PEMBINAAN KELUARGA MUDA KATOLIK SECARA INTEGRAL DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

  PEMBINAAN KELUARGA MUDA KATOLIK SECARA INTEGRAL DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh : Santa Viany Cahya Paneri NIM: 031124005 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Skripsi ini saya persembahkan kepada : ¾

  Keluarga Muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta ¾

  Romo Paroki dan Dewan Paroki Santo Antonius Kotabaru ¾

  Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga ¾

  Tante Lusi dan Oom Gerard Steeman ¾

  Para pemerhati pelaksanaan pembinaan bagi keluarga muda

  

MOTTO

Setialah dalam perkara-perkara kecil....

   (Mat 25:21)

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah “PEMBINAAN KELUARGA MUDA KATOLIK SECARA INTEGRAL DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap keluarga muda katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru yang berada dalam situasi jaman modern yang penuh perubahan. Dalam hal ini Gereja perlu melindungi dengan memberikan perhatian khusus terhadap mereka, karena dari merekalah akan lahir penerus-penerus Gereja dan juga masyarakat.

  Menanggapi persoalan yang terungkap dalam latar belakang tersebut, ada dua langkah penting yang dilakukan oleh penulis. Pertama, penulis melakukan studi pustaka dan refleksi tentang kehidupan beriman keluarga-keluarga muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru. Kedua, penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keluarga-keluarga muda tersebut telah membangun keluarganya sebagai Gereja Rumah Tangga yang di dalamnya terkandung komponen- komponen formatif hidup beriman keluarga. Adapun hasil penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap responden.

  Dari pengolahan hasil kuesioner diketahui, bahwa keluarga-keluarga muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru sudah membangun komponen-komponen formatif yang terkandung di dalam keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga. Walaupun demikian masih diperlukan adanya pendampingan dan pembinaan bagi mereka sebagai keluarga muda. Mereka juga mengungkapkan harapan mereka untuk mendapatkan pembinaan dari Gereja dalam semua bidang pembinaan keluarga seperti komunikasi di dalam keluarga, pendidikan anak, ekonomi keluarga dan seks.

  Untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, penulis mengusulkan sebuah program katekese yang dikemas dalam bentuk rekoleksi keluarga muda. Melalui program ini, para pasutri muda dibantu untuk mengahayati panggilan sebagai suami istri dan sebagai orangtua bagi anak-anak mereka. Melalui program ini juga mereka diharapkan dapat menumbuhkembangkan komponen-komponen formatif di dalam keluarga terutama bagi pendidikan anak-anak mereka.

  

ABSTRACT

  This study is entitled “INTEGRAL FORMATIONS FOR YOUNG CATHOLIC FAMILIES IN SANTO ANTONIUS PARISH, KOTABARU, YOGYAKARTA”. The background of this study is concern to catholic young married couples in Santo Antonius Parish Kotabaru who staying in modern-day situation which is the full of change. In this case Church require to protecting by giving special attention to them, because from they will bear routers of Church as well as society.

  In face of the problems inherent in that background, the author took two important steps: first, she did a study on the pertinent litteratures; secondly, she conducted a survey, in the form of questionnaire distributed among the respondents in the aforementioned parish, to inquiry how far the young married couples had tried to build their family as a domestic church, something which includes many formative elements of the faith-life.

  The survey yielded a result which, among other things, shows that the young families in Santo Antonius Parish have, to a certain extent, attempted to build up formative elements in their family life. However, they are still in need of assistance and formation from the part of the church in various aspects of family life such as communication in the family, education of children, economic management of the family and the role of sexual life in the family.

  To follow up the survey, the author proposes a catechetical program in the form of a series of recollection weekends for the young married couples. This program is designed to help the couples to live up their vocation as couples and as parents for their children. It is hoped that this program would develop further formative components of family life in view of the faith educaton of their children.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Bapa Yang Maha Baik, sebab berkat rahmat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik, dari awal sampai terselesaikannya. Meskipun dalam proses banyak kesulitan dan hambatan yang penulis jumpai, namun kesulitan itu dapat diatasi.

