Potret kesantunan berbahasa siswa dalam pembelajaran bahasa Arab - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  

ISSN 1978-7219 Vol. 15, April 2018

Lingua Humaniora Vol. 15 Hlm. 1167—1234 April 2018

ISSN 1978-7219

  L INGUA H UMANIORA : Jurnal Bahasa dan Budaya merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah bagi para praktisi, peneliti, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian pada pengembangan pendidikan bahasa dan budaya di Indonesia yang meliputi bidang pengajaran bahasa, linguistik, sastra, dan budaya. Lingua Humaniora: Jurnal Bahasa dan Budaya diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

  

Penanggung Jawab Umum

Dr. Luizah F. Saidi, M.Pd.

Penanggung Jawab Kegiatan

Joko Isnadi, S.E., M.Pd.

  

Mitra Bestari

Dr. Bambang Indriyanto (SEAMEO QITEP in Language)

Dr. Katubi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

  

Ketua Dewan Redaksi

Yatmi Purwati, S.H., M.P.A.

Wakil Ketua Dewan Redaksi

Gunawan Widiyanto, S.S., M.Hum.

  

Sekretaris Redaksi

Ririk Ratnasari, M.Pd.

Anggota Dewan Redaksi

  

Drs. Herman Kartakusuma

Dr. Endah Ariani Madusari

Aris Supriyanto, M.Pd.

Dedi Supriyanto, M.Pd.

  

Rosidah, S.S.

Wahyuningrum, M.Pd.

Dwi Hadi Mulyaningsih, M.Pd.

Dwi Yoga Peny Hadyanti, M.Pd.

  

Dra. Elita Burhanuddin, M.Pd.

  

Penata Letak dan Perwajahan

Yusup Nurhidayat, S.Sos.

  

Sirkulasi dan Distribusi

Sari Wulan, S.E., M.Acc.

  Kependidikan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  Redaksi menerima tulisan dari pembaca yang belum pernah dimuat di media lain. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau hasil pemikiran (telaah) yang sesuai dengan visi dan misi Lingua Humaniora. Setiap naskah yang masuk akan diseleksi dan disunting oleh dewan penyunting. Penyunting berhak melakukan perbaikan naskah tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

  Daftar Isi Daftar Isi ............................................................................... v Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran

  Bahasa Arab [Asep Sopian & Vera Aulia] ...................................

  1167—1179 Honing Writing Skills through Blogging [Isnain Evilina Dewi] .. 1180—1192 Kesinambungan Topik Pada Novel Wanita Itu Adalah Ibu Karya

  Sori Siregar [Hafizah] ................................................................

  1193—1201 Kontribusi Program Diklat Tingkat Dasar di PPPPTK Bahasa Terhadap Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru Bahasa Jepang [Kardina Pendikarini] .................................................

  1202—1213 Strategi Komunikasi Pemelajar BIPA Level A1: Studi Kasus Pusat Kebudayaan Indonesia di Cairo [Dedi Supriyanto] .....................

  1214—1225

  Tindak Tutur Direktif dalam Pidato Pasambahan Adat dalam Upacara Manjapuik Marapulai di Kabupaten Solok Sumatera Barat (Kajian Sosiolinguistik) [Redo Andi Marta] ...............................

  1226—1234

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

POTRET KESANTUNAN BERBAHASA SISWA

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

  

Asep Sopian

  Universitas Pendidikan Indonesia

  

Vera Aulia

  PPPPTK Bahasa

  

INTISARI

Penelitian ini bertujuan menggambarkan tuturan berbahasa siswa dan respons

guru terhadap tuturan berbahasa tidak santun siswa dalam pembelajaran bahasa

  

Arab. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian

adalah siswa XI MA Al Inayah Bandung. Data dikumpulkan melalui observasi dan

wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tuturan berbahasa siswa dalam

pembelajaran bahasa Arab mengandung ungkapan santun dan tidak santun yang

dikemukakan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa,

dan 2) respons guru terhadap tuturan siswa yang tidak santun dalam pembelajaran

bahasa Arab adalah bahwa guru langsung menegur siswa yang bertutur tidak

santun dan diarahkan menggunakan bahasa santun yang benar dan guru menilai

kesantunan siswa dari perilaku keseharian mereka di dalam dan luar kelas.

