Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan: seni budaya seni rupa SMA kelompok kompetensi D - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  PEDAGOGI : PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK 1. Penulis : Winarto, M.Pd.

  2. Editor Substansi : Drs. Wahyu Gatot Budiyanto, M.Pd.

  3. Editor Bahasa : Dr. Rin Surtantini, M.Hum

  4. Reviewer : Is Yuli Gunawan, S.Pd, M.Pd R. Haryadi PR, S.T., M.Si.

  5. Perevisi : Winarto, M.Pd.

  PROFESIONAL : MENGGAMBAR BENTUK ALAM BENDA 1. Penulis : Budi Saptoto, S.Pd., M.Pd.

  2. Editor Substansi : Dr. Kasiyan, M.Hum 3. Editor Bahasa : Dra. Suyanti, M.Pd.

  4. Reviewer : Drs. I Gusti Ngurah Swastapa, M.Ds Eru Wibowo, S.Sn., M.Pd.

  5. Perevisi : Dr. Basuki Sumartono, M.Sn

  Desain Grafis dan Ilustrasi: Tim Disain Grafis

  Copyright © 2018

  Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

SAMBUTAN

  Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG sejak tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2018 ini dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui Moda Tatap Muka. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dan, Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru moda tatap muka untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

  Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru ini untuk mewujudkan Guru Mulia karena Karya.

  Jakarta, Juli 2018 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

  Dr. Supriano, M.Ed.

  NIP. 196208161991031001

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Atas mata pelajaran Seni Budaya. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

  Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

  Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan program diklat, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) pada tahun 2018 melaksanakan review, revisi, dan pengembangan modul pasca-UKG 2015.

  Modul hasil review dan revisi ini berisi materi pedagogi dan profesional yang telah terintegrasi dengan muatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas yang akan dipelajari oleh peserta Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

  Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Atas ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peserta diklat PKB untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogi dan profesional terkait dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya. Peserta diklat diharapkan dapat selalu menambah pengetahuan dan keterampilannya dari berbagai sumber atau referensi lainnya.

  Kami menyadari bahwa modul ini masih memiliki kekurangan. Masukan, saran, dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan modul ini di masa mendatang. Terima kasih yang sebesar- besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya modul ini. Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dapat meningkatkan kompetensi guru demi kemajuan dan peningkatkan prestasi pendidikan anak didik kita.

  Yogyakarta, Juli 2018 Kepala PPPPTK Seni dan Budaya, Drs. M. Muhadjir, M.A.

  NIP 195905241987031001

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

  

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Karena itu, profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pengembangan Keproferian Berkelanjutan adalah bagian penting dari proses pengembangan keprofesionalan guru. Konsekuensi dari guru sebagai profesi adalah pengembangan keprofesian berkelanjutan. Oleh karena itu, modul dengan judul Menggambar estetik/Bentuk/Alam Benda ini disajikan untuk meningkatkan dan mengembangkan keprofesian guru, khususnya bagi guru yang belum mencapai standar kompetensi sesuai dengan hasil penilaian uji kompetensi guru. Modul ini juga dirancang agar dapat memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya itu . Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) memegang peranan penting untuk memajukan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru dan Tenaga Kependidikan profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Oleh karena itu, GTK memiliki peran sentral untuk menentukan masa depan masyarakat, bangsa, dan negara. Agar GTK dapat melaksanakan tugas profesionalnya dalam memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik, maka GTK wajib meningkatkan keprofesionalitasnya secara berkelanjutan sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan Guru Pembelajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan sebuah program pengembangan agar semua guru dapat meningkatkan profesionalitasnya melalui program kegiatan Guru Pembelajar. Dengan melaksanakan kegiatan Pengembangan Keproferian Berkelanjutan secara terus menerus, diharapkan dapat memperkecil kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan, kemampuan sosial, dan kepribadian yang telah dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan saat ini dengan tuntutan profesional pendidik dan tenaga kependidikan di masa mendatang.

  Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional

  

Development/Guru Pembelajar) adalah salah satu faktor penentu utama dari

  peningkatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dan peningkatan prestasi peserta didik. Kegiatan Pengembangan Keproferian Berkelanjutan dilaksanakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan didasarkan profil kinerja pendidik dan tenaga kependidikan sebagai hasil dari penilaian kinerja dan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta didukung dengan hasil evaluasi diri. GTK yang profilnya masih di bawah standar akan mengikuti Pengembangan Keproferian Berkelanjutan yang diorientasikan untuk mencapai standar kompetensi inti. Bagi keprofesian yang telah mencapai standar kompetensi, kegiatan Guru Pembelajar-nya diarahkan pada peningkatan keprofesian agar dapat memenuhi tuntutan ke depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya memberikan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan sekolah.

