MOTIVASI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI
MOTIVASI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
MOTTO : ..legawa..
Dipersembahkan untuk: Papa, Mama.. mbah buyut, dalam istirahat tenangnya.. dan semua wanita yang harus menjadi “buruk” karena budaya..
MOTIVASI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWI
Merina Candra Wardani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan dinamikanya dalam
memunculkan perilaku merokok pada mahasiswi. Subjek yang akan diteliti berjumlah 8 orang dan
dipilih berdasarkan kriteria yaitu mahasiswi perokok yang berada pada tahap antara becoming a
smoker sampai tahap maintenance of smoking. Pengumpulan data menggunakan adalah stimulus
projektif (tiga buah gambar) dan wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa motivasi perilaku merokok mahasiswi Universitas Sanata Dharma adalah untuk memenuhi
kebutuhan menjalin hubungan dengan teman (affiliation), kebutuhan untuk mengungkap rasa ingin
tahu (cognizance), kebutuhan untuk mencari atau menikmati ketenangan (passivity), kebutuhan
untuk menghindari sakit fisik, menarik diri, melarikan diri (harm avoidance), kebutuhan untuk
mencari dan menikmati kenangan/kesan yang menyenangkan (sentience), kebutuhan untuk
mencari pujian, penghargaan, dan perhatian (recognition), kebutuhan bertindak untuk kesenangan
(playmirth), dan kebutuhan melakukan perilaku yang dilarang (autonomy asosial). Kebutuhan-
kebutuhan tersebut memunculkan berbagai macam dorongan dan motif yang membuat subjek
merokok dengan pola-pola tertentu. Rata-rata subjek memiliki kecenderungan kepribadian yang
bersifat oral-receptive (penerimaan mulut) dan oral-passive. Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka disarankan khususnya bagi para orang tua yang memiliki anak remaja agar dapat
mengantisipasi anaknya tidak menjadi pecandu rokok dengan memperhatikan lingkungan
pergaulan anak serta memberikan dukungan dan perhatian yang cukup kepada anak. Selain itu,
untuk remaja yang belum pernah mencoba rokok, disarankan untuk tidak mencoba karena rokok
dapat menyebabkan kecanduan.
THE MOTIVATION OF SMOKING BEHAVIOUR OF FEMALE
STUDENTS
Merina Candra Wardani
ABSTRACT
The aim of this research is to find out the motivation and it’s changes that bring out the
smoking behavior of female students. The subjects observed were 8 people that be chosen of
certain criterion, which are female student smokers in a stage of becoming a smoker until a stage
of maintenance of smoking. In this study, subjects amount to to 8 people. The data collection that
be used in this study is a projective stimulus of the three pictures and semi-structured interviews.
The result of this study indicates that the motivation of smoking behavior of female students at
Sanata Dharma University is to meet the needs of a relationship with friends (affiliation), the need
to unravel curiosity (cognizance), the need to seek or enjoy the tranquility (passivity), the need to
avoid physical pain, pull away, run away (harm avoidance), the need to seek and enjoy the
memories/impressions of pleasant (sentience), the need to seek praise, rewards, and attention
(recognition), the need to act for pleasure (playmirth), and the need to conduct prohibited
(autonomy asocial). That need induces some varieties of motive and drive that cause the subjects
smoke in certain pattern. In average, every subject has a tendency of oral-receptive and oral-
passive in personality. Based on these results, it is recommended, especially for parents who have
teenagers, to anticipate their children for not becoming cigarettes addict by taking care into their
children’s social environment and provide adequate support and attention. In addition, for
adolescents who have never tried cigarettes, it is advisable not to try because smoking can cause
addiction. Keywords: smoking behavior, motivation, female studentsKATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kami sebut dengan berbagai nama dan kami sembah dengan berbagai cara untuk setiap hembusan nafas kehidupan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Motivasi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi” merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Segala proses pengerjaan penelitian ini melibatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Tjipto Susana M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir penelitian ini. Terima
8. Keluarga besar Pawirodono, terlebih untuk mbah buyut dalam istirahatnya yang tenang, maaf mbah aku terlambat bawa toga ke depan mbah, terima kasih untuk doa dan kekuatannya selama ini.
9. Especially for Widi Wedee, terima kasih untuk “kekuatan” yang luar biasa, yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Terima kasih untuk dukungan, bantuan, dan kehadiran sampai titik terakhir penelitian ini, terima kasih untuk Bapak, Mamah ibu (and cs), Si item, dan “segalanya” (..dsm..).