  Kata kunci: kesantunan, pembelajaran, bahasa Arab

ABSTRACT

This research is an attempt to describe the students’ speech and teachers’ response

towards the student’s impolite speech in Arabic learning. Descriptive qualitative

method is employed. The research subjects are the eleventh-grade students from MA

Al Inayah Bandung. The Data is gathered through observation and interview. Result

of the study reveals that 1) students' language speech in Arabic language learning

comprise polite and irreverent expressions conveyed by teachers and students,

  

students and teachers, and students and students. , and 2) the teacher's response to

the students’ impolite speech in learning Arabic is that the teacher directly rebukes

the students to speak improperly and is directed to using proper language and the

teacher assesses the students' politeness from their daily behavior inside and outside

the classroom.

  Keywords: politeness, learning, Arabic PENDAHULUAN

  Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bahasa untuk berkomu- nikasi dengan sesamanya. Dalam lingkup sosial budaya, komunikasi antarma- nusia dibatasi oleh nilai-nilai yang disepakati bersama. Dalam komunikasi, bahasa tidak saja merupakan ciri dari derajat pengguna bahasa di antara sesa- manya. Bahasa yang memiliki makna dan nilai bagi penuturnya disebut bahasa santun (Sauri, 2006:51). Oleh karena itu, agar proses komunikasi antarma- nusia dapat berlangsung dengan lancar, setidaknya manusia perlu berbahasa dengan santun dalam berkomunikasi. Bahasa santun menurut Moeliono (Sau- ri, 2006: 51) berkaitan dengan tata bahasa dan pilihan kata. Penutur bahasa menggunakan tata bahasa yang baku dan dapat memilih kata-kata yang sesuai dengan isi atau pesan yang disampaikan dan sesuai pula dengan tata yang ber- laku di masyarakat itu. Bahasa yang tidak santun adalah bahasa yang kasar dan menyakiti perasaan orang yang mendengarnya. Oleh karena itu, bahasa santun berkaitan dengan perasaan dan tata nilai moral masyarakat penggunanya.

  Sauri (2006: 111-113) memaparkan hasil observasinya berkaitan dengan bertutur kata para remaja. Hasilnya menunjukkan ketidaksantunan bahasa yang digunakan dalam pembicaraan antarremaja. Umumnya, mereka meng- gunakan bahasa akrab, tidak baku, atau bahasa gaul. Penggunaan bahasa seper- ti ini, walaupun tidak termasuk bahasa kasar, bahasa tersebut kurang santun. Berbahasa santun tidak dilihat dari pilihan kosakata yang dipergunakannya saja, tetapi juga dari cara pengucapan, gaya, dan mimik penutur.

  Kesantunan berbahasa dapat dipandang sebagai usaha untuk menghindari konflik antara penutur dan mitra tutur. Setiap anggota masyarakat percaya bahwa kesantunan berbahasa yang diterapkan mencerminkan budaya masyara- kat. Hal itu terjadi juga dalam masyarakat sekolah. Kesantunan berbahasa yang

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

  ditunjukkan oleh guru dalam berinteraksi dengan siswa akan menimbulkan respons yang baik dari siswa sehingga terjadi komunikasi yang baik. Komuni- kasi yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang maksi- mal (Montolalu, 2013:2). Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Arab, aspek kesantunan ini tidak bisa dipisahkan. Menurut Al Fauzān (2011: 176), pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan sebagai suatu upaya membela- jarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dica- pai. Tujuan itu adalah, sebagaimana dinyatakan Al Bantānī (2013: 86) adalah agar siswa dapat menguasai aturan bunyi, struktur, tata bahasa, kemampuan untuk menggunakan bahasa Arab secara spontan dan mengekspresikan lancar ide-idenya secara baik.

  Dalam konteks inilah, penelitian yang berkaitan dengan bahasa santun ini sangatlah penting dan perlu dilakukan. Penelitian yang dilakukan Fauziah (2008) dengan subjeknya para santri di Pondok Pesantren Darul Amanah Ka- bunan Sukorejo Kendal, menyimpulkan bahwa sikap santun berbahasa Arab para santri cukup. Hal ini karena pengaruh positif berbahasa Arab terhadap kehidupan sosial santri di pondok. Artinya, semakin tinggi sikap santun ber- bahasa Arab, semakin tinggi kehidupan sosial santri. Sebaliknya, semakin ren- dah sikap santun berbahasa Arab, semakin rendah pula kehidupan sosial santri di pondok itu.

