BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA(SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.J UMUR 20 TH G1P0A0 DI BPM NY. HERNI CAHYATI DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpusta

  1. Pengertian Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010).

  Kehamilan merupakan waktu transisi, yaitu suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan penyatuan anatara spermatozoa dan ovum yang berimplantasi untuk memiliki seorang anak yang dikandungnya sampai anak tersebut lahir.

  2. Tujuan Asuhan Kebidanan Menurut Ari Sulistyawati tahun 2011 asuhan kebidanan terdapat 6 tujuan, yaitu : a. Memantau kemaujuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin.

  b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta social ibu dan bayi.

  10 c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.

  d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.

  e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal.

  f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

  3. Standar Asuhan Kehamilan Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal : a. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu).

  b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu).

  c. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu) (Sulistyawati, 2011)

  4. Hak-hak Wanita Hamil

  a. Memperoleh pendidikan dan informasi

  b. Mendapat jaminan dari pemerintah untuk mendapatkan yang benar dari suatu kehamilan tanpa risiko yang berarti.

  c. Memperoleh gizi yang cukup.

  d. Wanita bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya.

  e. Berhak untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi dan hukuman, seperti dikucilkan oleh masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan. f. Berhak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan diri dan bayinya.

  (Sulistyawati, 2011)

  5. Tanda-tanda Kehamilan

  a. Tanda

  • – tanda tidak pasti hamil 1) Amenorea (tidak mendapat haid)

  2) Mual dan muntah (nausea and vomiting) 3) Mengidam (ingin makanan khusus) 4) Pingsan 5) Lelah (fatigue) 6) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri.

  7) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.

  8) Konstipasi / obstipasi. 9) Pigmentasi kulit. 10) Epulis.. 11) Varises

  b. Tanda

  • – tanda kemungkinan hamil 1) Perut membesar. 2) Uterus membesar. 3) Tanda hegar : ditemukannya serviks dan istmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

  4) Tanda chadwick : perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen. 5) Tanda piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina.

  6) Kontraksi

  • – kontraksi kecil uterus jika di rangsang = braxton- hicks.

  7) Teraba balotement. 8) Reaksi kehamilan positif.

  c. Tanda pasti (tanda positif) 1) Gerakan janin.

  2) Denyut jantung janin : 3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

  6. Gejala Kehamilan (Sukarni dan Wahyu, 2013) a. Amenorea.

  b. Perubahan payudara.

  c. Mual dan muntah.

  d. Frekuensi berkemih.

  e. Leukorea (keputihan).

  f.

Tanda chadwick’s (bercak keunguan pada vagina)

  g. Quickening.

  h. Sembelit.

  7. Fisiologi Kehamilan(total cairan di dalam tubuh kehamilan seorang ibu) Cairan dalam tubuh ibu meningkat sampai rata-rata 8,5 liter dan terdiri dari : a. Cairan fetus.

  b. Cairan amnion.

  c. Jaringan plasenta.

  d. Jaringan maternal.

  e. Edema.

  f. Hidrasi yang meningkat dari meningkat dari substensi dasar jaringan konektif.

  8. Perubahan Fisiologik dan Hormonal pada Kehamilan Pengetahuan mengenai perubahan fisiologik kehamilan pada awal kehamilan sangat penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan.

  Tanda-tanda presumtif merupakan perubahan fisiologis pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa dirinya telah hamil.Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomik dan fisiologik selain selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa.Tanda- tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa misalnya seperti denyut jantung janin, gambaran sonogram janin dan gerakan janin (Prawirohardjo, 2010).

  9. Perubahan yang Terjadi Saat Kehamilan (Sukarni dan Wahyu, 2013)

  a. Perubahan kulit Adanya hyperpigmentasi atau kelebihan pigmen pada tempat- tempat tertentu.

  b. Perubahan pada kelenjar

  Kelenjar tiroid menjadi besar.

  c. Perubahan pada mamae (payudara) 1) Mamae membesar, tegang dan terasa sakit.