10. My Kepompong Rempong. Ikemarikemari teman seperjuangan dari awal sampai akhir penelitian, Noy, Ndut, Sela, Tacong terima kasih untuk persahabatan dan canda tawa selama ini.
11. Mas-masku. Mas Windra, Mas Kriwil, Mas Budi, Mas Broti, Mas Dika, Mas Wan, dan keluarga besar TN. Terima kasih untuk semuanya. Tetap semangat, kehidupan keras!!
12. Gobram dan Mas Gurit terima kasih untuk ilustrasi gambarnya, upahmu besar di Surga.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……….......………..... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………………...…………. iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………....…………... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...…..……... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………….. vi ABSTRAK ………………………………………………...………........……… vii ABSTRACT …………………………………………………..……..………… viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……....…..….. ix KATA PENGANTAR ………………………………………………......…..….. x
1. Definisi Motivasi ……………………….…………………………... 11
2. Cara Pengukuran Motivasi …………………………..……………... 14
3. Teori Murray ...................................................................................... 17
C. Perilaku Merokok ……..……………………………………………….. 24
1. Definisi Perilaku Merokok……...………………………………….. 24
2. Tahapan Merokok ........……...…………………………………...… 25
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ................................. 26
D. Kerangka Penelitian…………………………………………………….. 29
E. Pertanyaan Penelitian ..........................................................……………. 31
BAB III. METODE PENELITIAN ……....………………………………….. 32
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 32 B. Strategi Penelitian …………....…………...…………………………….. 322. Pola Motivasi ………………………………………………………... 63
D. Pembahasan …………..…………………………………………………. 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………... 101
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 101 B. Saran Aplikatif .…………………………………………………………101 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...…..107 DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………........….. 110
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Daftar panduan pertanyaan wawancara .............................................. 38 Tabel 2. Gambaran subjek ................................................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Bagan Motivasi ....................................................………..………… 13 Gambar 2. Contoh pola yang muncul dalam urutan cerita.................................... 46 Gambar 3. Contoh pola yang muncul dari beberapa cerita................................... 48 Gambar 4. Contoh pola yang muncul dalam urutan jawaban wawancara .......... 50 Gambar 5. Contoh pola yang muncul dari beberapa jawaban wawancara ........... 51 Gambar 6. Pola Motivasi Subjek 1 ...................................................................... 67 Gambar 7. Pola Motivasi Subjek 2 ...................................................................... 70 Gambar 8. Pola Motivasi Subjek 3 ...................................................................... 73 Gambar 9. Pola Motivasi Subjek 4 ..................................................................... 75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok saat ini merupakan barang kebutuhan bagi perokok yang sudah
mengalami kecanduan. Berdasarkan data WHO, sekitar 65 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Rokok menimbulkan efek candu bagi perokok aktif.
Orang yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jumlah yang banyak akan sulit menghentikan kebiasaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh efek dari nikotin yang terkandung di dalam setiap batang rokok. Nikotin adalah bahan kimia yang bersifat adiksi atau menyebabkan kecanduan. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kuantitas rokok, jumlah
Saat ini di Indonesia merokok tidak hanya dilakukan oleh para pria saja, banyak kita jumpai para wanita yang merokok di lingkungan sosial. Prevelensi perokok pria sebesar 68,8 % dan perokok wanita sebesar 2,6 % (Suhardi, 2005). Data Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) menunjukan 5% dari 36 juta jiwa perokok adalah wanita. Sedangkan data dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, menunjukkan 4 persen perokok berasal dari remaja perempuan. Remaja perempuan yang merokok pada usia SMP sebesar 11,5 persen. Angka prevalensi perokok wanita di Indonesia mencapai 4,83 persen. Sementara, data prevalensi perokok Lembaga Demografi Universitas Indonesia 2008, menunjukkan delapan persen perokok dari total perokok di Jakarta adalah perempuan. Jumlah perokok perempuan mencapai 240 ribu dari tiga juta perokok aktif di Jakarta. masih banyak wanita yang merokok meskipun telah mengetahui dampak negatif rokok untuk kesehatannya.
Sementara itu, berbagai pandangan negatif ditujukan bagi kaum wanita yang merokok. Wanita yang merokok di lingkungan umum dianggap sebagai “wanita nakal” (Isnaeni, 2010). Pandangan tabu tentang wanita yang merokok sudah ada sejak dahulu, di Amerika Utara dan Eropa wanita merokok dihubungkan dengan hilangnya moral dan perilaku seksual yang mencurigakan (Haglund & Amos, 2000).
Ketabuan tentang wanita perokok berusaha dihilangkan. Rokok tersebut digunakan sebagai alat pemberontakan untuk menciptakan emansipasi wanita.
Wanita yang pertama kali melakukan aksi perlawanan melalui rokok tersebut adalah George Sand dan Lola Montez, salah seorang tokoh gerakan emansipasi
Mendut, Y. B. Mangunwijaya menceritakan bahwa pada abad ke -17 di tanah Jawa dikenal seorang gadis cantik yang bernama Roro Mendut. Roro Mendut menggunakan rokok sebagai alat pemberontakkan, bukan untuk memperjuangkan emansipasi namun untuk memberontak terhadap kekuasaan Raden Tumenggung yang merupakan panglima kerajaan Mataram. Raden Tumenggung bermaksud menjadikan Roro Mendut sebagai selir, namun Roro Mendut menolak. Oleh sebab itu, Raden Tumenggung menaikkan pajak cukup tinggi sehingga rakyat menjadi kesulitan untuk membayar. Sebagai bentuk protesnya, Roro Mendut menjadi penjual rokok dan mencari cara agar rokoknya dapat menghasilkan uang yang banyak untuk membayar pajak tersebut. Saat itu, masyarakat juga menganggap bahwa wanita yang merokok adalah hal yang tabu, namun Roro Mendut melakukannya sebagai bentuk wanita petani di Kerinci telah membudaya, sehingga sangat sulit untuk diberantas. Kondisi daerah Kerinci yang berhawa sejuk, terutama di daerah pegunungan, juga turut mempengaruhi minat mereka untuk merokok karena menganggap rokok dapat membantu menghangatkan badan, meskipun mereka telah mengetahui tingkat bahaya merokok (Rindengan, 2011). Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Emilee Gilbert menunjukkan bahwa seorang wanita menjadi seorang perokok karena mengasosiasikan rokok sebagai aksesoris yang mendukung fashion mereka (Gilbert, 2003).
Penelitian tentang perilaku merokok di kalangan remaja putri dan wanita muda di Indonesia pernah dilakukan oleh Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS). Riset ini meliputi survei terhadap 3.040 siswi SMP (usia 13-15 tahun) dan SMA (usia 16-19 tahun), serta mahasiswi (usia 20-25 tahun) di Jakarta dan menggali informasi yang lebih jelas tentang proses dan dinamika psikologis yang memotivasi perilaku merokok subjek. Sedangkan dalam penggunaan
focus group discussion terdapat kemungkinan yang lebih besar subjek
menjawab tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dari pada dengan melakukan wawancara personal pada masing-masing subjek. Oleh sebab itu, peneliti akan menggunakan metode stimulus projektif dan wawancara semi- terstruktur untuk mendapatkan data yang lebih dalam dari masing-masing subjek serta memperkecil kemungkinan adanya jawaban yang tidak jujur dari subjek penelitian. Selain itu, dari kedua metode tersebut peneliti dapat mengetahui dinamika dan proses secara psikologis tentang hal-hal yang memotivasi perilaku merokok pada masing-masing subjek baik yang disadari maupun tidak disadari. tersebut. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melihat proses dan dinamika perilaku merokok yang dilakukan oleh mahasiswi.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, permasalahan yang ingin diketahui adalah hal-hal apa saja yang memotivasi perilaku merokok pada mahasiswi dan bagaimanakah perilaku tersebut terbentuk dan berkembang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan dinamikanya dalam memunculkan perilaku merokok pada mahasiswi. pengetahuan kepada masyarakat mengenai alasan atau latar belakang yang membuat wanita merokok pada saat ini. Apakah hal tersebut masih berkaitan dengan perjuangan emansipasi wanita atau ada isu lain yang membuat wanita menjadi seorang perokok. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih dalam kepada masyarakat tentang apa saja yang melatarbelakangi wanita yang merokok. Peneliti mengharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan mampu memberikan tanggapan lebih tepat pada perokok wanita di lingkungan umum.
BAB II DASAR TEORI A. Review Literatur Penelitian tentang Motivasi Perilaku Merokok Penelitian tentang perilaku merokok di kalangan remaja putri dan wanita
muda di Indonesia pernah dilakukan oleh Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS). Riset ini meliputi survei terhadap 3.040 siswi SMP (usia 13-15 tahun) dan SMA (usia 16-19 tahun), serta mahasiswi (usia 20-25 tahun) di Jakarta dan Sumatera Barat. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif (dengan kuesioner) dan kualitatif (dengan focus group discussion/ FGD). Beragam alasan dikemukakan terkait dorongan untuk merokok. Di antaranya untuk jawaban subjek yang sesungguhnya. Metode tersebut membutuhkan ketelitian dari subjek dalam membaca dan memahami pertanyaan agar subjek menjawab dengan sungguh-sungguh.
