif dan deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan
solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan
BAB I

:

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan
Manfaat

Penulisan,

Keaslian

Penulisan,

Tinjauan

Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II

:

Bab ini akan dibahas tentang tinjauan terhadap transaksi ekspor
impor dengan menggunakan Letter of Credit, yang isinya memuat
antara lain tentang ekspor-impor, Letter of Credit, dan transaksi
ekspor impor dengan menggunakan Letter of Credit.

BAB III :

Bab ini akan membahas tentang pengaturan internet banking di
Indonesia, yang isinya antara lain memuat pengertian internet
banking, tujuan dan manfaat internet banking, sistem keamanan
internet banking, pengaturan internet banking di Indonesia.

BAB IV

:

Bab ini akan membahas tentang pembayaran melalui internet
banking dengan

menggunakan

Letter

of

Credit

dalam

perspektif KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan (studi
pada Bank Mandiri Wil. I Cab. Medan), yang memuat tentang
pembayaran melalui internet banking dengan
Letter

Of

Credit

menggunakan

dalam perspektif KUH Perdata, mekanisme

ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet

Universitas Sumatera Utara

banking, dan perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam
transaksi Letter of Credit melalui internet banking.
BAB V

:

Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab
kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dan saran mengenai
permasalahan yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara