ANALISA FAKTOR-FAKTOR TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA (Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  SKRIPSI

ANALISA FAKTOR-FAKTOR TERHADAP KEJADIAN

PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN

TERAPI CAIRAN INTRAVENA

  (Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil) SEVIKA DWI ANGGITA 14 321 0141 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2018

  SKRIPSI

ANALISA FAKTOR- FAKTOR TERHADAP KEJADIAN

PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN

  

TERAPI CAIRAN INTRAVENA

(DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL- PASURUAN )

  Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  Insan Cendekia Medika Jombang SEVIKA DWI ANGGITA

  143210141

  

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : SEVIKA DWI ANGGITA NIM : 143210141 Jenjang : Sarjana Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang

  Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang di rujuk dari sumbernya.

  Jombang, 14 September 2018 Saya yang menyatakan

  SEVIKA DWI ANGGITA 143210141

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

  Judul : ANALISA FAKTOR- FAKTOR TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA

  Nama Mahasiswa : Sevika Dwi Anggita NIM : 143210141

  TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL 14 SEPTEMBER 2018 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

  

Harnanik Nawangsari, SST.,M.Keb Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes

NIK.02.03.013 NIK.01.13.700

  Mengetahui Ketua STIKES ICME Ketua Program Studi

  

H. Imam Fatoni, S.KM.,MM Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 03.04.022 NIK.04.05.053

  LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi ini diajukan oleh :

  Nama Mahasiswa : Sevika Dwi Anggita NIM : 143210141 Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan Judul : ANALISA FAKTOR- FAKTOR TERHADAP

  KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA Telah berhasil dipertahankan dan diuji di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

  Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Komisi Dewan Penguji, Ketua Dewan Penguji : Dr. H.M. Zainul Arifin, Drs., M.Kes. ( ) Penguji 1 : Harnanik Nawangsari, SST.,M.Keb. ( ) Penguji 2 : Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes. ( ) Ditetapkan di : JOMBANG PadaTanggal : 14 September 2018

RIWAYAT HIDUP

  Penulis ini dilahirkan di Lumajang pada tanggal 09 September 1995 dengan jenis kelamin Perempuan.

  Riwayat pendidikan, Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Pasirian 02 Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang, kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 02 Pasirian lulus tahun 2011 Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.

  Setelah itu menempuh pendidikan SMK di SMK Negeri Pasirian condro Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang tamat tahun 2014.

  Tahun 2014 sampai sekarang. penulis mengikuti pendidikan Prodi S1 Keperawatan di STIKES ICME Jombang.

  Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya Jombang,14 September 2018

  Penulis Sevika Dwi Anggita

  

MOTTO

Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa

Selalu ada jalan bagi mereka yang sering berusaha

  

PERSEMBAHAN

  Seiring doa dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

  1. Allah SWT, karena atas ijin dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya.

  2. Bapak dan ibuku tersayang, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya.

  3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya.

  4. Teman sehidup, semati, seperjuangan, sependeritaan (S1 Ilmu Keperawatan kelas 8C), dan sahabat-sahabatku tersayang tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin sampai disini, terimakasih untuk canda, tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir perjuangan selama kurang lebih 3,5 tahun ini. Sukses buat kita semua dan semoga apa yang kita inginkan dapat segera terwujud semua. Semangat !!!

  5. Buat semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Sekian persembahan terimakasih dari saya, mohon maaf mungkin tidak bisa saya sebutkan semua. Betapapun pahitnya sebuah proses, tapi dengannya saya belajar dan memahami banyak hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga serta bahagia yang memecah, saya hanya bisa mengucapkan hamdalah.

  

ABSTRAK

ANALISA FAKTOR-FAKTOR TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS

PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI CAIRAN

  INTRAVENA

(Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil)

Oleh

  

SEVIKA DWI ANGGITA

14 321 0141

  Terapi infus merupakan salah satu tindakan yang paling sering diberikan pada pasien yang menjalani rawat inap, prosedur pemasangan yang kurang tepat, posisi yang salah, serta kegagalan dalam menembus vena, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa faktor- faktor terhadap kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan.

  Desain penelitian ini deskriptif-analitik dengan metode penelitian Cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien yang diberikan terapi intravena yang dirawat di Ruang Melati RSUD Bangil. Teknik sampling secara purposive sampling dengan responden sebanyak 43 responden yang memenuhi kriteria insklusi.Variabel jenis cairan, lokasi pemasangan infuse, lama pemasangan infus dan variabel dependen phlebitis. Data dikumpulkan dengan menggunakan Check

  List. Cara menganalisanya dengan menggunakan

  “Chi-Square Test” dan T-

  test ” dengan tingkat signifikan ρ < 0,05.