Penggunaan metode focus group discussion juga memiliki keterbatasan dalam pengumpulan data. Dalam metode ini terdapat kemungkinan yang lebih besar subjek menjawab tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dari pada dengan melakukan wawancara personal pada masing-masing subjek. Ketika berada dalam kelompok terdapat kemungkinan seseorang menjawab pertanyaan dengan tidak jujur untuk menghindari pandangan atau dampak negatif dari perilakunya. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemampuan moderator dalam proses diskusi. Jika moderator tidak cukup menguasai situasi diskusi, akan timbul kemungkinan subjek diskusi menjadi
B. Motivasi
1. Definisi motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau daya penggerak agar seseorang mau melakukan kegiatan tertentu (Hasibuan, 2003). Dorongan (drive) merupakan konstruk motivasional, biasanya dikaitkan dengan pemeliharaan homeostasis organisme atau proses dimana mekanisme ketubuhan yang bertujuan mempertahankan keadaan fisiologis pada kondisi yang lebih baik atau normal (Koeswara, 1986). Murray juga menyatakan tentang prinsip motivasi bahwa setiap manusia itu didorong oleh upaya untuk mencapai keseimbangan keadaan tubuh. Kebutuhan- kebutuhan tersebut menimbulkan kekuatan yang ada di dalam wilayah otak dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi merupakan kekuatan dinamis, pemberi energi, dan pengerah perilaku manusia. Untuk berbicara tentang motivasi, tentu harus berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan. Murray mengemukakan 5 kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan. Pertama, kebutuhan merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek yang berfungsi sebagai stimulus. Kedua, kebutuhan menyebabkan munculnya suatu perilaku.
Ketiga, terdapat konsekuensi atau hasil akhir dari perilaku tersebut. Keempat, adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut. Kelima, ada tingkat kepuasan atau ketidak puasan tertentu setelah seluruh respons dilakukan.
Motivasi tidak lepas dari unsur kebutuhan (need), dorongan (drive), dan motif. Dorongan (drive) tersebut dikaitkan dengan proses fisik, sedangkan motif merupakan seluruh aktivitas mental atau psikologis. Seperti yang telah di uraikan di atas mengenai prinsip motivasi dari Murray bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat menimbulkan kekuatan yang ada di dalam wilayah otak yang mengorganisasi tindakan, dan mengarahkan tindakan tersebut ke suatu arah tertentu sebagai pencapaian suatu kondisi yang seimbang dalam tubuh atau dorongan (drive). Namun sering kali, dari kebutuhan yang ada akan memunculkan motif dan menimbulkan munculnya perilaku. Motif yang merupakan dorongan psikologis biasanya muncul lewat proses pembelajaran. Munculnya perilaku juga bisa terjadi lewat proses adanya kebutuhan yang memunculkan dorongan (drive) kemudian
2. Cara Pengukuran Motivasi
Pengukuran motivasi dapat dilakukan dengan beberapa cara (Martaniah, 1984). Cara yang dapat ditempuh ialah dengan jalan melihat ciri-ciri perilaku yang bertujuan yang termotivasikan (Winter, 1973). Ada tujuh ciri perilaku yang diambil Winter dari pendapat Murray, Mc. Clelland dan Klinger yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengukur motif.
Ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
1. Jika tujuan sudah dekat perilaku makin nyata, sehingga makin mudah untuk diramalkan.
2. Perilaku bervariasi menurut kondisinya, terutama jika terjadi halangan / hambatan.
3. Peningkatan kemantapan yang dapat dilihat dari performasi yang
Dari ciri-ciri tersebut terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melihat adanya motif yang memotivasi perilaku subjek. Yang pertama, mempelajari kecenderungan-kecenderungan perilaku orang dengan cara memeriksa dokumen-dokumen mengenai orang tersebut secara teliti, data tambahan juga bisa didapat melalui eksperimen. Cara tersebut digunakan untuk mengetahui ciri-ciri 1 dan 2. Cara ini mempunyai kelebihan yaitu data yang digunakan sudah tersedia sebelumnya, hanya perlu mencari beberapa data tambahan yang terkait dengan perilaku subjek yang akan diteliti.
Namun, cara tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, sehingga tidak salah dalam interpretasi data maupun kecenderungan perilaku yang nampak.
Cara kedua, memberikan daftar pertanyaan atau berupa wawancara mengeksplorasi pertanyaan wawancara agar data yang didapat lebih maksimal. Misalnya, saat jawaban subjek kurang jelas atau masih dapat digali, peneliti harus menanyakan kembali pertanyaan dan tidak hanya terpaku pada daftar yang telah dibuat.