  Pendidik dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan Pengembangan Keproferian Berkelanjutan baik secara mandiri maupun kelompok. Pengembangan Keproferian Berkelanjutan dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Untuk mendukung kegiatan Pengembangan Keproferian Berkelanjutan yang terorganisir dan sistematis sesuai kebutuhan guru tersebut, diperlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Paket- paket modul tersebut terbagi dalam 10 kelompok kompetensi, dimana setiap GTK akan mengikuti diklat dalam grade tertentu sesuai dengan hasil penilaian UKG maupun penilaian PKG.

  Modul Pengembangan Keproferian Berkelanjutan ini akan mempelajari 2 (dua) topik utama yang merupakan materi pedagogi tentang pembelajaran yang mendidik dan materi kompetensi professional dan materi Pembelajaran Profesional tentang menggambar estetik/bentuk/alam benda. Sedangkan dalam materi kompetensi professional akan diuraikan dalam tiga materi pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran profesional serta langkah- langah menvisualisasikannya.

  Dalam belajar seni rupa, ada beberapa hal pokok yang harus dikuasai dan dimiliki, yakni kepekaan estetik atau keindahan, keterampilan teknik, dan imajinasi kreatif. Kepekaan estetik atau rasa keindahan harus dimiliki oleh setiap orang yang memilih profesi di bidang kesenian karena inti dari seni adalah keindahan dan keindahan terkait dengan rasa. Apabila berhubungan dengan penglihatan, maka ketajaman rasa keindahan berada pada kepekaan visual yang perlu diasah secara terus menerus agar mencapai ketajamannya. Begitu pula dengan keterampilan teknik menggunakan alat dan bahan berhubungan erat dengan kepekaan estetik. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena antara rasa keindahan dan keterampilan teknis lebur menjadi satu. Orang tidak akan dapat menikmati keindahan ekspresinya jika tidak memiliki kepekaan estetik yang memadai. Begitu pula senimannya tanpa menguasai ketrampilan teknik dan kepekaan estetik tidak akan dapat menghasilkan karya seni rupa yang baik.

  Yang dimaksud dengan menggambar estetik/bentuk/alam benda itu, akhir- akhir ini bermunculan media dan karya seni rupa dua dimensi dengan beragam bentuk, masing-masing memanfaatkan gambar sebagai daya tarik. Teknik yang digunakan untuk memvisualkan pun beragam, misalnya gambar tangan/hand drawing, teknik fotografi, menggambar dengan komputer, atau gabungan dari berbagai teknik. Dengan kondisi tersebut sulit rasanya untuk membuat definisi menggambar.Modul ini akan membatasi masalah pada menggambar estetik/bentuk/alam benda dengan tangan atau hand drawing, bukan dengan fotografi ataupun komputer. Pembatasan tersebut memberi pengertian menggambar sebagai seni menampilkan rupa atau wujud obyek dengan cara meniru atau mengekspresikan lewat garis, warna dan gelap terang atas bentuk-bentuk yang ada di alam, seperti flora, fauna, manusia, dan pemandangan alam. Untuk dapat menggambar dengan baik, perlu mengetahui dasar-dasar menggambar estetik/bentuk/alam benda.

B. Tujuan

  Setelah mempelajari dengan seksama modul kelompok kompetensi D ini baik melalui uraian bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pedagogik pembelajaran yang mendidik dan kemampuan profesional dalam bidang menggambar estetik/bentuk/alam benda dengan memperhatikan aspek kerjasama, disiplin, perbedaan pendapat, dan pengelolaan kebersihan ruang secara kolaboratif.

  C. Peta Kompetensi

D. Ruang Lingkup

  Kegiatan Pembelajaran 1: Pembelajaran Yang Mendidik

  1. Pengembangan pembelajaran yang mendidik

  2. Tujuan pembelajaran yang mendidik

  3. Prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dalam praktek belajar mengajar Kegiatan Pembelajaran 2: Alat/Bahan Dan Teknik Menggambar Estetik

  1. Pengetahuan Alat dan bahan untuk menggambar bentuk

  2. Teknik untuk menggambar bentuk Kegiatan Pembelajaran 3: Gambar Estetik

  1. Bentuk objek yang akan digambar

  2. Prinsip-prinsip dalam menggambar estetik Kegiatan Pembelajaran 4: Membuat Gambar Estetik

  1. Menggambar pemandangan alam

  2. Menggambar alam benda

  3. Menggambar tumbuh-tumbuhan

  4. Menggambar binatang

  5. Menggambar manusia

  Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

  Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

  1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.