  Hasil penelitian menunjukkan perhitungan data jenis cairan dengan kejadian plebitis dengan menggunakan uji statistik uji statistik T-test didapatkan nilai p=0,003, pada data tempat pemasangan infus dengan kejadian plebitis menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan nilai p=0,00, pada data lama pemasangan infus dengan kejadian plebitis menggunakan Chi-Square Test didapatkan nilai p=0,002, dimana semua hasil nilai p <0,05. Hasil penelitian dapat disimpukan bahwa terdapat hubungan antara jenis cairan, tempat pemasangan infus dan lama pemasangan infus dengan kejadian plebitis di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil

  Oleh karena itu disarankan kepada perawat yang melakukan prawatan untuk memperhatikan dengan cermat tentang pemasangan infus pada pasien agar terjadinya plebitis bisa dihindari, sehingga kenyamanan pasien bisa terjaga.

  Kata kunci : Pasien, Plebitis, Cairan Intravena

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS ON PLEBITIC EVENTS IN PATIENTS WHO

GET INTRAVENOUS FLUID THERAPY

(In the Melati Room of the Bangil Regional General Hospital)

By

  

SEVIKA DWI ANGGITA

14 321 0141

Infusion therapy is one of the actions most often given to patients

undergoing hospitalization, improper installation procedures, wrong positions,

and failure to penetrate the vein, can cause discomfort to the patient. The purpose

of this study was to analyze the factors for the incidence of plebitis in patients who

received intravenous fluid therapy in the Melati Room of Bangil Pasuruan

Regional General Hospital.

  The design of this study descriptive-analytic with Cross sectional research

method. The sample of this study were patients given intravenous therapy who

were treated in the Melati Room of Bangil Hospital. The sampling technique was

purposive sampling with as many as 43 respondents who met the inclusion

criteria.Variable type of fluid, location of infusion installation, duration of

infusion and dependent variable plebiti. Data is collected using Check List. How

to analyze it using "Chi-Square Test" and "T-test" with a s ignificant level ρ <0.05.

  The results showed the calculation of fluid type data with the incidence of

plebitis using a statistical test T-test statistic obtained p = 0.003, the data on the

place of infusion with the incidence of plebitis using Chi-Square Test obtained p

value = 0.000, the old infusion data with the incidence of plebitis using Chi-

Square Test obtained p value = 0.002, where all the results of p <0.05. The

results of study can be concluded that there is a relationship between the types of

fluids, the place of infusion and the length of infusion with the incidence of

plebitis in the room of Jasmine Bangil Regional General Hospital.

  Therefore it is recommended to nurses who perform treatment to pay close

attention to the infusion of patients so that the occurrence of plebitis can be

avoided, so that the patient's comfort can be maintained Keywords: Patients, Plebitis, Intravenous Fluids

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisa faktor- faktor terhadap kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena di Rumah Sakit Umum Daerah Bangil- Pasuruan

  ” ini dengan sebaik-baiknya.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis setelah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H. Imam Fatoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Harnanik Nawangsari, SST.,M.Keb selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, Ibu Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini. Kepala Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bangil- Pasuruan yang telah memberikan ijin penelitian. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan di STIKes ICME Jombang hingga terselesaikannya skripsi ini, Serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, dan teman- teman yang ikut serta memberikan kritik, saran dan semangat sehingga penelitian ini terselesaikan tepat waktu. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah diberikan dan semoga laporan peneliti ini dapat bermanfaat.

  Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

  Jombang,14 September 2018 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .......................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... v LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

MOTTO ......................................................................................................... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... x ABSTRACK .................................................................................................. xi KATA PENGANTAR ................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................... xix

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

  1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4

  1.4 Manfaat ..................................................................................................... 5

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengertian Plebitis................................................................................... 7

  2.2 Terapi Intravena ..................................................................................... 17

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  3.1 Kerangka Konseptual............................................................................. 31

  3.2 Hipotesis Penelitiann ............................................................................. 32

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 33

  4.2 Rancangan Penelitian ............................................................................ 34

  4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 34

  4.4 Populasi, Sampel dan Sampling ............................................................ 37

  4.5 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja) ................................................... 38

