MAKALAH kwn

MAKALAH KEWARGANEGARAAN
MELEMAHNYA TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA
(INTOLERANSI)

Disusun oleh :
Ana Maulana (151061021)

JURUSAN STATISTIKA
FAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKRPIND
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Kewarganegaraan ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah kewarganegaraan “Tentang
melemahnya toleransi beragama diindonesia (intoleransi)” ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Kewarganegaraan di program studi Statistik Fakultas Sains Terapan pada Institut Sains
dan Teknologi AKPRIND yogyakarta. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Syukri Abdullah M.Hum selaku dosen pembimbing mata

kuliah Kewarganegaraan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Kewarganegaraan dan dapat meningkatkan sikap bertoleransi
terhadap beragama diindonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Yogyakarta, 07 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
2


DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................................5
D. Manfaat..................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................................7
A. Pengertian Toleransi Keberagamaan....................................................................................7
B. Pengertian Intoleransi Keberagamaan..................................................................................7
C.Dasar Hukum Toleransi Beragama...........................................................................................8
D. Dampak Intoleransi Keberagamaan di Indoesia.................................................................11
E. Cara Menanggulani Toleransi Keberagamaan di Indonesia...............................................13
BAB III........................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15


3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat,
seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna
dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekangesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras
maupun dalam hubungan antar agama, seperti banyak muncul kasus-kasus yang terjadi di
masa reformasi 15 tahun ini, seperti pelanggaran terhadap para penganut Ahmadiyah,
penganut Syi’ah, pelarangan terhadap pembangunan gereja, dan lain-lain. Menurut
Komnasham, selama 3 tahun terakhir, pengaduan tentang peristiwa pelanggaran kebebasan
beragama dan berkeyakinan begitu tinggi seperti kasus perusakan, gangguan dan penyegelan

rumah ibadah, kekerasan terhadap “aliran sesat”. Pada 2011 pengaduan yang masuk sebanyak
83 kasus terkait gangguan dan penyegelan atas rumah ibadah, gangguan dan pelarangan
ibadah, dan didkriminasi atas minoritas agama. Pada tahun 2012, tercatat 68 pengaduan
dengan perincian perusakan dan penyegelan rumah ibadah sebanyak, gangguan dan
pelarangan ibadah. Pada tahun 2013 Komnas menerima 39 berkas pengaduan. Seperti
diskriminasi, pengancaman, dan kekerasan terhadap pemeluk agama, penyegelan, perusakan,
atau penghalangan pendirian rumah ibadah dan penghalangan terhadap ritual pelaksanaan
ibadah.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan
sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam pembukaaan
UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
4

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar
hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara. Kebebasan beragama pada
hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan

beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah
hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada
seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan
kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang terkaji yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan toleransi keberagamaan?
2. Apa yang dimaksud dengan intoleransi keberagamaan?
3. Dasar hukum toleransi keberagamaan?
4. Dampak intoleransi keberagamaan diindonesia?
5. Cara menangulangi melemahnya toleransi di indonesia (Intoleransi)?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetaui apa itu sikap toleransi keberagamaan.
2. Mengetahui apa itu intoleransi keberagamaan.
3. Mengetahui Dasar hukum toleransi beragamaan.
4. Dampak intoleransi keberagamaan di indonesia.
5

5. Mengetahui cara menangulangi melemahnya toleransi di indonesia.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Pembuatan makalah ini dapat memberikan berbagai pengetahuan bagi penulis seperti
pengetahuan tentang apa itu sikap bertoleransi terhadap keberagamaan, bagaimana
dampak negatif yg diperoleh dari sikap intoleransi keberagamaan serta gejala apa saya yg
terjadi diindonesia setelah terjadi intoleransi keberagamaan diindonesia.
2. Bagi pembaca
Pembaca akan lebih mengetahui tentang apa itu sikap bertoleransi terhadap
keberagamaan, bagaimana dampak negatif yg diperoleh dari sikap intoleransi

keberagamaan serta gejala apa saya yg terjadi diindonesia setelah terjadi intoleransi
keberagamaan diindonesia.

