BAB I PENDAHULUAN - Noviani Wijayasari BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara global penyakit Congestive Heart Failure (CHF) menjadi

  penyebab kematian yang tertinggi dengan 7,25 juta penduduk atau 12,8% dari total kematian, sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. CHF merupakan penyakit penyebab kematian dengan angka kejadian tertinggi ke- 4 di negara ekonomi lemah, tertinggi pertama di negara berkembang, tertinggi pertama di negara maju (Word Health Organization [WHO], 2013). Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk didalamnya CHF masih menduduki peringkat yang tinggi. Diperkirakan 23 juta orang di dunia menderita gagal jantung. Di Eropa diperkirakan jumlah penderita gagal jantung mencapai beberapa juta. Di United States of America (USA) sekitar 4,8 juta dan rata-rata 400.000-700.000 penderita baru tiap tahunnya (Irawan, 2011).

  Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang sangat luas baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia (Irawan, 2011).

  Angka kejadian kematian dengan penyebab CHF juga menjadikan tertinggi di Indonesia dengan angka 308 (35, 16%) dari angka kejadian kematian sebanyak 876, disusul Cancer dengan 165 (18,8%) dan penyebab penyakit pernafasan kronik sebanyak 64 (7,3%)(WHO, 2013).

  Data yang terdapat pada Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2008 menunjukan bahwa penyakit Jantung dan Pembuluh darah menjadi yang tertinggi dengan 1044 kejadian diatas stroke dengan 775 kejadian. Berdasarkan data laporan rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas tahun 2012 didapatkan data kejadian pasien rawat inap dengan CHF sebanyak 376 kasus. Hal ini menunjukan tingginya angka kesakitan CHF (Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas [RSUD Banyumas], 2012). Peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUD Banyumas dalam periode 2 bulan di tahun 2012.

  Didapatkan data jumlah pasien CHF rawat inap sejumlah 66 pasien. Dari 66 pasien rawat inap didapatkan 18 pasien (27,27%) mengalami kekambuhan.

  Dari 18 pasien yang mengalami kekambuhan dengan faktor risiko CKD sebanyak 11,11%, sisanya dengan tanpa faktor risiko. Dari jumlah yang mengalami kekambuhan sebanyak 38,89% berjenis kelamin laki-laki dan 61,11% berjenis kelamin perempuan. apa yang terjadi ketika jantung tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh seperti yang seharusnya. (Scottish Intercollegiate Guidelines Network [SIGN], 2007). CHF adalah suatu kondisi patofisiologi, dimana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan.

  Suatu definisi obyektif yang sederhana untuk menentukan batasan gagal jantung kongestif hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat nilai batas yang tegas pada disfungsi ventrikel. Untuk kepentingan praktis gagal jantung kongestif didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda obyektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat (Irawan, et al, 2009).

  Dalam panduan American Heart Association (AHA) tahun 2002 faktor risiko penyakit jantung adalah usia, jenis kelamin, status merokok, tekanan darah sistolik (kadang diastolik), kolesterol total, HDL dan pada beberapa sistem penilaian terdapat Diabetes Mellitus (DM). The National Cholesterol

  

Eucation Program (NCEP) mempertimbangkan bahwa pasien DM dengan

  faktor risiko penyakit jantung lainnya seperti usia, merokok, dislipidemia, tekanan darah tinggi mempunyai kecenderungan yang jauh lebih tinggi untuk mengalami kejadian vaskuler dibanding individu bukan DM dengan faktor risiko penyakit jantung yang sama. Sedangkan The Framingham Heart Study mengidentifikasi bahwa merokok, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi merupakan faktor risiko yang utama kejadian penyakit jantung

  Sejak tahun 1980 pasien keluar rumah sakit akibat gagal jantung meningkat sampai 150% dan pada kelompok geriatri merupakan penyebab utama perawatan di rumah sakit. Pada golongan usia diatas 65 tahun insidensinya mencapai 10 dari 1000 populasi dan hamper 50% penderita harus dirawat kembali setelah 2–3 bulan keluar dari rumah sakit (Sudoyo et al, 2009). Penelitian yang dilakukan Miyasaka et al (2006) umur dan jenis kelamin berisiko menimbulkan kematian lebih tinggi pada pasien dengan CHF dengan

  confidence interval 3.1 – 3.8, p < 0,0001.

  Penelitian yang dilakukan oleh Arnold (2002) tentang Congestive Heart

  Failure in the Elderly dengan hasil tingkat kelangsungan hidup untuk pasien usia lanjut dengan gagal jantung rata-rata kurang dari 35% pada lima tahun.

  Pasien usia lanjut yang tinggal di rumah sakit untuk gagal jantung, tingkat kelangsungan hidup satu tahun 50%. Dalam satu studi retrospektif rata-rata usia 89 tahun. Perawatan jangka panjang di rumah sakit dengan CHF, mortalitas satu tahun adalah 87%. Prognosis memburuk dengan meningkatnya stadium CHF.

  Selanjutnya penelitian epidemologi klinik melaporkan mortality rate penyakit kardiovaskuler 20 kali lebih banyak pada pasien Cronic Kidney

  

Desease (CKD) yang dialisis dibandingkan dengan populasi umum, karena

  terlibat faktor risiko terkait uremia (Sukandar, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) dijelaskan bahwa usia berhubungan dengan frekuensi rawat inap dengan nilai p=0,008 dan QR=3,64 yang artinya pasien dibandingkan dengan pasien usia dewasa. Kemudian dijelaskan pula bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan frekuensi rawat inap dengan nilai p=0,266. Selanjutnya Pecini et al (2010) dalam penelitiannya dengan analisa multivariat menunjukan bahwa penyakit kardiovaskuler dengan hipertensi menunjukan hasil p <0,0001.

