BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2015 - Raden Intan Repository
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul “Pengaruh Fee Based Income Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015”. Sebagai kerangka awal untuk memudahkan untuk memahami skripsi ini dan
menghindari kekeliruan bagi pembaca, maka perlu adanya uraian dan pembatasan kalimat dalam penulisan ini dengan harapan memperoleh gambaran yang jelas terhadap pemaknaan judul dari beberapa istilah yang digunakan.
1. Pengaruh Fee Based Income adalah pendapatan yang di dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya.
1
2. Profitabilitas adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk manilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
2
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo,2012), h.129 2 Ibid, h.130
3. Bank Umum Syariah adalah Bank yang dalam aktivitasnya tidak menarik bunga dari jasa usahanya, tetapi diperhitungkan mendapat bagian jasa berupa bagi hasil.
3
Berdasarkan uraian diatas dapat diperjelas kembali bahwa yang dimaksuddalam pembahasan skripsi ini adalah suatu penelitian ilmiah mengenai kegiatan Bank Umum Syariah yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan diluar dari kegiatan utama bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Kegiatan tersebut yaitu pemberian jasa-jasa bank lainnya yang dimana itu bertujuan untuk memudahkan nasabah dalam menggunakan bank tersebut, dan dalam hal ini bank akan mendapatkan pendapatan berupa imbalan/fee dari nasabah yang menggunakan layanan jasa-jasa tersebut..
B. Alasan memilih judul
Alasan-alasan yang mendukung penulis untuk memilih judul ini adalah:
1. Alasan Subjektif Penulis optimis dapat menyelesaikan skripsi ini karena tersedianya sumber dari literatur yang tersedia diperpustakaan ataupun sumber lainnya seperti jurnal, buku, undang-undang, artikel dan lain-lainnya.
2. Alasan Objektif Salah satu faktor yang menetukan tingkat keberhasilan perbankan yaitu banyaknya nasabah yang menggunakan bank tersebut. Salah satu upaya bank dalam menarik minat nasabah untuk menggunakan bank tersebut yaitu dengan memberikan pelayanan berupa jasa-jasa yang dapat 3 Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. memudahkan nasabah dalam menggunakan bank tersebut. Maka dari itu semakin lengkap layanan jasa-jasa yang dikeluarkan oleh bank tersebut maka semakin banyak nasabah yang akan menggunakan bank tersebut yang dimana itu akan meningkatkan pendapatan bank tersebut.
C. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan salah satu agen pembangunan (agent of
development) dalam kehidupan bernegara, karena fungsi utama dari perbankan
adalah sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary
institution) , yaitu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Eksistensi perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan setelah dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang lebih mengakomodasi dan memberi peluang bagi perkembangan perbankan syariah. Kehadiran undang-undang tersebut diperkuat lagi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang secara tegas mengakui eksistensi dari perbankan syariah dan membedakannya dengan sistem perbankan konvensional.
Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan
4 Rakyat Syariah (BPRS).
Bank syariah sebagai bank bagi hasil di Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya bank bebas bunga dan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam membuat bank syariah menjadi salah satu bank yang mengalami kemajuan pesat. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroprasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulasi dalam bertransaksi keuangan.
Fungsi bank syariah yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.Bank akan menghimpun dana dari masyarakat yang nantinya masyarakat itu mendapatkan balasan berupa bagi hasil dan menyalurkannya lagi kepada masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Returnt atau pendapatan yang
5 diperoleh bank atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya.
4 5 Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Sa’diyah Ilmatus, “Analisis Hubungan Spread, Fee Based Income, dan Financing to Deposid Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia”. (Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014) Salah satu kegiatan perbankan selain menghimpun dana dan menyalurkan dana adalah memberika jasa-jasa bank lainnya. Tujuannya adalah mendukung dan memperlancar kedua kegiatan tersebut. Semakin lengkap jasa bank yang di tawarkan, maka semakin baik. Pengelolahan bank dalam melakukan kegiatan juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam aktiva produktif juga memberi komitmen jasa-jasa lainnya yang menghasilkan fee based income (pendapatan non bunga).