  4.6 Identifikasi Variabel ............................................................................. 38

  4.7 Definisi Operasional ............................................................................. 39

  4.8 Etika penelitian ..................................................................................... 40

  4.9 Pengumpulan Data dan Analisa Data................................................... 42

  4.10 Instrumen Penelitian ...................................................................... 42

  4.11 Prosedur Penelitian ........................................................................ 43

  BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

  5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 45

  5.2 Pembahasan ......................................................................................... 51

  BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

  

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 58

  

6.2 Saran .................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 60

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional...................................................................... 39Tabel 5.1 Karakteristik Resonden Berdasarkan Usia Di ruang Melati

  RSUD Bangil………………………………............................... 46

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang

  Melati RSUD Ba ngil…………………………………………… 46

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penyakit Penyerta Di

  Ruang Melati RSUD Bangil…………………………………… 46

Tabel 5.4 Karakteristik Respondem Berdasarkan Pendidikan Di Ruang

  Melati RSUD Ba ngil…………………………………………… 47

Tabel 5.5 Karakteristik Respondem Berdasarkan Jenis Cairan Di Ruang

  Melati RSUD Ba ngil…………………………………………… 47

Tabel 5.6 Karakterisktik responden Berdasarkan Tempat Pemasangan

  Infus Di Ruang Melati R SUD Bangil…………………………. 48

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pemasangan Infus

  Di Ruang Melati RSUD B angil………………………………... 48

Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Plebitis

  Di Ruang Melati RSU D Bangil………………………………… 48

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan Jarak Antara Jenis Cairan Dengan

  Kejadian Plebitis………………………………………………… 49

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Antara Tempat Pemasangan Infus

  Dengan Kejadian Ple bitis……………………………………... 50

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Antara Lama Pemasangan Infus

  Dengan Kejadian Plebi tis………………………………….... 51

  DAFTAR GAMBAR Nomor Daftar Gambar Halaman

  3.1

  31 Kerangka Konseptual………………………………………..

  4.4

  38 Kerangka Kerja…………………………………………........

DAFTAR LAMPIRAN

  1. .. Lembar Permohonan Menjadi Responden

  2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

  3. Kuisoner

  4. Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan

  5. Lembar Surat Studi Pendahulua

  6. Lembar Surat Balasan Studi Pendahuluan

  7. Lembar Surat Izin Penelitian

  8. Lembar Konsultasi

  9. Tabulasi Data Umum

  10. Tabulasi kejadian Plebitis

  11. Tabulasi Cairan Plebitis

  12. Tabulasi Tempat Pemasangan Infus

  13. Tabulasi Lama Pemasangan Infus

  14. Crostabulasi Tempat Pemasangan Infus

  15. Lembar T-Test

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

  1. H1/Ha : hipotesis alternatif 2. % : prosentase 3. : alfa (tingkat signifikansi)

  

  5. < : lebih kecil 6. : jumlah

  ∑

  7. F : Frekuensi

  8. IV : Intravena

DAFTAR SINGKATAN

  STIKes : Sekolah Tinggi IlmuKesehatan

  ICMe : Insan Cendekia Medika WHO : World Health Organization

  IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Terapi infus merupakan salah satu tindakan yang paling sering diberikan pada pasien yang menjalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV), pemberian obat, cairan, dan pemberian produk darah, atau sampling darah (Alexander, Corigan, Gorski, Hankins, & Perucca, 2010).

  Oleh karena itu, terapi ini umumnya diberikan pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dimana pasien-pasien tersebut akan mendapatkan akses vaskuler di beberapa tahap pengobatannya (Peterson 2002 dalam Royal College of Nursing (RCN), 2015). Saat ini, infus tidak hanya untuk pasien rawat inap, namun sudah dapat diberikan pada setting perawatan dirumah.

  Menurut Perdue dalam Hankins, Lonway, Hedrick, dan Perdue (2011) mengatakan bahwa terapi ini telah berkembang dari suatu tindakan yang dianggap ekstrim, dimana hanya digunakan pada kondisi kritis, menjadi terapi yang digunakan pada hampir 90% pasien yang menjalani rawat inap.