  2) Vena dibawah kulit mamae membesar. 3) Hiperpigmentasi pada areola mamae. 4) Kelenjar Montgomery yang terletak dalam areola mamae membesar dan terlihat dari luar.

  d. Perubahan perut Perut akan kelihatan makin lama semakin membesar.

  e. Perubahan alat kelamin luar Pada alat kelamin luar terlihat kebiruan disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah.

  f. Perubahan pada tungkai Timbulnya varises pada sebelah atau kedua belah tungkai.

  g. Sikap ibu pada waktu kehamilan agak tua Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang tersebut menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan keadaan uterus yang membesar.

  10. Intervensi yang Dilakukan pada Ibu Hamil (Pinem, 2011)

  a. Trimester I 1) Memberikan imunisasi tetanus toksoid (TT) sedini mungkin

  (pada kunjungan antenatal yang pertama), kemudian satu kali lagi dengan jarak 4 minggu yang akan dating.

  2) Memberikan tablet besi. 3) Pengobatan atau penanganan penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan.

  4) Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan. 5) Pemeriksaan laboratorium sederhana.

  b. Trimester II Pelayanan yang diberikan pada trimester II sama dengan pelayanan yang diberikan pada trimester I kehamilan ditambah dengan penyuluhan tentang : 1) Keuntungan memberikan ASI.

  2) Persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif. 3) Persiapan persalinan. 4) Keluarga berencana post partum.

  c. Trimester III Pelayanan yang diberikan pada trimester III sama dengan pelayanan yang diberikan pada trimester II kehamilan ditambah dengan penyuluhan tentang : 1) Persiapan menghadapi persalinan, cara meneran yang baik pada kala II.

  2) Perawatan bayi baru lahir. 3) Persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan. 4) Kemungkinan adanya komplikasi.

  11. Asuhan ntenatal Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Andrianz, 2008).

  12. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan klinik untuk memperoleh asuhan antenatal dilakukan setiap empat minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk asuhan antenal dilakukan setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu keatas, kunjungan asuhan antenatal dilakukan setiap minggu sekali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4 (Andrianz, 2008).

  13. Komplikasi pada Kehamilan (Manuaba, 2013)

  a. Trimester I 1) Hiperemesis gravidarum 2) Hamil ektopik 3) Abortus 4) Gravid dan infeksi

  b. Trimester II 1) Perdarahan 2) Abortus 3) Intrauterine Fetal Dead (IUFD) 4) Persalinan premature 5) Mola hidatidosa 6) Preeklamsia ringan dan berat

  7) Eklamsia

  c. Trimester III 1) Persalinan premature 2) Ketuban pecah dini 3) Perdarahan 4) IUFD 5) Kala I memanjang 6) Kala II lama 7) Operasi vaginal (ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep 8) Seksio sesaria

  14. Deteksi Dini Kehamilan Menurut Kusmiyati (2008;h.149-157) menjelaskan tanda- tanda dini bahaya atau komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda, yaitu : a. Perdarahan pervaginam masa hamil muda.

  Perdarahan yang meliputi seperti abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa.

  b. Hipertensi gravidarum

  c. Nyeri perut pada kehamilan muda Deteksi dini nyeri perut pada kehamilan muda seperti adanya kista ovarium, apendisitis, sistitis, dan pielonefritis akut.

  d. Hipertensi pada hamil muda

  15. Tanda Bahaya pada Kehamilan Lanjut Kusmiyati (2008;h.158) mengatakan tentang tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut, yaitu :

  a. Perdarahan pervaginam

  b. Sakit kepala hebat

  c. Penglihatan kabur

  d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

  e. Bengkak pada muka dan jari tangan

  f. Keluar cairan pervaginam

  g. Gerakan janin tidak terasa

  1. Pengertian Persalinan adalah suatu proses alami ditandai dengan terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Pinem, 2011).

  Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan terbukanya serviks sampai keluarnya janin dan plasenta melalui jalan lahir.

  2. Sebab Mulainya Persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

  a. Hormone estrogen Berfungs untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis.

  b. Progesterone Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

  3. Permulaan Persalinan

  a. Tanda persalinan sudah dekat 1) Lightening

  Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. 2) Terjadinya his permulaan

  Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Cirri-ciri his palsu adalah sebagai berikut : a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

  b) Dating tidak teratur.

  c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda- tanda kemajuan persalinan. d) Durasi pendek.

  e) Tidak bertambah bila beraktifitas.

  4. Tanda Masuk dalam Persalinan

  a. Terjadinya his persalinan Karakter dari his persalinan adalah sebagai berikut : 1) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan.