6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi Keberagamaan
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai
atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan
istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat
diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama
dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang
lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih
banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal

maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai
umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai
manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada
tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama
menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai.
Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B. Pengertian Intoleransi Keberagamaan
Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok (misalnya
masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik menolak untuk
menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama.
7

Namun, pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik agamanya adalah benar sementara
agama atau kepercayaan lain adalah salah bukan termasuk intoleransi beragama, melainkan
intoleransi ideologi.
Kata intoleransi berasal dari prefik in- yang memiliki arti "tidak, bukan" dan kata
dasar toleransi (n) yang memiliki arti "1) sifat atau sikap toleran;
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan;


3)

2)

batas ukur untuk

penyimpangan yang masih

dapat diterima dalam pengukuran kerja." Dalam hal ini, pengertian toleransi yang dimaksud
adalah "sifat atau sikap toleran".[1] Kata toleran (adj) sendiri didefinisikan sebagai "bersifat
atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri."[2]
Kata keberagamaan (n) memiliki arti "perihal beragama". Sementara kata
beragama (v) didefinisikan sebagai "1 menganut (memeluk) agama; 2 beribadat; taat kepada
agama; baik hidupnya (menurut agama)."[3] Dengan demikian, intoleransi keberagamaan
dapat didefiniskan sebagai "sifat atau sikap yang tidak menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) perihal keagamaan yang berbeda atau bertentangan dengan
agamanya sendiri."


C.

Dasar Hukum Toleransi Beragama
Hukum di Indonesia melindungi kebebasan beragama khusus untuk enam agama yang
diakui oleh negara, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Meskipun
demikian, penganut agama selain keenam agama resmi tetap memperoleh jaminan penuh
oleh Pasal 29 (2) UUD 1945 selama tidak melanggar hukum Indonesia. Konstitusi dan
hukum yang mengatur kebebasan beragama di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Versi berikut merupakan versi UUD 1945 setelah perubahan, khususnya amendemen
kedua yang berkaitan dengan pasal-pasal berikut.
-BAB XA. HAK ASASI MANUSIA
-Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
8

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan

sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
-Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
-BAB XI. AGAMA
-Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal-pasal tersebut di atas penerapannya dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain yang
diatur dalam pasal 28J sebagai berikut :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

2. Ketetapan MPR tentang Pancasila
Butir-butir pengamalan Pancasila diuraikan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjadi 36 butir, khusus Sila Pertama diuraikan menjadi
4 butir. Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7) menguraikan kembali ke-36 butir tersebut pada tahun 1995 menjadi 45
butir, 7 diantaranya merupakan butir Sila Pertama[3] sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

9

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Pada tahun 1998, TAP MPR No. II/MPR/1978 beserta penetapan Pancasila sebagai asas
tunggal dicabut melalui TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 [4] dengan alasan politis yaitu
penghapusan produk Orde Baru.[3] Penghapusan ini dinilai sebagai suatu kesalahan karena
menyebabkan konflik SARA menjadi tidak terbendung.[5] Di sisi lain, wacana penetapan
kembali Pancasila sebagai asas tunggal ditentang oleh sebagian Ormas dalam Rapat
Dengar Pendapat (RDP) Pansus RUU Ormas (2012)[6] karena sempat menimbulkan
ketegangan antara ormas dengan pemerintah Orde Baru yang dinilai represif.[7] Wakil
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, Andry Dewanto (2016), berpendapat bahwa
pemerintah seharusnya tidak mengesahkan organisasi-organisasi yang bertentangan
dengan paham Pancasila. Ketua Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf
(2016), juga menyatakan bahwa ajaran yang ingin mengubah ideologi Pancasila sangat
tidak bisa dimaafkan.[8]
3. Peraturan perundangan lain
1. UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.[9]
Pasal 4. "Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
10

dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun dan oleh siapapun."
Pasal 22 (1). "Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
Pasal 22 (2). "Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
2. UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.[9]
Pasal 80. "Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada
pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya."
Pasal 185 (1). "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ... Pasal 80 ... dikenakan sanksi pidana penjara ... dan/atau denda ... .
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 175. "Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi
pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang
diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan."

D. Dampak Intoleransi Keberagamaan di Indoesia
Gejala interpolasi keberagamaan diindonesia seperti, banyak muncul kasus-kasus
yang terjadi di masa reformasi 15 tahun ini, seperti pelanggaran terhadap para penganut
Ahmadiyah, penganut Syi’ah, pelarangan terhadap pembangunan gereja, dan lain-lain.
Menurut Komnasham, selama 3 tahun terakhir, pengaduan tentang peristiwa pelanggaran
kebebasan beragama dan berkeyakinan begitu tinggi. Pada 2010 Komnas HAM menerima
84 buah pengaduan, yang terdiri dari kasus perusakan, gangguan dan penyegelan rumah
ibadah sebanyak 26 kasus, kekerasan terhadap “aliran sesat” 14 kasus, konflik dan
sengketa internal 7 kasus dan yang terkait pelanggaran terhadap jama’ah Ahmadiyah 6
kasus, dan sisanya pelanggaran lain-lain. Pada 2011, pengaduan yang masuk sebanyak 83
kasus dengan 32 kasus terkait gangguan dan penyegelan atas rumah ibadah, 21 kasus
terkait Jama’ah Ahmadiyah, gangguan dan pelarangan ibadah 13 kasus, dan didkriminasi
atas minoritas agama 6 kasus. Pada tahun 2012, tercatat 68 pengaduan dengan perincian:
perusakan dan penyegelan rumah ibadah sebanyak 20 kasus, konflik dan sengketa internal
19 kasus, gangguan dan pelarangan ibadah 17 kasus dan diskriminasi minoritas serta
11