  Skripsi berjudul “PEMBINAAN KELUARGA MUDA KATOLIK SECARA

  

INTEGRAL DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA”

  mencoba mengetengahkan persoalan yang berhubungan dengan peran keluarga- keluarga muda yang membangun keluarganya sebagai Gereja Rumah Tangga.

  Melalui skripsi ini, penulis bermaksud untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga-keluarga muda dan katekis di paroki Santo Antonius Kotabru Yogyakarta, suapaya dapat mendampingi keluarga-keluarga muda dalam membangun keluarga yang sesuai dengan harapan Gereja. Alasan penulis memberikan perhatian khusus kepada keluarga muda, karena keluarga merupakan basis kesejatian hidup beriman umat dan dari merekalah akan lahir orang-orang yang akan membangun Gereja menjadi sebuah komunitas cinta kasih.

  Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku kaprodi yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.dan selaku dosen pembimbing akademik dan penguji II yang telah dengan sabar membimbing penulis selama masa studi hingga penyusunan skripsi dan pertanggungjawabannya

  2. Dr. M. Purwatma, Pr., selaku dosen pembimbing utama dan penguji I, yang telah dengan sabar bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah-tengah kesibukannya untuk membimbing penulis mulai dari penyusunan hingga pertanggungjawaban skripsi ini.

  3. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji III, yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, khususnya dalam persiapan, pelaksanaan dan pengolahan hasil penelitian serta dalam pertanggungjawaban skripsi ini.

  4. Segenap keluarga besar IPPAK yang telah membekali penulis dengan pengetahuan dan pengalaman serta menyediakan fasilitas pendukung untuk memperlancar studi penulis.

  5. Bapak-Ibu dan seluruh keluarga yang telah memacu semangat penulis dengan memberikan dukungan moral, material dan spiritual selama studi penulis di IPPAK

  6. Rm. M. Sriyanto, S.J., selaku mantan Romo Paroki Kotabaru, yang telah memberikan bantuannya bail moril maupun materil selama penulis studi dan mendukung penulis dengan semangat dan dorongan agar segera menyelesaikan studi penulis dengan baik.

  7. Rm. R. M. Wisnumurti, SJ, selaku Romo Paroki Santo Antonius Kotabaru, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan survey terhadap keluarga muda di paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.

  8. Rm. J. Darminta, S.J., yang telah memberikan fasilitas perpustakaan selama penulis berada di Pusat Spiritualitas Giri Sonta.

  9. Rm. Al. Purwa Hadiwardoyo, M.S.F, yang telah membantu penulis untuk menemukan buku-buku referensi yang berkaitan dengan skripsi penulis.

  10. Para Ketua-ketua lingkungan di paroki Santo Antonius Kotabaru, yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan pasutri- pasutri muda dalam penyebaran kuesioner di lingkungannya..

  11. Keluarga-keluarga muda katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru, atas kesediaan dan kerelaannya menjadi responden dan mendukung penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

  12. Danang Wibisono,. S.H., yang dengan penuh kesabaran dan kasih telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  13. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2003 serta teman-teman kost yang terkasih: Mother Mila, Usi Yvonne, Usi Tini, Inke, Nina dan Mbak Sylvia yang telah turut berperan dalam proses pendewasaan pribadi penulis dalam menghidupi panggilannya sebagai guru agama.

  14. Rekan-rekan lektor Santo Antonius Kotabaru: PJ, Flo, Nia, Tata, Ter Gogon, Sahat, Fero, Anny, atas pengertian dan dukungannya kepada penulis untuk tidak terlibat di komunitas selama proses penyelesaian skripsi ini.

  15. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, yang telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam penyelesaiaan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa sebagai karya tangan manusia, skripsi ini tidak lepas dari keurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, dengan rendah hati dan terbuka, penulis menerima kritik maupun saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca, khususnya keluarga-keluarga muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru dan para pendamping keluarga agar dapat meningkatkan usaha pembinaan keluarga yang sesuai dengan harapan Gereja.

  Yogyakarta, 29 Mei 2007 Santa Viany Cahya Paneri

  DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL ........................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................. iii PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv MOTTO ......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN DAN SEBUTAN .................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang ................................................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah ...........................................................................

  C.