Fee based income adalah keuntungan yang di dapat dari transaksi yang
6
diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Ada beberapa contoh jasa perbankan yang menghasilkan fee based income yaitu transfer, inkaso, lettef of credit, safe
deposit box, credit card, dana pembayaran rekening titipan (payment point),
garansi bank, jual beli atau perdagangan valuta asing, commercial paper dan traveller’s check.
Transfer merupakan suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditujukan sebagai penerima transfer. Baik tranfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lainnya mengkredit. 6 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo,2012), h.129
Inkaso adalah jasa yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk menagihkan pembayaran surat-surat atau dokumen berharga kepada pihak ketiga ditempat lain dimana bank yang bersangkutan mempunya cabang atau pada bank lain. Sebagai imbalan jasa tersebut biasanya bank menerapkan sejumlah tarif atau fee tertentu kepada nasabah atau calon nasabah. tarif tersebut dalam dunia bank disebut dengan biaya inkaso.
Letter of Credit atau L/C adalah suatu fasilitas atau jasa yang diberikan
kepada nasabah dalam mempermudah atau memperlancar transaksi jual beli barang terutama yang berkaitan dengan transaksi internasional dan juga memungkinkan exportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkasdokumen dikirimkan keluar negeri (kepada pemesan).
Safe deposit box adalah jasa bank yang berupa penyewaan kotak
penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan sitempatkan dalam ruang khasanah yang kokoh, tahan bongkar dan tahan api untuk memberikan rasa aman bagi penggunanya. Kondisi ketidakpastian selalu menambah rasa khawatir, terutama menyangkut keamanan barang-barang yang tidak ternilai harganya. Dalam menentukan pilihan untuk tempat penyimpanan yang tepat, tentunya harus memilih tempat yang terpercaya.
Rekening titipan adalah pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan pihak tertentu, biasanya giro milik perusahaan yang pembayarannya dilakukan melalui bank.
Commercial paper adalah promes yang tidak disertai dengan jaminan
(unsequred promissory notes) yang diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor yang melakukan investasi dalam instrumen pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan
7 yang mempunyai kredibilitas tinggi.
Dibawah ini merupakan data dari fee based income yang diambil dari laporan keuangan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.
7 Rian Hidayat, “Pengaruh Fee Based Income Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Konvensional Periode 2011-2016”. ( Skipsi Universitas Widyatama, 2013), h. 20-21
Tabel 1.1 Laporan keuangan tahunan (fee based income) BUS (Bank Umum Syariah) periode 2011-2015 (dalam jutaan rupiah)TAHUN BUS 2011 2012 2013 2014 2015
Bank BRI Syariah 107.338 176.088 142.311 88.952 140.550 Bank BNI Syariah 229.705 87.592 159.064 102.577 138.983 Bank Muamalat Indonesia 375.708 421.852 456.431 323.653 317.251 Bank BCA Syariah 5.231 14.503 15.622 18.224 9.930
- Bank BTPN Syariah
7.393 5.194 Bank Victoria Syariah 36.464 9.559 1.591 3.391 1.770 Bank Mega Syariah 92.706 150.098 336.380 185.806 625.760 Bank Bukopin Syariah 33.640 29.081 35.250 42.237 52.691 Bank BJB Syariah 13.729 12.438 17.273 149.063 149.226 Bank Panin Syariah 4.778 6.873 10.034 33.945 23.652 Bank Mandiri Syariah 1.088.506 1.146.202 1.203.167 1.018.151 955.655 My Bank Syariah 2.057.296 2.122.414 2.384.089 1.928.244 2.701.245
Sumber : Laporan keuangan BUS (diolah) Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat terlihat pencapaian fee based
income pada masing-masing bank umum syariah pada periode 2011 sampai
dengan 2015 secara keseluruhan mengalami peningkatan. Meskipun ada beberapa bank yang mengalami penurunan sebagian tahun, namun secara keseluruhan fee based income tiap bank mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat berpengaruh pada peningkatan profitabilitas pada masing- masing Bank Umum Syariah.
Tujuan fundamental dari kegiatan operasional bank adalah mencapai keuntungan (Profitabilitas) yang optimal. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dimana melalui profitabilitas ini perusahaan dapat mengetahui laba yang akan dihasilkan baik hari ini dan prediksi masa akan datang. Profitabilitas adalah ukuran spesifikasi dari
performance sebuah bank, dimana profitabilitas merupakan tujuan dari
manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi resiko yang ada.