  METODE

  Dalam penelitian ini digunakan metode dekskriptif kualitatif untuk meng- gambarkan fenomena secara naturalistik, tentang kesantunan berbahasa siswa di MA Al-Inayah Bandung. Data dikumpulkan melalui observasi terhadap pembelajaran bahasa Arab secara langsung dan wawancara.

KESANTUNAN BERBAHASA

  Sauri (2006: 112) menyatakan bahwa berbahasa santun tidak dilihat dari pilihan kosakata yang dipergunakan saja, akan tetapi juga dari cara peng ucapan dan gaya serta mimik penuturnya. Dalam kaitan ini, ditemukan pula gaya dan mimik yang telah menggambarkan kesantunan. Misalnya, beberapa fenome- na di kalangan remaja yang mengisyaratkan perilaku santun, sering terdengar seperti ucap salam, disertai senyum dan cium tangan dalam berbagai suasana. Perilaku tersebut dapat digolongkan kepada komunikasi nonverbal. Komuni- kasi nonverbal adalah proses komunikasi yang pesan disampaikan tanpa kata- kata (Bahtiar, 2011). Contohnya adalah gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekan- an, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Lebih lanjut, Sauri (2006: 78−86) menyatakan bahwa Alquran menampilkan enam prinsip kesantunan berbicara, dalam arti bahwa Alquran menuntun agar orang berbahasa santun.

  Keenam prinsip tersebut adalah (1) qaulān sadīdān, ucapan-ucapan yang le- mah lembut, jelas, jujur, tepat, baik, dan adil; (2) qaulān ma'rūfān, perkataan yang baik yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghar- gaan, dan menyenangkan, serta sesuai hukum dan logika; (3) qaulān balīgān, pembicaraan yang fasih, jelas maknanya, terang serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya; (4) qaulān maysūrān, ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak, menyenangkan, halus, lemah lembut dan bagus dalam bicara; (5) qaulān layyinān, ucapan yang baik dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati orang yang diajak bicara; dan (6) qaulān karīmān, yaitu ucapan yang lemah lembut berisi pemuliaan, peng- hargaan, dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara.

  Prinsip-prinsip berbahasa santun dalam Alquran dan Hadis juga menitik- beratkan dimensi nilai yang dapat diterima semua masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) prinsip kebenaran, yakni ungkapan bahasa yang mengan- dung pesan sesuai dengan kriteria kebenaran berdasarkan ukuran dan sumber yang jelas; (2) prinsip kejujuran, yakni ungkapan bahasa yang mengandung ke- benaran apa adanya, sesuai dengan data atau realita; (3) prinsip keadilan, yakni ungkapan bahasa yang isinya sesuai dengan kemestiannya, tidak berat sebelah atau mengandung subjektivitas tertentu; (4) prinsip kebaikan, yakni ungkapan bahasa yang sesuai dengan kaidah pengucapan dan isinya menunjukkan nilai kebaikan dan kebenaran, dan diucapkan dengan situasi dan kondisi yang ada; (5) prinsip kelemahlembutan, bahasa yang mengungkapkan kerendahan hati dan kasih sayang terhadap mitra wicara sehingga lawan bicaranya itu merasa dihargai dan diberi perhatian; (6) prinsip penghargaan, yakni ungkapan baha- sa yang tidak merendahkan orang sehingga pendengar merasa diperhatikan,

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

  dihargai, dan dihormati; (7) prinsip kepantasan, yakni ungkapan bahasa yang sesuai dengan tingkat atau status orang yang mengucapkan dan mendengar- nya; (8) prinsip ketegasan, yakni ungkapan bahasa yang jelas dan sesuai de- ngan keharusannya; (9) prinsip kedermawanan, yakni ungkapan bahasa yang mengandung penghargaan kepada orang lain; (10) prinsip kehati-hatian, yakni ungkapan bahasa yang mempertimbangkan pesan dan caranya sehingga ter- hindar dari kesalahan; dan (11) prinsip kebermaknaan, ungkapan bahasa yang berisi atau mengandung arti (Sauri, 2006: 104−105). Prinsip kesantunan Sauri dipakai dalam kajian ini.

  BAHASAN

1. Tuturan Siswa pada Awal Pembelajaran Bahasa Arab

  

Tabel 1. Deskripsi tuturan siswa di awal pembelajaran

Pemeran dan Nilai Situasi Tuturan Hasil Ekspresi Respons Guru terhadap No

  

Penelitian Emosi Tuturan Siswa

idak

T

  

Santun Santun

Bismillāhirrahmānnir- rahīm. wa’alaikumussalām

  Ekspresi murid-guru/ assalāmu’alaikum

  1 warahmatullāh √ kebahagiaan pertemuan warahmatullāh wabarakātuh. wabarakātuh.