  5 Tujuan Penulisan .............................................................................

  D.

  5 Manfaat Penulisan ...........................................................................

  E.

  6 Kajian Pustaka .................................................................................

  F.

  8 Metode Penulisan ............................................................................

  G.

  9 Sistematika Penulisan......................................................................

  BAB II. PANDANGAN GEREJA TENTANG KELUARGA KELUARGA KATOLIK .................................................................

  11 A.

  12 Pengertian Keluarga ........................................................................

  1.

  12 Pengertian Keluarga Secara Umum ..........................................

  2.

  12 Pengertian Keluarga Katolik .....................................................

  3.

  14 Keluarga Muda Katolik .............................................................

  B.

  15 Keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga ........................................

  1.

  15 Pengertian Gereja ......................................................................

  2.

  16 Pengertian Gereja Rumah Tangga ............................................

  3.

  20 Keluarga sebagai Komunitas Cinta Kasih ................................

  C.

  21 Komponen-komponen Formatif di dalam Keluarga Katolik .........

  1.

  21 Komunikasi ...............................................................................

  a.

  21 Komunikasi di dalam Keluraga ...........................................

  b.

  Komunikasi sebagai Sarana Rekonsiliasi di dalam Keluarga ..............................................................................

  22 c.

  23 Keluarga Berkomunikasi dengan Masyarakat ....................

  2. Keluarga Merupakan Tempat Pendidikan Anak yang Pertama dan Utama .................................................................................

  24 a.

  25 Keluarga Merupakan Tempat Pendidikan yang Pertama.....

  b.

  25 Keluarga Merupakan Tempat Pendidikan yang Utama.......

  c.

  26 Keluarga Merupakan Seminari Dasar bgi Anak-anaknya ...

  d.

  27 Menyiapkan Anak menjadi Kader Masyarakat ...................

  e.

  Pendidikan Iman Katolik pada Tahap Awal di dalam Keluarga ..............................................................................

  28 3.

  30 Keluarga Ikut Ambil Bagian dalam Tugas Perutusan Gereja ...

  D.

  31 Kesimpulan .....................................................................................

  BAB III. KEHIDUPAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU..........................................

  34 A. Gambaran Umum Kehidupan Umat di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta ......................................................................

  35 1.

  35 Sejarah Paroki Santo Antonius Kotabaru ..................................

  2.

  35 Letak Geografis .........................................................................

  3.

  36 Situasi Sosial Ekonomi .............................................................

  4.

  37 Kegiatan Pengembangan Umat .................................................

  B.

  Gambaran Keluarga Muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru ..........................................................................................

  38 C. Keluarga-Keluarga Muda Membangun Unsur-unsur Pembentuk Gereja Rumah Tangga.....................................................................

  39 1.

  40 Tujuan Penelitian ......................................................................

  2.

  40 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................

  3.

  41 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................

  4.

  42 Responden Penelitian ................................................................

  5.

  42 Variabel Penelitian ....................................................................

  D.

  44 Hasil Penelitian ...............................................................................

  1.

  44 Analisis Deskriptif ...................................................................

  2.

  50 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................

  a.

  50 Komunikasi di dalam Keluarga ...........................................

  b.

  51 Pendidikan Anak di dalam Keluarga ..................................

  c.

  53 Keluarga Turut Serta dalam Tugas Perutusan Gereja .........

  d.

  53 Harapan-harapan Keluarga Muda terhadap Gereja .............

  3.

  55 Keterbatasan Penelitian .............................................................

  BAB IV. REFLEKSI DAN USULAN PROGRAM ......................................

  56 A. Pokok Refleksi: Keluarga Muda Membangun Unsur-unsur Formatif di dalam Keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga...........

  56 1.

  57 Komunikasi di dalam Keluarga .................................................

  2.

  59 Pendidikan Anak di dalam Keluarga ........................................

  3.

  61 Keluarga Turut Serta dalam Tugas Perutusan Gereja ...............

  4.

  63 Harapan-harapan Keluarga Muda terhadap Gereja ...................

  B.

  64 Usulan Program ...............................................................................

  1.

  66 Makna dan Tujuan Katekese .....................................................

  2.