Profitabilitas dapat diukur dengan rasio Return On Assets.
Dibawah ini merupakan data dari Return On Assets (ROA) yang diambil dari laporan keuangan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.
Tabel 1.2 Laporan keuangan tahunan Return On Assets (ROA) BUS (Bank Umum Syariah) periode 2011-2015BUS TAHUN 2011 (%)
2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
2015 (%)
Bank BRI Syariah 0,2 1,19 1,15 0,08 0,76 Bank BNI Syariah 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43 Bank Muamalat Indonesia 1,13 0,2 0,27 0,17 0,2 Bank BCA Syariah 0,9 0,8 1 0,8 0,8 Bank BTPN Syariah - - - 4,23 5,24 Bank Victoria Syariah 6,93 1,43 0,5 -1,87 -2,36 Bank Mega Syariah 1,58 3,81 2,33 0,29 0,3 Bank Bukopin Syariah 0,52 0,55 0,79 0,27 0,69 Bank BJB Syariah 1,23 -0,59 2,61 1,94 0,25 Bank Panin Syariah 1,75 3,48 1,03 1,99 1,14 Bank Mandiri Syariah 1,95 2,25 15,34 -0,94 5,92 My Bank Syariah 3,57 2,88 2,87 3,61 -20,13
Sumber : Laporan keuangan BUS (diolah) Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat terlihat pencapaian Return On Assets
(ROA) pada masing-masing bank umum syariah pada periode 2011 sampai dengan 2015 secara keseluruhan mengalami peningkatan. Meskipun ada beberapa bank yang mengalami penurunan sebagian tahun, namun secara keseluruhan Return On Assets (ROA) tiap bank masih stabil dan baik.
Melihat pentingnya fungsi bank syariah di Indonesia, perlu ditingkatkan kinerja bank syariah agar perbankan dengan prinsip syariah tetap sehat dan efisien. Profitabilitas sebagai salah satu indikator yang tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.
Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
8 manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus pihak manajemen bank adalah tingkat likuiditas dan kemampuan profitabilitas dari bank. Secara kasat mata, likuiditas dan profitabilitas merupakan instrumen yang bertolak belakang. Apabila bank terlalu bertindak konservatif dalam menjaga likuiditasnya, bukan hal yang tidak mungkin akan mendapat idle fund (dana menganggur) yang terlalu besar yang berimbas pada menurunnya mobilisasi dana bank, yang pada akhirnya berdampak kurang maksimalnya pencapaian laba bank. Sebaliknya apabila bank bertindak secara aktif mengejar laba dengan mengalokasikannya secara maksimal dana yang dimilikinya pada kegiatan operasionalnya, hal ini dapat menjadikan penggunaan yang lebih besar, sehingga pemenuhan kewajiban jangka pendek bank tidak dapat
8 Dendawijaya, Manajemen Perbankan edisi kedua, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005)
h.118 terpenuhi, yang berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
9 bank.
Demi mengetahui seberapa besar pengaruh fee based income terhadap profitabilitas. Maka dari itu tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Fee Based Income Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yaitu:
1. Apakah Fee Based Income bepengaruhterhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015?
2. Berapa besar pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi yang tepat untuk menganalisis data. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Fee Based Income dan terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015.
Adapun manfaatnya: 9 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008) h.196
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat penelitian dalam tulisan ini adalah agar dapat menjadi tambahan literatur atau referensi dan menambah ilmu pengetahuan penulis serta pembaca mengenai ilmu-ilmu perbankan syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat mengenai fee based income terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia.
b. Bagi peneliti, menambah ilmu dan pengetahuan serta informasi yang digunakan dalam penulisan penelitian ini.
c. Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI A. Lembaga Keuangan
1. Pengertian Lembaga Keuangan
Istilah lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa inggris financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya dibidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan kebutuhan kosumtif, maupun jasa
10 keuangan bukan pembiayaan.
Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penyaluran dana dan penghimpunan dana kepada
11
masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan
12 dengan bidang keuangan.