penghayat kepercayaan 6 kasus. Pada tahun 2013 Komnas menerima 39 berkas pengaduan.
Diskriminasi, pengancaman, dan kekerasan terhadap pemeluk agama sebanyak 21 berkas,
penyegelan, perusakan, atau penghalangan pendirian rumah ibadah sebanyak 9 berkas dan
penghalangan terhadap ritual pelaksanaan ibadah sebanyak 9 berkas.
Selain itu, faktor SARA, suku, agama, ras, dan antar golongan selama masa
reformasi muncul kembali dengan memanfaatkan suasana kebebasan yang disalahgunakan
oleh orang atau golongan untuk kepentingannya sendiri-sendiri dan menurut tafsirannya
masing-masing. Kebebasan telah dibajak dan dengan memanfaatkan sentimen-sentimen
primordial yang berbau SARA, ditambah lagi oleh kenyataan bahwa struktur penguasaan
sumberdaya

ekonomi dan politik ternyata berkembang sangat timpang, sehingga

menyebabkan terjadinya fenomena konflik dan kasus-kasus kekerasan dan ketidakadilan.
Sikap dan semangat kedaerahan juga semakin berkembang seiring dengan kebijakan
otonomi daerah, sehingga semakin diperlukan kewaspadaan bagi semua pemimpin bangsa
untuk memberikan contoh dan teladan mengenai semangat kebangsaan untuk merawat
dengan baik kebhinekaan kita sebagai bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
E. Cara Menanggulani Toleransi Keberagamaan di Indonesia
Upaya-upaya yang dapat mengubah sikap permusuhan menjadi sikap bekerja sama dan
saling menghormati yaitu :
1. Menyingkirkan segala upaya politisasi agama dan menempatkan agama sebagai nilai
yang universal.
2. Menumbuhkan kesadaran bahwa masyarakat terdiri dari berbagai pemeluk agama yang
berbeda dan kebersamaan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan utnuk menjaga
kententraman kehidupan.
3. Kontak yang sering terjadi, walaupun mungkin tidak sampai pada belajar tentang jaran
agama lain. Yang penting adalah adnaya kesempatan untuk bertemu sehingga kelihatan
bahwa orang lain mesti berupa lawan.
4. Informasi yang adil tentang agama lain. Mungkin ini merupakan kelanjutan kontak
diatas, namun bisa juga terjadi karena banyaknya media massa yang tidak mengenal
batas kelompok.

12

5. Sikap pemerintah, seperti negara Pancasila, yang tidak memperlakukan umat-umat
beragama degan berat sebelah.
6. Pendidikan yang tidak hanya mempertemukan beberapa anak pemeluk agama yang
berbeda-beda namun juga mencerahkan pikiran dan memungkinkannya untuk
membuka diri terhadap orang lain. (Hamdan Farchan, 1999:5)

BAB III
PENUTUP

13

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi adalah Menghindari terjadinya perpecahan,
memperkokoh silaturahmi dan dapat menerima perbedaan.

Akibat apabila toleransi

diabaikan adalah menimbulkan konflik di dalam masyarakat semakin maraknya
pelanggaran HAM.
2. Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat
adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.
3. Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan
antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Kerukunan
umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan.
Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran
pembangunan.

Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta

mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara.

B. Saran
Dewasa ini, diharapkan adanya peningkatan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari perpecahan, menerima
adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Intoleransi_keberagamaan
http://www.jimly.com/makalah/namafile/156/INTOLERANSI_BERAGAMA.pdf
14

http://juliani-vj.blogspot.co.id/2011/11/makalah-toleransi-antar-umat-beragama.html
http://nunung-kyeopta.blogspot.co.id/2012/04/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_beragama_di_Indonesia
Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999.
Hlm.4.
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999.
Hlm.5.
Hamdan Farchan, “Agama Dan HAM Dalam Konteks Masyarakat Pluralis” (Makalah
Workshop di CD BethesdaYogyakarta, 2003). Hlm. 2.

15

4