Ciri yang ke 7 dapat diketahui dengan cara ketiga yaitu menurut Freud perilaku yang termotivasikan tentu diikuti oleh representasi, antisipasi, dan citra kognitif. Maka beberapa psikolog seperti Freud mencoba untuk mengukur motivasi dengan mencatat dan menganalisis jaringan asosiasi kognisi ini. Freud menggunakan teknik asosiasi bebas dan analisis mimpi untuk mengukur motivasi. Kelebihan cara ini adalah dapat mengungkap motivasi yang tidak disadari atau direpress oleh subjek. Sering kali motivasi yang tidak disadari atau direpress tersebut malah memiliki kontribusi besar motivasi yang disadari maupun tidak disadari. Hal tersebut juga dapat mengurangi adanya kemungkinan faking yang dilakukan oleh subjek. Salah satu tokoh yang alhi dengan proses asosiasi bebas adalah Murray. Murray juga membuat sebuah tes yang bertujuan untuk mengetahui fantasi seseorang dan hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan dan kepribadian subjek. Berikut ini akan dijelaskan tentang teori Murray untuk mengungkap kebutuhan seseorang.
3. Teori Murray
Hendry Alexander Murray dipandang sebagai salah satu tokoh psikolog yang paling bertumpu pada dinamika kebutuhan untuk menerangkan kepribadian dengan cara asosiasi bebas dari stimulus gambar. Apperception Test” (TAT), dimana subjek diminta membuat cerita atas tiap gambar yang ditunjukkan. Menurut Mogan dan Murray, bagian-bagian dari cerita tersebut mengandung transkripsi motif penulis cerita tersebut yang disadari maupun tidak.
Dalam penelitian ini analisis kebutuhan subjek didasarkan pada teori kebutuhan Murray. Dibandingkan dengan teori kebutuhan dari tokoh lain, teori kebutuhan Murray cukup lengkap. Salah satu contoh, teori Abraham Maslow memiliki hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan
- mengatasi hambatan atau menguasai situasi, memanipulasi objek atau orang menuntaskan suatu pekerjaan secara tahan
- menjadi ambisius, kompetitif dan penuh aspirasi
Ascquisition :
a. social :
- bekerja untuk uang, pemilikan materi, atau objek yang berharga keinginan untuk mencapai mobilitas sosial (dari kelas bawah ke menengah, misalnya)
- tawar-menawar atau berjudi
- perilaku hemat
- destruction : merusak, menghancurkan, vandalisme, membakar
Construction : mengorganisasi, membangun, menciptakan,
menempatkan sesuatu/mengatur sesuatu menjadi susunan baru
Counteraction : memperbaiki kesalahan/kekalahan, mengatasi
kelemahan/kompensasi, melawan penghinaan
Dominance : mengontrol, mempengaruhi, mengatur lingkungan manusia Exposition : memberi tahu, mengajar, memberi instruksi Recognition : mencari pujian, penghargaan, perhatian Understanding : mencari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan (wisdom).
Mencoba memahami hubungan antara suatu objek atau kejadian dengan objek/kejadian lainnya. Berdiskusi dan berargumentasi untuk meningkatkan pengetahuan. Mencoba menghubungakan pikiran dengan
Nurturance : memberi simpati, atau memuaskan kebutuhan orang lain.
Membantu, memberi makan, mendukung, menghibur, melindungi atau membuat nyaman/tenang mereka yang membutuhkan kenyamanan dan ketenangan.
Sex : hubungan seksual, pergaulan lawan jenis, jatuh cinta. Kalau
dibandingkan dengan affiliation, sex ada unsur tindakan, perilaku, sedangkan affiliation hanya bersifat emosional
Succorance : kecenderungan untuk menangis, meminta bantuan,
perlindungan cinta. Menjadi tak berdaya, tergantung, berburu afeksi atau kelembutan, menerima pemberian tanpa keragu-raguan.
3. Kebutuhan yang dimotivasi oleh keinginan akan kebebasan, perubahan,
baru, menulis novel, petualangan, dsb. Biasanya berfusi dengan Autonomy.
Excitance, Dissipation : melakukan tindakan yang merangsang
ketegangan emosional, menantang bahaya. Hal ini bisa dikacaukan dengan kebutuhan pengalaman (change), berjudi (acquisition), minum alkohol (nurturance). Namun berbeda dengan tekanan pada ketegangan emosional, meskipun kebutuhan-kebutuhan itu bisa berfusi.