  Seiring dengan perkembangan teknologi kesehatan menyebabkan munculnya berbagai perangkat akses vaskular yang dapat memenuhi kebutuhan klinis pasien secara individu (Keyley 1999; Gabriel 2010; Gabriel et al., 2015 dalam RCN 2015). Dengan munculnya berbagai alat akses vena yang beragam, sistem pelayanan yang kompleks, dan pemberian modalitas pengobatan yang sangat spesifik dengan berbagai kondisi pasien, memiliki implikasi yang besar terhadap praktek keperawatan. Perawat diharuskan memiliki pengetahuan dan kompetensi klinis yang tinggi sehingga pemberian terapi infus akan lebih terjamin (Alexander, et al., 2016).

  Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus diperkirakan sekitar 25 juta pasien per tahun di Inggris, dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses intravena selama perawatannya (Campbell, 1996 dalam Hampton, 2016). Sedangkan Lai (1998) dalam Pujasari dan Sumarwati (2015) memperkirakan sekitar 80% pasien masuk ke rumah sakit mendapatkan terapi infus. Angka kejadian plebitis merupakan salah satu indikator mutu asuhan keperawatan yang diperoleh dari perbandingan jumlah kejadian plebitis dengan jumlah pasien yang mendapat terapi infus (Direktorat Pelayanan Keperawatan & Medik Depkes, 2015; Depkes RI & PERDALIN, 2017). Infusion Nursing Standards of Practice (2016) merekomendasikan bahwa level plebitis yang harus dilaporkan adalahlevel atau lebih. Sedangkan angka kejadian yang direkomendasikan oleh Infusion Nurses Society (INS) adalah 5% atau kurang. Dan jika ditemukan angka kejadian plebitis lebih dari 5%, maka data harus dianalisis kembali terhadap derajat plebitis dan kemungkinan penyebabnya untuk menyusun pengembangan rencana peningkatan kinerja perawat (Alexander, et al., 2015). Berdasarkan tinjauan literatur menyatakan bahwa 5% sampai 70% pasien yang mendapat terapi intravena mengalami plebitis (Gallant, et al., 2016 & Campbell, et al., 2015 dalam Zarate, 2018). Sedangkan studi yang dilakukan Campbell (1998) menemukan bahwa angka kejadian plebitis berkisar antara 20 sampai 80%. Dari data di Rumah Sakit Umum daerah tahun 2017 terdapat 524 kasus plebitis. Berdasarkan data studi pendahuluan pada tanggal 20 maret 2018 terdapat 229 kasus plebitis.

  Terapi infus memberikan banyak manfaat bagi sebagian besar pasien. Namun akibat prosedur pemasangan yang kurang tepat, posisi yang salah, serta kegagalan dalam menenbus vena, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Meningkatkatkan kenyamanan pasien merupakan tujuan keperawatan yang harus terpelihara, dan didalam banyak kasus seharusnya mampu memberikan perbaikan dibanding status atau kondisi sebelumnya. Kenyamanan dihasilkan dari intervensi fisik, salah satunya yaitu pemberian terapi infus. Kenyamanan fisik menjadi salah satu dari banyak strategi dalam meningkatkan kesehatan dan sekunder untuk tujuan-tujuan lain, misalnya pencegahan komplikasi (Kolcaba dalam Peterson & Bredow, 2014). Selain memberikan respon ketidaknyamanan, pemberian terapi infus juga dapat menimbulkan komplikasi, baik komplikasi lokal maupun sistemik. Komplikasi lokal terdiri dari plebitis, infiltrasi, dan ekstravasasi; sementara komplikasi sistemik antara lain emboli udara, kelebihan cairan, reaksi alergi dan sepsis (Gabriel, 2017; Perdue dalam Hankins, et al, 2011).

  Keterlibatan perawat dalam pemberian terapi infus memiliki implikasi tanggung jawab dalam mencegah terjadinya komplikasi plebitis dan ketidaknyamanan pada pasien, terutama dalam hal keterampilan pemasangan kanula secara aseptik dan tepat, sehingga mengurangi risiko regimen pengobatan. Pemindahan lokasi penusukan dengan terencana setiap48 jam secara signifikan mengurangi insiden plebitis infus. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk pemindahan lokasi pemasangan yang tepat sehingga angka kejadian plebitis dapat dikurangi.

  Oleh karena itu peneliti tertarik unuk melakukan penelitian tentang “Analisa faktor-faktor kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena di RSUD Bangil.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Apakah ada pengaruh Faktor-faktor terhadap kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena di RSUD Bangil?