  2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.

  3) Terjadi perubahan pada serviks.

  b. Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan) Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : 1) Pendataran dan pembukaan. 2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas.

  3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

  c. Pengeluaran cairan Pengeluaran air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban.

  5. Tahapan Proses Persalinan

  a. Kala I Kala I berlangsung mulai dari timbulnya his (kontraksi uterus) secara teratur sampai pembukaan serviks lengkap (10 cm).

  Pada kala I terbagi dalam 2 fase, yaitu :

  1) Fase laten Dari pembukaan 0-3 cm. Pada saat ini terjadi perubahan serviks menjadi tipis, lamanya tidak lebih dari 8 jam.

  2) Fase aktif Dari pembukaan 4-10 cm, serviks semakin tipis, kontraksi semakin sering, semakin kuat, dan semakin lama.Pada keadaan normal kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam.

  b. Kala II Dimulai dari pembukaan serviks lengkap dan berakhir setelah bayi lahir. Pada saat ini refleks ibu akan meneran pada saat ada his untuk mendorong bayi keluar. Meneran akan mempercepat kelahiran bayi lebih dari 30 menit.

  c. Kala III Dimulai dari bayi lahir sampai dengan plasenta lahir.

  d. Kala IV Dimuai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam sesudah itu.

  6. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan normal adaalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

  7. Mendiagnosis Persalinan Persalinan patut dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu, pasien merasakan adanya nyeri abdoen berulang disertai keluarnya cairan lendir yang mengandung darah atau “bloody show”. Agar dapat mendiagnosis persalinan harus dipastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

  8. Alur Pelayanan Persalinan a. Melakukan anamnesa.

  b. Melakukan pemeriksaan fisik, yang meliputi : 1) Pemeriksaan fisik secara umum.

  2) Pemeriksaan abdomen. 3) Inspeksi vulva. 4) Pemeriksaan dalam.

  9. Intervensi yang Dilakukan dalam Pelayanan Persalinan

  a. Merujuk ibu ke rumah sakit jika mempunyai satu atau lebih dari riwayat dari hasil pemeriksaan fisik jika diemukan : 1) Gravida 5 atau lebih dari 35 tahun. 2) Pernah mengalami abortus 2 kali atau lebih. 3) Pernah melahirkan bayi lahir mati atau bayi meninggal sebelum berusia satu bulan.

  4) Pernah mengalami perdarahan. 5) Pernah mengalami partus lama, retensio plasenta, perdarahan, bedah sesar, vacuum, forsep ekstraksi.

  6) Pernah mengalami preeclampsia/eklampsi.

  b. Melakukan pertolongan persalinan Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan faktor risiko atau komplikasi yang dapat mempengaruhi proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin, maka pertolongan persalinan dapat dilakukan di tingkat puskesmas.

  10. Penatalaksanaan Persalinan Kala I

  a. Perawatan ibu 1) Meberikan dukungan moril 2) Mengupayakan kenyamanan.

  3) Mencegah dehidrasi. 4) Memelihara kebersihan. 5) Buang air besar 6) Buang air kecil.

  b. Pemantauan proses persalinan menggunakan partograf Partograf merupakan alat pencatatan perkembangan dan kemajuan persalinan serta pemantauan keadaan ibu dan janin dari waktu ke waktu.

  11. Penatalaksanaan Persalinan Kala II dalam 58 langkah APN

  58 Langkah APN : 1) Mengenali gejala dan tanda kala II

  Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala Dua

  a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

  b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina c) Perineum tidak menonjol

  d) Vulva dan spingter ani membuka 2) Menyiapkan pertolongan persalinan

  Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana Komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi a) Mengelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3) Pakai celemek plastik. 4) Lepaskan danb simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam. 6) Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik). 7) membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

  a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

  8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

  Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

  9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkantangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

  a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

  b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

  a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.

  b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

  12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

  13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran: a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

  b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

  c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

  d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

  e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.

  f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

  g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

  h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran (multigravida). 14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15) letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

  16) letakan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian di bawah bokong ibu 17) buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18) pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi depleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untukmeneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

  20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

  a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut 21) Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipareatal. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi,.

  Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

  23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebaelah atas.