Dari pengertian-pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan 10 lebih lanjut bahwa lembaga keuangan adalah lembaga atau perusahaan 11 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 1 Y. Sri Susilo,dkk, Bank dan Lembaga Keuangan lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000),
h. 2-3
12 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.I (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 29 sejenisnya yang dalam kegiatannya lembaga tersebut dapat berupa menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyrakat yang ingin membuka usaha atau berinvestasi.
Secara umum lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan, intermediasi merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sector usaha, lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan
13 dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.
Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu dari sisi penyediaan jasa-jasa penyedia financial, kedudukannya dalam system
14
perbankan, sistem financial dan sistem moneter. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam operasionalnya lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan lembaga keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawabnya.
2. Macam-Macam Lembaga Keuangan
a. Bank Sentral Bank sentral yaitu bank yang merupakan badan hukum milik negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah. Contohnya: Bank
13 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Insitution Management, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), h.53 14 , h. 53
Indonesia, Bank Of China, Bank Of England, dan The Reserve Bank of
15 India.
b. Bank Umum Bank umum yaitu bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana. Contohnya: BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,
16 Bank Muamalat Indonesia.
c. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
17 kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai
Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan
dengan menggunakan kata islamic tidak dapat dilepaskan dari asal usul sistem perbankan itu sendiri. Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodisi desakan dari berbagai pihak yang
15 Totok Budisantoso, Nuritomo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h.119 16 17 Ibid,
h. 126 , h. 109 menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam.
Prinsip-prinsip tersebut dalam pasal 2 UU No. 21 tahun 2008 menyatakan bahwa : a. Riba, yaitu penambahan pendapata secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas pengembalian dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu,
b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tudak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah e. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sumber dana bank syariah terdiri dari tiga jenis, yaitu : a. Modal Sumber dana awal bank syariah adalah bersumberdari pihak pertama yang diserahkan para pemilik bank. Setiap akhir tahun, pemilik modal akan memperoleh bagian laba (dividen) dari hasil usaha bank
b. Titipan Secara umum ada dua macam Wadi’ah yakni Wadi’ah Yad
Amanah dan Wadi’ah Yad Dhamanah
c. Investasi Investasi bank syariah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengola dana, dengan prinsip mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan
18 seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang beroperasi dan produknya dikembangkan berlandasan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw. Atau dengan kata lain, bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya delam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. 18 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada,
2008), h.194
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut
financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam
aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain: a. Memindahkan uang
b. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran
c. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
d. Membeli dan menjual surat-surat berharga
e. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
f. Memberi jaminan bank Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah islam. Dengan kata lain, bank islam lahir sebagai slaha satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank islam. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang- Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank syariah.
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah penting, namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran dan “penghisapan” dari satu pihak ke pihak lain (bank dengan nasabahnya). Kedudukan bank islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam hal bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.
Sehubungan dengan jalinan investor dengan pedagang tersebut, maka dalam menjalankan pekerjaannya, perbankan syariah menggunakan berbagai teknik dan metode investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, perbankan syariah juga terlibat dalam kontrak murabahah.
Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada para depositor atau pembebanan suatu bunga dari pra klien tidak timbul.
2. Karakteristik Bank Syariah
Prinsip syariah islam dalam pengelolaan harta menekankan pada keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus dimanfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktivitas ekonomi dalam masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk menghasilkan keuntungan oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah ialah bank yang berasaskan, antara lain, pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik, antara lain:
a. Pelanggaran riba dalam berbagai bentuk
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulasi
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Berbeda dengan bank non- syariah, bank syariah tidak membedakan secara tegas antara sektor moneter dan sektor riil sehingga dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi-transaksi sektor riil, seperti jual beli dan sewa menyewa. Di samping itu, bank syariah juga dapat menjalankan kegiatan usahanya untuk memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi seluruh syarat berikut ini: a. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman
b. Bukan riba
c. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain
d. Tidak ada (gharar)
e. Tidak mengandungmateri-materiyang diharamkan
f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir) Jadi dalam operasional bank syariah perlu memperhatikan hal-hal yang memang telah diatur oleh syariah atau ajaran islam berkaitan dengan harta, uang, jual beli, dan transaksi ekonomi lainnya.