Playmirth : bertindak untuk kesenangan (fun), tanpa tujuan jelas selain
kesenangan itu sendiri. Tertawa, bermain, bercanda, dsb. Namun kalau permainan itu serius atau kompetitif, maka akan muncul Achievement.
4. Kebutuhan lain-lain :
memuaskan rasa ingin tahu, melihat, menyimak, menginspeksi. Membaca dan mencari pengetahuan. Biasanya berfusi dengan Understanding, Change, (travel, dsb) atau Achievement.
Harm Avoidance : menghindari sakit fisik, menarik diri, melarikan diri.
Termasuk reaksi kecemasan/ketakutan pada suara keras, kehilangan dukungan, atau hadirnya orang asing. Hati-hati, cemas, dsb.
Passivity : mencari atau menikmati ketenangan, beristirahat, obat
penenangan, kedamaian. Merasa lelah, apatis, malas. Kebutuhan akan perenungan yang tenang (kontemplasi)
Rejection : mengabaikan, mengeluarkan/menolak orang lain, tutup
mulut, tidak peduli, mengabaikan, mengkritik
Retention : menahan sesuatu, menolak meminjamkan, posesif (menahan
C. Perilaku Merokok
1. Definisi Perilaku Merokok
Perilaku didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu dan individu lain yang bersifat nyata (Sarwono, 1993). Menurut Morgan (1984) perilaku tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan hal yang konkrit, dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari. Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Salah satu bentuk perilaku konkrit, dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari tersebut adalah perilaku merokok. Perilaku merokok muncul karena dipengaruhi oleh stimulus dari dalam diri individu seperti kebutuhan psikis maupun fisik dan lingkungan.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh lewat mulut dan hidung kemudian menghembuskannya kembali keluar untuk mendapatkan kenikmatan. Dalam penelitian ini akan dilihat perilaku merokok yang dilakukan oleh para wanita, serta melihat apa motivasi yang membuat mereka menjadi perokok.
2. Tahapan Merokok
Menurut Leventhal dan Clearly (dalam Komasari & Helmi, 2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi seorang perokok, yaitu:
1. Tahap Preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang
4. Tahap Maintenance of smoking. Tahap ini adalah tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Anak-anak muda mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya.
Merokok pada anak muda dengan kemauan sendiri disebabkan ingin menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Umumnya bermula dari perokok pasif kemudian menjadi perokok aktif dan menjadi ketagihan akibat kandungan nikotin di dalam rokok. (Sitepoe, 1997).
Menurut Smet (Kemala & Hasnida, 2005) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap, yaitu:
1. Dorongan psikologis: rasanya sebagai rangsangan seksual melalui mulut waktu merokok, sebagai ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, menunjukkan kedewasaan, serta rangsangan mulut melalui jari-jari pada saat merokok.
2. Dorongan fisiologis: adiksi (ketagihan) tubuh terhadap kandungan rokok berupa nikotin.
Menurut Avin dan Dian (2000) terdapat tiga penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu :
a. Kepuasan psikologis
Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah tersa getir dan perut mual. Namun sebagian para pemula mengabaikan perasaan tersebut sehingga biasanya berlanjut karena dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi. Jadi kepuasaan psikologis yang dimaksud disini adalah akibat atau efek yang diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan dan perasaaan yang menyenangkan yang dirasakan oleh seseorang.
b. Pengaruh orang tua
Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal ini berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi.
Konsep sosialisasi merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem kepercayaan, sikap atau apa pun perilaku dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Tujuan sosialisasi ini agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan norma yang diinginkan kelompoknya dan terbebas dari sebutan “pengecut” dan “banci”. Jika dilihat dari tahap-tahap perilaku merokok, teman sebaya dan keluarga merupakan pihak yang pertama kali mengenalkan perilaku merokok, kemudian berlanjut dan berkembang menjadi tobacco dependency atau ketergantungan rokok.
Remaja yang merokok untuk pertama kalinya karena dorongan teman-temannya mungkin memiliki alasan yang berbeda pada tahap persiapan (Tahap Preparatory). Beberapa dari mereka mungkin merasa cemas dan tidak mampu sehingga mereka merokok untuk bisa diterima secara sosial dan menjadi bagian dari kelompok. Beberapa orang mulai mencoba rokok adalah untuk mengendalikan emosi seperti kecemasan kerja.
Hal-hal tersebut mungkin merupakan sesuatu yang penting bagi orang-orang
Untuk mengurangi kemungkinan tersebut, peneliti menggunakan stimulus projektif yang berupa gambar seperti dalam tes TAT. Sebelum melakukan wawancara peneliti menggunakan 3 gambar yang bertujuan untuk melihat kebutuhan, dorongan, serta motif yang disadari maupun tidak disadari oleh subjek. Proses tersebut memodifikasi dasar-dasar tes TAT yang melihat aspek-aspek motivasi lewat respon subjek terhadap gambar yang disajikan.