  24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan peganmg masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

  25) Lakukan penilaian (selintas) :

  a) Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan?

  b) Apakah bayi bergerak aktif Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi (langkah 25 ini berlanjut ke langkag-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia).

  26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

  a) Keringakn bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.

  b) Ganti handuk basah dengan handuk kering

  c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap dia atas perut ibu 27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak adabayi lain dalam uterus (bayi tungal) 28) Bertahuakan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)

  29) Dalam waktu bsatu menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit (intramuskular) di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat,( dua meit setelah lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbulikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi talipusatke arah distal (ibu dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

  31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

  a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakuakn pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) dianatara dua klem tersebut.

  b) Ikat tali pusat dengan benang DTT /steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci.

  c) Lepaskan klem dan masukan ke dalam wadah yang telah disediakan.

  32) Temaptka bayi untuk melakuakn kontak kulit ibu ke kulit bayi.

  Letakan posisi bayi tengkurap di dada ibu. Luaruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada sampai perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posoisi lebih rendah dari puting payudara ibu,.

  33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

  34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.

  35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

  36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. 37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kraniak).

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjaraj sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : (1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM. (2) Lakukan katerisasi (asetik) jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. (5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.

  (6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

  38) Saat plasenta muncul di introitus vagina , lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari- jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

  40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

  Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

  42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

  43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam). a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menysu dari satu payudara.

  b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

  44) Lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin k 1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu –bayi. 45) Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin k1 ) dipaha kanan anterolateral.

  a) Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

  b) Letakan bayi kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi menyusu. 46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

  c) Setiap 20-30menit pada jam kedua pasca persalinan

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan uterus dan menilai kontraksi

  48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan

  a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam persalinan b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

  50) Periksa kembali kondisi bayi yang telah memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 x/menit ) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

  51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

  52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering 54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

  Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan 55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

  56) Celubkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisue atau handuk pribadi yang kering dan bersih. 58) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

  12. Deteksi dini komplikasi pada persalinan Deteksi dini dan komplikasi pada ibu dilakukan dengan beberapa penilaian, antara lainadalah : a. Tanda-tanda vital, kondisi keseluruhan dan urin untuk menemukan adanya tanda dan gejala syok.

  b. Menilai nadi dan urin untuk mengetahui adanya tanda atau gejala dehidrasi.

  c. Menilai nadi, suhu, cairan vagina dan kondisi secara umum untuk mengetahui adanya tanda atau gejala infeksi.

  d. Menilai tekanan darah, urin, keluhan, kesadaran serta terjadi kejang untuk mengetahui tanda atau gejala eklamsi, preeklamsi ringan dan berat.

  e. Menilai adanya kontraksi untuk mengetahui tanda-tanda inersia uteri.

  f. Menilai denyut jantung janin untuk mengetahui adanya tanda gawat janin. g. Menilai penurunan kepala bayi untuk mengetahui apakah kepala bayi turun atau tidak.

  h. Menilai lahirnya bahu bayi, untuk mengetahui tanda distosia bahu. i. Menilai cairan ketuban, untuk mengetahui apakah ketuban bercampur dengan mekoneum. j. Menilai tali pusat untuk mengetahui apakah tali pusat menumbung dan terdapat lilitan. k. Menilai adanya kehamilan kembar yang tidak terdeteksi.

  1. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2.500 sampai 4.000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2013).

  2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal Menurut Rukyah dan Yulianti tahun 2013, bayi baru lahir akan dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda, antara lain : a. Warna kulit tubuh kemerah-merahan.

  b. Frekuensi jantung > 100 kali per menit.

  c. Bereaksi terhadap rangsangan.

  d. Menangis.

  e. Batuk/bersin. f. Tonus otot.

  g. Gerakan aktif.

  h. Ada usaha nafas. i. Bayi menangis kuat.

  3. Penampilan pada bayi baru lahir a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling.

  b. Keaktifan.

  c. Simetris.

  d. Muka wajah.

  e. Mulut.

  f. Leher, dada, dan abdomen.

  g. Punggung.

  h. Kulit dan kuku. i. Kelancaran menghisap dan pencernaan. j. Refleks. k. Berat badan.