  Gambar 2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

  Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut, a. Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari : 1) latar belakang yang memuat gambaran materi 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi 3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul. 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran 5) langkah-langkah penggunaan modul b. Mengkaji Materi Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi D ini, dengan materi pedagogi, pembelajaran yang mendidik dan profesiona,l menggambar estetik/bentuk/alam benda , fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

  c. Melakukan aktivitas pembelajaran Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

  Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi. Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

  d. Presentasi dan Konfirmasi Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me- review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran. e. Persiapan Tes Akhir Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

  2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan

  In Service Learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

  

Gambar 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai berikut a. Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

  1) latar belakang yang memuat gambaran materi 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi 3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.

  4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran 5) langkah-langkah penggunaan modul

  b. In Service Learning 1 (IN-1) 1) Mengkaji Materi

  Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi D, tertediri dai materi pedagogi tentang pembelajaran yang mendidik dan profesional tentang menggambar estetik/bentuk/alam benda, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator. 2) Melakukan aktivitas pembelajaran

  Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada IN1.

  Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

  c. On the Job Learning (ON) 1) Mengkaji Materi

  Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi D, terdiri dari materi pedagogi tentang pembelajaran yang mendidik dan profesional tentang menggambar estetik/bentuk/alam benda, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta. 2) Melakukan aktivitas pembelajaran

  Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON. Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job learning.

  d. In Service Learning 2 (IN-2) Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran e. Persiapan Tes Akhir Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

  3. Lembar Kerja Modul pembinaan karir guru kelompok komptetansi D ini berisi materi pedagogi tentang pembelajaran yang mendidik dan profesional tentang menggambar estetik/bentuk/alam benda teridiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

  Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

  Tabel 1 Daftar Lembar Kerja Modul

  No Kode LK Nama Lebar Kerja Keterangan

  1. LK.1.1. Analisis Pembelajaran yang Mendidik

  TM, IN1

  2. LK.1.2. Observasi Kasus Proses Pembelajaran

  TM, IN1

  3. LK.2.1. Analisis teknik menggambar estetik TM, ON

  4. LK.3.1. Menerapkan prinsip-prinsip menggambar estetik TM, IN1

  5. LK.4.1. Langkah-langkah menggambar manusia TM, ON

  Keterangan: TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh

  IN1 : Digunakan pada In service learning 1 ON : Digunakan pada on the job learning

  

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK

  A. Tujuan

  Setelah mempelajari dengan teliti tentang materi kegiatan pembelajaran 1 baik melalui uraian yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menerapkan pembelajaran yang mendidik dalam proses belajar mengajar di sekolah dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan saran.

  B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

  Setelah menyelesaikan materi kegiatan pembelajaran 1, Saudara diharapkan mampu menerapkan pembelajaran yang mendidik ditandai dengan kecakapan dalam:

  1. Menganalisis pengembangan pembelajaran yang mendidik dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, dan kerjasama.

  2. Menguraikan tujuan pembelajaran yang mendidik dengan memperhatikan aspek kemandirian dan kedisiplinan.

  belajar mengajar dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan saran.

  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (UU No.20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berdasarkan bunyi pasal 1 ayat 1 tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan pada perkembangan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut hendaknya dilakukan secara sadar dan terencana, terutama dalam hal mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.

  Pada prinsipnya, pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung sebagai proses atau usaha yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak ragamnya baik sifat maupun jenisnya perubahan dalam arti belajar. Tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa perubahan tingkah laku yang disadari, kontinyu, fungsional, positif, tetap, bertujuan, bermakna, dan komprehensif.