19
3. Bank Umum Syariah (BUS)
a. Pengertian Bank Umum Syariah (BUS) Bank umum syariah merupakan bank yang secara penuh beroperasi secara syariah dan bukan merupakan unit usaha. Bank umum syariah dalam aktivitasnya tidak menarik bunga dari jasa usahanya, tetapi diperhitungkan mendapat bagian jasa berupa bagi hasil.
20 Bank Umum Syariah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya bank bebas bunga dan mayoritas penduduk indonesia yang beragama islam membuat bank syariah menjadi salah satu bank yang mengalami kemajuan pesat. 19 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2014), h.1-6 20 Ismail , Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencan, 2011), h. 95-96
Bagi hasil dalam bank syariah adalah pembagian atas hasil usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisbah.
b. Fungsi dan Peran Bank Umum Syariah Fungsi dan peran bank umum Syariah adalah:
1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelolah investasi dana nasabah 2) Investor, bank Islam dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank Islam dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya institusi perbankan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4) Pelaksana kegiatan sosial. Sebagai suatu ciri yang melekat pada entitas keuangan Islam, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
21 mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Dari fungsi dan peran tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bank syariah dan nasabahnya baik sebagai dari 21 investor maupun pelaksana dari investasi merupakan hubungan
Prabasanti Fransiska Cicylia, “Analisis gadai Emas Bank Syariah Terhadap Perolehan Skipsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2014) kemitraan, tidak seperti hubungan pada bank konvesional yang bersifat debitur-kreditur.
c. Tujuan Bank Syariah Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah : 1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam, khususnya Muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis usaha lainnya yang mengandung tipuan.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi agar tidak terjadi kesenjangan antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3) Untuk meningkatkan kualitas hidup dengan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
5) Untuk menjaga kesetabilan ekonomi dan moneter. 6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
22 Non-Syariah.
22 Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah. (Yogyakarta: Ekonisia2012) , h. 45 d. Ciri-ciri Bank Syariah Bank syariah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvesional. Adapun ciri-ciri bank syariah adalah sebagai berikut:
1) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebersamaan untuk tawar menawar dalam batas wajar.
2) Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. 3) Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka, karena pada hakekatknya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai hanyala Allah semata.
4) Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroprasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5) Dewan pengawas syariah bertugas untuk mengawasi oprasionalisasi bank dari sudut syariahnya.
6) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.
C. FEE BASED INCOME
1. Pengertian Fee Based Income
Salah satu kegiatan perbankan selain menghimpun dan dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa-jasa lainnya. Tujuannya adalah mendukung dan memperlancar kedua kegiatan tersebut. Semakin lengkap jasa yang ditawarkan, maka semakin baik. Hal ini disebabkan jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan cukup dilakukan pada satu bank saja.
Pengelolahan bank dalam melakukan kegiatan juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang sesuai dengan penanamannya. Hal ini perlu dilakukan karena bank dalam usahanya selain menanamkan dana dala aktiva produktif juga memberikan komitmen jasa- jasa lainnya yang menghasilakn fee based income (pendapatan non
23
bunga). Fee Based Income adalah keuntungan yang di dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Istilah fee based incame 23 Taswan,Manajemen Perbankan (Yogyakarta: UUP STIMIK YKPN, 2006) menurut perbankan syariah adalah ujrah (upah). Ujrah terkait dengan keuntungan dari jasa-jasa perbankan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (nasabah) guna memperlancar dan mengefisiensikan aktifitas ekonomi masyarakat.
24 Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya
ketentuan-ketentuan yang berkaitan fee based incame menurut peraturan Bank Indonesia.
Berikut adalah ketentuan mengenai fee based incame yang telah diatur DSN-MUI :
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia: 44/DSN- MUI/VII/2004 tentang penbiayaan multi jasa. Adapun ketentuan yang terkait dengan fee based incame adalah: 1). Pembiayaan multi jasa hukumnya boleh dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.
2). Dalam hal LKS (Lembaga Keuangan Syariah) menggunakan akad
ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.
3). Dalam hal LKS (Lembaga keuangan Syariah) menggunakan akad
kafalah , maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah.
24 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo,2012),
h.129
4). Dalam pembiayaan multi jasa tersebut, LKS (Lembaga Keuangan Syariah) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee. Besarnya
ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam persentase.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia No: 09/DSM- MUI/IV/2000, tentang pembiayaan ijarah.