  (ekspresi kebahagiaan) bagaimana kabar kalian? Ekspresi murid-guru/ alhamdulillāh baik,

  2 √ (Ekspresi bingung dan pak kebahagiaan pertemuan kebahagiaan) siapakah yang tidak hadir hari ini? Siapa yah? (Ekspresi bingung dan Ekspresi halus) dan guru langsung teuing atuh, Pak. murid-guru/

  

3 Banyak kayaknya. bingung dan √ menasihati siswa dengan pertemuan

si novi, si jamila, galau perkataan “seharusnya jawab saja dengan kata loba da. artinya saya datang” mari kita belajar bahasa Ekspresi murid-guru/

  4 Semangat √ arab, semangat! kebahagiaan pertemuan (Ekspresi kebahagiaan) guru hanya terdiam mimik murid- urang teu mawa berekspresi kesal,

  5 wajah √ murid/ bukuna ge seharusnya guru menasihati bingung pertemuan langsung siswa

  Data tabel di atas menunjukkan bahwa tuturan-tuturan siswa pada awal pembelajaran bahasa Arab dikategorikan santun karena pilihan kata yang dipa- kai sesuai dengan awal pembelajaran. Tuturan tersebut tidak menyakiti mitra tutur baik kepada guru maupun teman.Tuturan (1) mengandung arti doa dan disampaikan jika seseorang bertemu dengan orang lain dan dapat digolongkan bahasa santun yang termasuk prinsip qaulān karīmān dan prinsip penghar- gaan (Sauri, 2006: 125−126). Respons guru terhadap tuturan tersebut berupa ekspresi kebahagiaan. Tuturan (4) ini mudah dipahami, diucapkan, dan digu- nakan untuk memotivasi semangat siswa pada pembelajaran bahasa Arab. Tu- turan ini dapat digolongkan bahasa santun karena diucapkan dengan ekspresi kebahagiaan. Oleh karena itu, ia mengikuti prinsip qaulān sadīdān, prinsip

  

qaulān maysūrān, dan prinsip kebermaknaan. Respons yang ditimbulkan oleh

  guru pun dengan ekspresi kebahagiaan. Prinsip tuturan ini sama dengan prin- sip tuturan (5).

  Tuturan (3) dapat digolongkan tidak santun karena diucapkan siswa de- ngan diksi yang menyakitkan perasaan guru. Hal ini karena menggunakan ba- hasa gaul dan diucapkan dengan ekspresi bingung dan galau karena merasa be- lum sempurna menyelesaikan tugas yang diberikan. Lalu, respons guru adalah dengan wajah biasa dan memilih melanjutkan materi selanjutnya. Seharusnya, siswa bertutur “maaf, pak tadi kita dari kamar mandi” dan mengacu pada prinsip qaulān sadīdān. Respons guru terhadap tuturan tersebut dengan eks- presi bingung dan halus.

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

2.Tuturan Siswa pada Kegiatan Inti Pembelajaran Bahasa Arab

  

Tabel 2. Deskripsi Tuturan Siswa pada Kegiatan Inti

Nilai Respons Guru terhadap Tuturan Hasil Pemeran No Gestur Tuturan Penelitian dan Situasi

idak

  Siswa

T

Santun Santun

bahasa arab, Ekspresi murid-guru/ belajar apa? 1 √ Pak. kebahagiaan belajar (Ekspresi kebahagiaan) siapa yang tahu apa murid-guru/

  Pak saya tau Ekspresi 2 √ terjemahnya? belajar artinya cita-cita. halus

  (Ekspresi kebahagiaan) dari mana tadi kok tidak Ekspresi murid-guru/ izin keluar kelas?