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisa faktor-faktor kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena di RSUD Bangil.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1.3.2.1. Mengidentifikasi jenis cairan yang digunakan pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.2. Mengidentifikasi lokasi pemasangan infus pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.3. Mengidentifikasi lama pemasangan infus pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.4. Mengidentifikasi kejadian plebitis pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.5. Menganalisa jenis cairan dengan kejadian plebitis pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.6. Menganalisa lokasi pemasangan infus dengan kejadian plebitis pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

  1.3.2.7. Menganalisa lama pemasangan infus dengan kejadian plebitis pada pasien di Ruang Melati RSUD Bangil.

1.4. Manfaat Penelitian

  1.4.1. Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyebab, proses tejadinya dan upaya-upaya pecegahan plebitis dalam pemasangan infus. Hasil penelitian juga dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama terkait kejadian plebitis dalam pemasangan infus.

  1.4.2. Praktis

  1. Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan masukkan tentang pentingnya pendidikan kesehatan bagi pasien dan dapat memberikan gambaran kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena.

  2. Bagi penulis Mengetahui dan menambah wawasan peneliti khusunya tentang analisa faktor- faktor terhadap kejadian plebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena di ruang melati RSUD Bangil sehingga dapat mempersiapkan diri dalam praktik keperawatan di Rumah Sakit.

  3. Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUD Bangil Sebagai bahan masukan yang di gunakan untuk penerapan pendidikan kesehatan kepada pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Phlebitis

  2.1.1. Pengertian ,karakteristik dan bahaya phlebitis Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. Phlebitis merupakan suatu peradangan pada pembuluh darah (vena) yang dapat terjadi karena adanya injury misalnya oleh faktor (trauma) mekanikdan factor kimiawi,yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada endothelium dinding pembuluh darah khususnya vena.

  Phlebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan serta mengeras dibagian vena yang terpasang kateter intravena (Smeltzer& Bare,2011). Phlebitis juga dikarakteristikkan dengan adanya rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena. Insiden Phlebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena,komposisi cairan atau obat yang diinfuskan (terutamapH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme saat penusukan) (Smeltzer&Bare,2011). Phlebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya menjadi trombo Phlebitis ,perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas dan kemudian diangkut ke aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrio ventikular secara mendadak dan menimbulkan kematian. Hal ini menjadikan Phlebitis sebagai salah satu permasalahan yang penting untuk dibahas di samping Phlebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan (Hidayat,2006).

  2.1.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Phlebitis.

  Faktor yang mempengaruhi terjadinya phlebitis, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal (Nurjanah,dkk,2011).

  2.1.2.1. Faktor Internal Phlebitis:

  1. Usia Pada pasien yang berusia sangat muda atau lansia memiliki vena yang rapuh, perawat harus menghindari vena yang dengan mudah bergeser atau rapuh seperti vena dipermukaan dorsal tangan.

  2. Status nutrisi (status gizi) Status gizi adalah suatu kondisi di dalam tubuh yang dapat dipengaruhi oleh komsumsi makanan seseorang setiap hari ( Amalia,

  Dachlan, & Santoso, 2014).

  Tabel 1. Kategori status gizi berdasarkan IMT

  IMT Status Gizi 2

<18,5 kg/m Gizi Kurang

2

18,5-25 kg/m Gizi Normal

2

>25 kg/m Obesitas

Sumber : Depkes (2006)

  3. Stres Tubuh berespon terhadap stres dan emosi atau fisik melalui adaptasi imun. Rasa takut akan cedera tubuh dan nyeri sering terjadi diantara anak-anak,konsekuensi rasa takut ini dapat sangat mendalam dimana anak-anak yang mengalami lebih banyak rasa takut dan nyeri karena pengobatan akan merasa lebih takut terhadap nyeri dan cenderung menghindari perawatan medis, dengan menghindari pelaksanaan pemasangan infus/berontak saat dipasang bisa mengakibatkan plebitis karena pemasangan yang berulang dan respon imun yang menurun.

  Respons stres juga timbul pada pasien bedah, respons stres adrenokortikal, reaksi hormonal tersebut akan menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangankalium dalam 2-5 hari pertama setelah pembedahan. Stres mempengaruhi tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.Semakin luas area pembedahan maka semakin berat stres.

  4. Keadaan vena Kondisi vena yang kecil dan vena yang sering terpasang infus mudah mengalami phlebitis. (Lyda Zoraya Rojas-Sánchez, et al,

  2015).