Berikut adalah ketentuan mengenai fee based incame yang telah diatur Bank Indonesia :
1). Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/14 November 2005, tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Yaitu pada pasal 17 yang isinya: Bank dapat menggunakan akad ijarah untuk transaksi multijasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan kepariwisataan. Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunaka akad ijarah untuk transaksi multijasa, bank dapat memperoleh imbalan jasa atau fee. Besarnya jasa atau fee harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan bentuk persentase. 2). Dalam PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia), pendapatan oprasional lainnya antara lain terdiri dari : a). Pendapatan penyelenggaraan jasa perbankan berbasis imbalan.
b). Pendapatan bonus giro pada bank syariah lainnya.
25 c). Pendapatan atau keuntungan transaksi valuta asing.
Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa kegiatan perbankan selain menghimpun dan menyalurkan dana adalah melakukan kegiatan jasa- jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa pendukung ini diberikan untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dan menyalurkan dan dan akhirnya bank mendapatkan fee based income dari hasil memberikan jasa bank.
2. Keuntungan Jasa-jasa Bank
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan pokok perbankan syariah adalah dari bagi hasil. di samping keuntungan dari kegiatan pokok tersebut pihak perbankan juga dapat memperoleh keuntungan dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya.
Keuntungan dari transaksi dalam jasa-jasa bank ini disebut juga fee based income . Keuntungan dari jasa bank dewasa ini semakin dibutuhkan.
Bahkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini disebabkan keuntungan dari bagi hasil semakin kecil mengingat persaingan yang semakin ketat dalam bidang ini. Oleh sebab itu, disamping mencari keuntungan utama, dewasa ini semakin banyak bank yang mencari keuntungan lewat jasa-jasa bank.
25 Tim Penyusun, PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) Tahun 2003
(Jakarta: IAI, 2003), h. 201
Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank ini walaupun relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan risiko terhadap jasa- jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kredit.
Di samping faktor risiko, ragam penghasilan dari jasa itu pun cukup banyak sehingga pihak perbankan dapat lebih meningkatkan jasa-jasa banknya. Kemudian yang paling penting jasa-jasa bank ini sangat berperan besar dalam memperlancar transaksi simpanan dan pinjaman yang ada di dunia perbankan.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank ini antara lain:
a. Biaya administrasi Biaya administrasi dikenakan untuk jasa-jasa yang memerlukan administrasi khusus. Biayaadministrasi biasanya dikenakan untuk pengelolaan sesuatu fasilitas tertentu. Contoh biaya administrasi seperti biaya administrasi kredit dan administrasi lainnya.
b. Biaya kirim Biaya kirim diperoleh dari jasa pengiriman uang (transfer), baik jasa transfer dalam negeri maupun transfer ke luar negeri.
c. Biaya tagih Biaya tagih merupakan jasa yang dikenakan untuk menagihkan dokumen-dokumen milik nasabahnya seperti jasa kliring (penagihan dokumen-dokumen dalam kota) dan jasa inkaso (penagiha dokumen keluar kota). Biaya tagih ini dilakukan baik untuk dokumen dalam negeri maupun luar negeri. d. Biaya provisi dan komisi Biaya provisi dan komisi biasanya dibebankan kepada jasa kredit dan jasa transfer serta jasa-jasa atas bantuan bank terhadap suatu fasilitas perbankan. Besarnya jasa provisi dan komisi tergantung dari jasa yang diberikan serta status nasabah yang bersangkutan.
e. Biaya sewa Jasa sewa dikenakan kepada nasabah yang menggunakan jasa safe
deposit box .besarnya biaya sewa tergantung dari ukuran box dan jangka waktu yang digunakan.
f. Biaya iuran Jasa iuran diperoleh dari jasa pelayanan bank card atau kartu kredit, di mana kepada setiap pemegang kartu dikenakan biaya iuran.
Biasanya pembayaran biaya iuran ini dikenakan per tahun.
g. Biaya lainnya Besar kecilnya penetapan biaya terhadap nasabanya tergantung dari banknya. Masing-masing bank dapat menggunakan metode tertentu dan biasanya tidak terlalu jauh berbeda, mengingat tingkat
26 persaingan perbankan yang demikian ketat.