  3 terkejut dan ti wc, Pak. √ belajar (Ekspresi kesal dan kesal bingung) sebaiknya meminta izin kalau mau keluar kelas, huuh…tah jangan nyelonong aja

  Ekspresi murid- dengekeun, puas, kayak ayam dan angkat

  4 marah dan √ murid/ matakna, kasihan tangannya, lalu jelaskan kesal belajar deh lo. sebabnya! (Ekspresi kesal dan marah) guru terdiam dengan kumaha teu Ekspresi murid-guru/

  5 ekspresi kesal, seharusnya

  √ ngarti? bingung belajar guru langsung menegur

yang mana ih? Ekspresi murid-murid/ bukalah lagi halaman

  6 √ ketemu nggak? bingung belajar (Ekspresi halus)

  Ekspresi murid-guru/ sekarang buatlah

  7 bingung dan yaah Bapak mah. √ belajar (Ekspresi halus) kesal

  Berdasarkan tabel di atas, tuturan-tuturan siswa pada kegiatan inti pembela- jaran bahasa arab dikategorikan tidak santun karena pilihan kata yang dipakai siswa kepada guru tidak sesuai dengan situasi resmi, situasi kegiatan inti pem- belajaran. Tuturan tersebut juga menyakiti perasaan guru karena bahasa terse- but dianggap tidak layak untuk dituturkan murid kepada guru. Gerak badan juga menggambarkan ketidaksantunan karena dituturkan siswa dengan eks- presi kesal, marah, dan bingung. Tuturan (1) dan (2) dapat digolongan santun karena diucapkan dengan diksi yang tepat dan ekspresi kebahagiaan dan halus, tepat diucapkan kepada guru, dan sesuai dengan yang pertanyaan. Tuturan ini dikategorikan dalama prinsip qaulān balīgān dan prinsip kebaikan. Respons guru terhadap tuturan tersebut ditunjukkan dengan ekspresi kebahagiaan.

  Tuturan (3) ini digolongan tidak santun karena diucapkan dengan diksi yang kasar. Tuturan ini tidak tepat diucapkan siswa kepada guru karena guru adalah orang yang lebih tua daripada siswa dan layak dihormati dengan tuturan yang lembut, bernada lunak, penuh penghargaan. Tuturan tersebut digambar- kan siswa dengan ekspresi terkejut dan kesal berintonasi tinggi karena merasa dipermalukan di depan kelas. Namun, apapun alasan siswa tersebut keluar ke- las tanpa izin adalah perilaku yang tidak baik. Seharusnya, siswa menggunakan prinsip qaulān ma'rūfān dan prinsip kepantasan. Respons guru terhadap tutur- an tidak santun tersebut ditegur dengan ekspresi kesal siswa dengan harapan para siswa menyadari kesalahannya dan mengubah perilakunya. Guru mem- biasakan para siswa untuk meminta izin jika ingin keluar kelas dan menyam- paikan alasannya. Tuturan (4) dikategorikan tidak santun karena diucapkan dengan diksi yang kasar. Tuturan ini tidak tepat diucapkan siswa kepada siswa, meskipun sesama teman dikarenakan situasi yang tidak tepat atau saat pembe- lajaran sehingga dapat menyakiti perasaan teman. Dalam hal ini, teman pun layak dihormati. Hal ini digambarkan siswa dengan ekspresi kesal dan marah karena merasa dipermalukan. Seharusnya siswa menggunakan prinsip qaulān

  

ma'rūfān dan prinsip kehati-hatian. Prinsip tuturan ini sama dengan prinsip

  tuturan (5). Respons guru tersebut hanya terdiam dengan ekspresi marah dan kesal tanpa menegur siswa tersebut. Seharusnya, guru langsung menegur dan mengarahkan siswa tersebut untuk berbahasa dan bersikap santun.

  Tuturan (6) dikategorikan santun karena diucapkan dengan diksi yang mu- dah dipahami, nada yang lunak, dan dengan ekspresi bingung. Tuturan ini tepat digunakan oleh siswa dengan siswa karena menyenangkan hati, efektif, dan jelas. Tuturan ini dikategorikan prinsip kejujuran. Respons guru terhadap tuturan tersebut ekspresi halus dan berkata untuk menguasai kelas yang ramai dengan memberikan tugas. Tuturan (7) ini dikategorikan tidak santun karena diucapkan dengan ekspresi bingung dan kesal, intonasi sedikit tinggi kepada guru. Seharusnya, siswa melunakan intonasi karena dia sedang berbicara de-

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

  ngan orang yang lebih tua dan layak dihormati. Namun, apapun alasan siswa tersebut adalah perilaku yang tidak baik. Siswa seharusnya menggunakan prin- sip qaulān ma'rūfān, arti perkataan yang baik yaitu perkataan yang sopan, be- nar, penuh penghargaan, dan sesuai hukum dan logika dan prinsip kepantasan, ungkapan bahasa yang sesuai dengan tingkat atau status orang yang mengu- capkan dan mendengar. Respons guru terhadap tuturan tidak santun tersebut hanya terdiam dengan ekspresi halus tanpa menegur mengarahkan untuk ber- bahasa dan bersikap santun. Guru hanya memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas sesuai kemampuannya.