  4. Penilaian Segera setelah bayi lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan diatas perut ibu, pastikan area tersebut bersih dan kering dan keringkan bayi terutama muka dan permukaan tubuh dengan kain kering, hangat dan bersih. Kemudian lakukan 2 penilaian awal, sebagai berikut : a. Menilai bayi menangis kat atau bernafas tanpa kesulitan.

  b. Bergerak aktif atau lemas.

  Jika bayi tidak bernafas, megat-megap, atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir. (Rukiyah dan Yulianti, 2013)

  5. Inisiasi Menyusui Dini Manfaat melakukan IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Tatalaksana inisiasi menyusui dini, yaitu diantaranya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) : a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan.

  b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.

  c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih.

  d. Dalam keadaan ibu dan bayi yang tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi, kemudian menyelimuti.

  e. Anjurkan ibu memberkan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting.

  f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.

  g. Biarkan kulit bayi dan kulit ibu bersentuhan minimal selama 1 jam walaupun proses menyusui telah terjadi.

  h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, memberikan suntikan vitamin K sampa proses menyusui selesai. i. Proses menyusui dini dan kontak kult ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain. j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas.

  6. Mekanisme Kehilangan Panas (Prawirohardjo, 2009) Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :

  a. Konduksi Konduksi terjadi melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.

  b. Konveksi Konveksi terjadi akibat pendinginnan melalui aliran udara disekitar bayi.

  c. Evaporasi Evaporasi merupakan kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.

  d. Radiasi Radiasi terjadi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bati.

  7. Mencegah Kehilangan Panas (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) a. Keringkan bayi segera setelah lahir.

  b. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat.

  c. Selimuti bayi bagian kepala.

  d. Anjurkan ib untuk memeluk dan menyusui bayinya.

  e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

  f. Jangan segera atau menimbang bayi atau memandkan bayi sebelum lahir.

  8. Pemberian ASI Rangsangan hisapan bayi pada putting akan diteruskan oleh serabut saraf hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin.

  (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

  9. Masalah Janin atau Gawat Janin Prawirohardjo (2008;h.334), mengatakan bahwa kegawatdaruratan pada janin terjadi bila janin tidak menerima O

  2

  cukup, sehingga mengalami hipoksia. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan adalah : a. Janin yang pertumbuhannya terhambat

  b. Janin dari ibu diabetes

  c. Janin preterm dan postterm

  d. Janin dengan kelainan letak

  e. Janin kelainan bawaan atau infeksi Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :

  a. Persalinan berlangsung lama

  b. Induksi persalinan dengan oksitosin

  c. Ada perdarahan atau infeksi

  d. Insufisiensi plasenta (postterm dan preeklamsia) Tanda gawat janin yaitu adanya DJJ yang abnormal dan terdapat mekoneum.

  10. Reflek pada Bayi Baru Lahir Ay Yeyeh Rukiyah (2013;h.63) mengatakan bahwa terdapat macam- macam reflek bayi baru lahir, yaitu : a. Reflek menghisap (sucking) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah dan langit-langit sehingga laktoferus tertekan dan memancarkan ASI.

  b. Reflek mencari (rooting), bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di dekat mulut dan berusaha untuk menghisap.

  c. Rerflek mengedip merupakan gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata, serta berespon terhadap cahaya terang d. Reflek leher (tonic neck), gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

  e. Reflek menggenggam (grasping), bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.

  f. Reflek moro adalah reflek yang terjadi apabila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya.

  g.

Sttapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat

  tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.

  h. Reflek menelan (swallowing), di mana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung. i. Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakkan dan gerakan seperti menggejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangisan. j. Reflek plantar, berupa gerakan jari-jari mencengkeram ketika tepak kaki diusap. k. gerakan seperti menghirup dan

  Breathing refleks, menghembuskan nafas (bernafas).

  1. Pengertian Masa Nifas Masa Nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari dan Handayani, 2011).

  Masa Nifas (puerpurium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

  Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi (Prawirohardjo; 2009).

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nifas merupakan fase dalam kehidupan dimana masa pulihnya alat- alat reproduksi setelah persalinan kembali pada saat sebelum hamil selama 8 minggu sampai 40 hari.