Tiga gambar tersebut disajikan satu persatu, kemudian subjek diminta untuk menceritakan gambar tersebut sesuai dengan imajinasi atau pikiran mereka.
Tiga gambar tersebut dianggap mewakili beberapa suasana yang muncul ketika wanita merokok. Gambar pertama adalah suasana seorang wanita yang sedang merokok sendirian. Gambar tersebut digunakan untuk melihat motivasi merokok subjek secara luas. Gambar yang kedua adalah suasana 4 orang dari hasil interpretasi gambar dan wawancara. Jawaban subjek dicocokan agar mendapatkan data yang valid dan menghindari kemungkinan faking data. Dari data tersebut dapat disimpulkan pola-pola motivasi yang membuat subjek berperilaku merokok.
E. Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan penelitian pada perilaku merokok pada mahasiswi yaitu, apa saja yang motivasi perilaku merokoknya dan bagaimana perilaku merokok tersebut muncul dan berkembang. Pertanyaan pada penelitian ini adalah “Apakah yang memotivasi perilaku merokok pada mahasiswi?” dan “Bagaimanakah proses perilaku merokok tersebut muncul dan berkembang?”
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang menjelaskan suatu fenomena secara deskriptif (dalam Smith, 2009). Menurut Bogdan dan Tylor (Moleong, 2006), metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami inti sebuah masalah sosial atau fenomena yang dialami individu secara
inquiry ) yaitu: desain yang bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian.
Peneliti mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri. Kontak personal langsung peneliti di lapangan, agar peneliti memperoleh pemahaman secara jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan sehari-hari. Penelitian kualitatif menekankan pada perspektif holistik, perspektif dinamis, dan perspektif perkembangan yaitu: keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan menyeluruh.
Dalam penelitian ini, tujuan peneliti agar dapat mengungkapkan motivasi yang membuat subjek berperilaku merokok, selanjutnya peneliti juga turut serta dalam menginterpretasikan kembali data yang didapat dari dinamika psikologis dalam perilaku merokok subjek. Proses tersebut disebut sebagai pola motivasi perilaku merokok subjek.
D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti adalah mahasiswi.
Subjek tersebut dipilih berdasarkan kriteria yaitu mahasiswi perokok yang berada pada tahap antara becoming a smoker yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok sebanyak kurang lebih 4 batang per hari atau mempunyai kecenderungan menjadi perokok sampai tahap maintenance of
smoking dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self-regulating) atau merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. Kedua tahap tersebut dipilih karena pada
E. Alat Stimulus Projektif
Stimulus projektif yang berupa gambar ini memodifikasi dasar-dasar tes TAT yang melihat aspek-aspek motivasi lewat respon subjek terhadap gambar yang disajikan. Stimulus projektif ini digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi data selain dengan hasil wawancara. Dalam metode wawancara, terdapat kemungkinan subjek hanya menjawab hal-hal yang disadari. Selain itu, subjek juga dapat melakukan faking atau menjawab hal yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Stimulus projektif digunakan juga untuk melengkapi kekurangan tersebut. Stimulus projektif mencoba menggali alam bawah sadar subjek tersebut dengan harapan akan mengungkapkan motivasi tersembunyi dan tidak disadari oleh subjek sendiri.
Peneliti membuat tiga gambar yang dibuat berdasarkan riset yang Gambar yang kedua adalah suasana 4 orang wanita yang sedang berkumpul di suatu tempat, 3 orang diantaranya sedang merokok. Gambar tersebut digunakan untuk melihat bagaimana hubungan subjek dengan lingkungan teman sebayanya yang homogen, dan seberapa besar lingkungan tersebut mempengaruhi perilaku merokok subjek. Dari beberapa data baik hasil penelitian sebelumnya atau observasi lingkungan, terdapat satu kondisi dimana seorang individu terlihat sangat nyaman dengan perilaku merokok saat bersama teman-temannya. Gambar tersebut memberi stimulus yang diharapkan tema tentang teman yang homogen dapat terungkap. Gambar yang ketiga adalah gambar seorang wanita yang sedang merokok bersama dengan beberapa teman laki-laki. Gambar tersebut digunakan untuk melihat motivasi subjek merokok bersama teman lawan jenisnya, dan melihat apakah terdapat
F. Metode Pengumpulan Data
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menyajikan stimulus projektif yang berupa 3 buah gambar kepada subjek untuk melihat kebutuhan, dorongan dan motif-motif yang tidak disadari oleh subjek. Gambar tersebut disajikan satu per satu, dan subjek diminta untuk menceritakan apa yang subjek lihat dalam gambar tersebut.