  Kebiasaan berbahasa tidak santun di kalangan remaja menyebabkan keti- daksantunan menjadi suatu hal yang diterima di kalangan mereka. Hal ini dapat terlihat dari reaksi mitra wicara yang merasa tidak tersinggung dengan kata-kata tidak santun itu. Sebagian kosakata tidak santun adalah kosakata bahasa gaul. Jenis kosakata tersebut sangat dipahami oleh banyak remaja. Ke- tidaksantunan dari jenis kosakata tersebut muncul karena kosakata tersebut tidak biasa digunakan di luar kelompok mereka dan sebagian masyarakat tidak memahaminya. Dalam hal ini, muncul anggapan bahwa bahasa semacam itu identik dengan perilaku preman. Oleh karena itu, bahasa gaul dipandang tidak santun jika digunakan dalam situasi resmi atau ketika remaja berbicara dengan guru atau orang tua. Ketidaksantunan tersebut akhirnya terbawa saat pembela- jaran bahasa Arab (keadaan resmi yang diungkapkan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa).

3. Tuturan Siswa pada Akhir Pembelajaran Bahasa Arab

  

Nilai

Respons Guru Tuturan Hasil Pemeran dan

  

No Gestur terhadap Tuturan

Penelitian Situasi idak T Siswa Santun Santun baik saya simpulkan, bapak mewasiatkan

  

Ekspresi murid-guru/

1 ya, Pak. √ kepada kalian,

kebahagiaan perpisahan

saya tutup dengan,

  (Ekspresi kebahagiaan) sampai jumpa

wa’alaikumussalām wassalāmu’alaikum

  

Ekspresi murid- guru/

2 √ warahmatullāh warahmatullāh kebahagiaan perpisahan wabarakātuh wabarakātuh (Ekspresi kebahagiaan)

  Berdasarkan tabel di atas, tuturan-tuturan siswa pada akhir pembelajaran bahasa Arab dikategorikan santun karena pilihan kata yang dipakai siswa dan guru sesuai dengan situasi resmi, situasi akhir kegiatan pembelajaran. Penutur- annya pun dilakukan dengan lembut, ekspresi kebahagiaan menyentuh pe- rasaan mitra tutur, serta dianggap layak dituturkan murid kepada guru. Tuturan (1) digolongklan santun karena diucapkan dengan diksi yang tepat dan berwa- jah cerah; dan dikategorikan prinsip kebermaknaan. Prinsip yang digunakan adalah qaulān balīgān. Respons guru terhadap tuturan tersebut adalah dengan ekspresi kebahagiaan karena tuturan tersebut menyenangkan hati, efektif, dan tepat. Tuturan (2) mengandung arti doa, diucapkan untuk mengakhiri kegiat- an pembelajaran dengan ekspresi kebahagiaan. Dari segi makna, tuturan ini dapat digolongkan santun dan termasuk prinsip qaulān karīmān dan prinsip penghargaan. Respons guru terhadap tuturan tersebut adalah dengan ekspresi kebahagiaan karena tuturan tersebut menyenangkan hati dan bermakna.

  Respons guru terhadap tuturan-tuturan siswa ketika pembelajaran baha- sa Arab dilakukan secara langsung, yakni dengan menegur siswa yang tidak berbahasa santun dengan ekspresi kesal dan menasihatinya, agar siswa-siswa tersebut menyadari kesalahannya dan mengubah perilaku tidak santunnya. Guru membiasakan para siswa untuk meminta izin apabila keluar kelas dan menyam paikan alasannya. Respons guru juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu guru hanya terdiam dan mengisyaratkan dengan ekspresi halus tanpa me- negur siswa sedikit pun. Selain itu, guru menilai sikap siswa dan ditambahkan ke penilaian dalam rapor pada kolom sikap.