  2.1.2.2 Faktor Eksternal Phlebitis Faktor eksternal phlebitis antara lain yaitu faktor kimiawi, faktor mekanik dan bacterial. Antara lain adalah :

  2.1.2.2.1 Faktor Kimiawi

  1.Jenis cairan Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+lebig rendah dibandingkan serum), sehingga larutdalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.Digunakan padakeadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.

  Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolapskardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.( NaCl/ salin 0,45% , salin 0,33 % dan Dekstrosa 2,5%).

  Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati plasma darah/serum, sehingga terus berada di osmolaritas cairannya mendekati serum, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi.Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan) khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. (cairan Ringer-Laktat (RL), dan normalsaline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

  Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, s ehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).Penggunaannya kontradiktif dengan cairan Hipotonik.Misalnya Dextrose 5% + salin 0,45% , salin 3%, Dextrose 5%+Ringer- Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin (Perry & Potter, 2005).

  Osmolalitas diartikan sebagai konsentrasi sebuah larutan ataujumlah partikel yang larut dalam suatu larutan.Pada orang sehat,konsentrasi plasma manusia adalah 285 ± 10 mOsm/kg H20.Larutan sering dikategorikan sebagai larutan isotonik, hipotonikatau hipertonik, sesuai dengan osmolalitas total larutan tersebutdisbandingdengan osmolalitas plasma. Larutan isotonik adalah larutanyang memiliki osmolalitas total sebesar 280

  • – 310 mOsm/L, larutanyang memiliki osmolalitas kurang dari itu disebut hipotonik,sedangkan yang melebihi disebut larutan hipertonik.

  2. Jenis obat yang dimasukan melalui infus Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain Kalium Klorida, Vancomycin, Amphotrecin B,

  Cephalosporins, Diazepam, Midazolam dan banyak obat kemoterapi.

  Larutan infuse dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena sentral. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna dalam pencampuran juga merupakan factor kontribusi terhadap Phlebitis.Jadi,jika diberikan obat intravena masalah bisa diatasi dengan penggunaan filter sampai 5 µ m.

  Jenis obat

  • –obatan yang bisa di berikan melalui infuse antara lain seperti: Golongan antibiotic (Ampicicilin, amoxcicilin, clorampenicol,dll) ,antidiuretic (furosemid,lasixdll)antihistamin atau setingkatnya(Adrenalin,dexamethasone,dypenhydramin). Karena kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus.

  Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

  Dalam pemberian antibiotic melalui IV perlu diperhatikan dalam pencampuran serbuk antibiotic tersebut, hal ini untuk menghindari terjadinya komplikasi seperti trombo phlebitis karena kepekatandan tidaktercampurnya obatsecarabaik.Biasanyauntuk mencampur serbuk antibiotik / obat-obat yang lain diberikan secara IV Adalah cairan aquades dengan perbandingan 4cc larutan aquades berbanding1 vialantibiotic atau 6cc larutan aquades berbanding 1 vial serbuk antibiotic. Bilapen campuran obat terlalu pekat maka aliran dalam infuset terhambat dan dapat menyebabkan Phlebitis (Hankins,2000).

  2.1.2.2.2 Faktor Mekanik

  1. Lokasi pemasangan infuse Penempatan kanula pada venaproksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infuse dengan osmolaritas >500mOsm/L. Misalnya Dextrose 5%, NaCl0, 9%, produk darah, dan albumin. Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut,karena akan menganggu kemandirian lansia.( wayunah, 2011).

  2.1.2.2.3 Faktor bakterial Faktor- faktor yang berperan dalam kejadian phlebitis akibat faktor bacterial antara lain: teknik aseptik yang kurang pada saat penusukan, pemasangan yang terlalu lama, pembungkusan yang bocor atau robek dapat mengandung bakteri, tempat penyuntikan yang jarang diinspeksi visual ( INS,2005), faktor yang lain adalah frekuensi ganti balutan.

  1. Lama infuse terpasang

  The center for disease control and prevention telah

  menyusun penggantian infuse tidak boleh lebih dari 72 jam, kecuali untuk penanganan darah dan lipid emulsi diganti tiap 24 jam ( perry & potter, 2005).