  Selanjutnya Nesto, Colluci, & Nathan (2013) menyampaikan dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan signifikan antara DM dan CHF, risiko relatif CHF meningkat sebesar 3,8 pada pria DM dan 5,5 pada wanita DM. Kemudian dalam penelitiannya Jenkins dan Kirk (2010) menyampaikan bahwa sampai dengan 30% dari pasien dengan gagal jantung memiliki fungsi ginjal yang abnormal. Penyakit Ginjal Kronis/Cronic Kidney Desease (PGK/CKD) dapat menjadi komplikasi gagal jantung dan penyakit jantung kronis dapat menjadi konsekuensi dari CKD.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kesintasan pada pasien CHF. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Bagaimanakah analisis kekambuhan pada pasien CHF selama 1 tahun di RSUD Banyumas ?”.

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Mengetahui analisis kekambuhan pada pasien CHF selama 1 tahun di RSUD Banyumas

  Tujuan Khusus a.

  Mendeskripsikan variabel usia, jenis kelamin, CKD, DM, Hipertensi dan waktu kekambuhan pada pasien CHF.

  b.

  Menganalisis faktor risiko usia, jenis kelamin, CKD, DM, dan Hipertensi terhadap kekambuhan pada pasien CHF.

  c.

  Menganalisis faktor yang paling berisiko terhadap kekambuhan pada pasien CHF

  D.

  Manfaat penelitian

  Manfaat penelitian terbagi menjadi 4 yaitu: 1.

  Bagi Peneliti Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien dan keluarga dalam meminimalkan kekambuhan pasien dengan CHF.

  2. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi mengenai analisis kekambuhan pasien CHF.

  3. Bagi pendidikan keperawatan Membantu menyediakan sumber informasi dalam pendidikan keperawatan dalam hal analisis kekambuhan pasien CHF.

  4. Profesi Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan perawat dalam membuat asuhan keperawatan terutama asuhan keperawatan pasien CHF.

E. Penelitian Terkait

  Penelitian dengan survival pasien CHF belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan yaitu: a.

  Penelitian yang dilakukan oleh Arnold (2002) tentang congestive heart

  failure in the elderly. Hasil dalam penelitian tersebut adalah tingkat

  kelangsungan hidup untuk pasien usia lanjut dengan gagal jantung rata- rata kurang dari 35% pada lima tahun. Pasien usia lanjut yang tinggal di rumah sakit untuk gagal jantung, tingkat kelangsungan hidup satu tahun 50%. Dalam satu studi retrospektif rata-rata usia 89 tahun. Perawatan jangka panjang di rumah sakit dengan CHF, mortalitas satu tahun adalah 87%. Prognosis memburuk dengan meningkatnya stadium CHF. Berbagai masalah medis; tekanan darah, penyakit penyerta, status fungsional, masalah sosial; status perkawinan, sosialisolasi dan psikososial (depresi tertentu dan kesehatan diri) menjadi faktor signifikan pada kelangsungan hidup. Sejauh mana perhatian khusus pada faktor-faktor ini pada pasien dengan gagal jantung dapat memodifikasi hasil adalah tema untuk penelitian lebih lanjut.

  b.

  Penelitian yang dilakukan Miyasaka et al (2006) tentang incidence and

  

mortality risk of congestive heart failure in atrial fibrillation patients: a

community-based study over two dekades . Penelitian dilakukan di

  Minasota, dalam periode tahun 1980–2000 dengan menganallisa data

  medical record sampai tahun 2004. Subyek penelitian berjumlah

  3288 subyek. Hasil penelitian adalah umur dan jenis kelamin berisiko 3.1 – 3.8, p < 0,0001.

  c.

  Penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) dijelaskan bahwa usia berhubungan dengan frekuensi rawat inap dengan nilai p=0,008 dan QR=3,64 yang artinya pasien dengan usia lanjut berpeluang 3,64 kali lebih besar menjalani rawat inap dibandingkan dengan pasien berusia dewasa.

  Kemudian dijelaskan pula bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan frekuensi rawat inap dengan nilai p=0,266. d.

  Penelitian yang dilakukan oleh Pecini, et al (2010) dengan judul heart

  

failure etiology impacts survival of patients with heart failure. Penelitian

  dilakukan pada 3078 pasien dengan usia rata-rata 75 tahun dengan 61% pasien laki-laki. Dalam penelitiannya dengan analisa multivariat menunjukan bahwa penyakit kardiovaskuler dengan penyebab hipertensi 13,9% dan menunjukan bahwa hipertensi menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan (CI: 1,3-2,2, p <0,0001).

  e.

  Penelitian oleh Nesto, Colluci, & Nathan (2013) dengan judul heart failure

  

in diabetes mellitus . Hasil penelitiannya menyampaikan bahwa ada

  hubungan signifikan antara DM dan CHF, risiko relatif CHF tetap meningkat sebesar 3,8 pada pria dengan diabetes mellitus dan 5,5 pada wanita diabetes mellitus.

  f.

  Penelitiannya Jenkins & Kirk (2010) dengan judul heart failure and

  

chronic kidney disease: an integrated care approach , menyampaikan hasil

  fungsi ginjal yang abnormal. Penyakit Ginjal Kronis (PGK/CKD) dapat menjadi komplikasi gagal jantung dan penyakit jantung kronis dapat menjadi konsekuensi dari CKD.