  2. Tujuan Masa Nifas Tujuan masa nifas normal dibagi menjadi 2, yaitu :

  a. Tujuan umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

  b. Tujuan khusus 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

  2) Melaksanakan skiriningyang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

  3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas (Wulandari dan Handayani, 2011)

  Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu, selain itu juga : a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

  b. Menentukan diagnose dan kebutuhan dasar asuhan kebidanan pada masa nifas.

  c. Menyusui rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

  e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.

  f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

  4. Tahapan Masa Nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2008) Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

  a. Puerpurium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan.

  b. Puerpurium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

  c. Remote puerpurium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

  5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas (Wulandari dan Handayani, 2011) : a. 6-8 jam setelah persalinan.

  b. 6 hari setelah persalinan.

  c. 2 minggu setelah persalinan.

  d. 6 minggu setelah persalinan.

  6. Proses Laktasi dan Menyusui

  a. Pengertian Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI

  (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

  Menyusui adalah proses yang terjadi secara alami, jadi jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya (Wulandari dan Handayani, 2011).

  b. Fisiologi Laktasi (Wulandari dan Handayani, 2011) Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu : 1) Refleks prolactin

  Sewaktu bayi menyusui, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.

  2) Refleks aliran (Let Down Reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolactin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.

  c. Dukungan bidan dalam pemberian ASI 1) Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah melahirkan selama beberapa jam pertama.

  2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

  3) Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

  4) Bayi harus ditempatkan dekat pada ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, rooming-in).

  5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. 6) Hanya diberikan kolostrum dam ASI saja. 7) Hindari susu botol dan dot.

  d. Manfaat Pemberian ASI (Handayani dan Wulandari, 20011) 1) Bagi bayi a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

  b) Mengandung antibody.

  c) ASI mengandung komposisi yang benar.

  d) Mengurangi kejadian karies dentis.

  e) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.

  f) Terhindar dari alergi.

  g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

  h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. 2) Bagi ibu a) Aspek kontrasepsi.

  b) Aspek kesehatan ibu.

  c) Aspek penurunan berat badan.

  d) Aspek psikologi 3) Bagi keluarga a) Aspek ekonomi. b) Aspek psikologi.

  c) Aspek kemudahan. 4) Bagi Negara a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

  b) Menghemat devisa Negara.

  c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

  d) Peningkatan kualitas generasi penerus.

  e. Tanda Bayi Cukup ASI (Wulandari dan Handayani, 2011) 1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.

  3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.

  4) Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam. 5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

  6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.

  7) Bayi bertambah berat badannya. 8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.

  f. ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the dan aor putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim (Ambarwati dan Wulandari (2008).

  g. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 1) Pengertian

  Inisiasi Menyusui Dini atau permulaan menyusu adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

  2) Keuntungan IMD (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

  a) Bagi bayi (1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. (2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi.

  (3) Meningkatkjan kecerdasan. (4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.

  (5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi. (6) Mencegah kehilangan panas. (7) Merangsang kolostrum segera keluar.

  b) Bagi ibu (1) Merangsang produksi oksitosin dan prolactin.

  (2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI (3) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi. `

  7. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir

  a. Bounding attachment 1) Pengertian

  Bounding attachment adalah seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium, merasa, mendengar, dan melihat (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

  2) Interaksi yang menyenangkan :

  a) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.

  b) Sentuhan pada pipi.

  c) Tatap mata bayi dan ibu.

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. S GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, KELUARGA BERENCANA PADA NY. R UMUR 19 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU 5 HARI DI PUSKESMAS II KEMRANJEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. I GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB) PADA NY. I GIP0A0 DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 50

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S UMUR 23 TAHUN G1P0A0 HAMIL 37+1 MINGGU DI BPS.SUPRI HASTUTI Amd.Keb. KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S UMUR 23 TAHUN G1P0A0 HAMIL 37+1 MINGGU DI BPS.SUPRI HASTUTI Amd.Keb. KABUPATEN BANYUMAS - repository pe

0 1 60

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB SUNTIK 3 BULAN) PADA NY. A UMUR 33 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 40 MINGGU DI BPM SULASTRI IMAM, SOKARAJA LOR,KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 10

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB SUNTIK 3 BULAN) PADA NY. A UMUR 33 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 40 MINGGU DI BPM SULASTRI IMAM, SOKARAJA LOR,KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KB NY.R UMUR 28 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU DI PUSKESMAS SOMAGEDE BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 51

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA(SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.J UMUR 20 TH G1P0A0 DI BPM NY. HERNI CAHYATI DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 14