Instruksi penyajian gambar: “Ceritakanlah secara spontan gambar yang anda lihat berikut ini.
Ceritakan sedramatik mungkin dan setidaknya meliputi 5 hal. Pertama apakah yang sudah terjadi pada tokoh dalam gambar tersebut, kemudian apakah yang sedang terjadi pada tokoh saat ini, apakah yang tokoh rasakan dan tokoh pikirkan, dan bagaimanakah akhir ceritanya”. pertanyaan dapat dimodifikasi sesuai jawabannya dan pewawancara pun dapat menggali wilayah menarik dan penting yang muncul dalam proses wawancara (Smith & Osborn, 2009). Daftar panduan pertanyaan wawancara dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Daftar panduan pertanyaan wawancara
Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Sejak kapan anda merokok? Rapport, untuk mengetahui sudah berapa lama subjek merokok dan masuk dalam tahapan merokok apa
Bisakah anda menceritakan Rapport, untuk mengetahui sejarah subjek bagaimana anda mulai merokok? merokok dari awal sampai saat ini, untuk mengetahui motivasi perilaku merokok
Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Bagaimana tanggapan lingkungan Untuk mengetahui penilaian lingkungan anda terhadap perilaku merokok subjek terhadap perilaku merokok subjek yang anda lakukan? dan melihat bagaimana subjek bersikap dengan kondisi lingkungan tersebut Bagaimana perasaan anda ketika Untuk mengetahui tanggapan emosional tidak merokok? subjek saat tidak merokok, untuk mengetahui apakah subjek mengalami ketergantungan rokok atau tidak
Apakah yang membuat anda ingin Untuk mengetahui motivasi yang membuat mengulang perilaku merokok? subjek merokok, untuk mengetahui apakah subjek mengalami ketergantungan rokok
Panduan daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti dapat berubah atau berkembang sesuai dengan kondisi dan jawaban yang muncul saat wawancara dilakukan. Panduan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi penting dan terarah untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Proses wawancara juga akan melalui beberapa tahap antara lain :
1. Peneliti mencari subjek atau partisipan yang akan bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
2. Melakukan rapport, perkenalan, menjelaskan maksud penelitian dan memastikan subjek bersedia menjadi informan dan siap menjalani proses bersama-sama.
3. Membuat jadwal wawancara bersama sesuai kesepakatan agar
G. Prosedur Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (dalam Moleong, 1989). Proses analisis data dimulai dengan memahami seluruh data, kemudian langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan tersebut dikategorisasikan dan kemudian yang terakhir penafsiran data. Langkah-langkah untuk menganalisis data dari stimulus projektif berupa gambar, dan verbatim hasil wawancara diuraikan sebagai berikut:
1. Organisasi data
Dalam proses penelitian organisasi data merupakan tahap kemudian akan dicatat/ditranskripsikan kata per kata (verbatim). Langkah selanjutnya adalah melakukan koding dan pengkategorisasian.
2. Kategorisasi
Tahap ini peneliti sudah melakukan klarifikasi data sehingga pada akhirnya data-data lapangan akan dapat dipisahkan berdasarkan kategorinya masing-masing. Peneliti menemukan beberapa tema dalam proses ini. Peneliti kemudian membuat pola yang lebih umum sesuai dengan kategori yang muncul, hal tersebut dilakukan agar hasil penelitian lebih fokus pada tujuan penelitian yang disusun secara sistematis agar mudah dianalisa. Hasil cerita dan wawancara subjek dipisahkan dan dibaca berulang kali dengan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh mengenai kalimat yang mengandung unsur emosi atau situasi tertentu yang bisa ditandai dan dikategorikan menjadi kebutuhan (need), dorongan (drive),dan motif :
Harm Avoidance : menghindari sakit fisik, menarik diri,
melarikan diri. Termasuk reaksi kecemasan/ketakutan pada suara keras, kehilangan dukungan, atau hadirnya orang asing. Hati-hati, cemas, dsb. Berdasarkan pada definisi kebutuhan harm avoidance, maka segala bentuk kalimat yang mengandung makna untuk menghindari sakit fisik, menghindari kecemasan dan melarikan diri dari hal-hal yang dianggap mengancam, dapat dikategorikan menjadi kebutuhan harm avoidance. masalah. Hal tersebut dapat dikategorikan menjadi kebutuhan