  1. Pengembangan Pembelajaran yang Mendidik Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sember belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

  Paradigma pembelajaran yang mendidik yaitu pembelajaran yang membuahkan bukan saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan kecakapan hidup (soft skills), sehingga peserta didik tampil sebagai manusia yang penuh kasih terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping terampil dalam bekerja. Hanya gurulah yang dalam tugas kesehariannya mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik tersebut, dan yang layak dihargai oleh masyarakat dan pemerintah. Untuk menunaikan tugasnya, guru yang profesional memiliki kompetensi akademik yang meliputi kemampuan: a. Mengenal peserta didik secara mendalam serta memiliki visi yang jelas tentang lintasan perkembangannya (developmental trajectory) dalam peta tujuan utuh pendidikan.

  b. Menguasai bidang studi dari sisi keilmuan dan kependidikan.

  c. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang meliputi; perancangan, implementasi, penilaian proses dan hasil pembelajaran, dan pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga dapat memfasilitasi perkembangan karakter peserta didik, soft skills dan pembentukan hard skills.

  d. Mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

  Perencanaan penilaian pembelajaran yang mendidik diawali dengan kegiatan mengkaji standar kompetensi lulusan dan mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi. Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi tersebut, guru melaksanakan proses pembelajaran dengan tetap berada pada koridor materi pokok pembelajaran. Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi guru, juga menyusun instrumen penilaian. Instrumen penilaian tersebut harus memenuhi persyaratan reliabilitas dan validitas agar hasil penilaian yang diperoleh dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam proses pembelajaran selanjutnya.

  Agar proses belajar mengajar mengarah kepada pembelajaran yang menjunjung tinggi potensi peserta didik langkah utama minimal mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi. Syarat penting yang harus dipenuhi adalah: a. Hendaknya memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan di bawah bimbingan guru.

  b. Adanya pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan dalam mata pelajaran yang bersangkutan, misalnya observasi di lingkungan sekitar, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan narasumber, penggunaan peta, dan pemanfaatan kliping.

  c. Pembelajaran disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia.

  d. Proses pembelajaran bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal.

  e. Guru memerhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.

  f. Guru menghindari indoktrinasi dengan cara membiarkan peserta didiknya aktif dalam: bersikap, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang dipelajarinya, mengungkapkan alternatif pandangan (yang bahkan berbeda dengan pandangan gurunya) serta mengembangkan ide-ide inovatif.

  g. Guru menghindari paham bahwa hanya ada satu nilai saja yang benar. Guru tidak berpandangan bahwa apa yang disampaikannya adalah yang paling benar, sehingga seharusnya yang dikembangkan adalah memberi ruang yang cukup lapang akan hadirnya gagasan alternatif dan kreatif terhadap penyelesaian suatu persoalan, sehingga peserta didik mampu berfikir kritis berdasarkan apa yang dibaca dan dipelajari.

  h. Guru memberi kebebasan kepada peserta didik untuk berbicara semboyan, “diam itu emas” dan “banyak bicara di kelas adalah menga nggu” perlu dihindari. Peserta didik perlu dibiasakan untuk berbicara. Peserta didik berbicara dalam konteks penyampaian gagasan serta proses membangun dan meneguhkan sebuah pengertian. Aktivitas ini akan mampu membentuk sikap teliti dan kritis dalam mengambil keputusan terkait dengan pembelajaran. i. Guru memberi peluang bahwa peserta didik boleh berbuat salah.

  Kesalahan merupakan bagian penting dalam pemahaman. Guru perlu menelusuri bersama peserta didik dalam hal mana telah terjadi kesalahan dan kemudian membantu meletakkannya dalam kerangka yang benar. j. Guru mengembangkan cara berpikir ilmiah dan berpikir kritis, sehingga peserta didik diarahkan untuk tidak selalu mengiyakan apa yang dia terima, melainkan dapat memahami sebuah pengertian dan memahami mengapa harus demikian. k. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk bemimpi (dream) atau berfantasi. Kesempatan berfantasi bagi peserta didik menjadikan dirinya memiliki waktu untuk dapat berandai-andai dan bermimipi tentang sesuatu yang menjadi keingintahuannya. Dengan cara demikian, peserta didik dapat berandai-andai mengenai berbagai kemungkinan cara dan peluang untuk mencapai inspirasi, serta untuk mewujudkan rasa ingin tahunya. Hal demikian pada gilirannya menanti dan menantang peserta didik untuk menelusuri dan mewujudkannya dalam aktivitas yang sesungguhnya.

  Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun perangkat Kurikulum 2013 yang mengacu pada Pendekatan saintifik. Pembelajaran ini merupakan salah satu contoh pengembangan pembelajaran yang mendidik di sekolah. Di dalam penerapannya, aspek- aspek yang terdapat di dalam Kompetensi Inti ditekankan yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berbagai metode dapat digunakan oleh guru di dalam penerapannya. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menguasai berbagai metode yang paling tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan terhadap metode, alat/media dan teknik pembelajaran ini harus diterapkan dan tercermin dalam program pembelajaran. Jadi pada intinya proses pembelajaran harus bervariatif, metode yang digunakan tidak monoton, sehingga potensi yang ada pada masing-masing peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Berbagai tuntutan di atas akan dapat terlaksana dengan baik apabila guru yang bersangkutan memiliki kemampuan profesional, artinya baik dalam motivasi untuk mengajar maupun kemampuan secara teknis instruksional, guru tersebut benar-benar dapat diandalkan. Salah satu bentuk profesionalitas seorang guru adalah jika yang bersangkutan mampu menerapkan metode mengajar yang baik, salah satunya adalah metode diskusi dalam pembelajaran. Secara lebih terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode tersebut, antara lain: a. Para peserta didik dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk melaksanakan diskusi.

  b.

Salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”

  Ditunjuk beberapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing untuk mengemukakan pendapat mereka. dan seterusnya.

  c. Untuk lebih meningkatkan semangat para peserta didik, topik yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi. Sebelum tampil para peserta didik yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama temannya. Walaupun demikian saat tampil di depan merupakan tanggung jawab masing-masing secara individual.

  d. Pada akhir pertemuan guru dibantu para peserta didik memberi kesimpulan atas jawaban berbagai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari peserta didik yang dianggap benar.

  Dalam proses diskusi bukan hanya faktor kecerdasan peserta didik yang dapat mempengaruhi anak dalam berbicara. Tidak kalah pentingnya adalah faktor mental anak (keberanian) anak dalam mengemukakan pendapatnya. Tepatnya adalah faktor kejiwaan anak. Kejiwaan ini banyak mempengaruhi anak untuk berani bergaul, berani mengemukakan pendapat, berani menyanggah pendapat orang lain, dan juga berani mengakui kebenaran pendapat orang lain jika memang benar. Proses diskusi tidak lepas dari kebiasaan bergaul dengan sesama orang lain. Anak yang biasa bergaul akan memiliki kepercayaan diri, karena itu guru hendaknya membentuk suasana sedemikian rupa agar anak tidak canggung-canggung bergaul dengan sesamanya. Persoalan kejiwaan anak memang merupakan persoalan yang prinsip, sebab masa kanak- kanak di dalam konteks psikologis merupakan masa yang penuh kepekaan. Guru-guru diharapkan untuk senantiasa selalu berusaha mengasah diri dalam mengembangkan kemampuan profesional secara optimal, baik dalam penguasaan kurikulum, materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, pemilihan dan penggunaan alat/media belajar secara tepat dan penerapan alat evaluasi secara tepat pula. Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar keterampilan, menekankan pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip. Selanjutnya, dilakukan latihan menyesuaikan gerakan dengan aturan- aturan tertentu, dan melalui latihan lebih lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai mencapai kemampuan atau ketrampilan yang berbentuk pola-pola respon.

  Praktek pengajaran dengan pendekatan keaktifan guru-peserta didik menuntut upaya guru dalam merancang berbagai bentuk kegiatan belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar aktif pada diri peserta didik. Rancangan itu merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri, maupun bagi peserta didik. Kadar keaktifan dalam pengajaran dengan pendekatan keaktifan guru-peserta didik tercermin dalam kegiatan baik yang dilakukan oleh guru, maupun oleh peserta didik.

  Tolok ukur derajad keaktifan suatu proses pembelajaran dapat dipandu dengan mengamati ciri sebagai berikut: a. Peserta didik terlibat aktif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilakukan serta dalam menentukan tolok ukur keberhasilan belajar.

  b. Segi intelektual-emosional peserta didik ikut aktif dalam berbagai kegiatan yang ditandai kesertaannya dalam keanekaragaman kegiatan, baik secara jasmaniah maupun secara mental.

  c. Guru berupaya memberikan kemudahan belajar dan mengkoordinasi kegiatan peserta didik, namun sedapat-mungkin tidak ada kesan besarnya dominasi guru dalam proses belajar mengajar.

  d. Adanya keanekaragaman penggunaan metode mengajar serta penggunaan media dan alat pelajaran.

  Penjabaran di atas ialah sebuah contoh penerapan perencanaan dan pembelajaran yang mendidik di sekolah. Pembelajaran tersebut harus dapat mendidik peserta didik dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.