3. Sumber-sumber Fee Based Income
Ada beberapa contoh jasa perbankan yang menghasilkan pendapatan bunga atau fee based income yaitu: 26 Kasmir,Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h.129 a. Transfer adalah jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antar bank atas permintaan pihak ketiga yang ditunjuk kepada penerima ditempat lain.
b. Inkaso adalah jasa-jasa yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk menagih pembayaran surat-surat atau dokumen berharga kepada pihak ketiga ditempat lain dimana bank yang bersangkutan mempunyai cabang. Sebagai imbalan atas jasa tarsebut biasanya bank menerapkan sejumlah tarif atau fee tertentu kepada nasabah atau calon nasabahnya. Tarif tersebut dalam perbankan disebut dengan biaya inkaso.
c. Letter of Credit atau L/C adalah suati fasilitas atau jasa yang diberikan kepada nasabah dalam rangka mempermudah dan memperlancar transaksi internasional. Penerbitan L/C bagi bank merupakan sumber fee
based income yang cukup potensial karena dari penerbitan tersebut bank mendapat komisi yang nilainya 0,5 % dari jumlah L/C.
d. Safe deposit box adalah jasa yang diberikan bank dalam penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga. Atas pemberian jasa-jasa tersebut bank memperoleh fee dari biaya penyewaan safe deposit box menurut ukuran dan jangka waktu penyewaannya. Kegunaan dari SDB adalah untuk menyimpan surat-surat berharga dan surat-surat penting seperti sertifikat depositi, sertifikat rumah, saham, obligasi, surat perjanjian, akte kelahiran, surat nikah, ijazah, paspor, dan surat atau dokumen lainnya. e. Rekening titipan adalah pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan pihak tertentu, biasanya giro milik perusahaan yang pembayarannya dilakukan melalui bank.
f. Garansi bank adalah suatu jaminan yang di berikan bank yang menyatakan bahwa pihak bank memberikan jaminan untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian.
g. Untuk melakukan transaksi valuta asing, bank harus mempunyai rekening giro pada bank korespondensi diluar negeri dan dalam pelaksanaannya transaksi jual beli valuta asing dilakukan melalui dua cara yaitu secara tunai dan secara berjangka.
h. Commercial paper adalah promes yang tidak disertai dengan jaminan (unsecrured promissory notes) yang diterbitkan oleh prusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor yang melakukan investasi dalam instrumen pasar uang. i. Bank card merupakan “kartu plastik” yang dikeluarkan oleh bank yang diberikan kepada nasabahnya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu seperti supermarket, pasar swalayan, hotel, restoran, tempat hiburan, dan tempet lainnya. Disamping itu, dengan kartu ini juga dapat diuangkan (mengambil uang tunai) di berbagai tempat seperti di ATM (Automated Teller Machine). ATM biasanya tersebar diberbagai tempat yang strategis seperti di pusat
27 perbelanjaan, hiburan, dan perkantoran.
4. Transaksi Jasa dalam Islam
Transaksi jasa dalam islam adalah sebagai berikut:
a. Wakalah Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya kepada
orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya dalam tindakan yang tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati.
Ada beberapa jenis wakalah antara lain: 1) Wakalah al-mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa batasan waktu dan untuk segala urusan.
2) Wakalah al-muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.
3) Wakalah al-ammah, perwakialan yang lebih luas dari al-
28 muqayyadah , tetapi lebih sederhana dari pada al-mutlaqah.
Dasar hukumnya terdapat pada Q.S. Yusuf (12:55), ﻲٌﻤﯿِﻠَﻋ ٌﻆﯿِﻔَﺣ ﱢنِإ ِض ْرﻷا ِﻦِﺋاَﺰَﺧ ﻰَﻠَﻋ ﻲِﻨْﻠَﻌ ْﺟا َلﺎَﻗ 27 yang artinya:
N Lapoliwa dan Kuswandi Daniel S, Akuntansi Perbankan (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 2000) 28 Rhesa Yogaswara, Konsep Akad Wakalah dalam Fiqih Muamalah, diakses darihttp://viewislam.wordpress.com/2009/04/16/konsep-akad-wakalah-dalam-fiqih-muamalah/, pada tanggal 25 juli 2017 pukul 20.30
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” b. Kafalah