  Menurut Mastuhu (Maryam, 2006: 1-3), pendidikan kesantunan berbaha- sa adalah sebagai cerminan nilai sosial dan budaya yang didayagunakan untuk mengatasi problem pelajar yang meninggalkan nilai-nilai kesantunan berba- hasa yang sulit dikendalikan, dan sebagai pembentukan nilai, dalam hal ini pembentukan generasi muda, khususnya para siswa sehingga para siswa dapat

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

  berbahasa santun. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab yang menerapkan nilai kesantunan khususnya pada tuturan-tuturan siswa ada- lah hasil akhir yang ingin dicapai individu atau kelompok yang sedang belajar bahasa Arab yang mengarahkan kepada perwujudan manusia terdidik yang mampu mengaktualisasikan tata nilai kesantunan dalam kesehariannya.

  SIMPULAN

  Berdasarkan analisis, ada tiga simpulan yang dapat ditarik. Pertama, terda- pat tuturan berbahasa siswa yang menggunakan ungkapan santun dan tidak santun dalam pembelajaran bahasa Arab. Ungkapan santun dikemukakan oleh guru dengan siswa dan siswa dengan guru, sedangkan ungkapan tidak santun dikemukakan oleh siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Hal ini disebab- kan oleh pemahaman siswa yang kurang dalam menggunakan bahasa santun di berbagai situasi dan kondisi dan perhatian guru yang kurang saat siswa berkata tidak santun. Kedua, respons guru terhadap tuturan siswa tidak santun dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Cara langsung dengan menegur siswa dan memberi arahan untuk menggunakan bahasa santun yang sesuai dengan situasi dan kondisi sedangkan cara tidak langsung dengan guru terdiam tanpa menegur siswa dan mengisyaratkan dengan wajah kecewa. Guru menilai kesantunan siswa dari pe- rilaku sehari-hari siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian tersebut ditambahkan ke penilaian sikap dalam rapor (pada kolom sikap).

  Ketiga, penerapan nilai kesantunan membutuhkan waktu yang lama dan kerjasama yang solid dengan semua pihak di sekolah, baik dengan guru-guru lain, staf administrasi, maupun siswa. Upaya itu dilakukan dengan menerap- kan strategi pembelajaran berbahasa santun beserta komponen lainnya seca- ra operasional dan langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari persiap- an, pembukaan, penciptaan, pengecekan iklim belajar, penguatan, evaluasi, penyimpulan, hingga penutup. Berkenaan dengan hal ini, sekolah dan guru bahasa Arab juga dapat mengadakan program-program lainnya untuk me- nguatkan penerapannya, seperti program klub Arab untuk membiasakan siswa berkomunikasi dengan bahasa Arab, muhā ḍarah tiga kali seminggu, baca tulis Alquran minimal satu kali seminggu. [ ]

DAFTAR PUSTAKA

  Al Bantānī, A. 2013. Istikhdām Bāwir Būwint (Power Point) Fī Dawāfī’ At Talāmīżi Ilā Ta’alūmil Lugatil-‘Arabiyyah. Afaq Al ‘Arabiyyah, 8 (1), hlm.

  81−92. Al Fauzān, A.R. 2011. I ḍāat Li Mu’allim Al Lugah Al ‘Arabiyah Li Gairin- Nā ṭiqīn Bihā. Ar Riyaḍ: Muṭābi’i Al Humaiḍī.

  Al Khūlī, M.A. 1989. Āsālīb Tadrīs Al Lugah Al ‘Arabiyah. Ar Riya ḍ: Jamī’ul- Huqūqul-Mahfū ah. Bahtiar, M.H. 2011. Komunikasi Verbal. [Daring]. Diakses dari http:// makalahpsikologi.blogspot.co.id/2011/03/komunikasi-nonverbal. html?m=1 Bombang, V.K. 2013. Macam-Macam Gambar Ekspresi Wajah. [Daring]. Diakses dari https: //lelakristiantibombang.wordpress.com/2013/12/02/ macam-macam-gambar-ekspresi-wajah/amp/

  Fauziah, A. 2008. Sikap Santun Berbahasa dan Implikasinya Terhadap Kehidupan

Sosial Santri Di Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal.

  (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang. Mahyuddin, E. 2013. Al Kitābul-Madrasī Li Ta’limi Al Lugah Al ‘Arabiyah.

  Afaq Al ‘Arabiyyah, 8 (1), hlm. 93−102.