  Seperti telah dibahas di depan, bahwa belajar adalah aktivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada peserta didik yang duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif di dalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya peserta didik tersebut tidak ikut belajar. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang mendidik guru perlu membimbing dan mengontrol para peserta didik. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan peserta didik belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut.

  2. Tujuan Pembelajaran yang Mendidik Tujuan utama pembelajaran adalah mendidik peserta didik agar tumbuh kembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Berdasarkan bunyi pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yg diarahkan pada perkembangan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut hendaknya dilakukan secara sadar dan terencana, terutama dalam hal mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Pembelajaran adalah mendidik peserta didik agar tumbuh kembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pencapaian tujuan pendidikan hendaknya dilakukan secara sadar dan terencana tingkah laku itu menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif, dan tingkah laku psikomotor.

  Pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung sebagai proses atau usaha yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak ragamnya baik sifat maupun jenisnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan, dan komprehensif. Peserta didik hendaknya menjadi pusat pembelajaran, karena yang melakukan kegiatan belajar adalah peserta didik, bukan guru. Hal esensial yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran berkenaan dengan pengertian belajar, khususnya tentang perubahan tingkah laku dan pemodifikasian tingkah laku yang baru. Perlu diketahui, menurut Teori Belajar Behaviorisme, tingkah laku baru merupakan hasil pemodifikasian tingkah laku lama, sehingga tingkah laku lama berubah menjadi tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tingkah laku di sini bukanlah perubahan tingkah laku yang terbatas melainkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Hal itu berarti perubahan.

  3. Prinsip Pembelajaran yang Mendidik Pada prinsipnya, dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung sebagai proses atau usaha yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak ragamnya baik sifatnya maupun jenisnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.

  Prinsip dalam perencanaan pembelajaran yang mendidik antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan, yaitu:  Beragam dan terpadu.  Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.  Relevan dengan kebutuhan kehidupan.  Menyeluruh dan berkesinambungan.  Belajar sepanjang hayat.  Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.  Diarahkan pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

  a. Prinsip Perancangan Pembelajaran 1) Perencanaan pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk membantu peserta didik, sehingga fokus perancangan pembelajaran adalah untuk peserta didik. Hakekatnya peserta didik memperoleh pengalaman belajar.

  2) Dalam prosesnya, perancangan pembelajaran melibatkan semua sumber daya yang ada dan termutakhir.

  3) Perancangan pembelajaran harus spesifik isinya 4) Perancangan pembelajaran merupakan produk yang harus selalu dimutakhirkan.

  b. Pengembangan Komponen-Komponen Pembelajaran Dokumen kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memiliki komponen-komponen penting sebagai acuan pembelajaran. Dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran yang sudah ada dapat dikembangkan komponen yang lebih spesifik seperti komponen penguatan dengan teknik pengulangan (repetition) pada setiap pertemuan proses belajar mengajar. Ini diperlukan untuk penguatan (strengthening) pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu dapat ditambahkan juga komponen tanggung jawab guru dan tanggung jawab peserta didik atau yang lebih dikenal dengan Gradual Release of Responsibility (GRR).

  c. Rancangan Pembelajaran Pendidikan mengutamakan bekal nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk hal ini diperlukan rancangan pembelajaran yang komprehensif agar membawa hasil yang bermakna. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik melibatkan peserta secara aktif dalam proses pembelajaran. Artinya seluruh proses pembelajaran ditujukan untuk pencapaian kompetensi peserta didik, bukan kompetensi guru. Pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral.

  Rancangan penerapan pembelajaran yang mendidik disusun sesuai dengan prinsip dan langkah perencanaan pembelajaran yang tepat sehingga dapat menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik. Beberapa ciri perubahan dalam diri peserta didik yang perlu diperhatikan guru antara lain: 1) Perubahan tingkah laku harus disadari oleh peserta didik. Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan tingkah laku dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. 3) Perubahan tingkah laku dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju pada pemerolehan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar dilakukan, semakin banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan tingkah laku dalam belajar tidak bersifat sementara.

  Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, tidak dapat dikategorikan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5) Perubahan tingkah laku dalam belajar bertujuan. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

  Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan tingkah laku mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika individu belajar sesuatu, sebagai hasilnya mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Jadi aspek perubahan tingkah laku berhubungan erat dengan aspek lainnya.