  2.1.3. Skala Phlebitis Menurut Dougherty, dkk (2010),skala Phlebitis dibagi menjadi enam seperti terlihat dalam table2.1:

  Tabel2.1Visual Infusion Phlebitis score Sumber:Dougherty,dkk (2010)

  Skor Visual Phlebitis

  VIP Score Visual Infusion Phlebitis score Tidak ada tanda Phlebitis Observasi Tempat suntikan tampak sehat kanula Salah satu dari berikut jelas: Mungkin tanda dini Phlebitis: Observasi Nyeri pada tempat suntikan

  1 1. kanula

  2. Eritema pada tempat suntikan Dua dari berikut jelas:

  1. Nyeri Stadium dini Phlebitis:

  2

  2. Eritema Ganti tempat kanula

  3. Pembengkakan Semua dari berikut jelas: Stadium moderat Phlebitis:

  1. Nyeri sepanjang kanula

  1. Ganti Kanula

  3

  2. Eritema

  2. Pikirkan terapi

  3. Indurasi Semua dari berikut jelas: Stadium Lanjut atau awal 1.

   Nyeri sepanjang kanula tromboPhlebitis

  2. Eritema

  4

  1. Ganti Kanula 3.

   Indurasi

  2. Pikiran terapi

  4. Venous cord teraba Semua dari berikut jelas:

  1. Nyeri sepanjang kanula Stadium Lanjut tromboPhlebitis 2.

  1. Lakukan Eritema

  5

  3. Indurasi

  2. Ganti Kanula 4.

   Venous cord teraba

  5. Demam

  2.1.4 Pencegahan Phlebitis Menurut Darmawan (2008), pencegahan Phlebitis adalah: a.Mencegah Phlebitis bakterial : Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan daerah infuse sertaan tisepsis kulit.

  Walaupun lebih disukai sediaan Chlorhexidine 2%, Tinctura Yodium, Iodofor atau alcohol 70% juga bisa digunakan. b.Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik: Stopcock

  IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial kedalam tubuh. Pencemaran stopcocklazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45-50% dalam serangkaian besar kajian.

  c. Rotasi kanula : Mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontra lateral setiap hari ada 15 pasien menyebabkan bebas Phlebitis. Namun, dalam uji kontrol acak kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada kontra indikasi. The Center for Disease

  

Controland Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96

  jam untuk membatasi potensi infeksi, namun rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup.

  d. Aseptic dressing : Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah Phlebitis. Kasa steril diganti setiap 24 jam.

  e. Laju pemberian:Para ahliumumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko Phlebitis. Namun, ada para digma berbeda untuk pemberian infuse obat injeksi dengan osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi waktu kontak campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150-330 mL/jam).Vena perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan filter 0,45 mm. Kanula harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relative cepat ini lebih relevan dalam pemberian infus jaga sebagai jalan masuk obat,bukan terapi cairan maintenance atau nutrisi parenteral f.Titratable acidity : Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak pernah dipertimbangkan dalam kejadian Phlebitis. Titratableacidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan infus. Potensi Phlebitis dari larutan infus tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titratable acidity sendiri. Bahkan pada pH 4,0 larutan glukosa 10% jarang menyebabkan perubahan karena sangat rendah (0,16mEq/L). Dengan demikian makin

  titratable acidity rendah titratebleacidity larutan infus semakin rendah risiko Phlebitisnya.

  g. Heparin dan hidrikortison: Heparin sodium,bila ditambahkan cairan infus sampai kadar akhir 1 unitt/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu pasang kateter. Risiko Phlebitis yang berhubungan. Dengan pemberian cairan tertentu (misal: Kalium Klorida, Lidocaine, dan

  

antimicrobial ) juga dapat dikuangi dengan pemberian aditif intravena

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN (Studi Korelasi di ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 117

PENGARUH ROM TERHADAP PERUBAHAN NYERI PADA PASIEN POST OP EKSTREMITAS ATAS (Di Ruang Asoka RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 111

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN (Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 113

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN (Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 6

PENGARUH PEMBERIAN POSISI ALIH BARING TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE (Studi di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

1 3 96

PENGARUH PEMBERIAN POSISI ALIH BARING TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE (Studi di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 7

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN (di Ruang Melati RSUD Bangil, Pasuruan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 103

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN (di Ruang Melati RSUD Bangil, Pasuruan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 7

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SELF CARE PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK (Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 111

ANALISA FAKTOR-FAKTOR TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA (Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Tahun 2018) Sevika Dwi AnggitaHarnanik NawangsariAgustina Maunaturrohmah ABSTRAK - ANALISA FAKTOR-FAKTOR

0 0 7