  Maryam, D. 2014. Implementasi Pendidikan Berkarakter dalam Pembelajaran

  

Bahasa Arab di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. (Skripsi). Jurusan Pendidikan

  Bahasa Arab. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Maryam, S .2006. Pengembangan Pendidikan Bahasa Santun di Sekolah sebagai Salah Satu Implementasi Pembinaan Bahasa. Jurnal Kependidikan,

  4 (7), hlm. 1-9. Mubaroq, H. 2014. Teknik Tes dan Teknik Non Tes sebagai Alat Evaluasi Hasil

  Belajar. [Daring]. Diakses dari http://husnilmubaroq.blogspot.co.id/

  2014/12/teknik-tes-dan-teknik-non-tes-sebagai_31.html?m=1 Montolalu, D.E. dkk. 2013. KesantunanVerbal dan Non verbal pada Tuturan

  Imperatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pangu diLuhur Ambarawa Jawa Tengah. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2, hlm. 1-10.

  Potret Kesantunan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab

  Ridlo, U. 2013. Kesulitan Belajar dalam Mata Kuliah Istima' di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Afaq 'Arabiyyah, 8 (1), hlm. 49-68. Sauri, S. 2006. Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: Genesindo. Sutrisno, S.P. 2011. Pengertian Respons. [Daring]. Diakses dari https:// pratamasandra.wordpress.com/ 2011/05/11/ pengertian-respon/

  1. Artikel yang ditulis untuk LINGUA HUMANIORA meliputi hasil penelitian atau hasil telaah konseptual bidang pendidikan bahasa dan linguistik. Naskah diketik dengan huruf Trebuchet MS, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts sepanjang lebih kurang 15 halaman. Berkas (file) dalam format Microsoft Word dan dikirim via surel ke alamat lingua. humaniora. p4tkbahasa@gmail. com.

  2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika penulis terdiri dari 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama; nama penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat surel untuk memudahkan komunikasi.

  3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai dengan judul pada setiap bagian artikel, kecuali pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan de ngan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan subbagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan ang ka/nomor pada judul bagian.

  PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI) Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri) Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

  4. Sistematika artikel hasil telaah konseptual (pemikiran) adalah: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa subbagian); penutup atau simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

  5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang; metode; hasil dan bahasan; simpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

  6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun teakhir.

  Rujukan yang diutamakan adalah sumber- sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/ atau majalah ilmiah.

  7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun).

  Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh (Davis, 2003: 47).

  8. Daftar rujukan disusun dengan tata cara se- perti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. Buku: Anderson, D. W. , Vault, V. D. & Dickson,

  C. E. 1999. Problems and Prospects for the Decades Ahead: Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co Buku kumpulan artikel:

  Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds. ). 2002.

  “Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah” (Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang: UM Press. Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998. “An Alternative Conception:

  Representing Representation”. Dalam P. J. Black & A. Lucas (Eds. ), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge. ge.

  Petunjuk bagi Calon Penulis Lingua Humaniora Artikel dalam jurnal atau majalah: Kansil, C. L. 2002. “Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri”. Transpor, XX(4): 57-61. Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002.

  “Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan?”. Majapahit Pos, hlm. 4&11. Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pe- ngarang):

  Jawa Pos. 22 April 1995. “Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri”. hlm. 3.

  Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 190.

  Jakarta: Armas Duta Jaya. a. Buku terjemahan: Ary, D. , Jacobs, L. C. & Razavieh, A.

  1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

  Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha dan Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.

  Makalah seminar, lokakarya, penataran: Waseso, M. G. 2001. “Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat”. Banjarmasin, 9-11 Agustus. Internet (karya individual): Hitchcock, S. , Carr, L. & Hall, W. 1996. A

  Survey of STM Journals, 1990-1995: The Calm before the Storm. (online), (http: // journal. ecs. soton. ac. uk/survey/survey. Html).

  Internet (artikel dalam jurnal online): Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan”. (online), jilid 5, No. 4, (http: //www. malang. ac. Id).

  Internet (bahan diskusi): Wilson, D. 20 November 1995. “Summary of Citing Internet Sites”. NETTRAIN Discussion List. (online), (NETTRAIN@ ubvm. cc. buffalo. Edu). Internet (surel pribadi): Naga, D. S. (ikip-jkt@indo. net. id). 1 Oktober

  1997. Artikel untuk JIP. Surel kepada Ali Saukah (jippsi@mlg. ywcn. or. id).

  9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berbahasa Inggris menggunakan ragam baku.

  10. Semua naskah ditelaah secara secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya, penulis artikel diberikan kesempatan untuk melakukan revisi naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.

  11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

  12. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan peranti lunak komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang berkaitan dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.