  69 Model Katekese Yang Digunakan ............................................

  3.

  71 Tujuan Usulan Program ............................................................

  4.

  71 Peserta .......................................................................................

  5.

  73 Matriks Usulan Program Rekoleksi Keluarga Muda ................

  6.

  79 Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Keluarga Muda ...............

  BAB V. PENUTUP................................ ........................................................

  87 A.

  88 Kesimpulan .....................................................................................

  B.

  89 Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

  91 LAMPIRAN ...................................................................................................

  93 Lampiran 1: Kuesioner ................................................................................. (1) Lampiran 2: Tabel Jawaban Responden Terhadap Kuesioner....................... (6) Lampiran 3: Tabel Skor Dari Jawaban Kuesioner ........................................ (7) Lampiran 4: Tabel Rerata ............................................................................. (8) Lampiran 5: Kumpulan Sarana .................................................................... (9)

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Bobot Skor ..........................................................................

  Tabel 2. Variabel Penelitian ............................................................. Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner ............................................................. Tabel 4. Usia Pernikahan Responden................................................ Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden (Istri) ................................ Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden (Suami) ............................ Tabel 7. Jenis Pekerjaan Responden (Istri) ....................................... Tabel 8. Jenis Pekerjaan Responden (Suami) ................................... Tabel 9. Komunikasi di dalam Keluarga .......................................... Tabel 10. Pendidikan Anak di dalam Keluarga .................................. Tabel 11. Keluarga Turut serta dalam Tugas Perutusan Gereja ......... Tabel 12. Cara Pendampingan ............................................................ Tabel 13. Bentuk Pembinaan .............................................................. Tabel 14. Bidang Pembinaan ..............................................................

  41

  42

  42

  44

  45

  45

  46

  46

  47

  47

  48

  49

  49

  50

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab suci

  Seluruh singkatan Kitab suci dalam skripsi ini diambil dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tahun 1992, yang diterima dan diakui oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) B.

   Singkatan Dokumen Gereja

  AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965

  CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979

  EN : Evangelii Nuntiandi , Anjuran Apostolik Paus Paulus VI kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang pewartaan Injil dalam dunia Modern, 1975

  FC : Familiaris Consortio , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, imam-imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang peranan keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981

  GE : Gravissimum Educationis , Dokumen Konsili Vatikan II, tentang Pendidikan Kristen, 1965

  GS : Gaudium et Spes , Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

  KGK : Katekismus Gereja Katolik LG : Lumen Gentium , Konstitusi dogmatik Konsili Vatikan II tentag Gereja,

  21 November 1964 C.

   Singkatan Lain

  KAS : Keuskupan Agung Semarang KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia Pasutri : Pasangan Suami-Istri PIA : Pembinaan Iman Anak PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PT : Perguruan Tinggi SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gereja adalah perwujudan Kerajaan Allah di dunia, begitupun dengan keluarga

  sebagai gereja mini diharapkan bisa mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Ia di ibaratkan sebuah cermin yang memantulkan cahaya kemuliaan Tuhan di bumi.

  Keluarga juga dipakai oleh Allah sebagai mitra kerja-Nya, itulah sebabnya Allah menciptakan manusia untuk menikah dan membangun keluarga sebagai gambaranNya.

  Keluarga yang dibentuk melalui pernikahan adalah kehendak Allah sendiri yang dimulai sejak penciptaan. Keluarga adalah institusi yang sangat penting dalam perwujudan Kerajaan Allah karena hubungan suami-istri dalam keluarga juga melambangkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.

  Situasi keluarga pada jaman sekarang menampakan aspek-aspek positif dan negatif, yang pertama menandakan bahwa karya penyelamatan Kristus sedang berlangsung di dunia, sedangkan yang kedua mencerminkan penolakan manusia terhadap cinta kasih Allah (FC, 6). Iblis dengan berbagai cara terus berusaha menghancurkan keharmonisan dalam rumah tangga. Selain itu gempuran jaman budaya global jaman ini menjadi tantangan tersendiri. Mengikuti perkembangan dunia modern, keluarga pada jaman modern tentu juga mengalami perubahan yang mendalam dan pesat. Sekarang ini keluarga-keluarga sedang berada di bawah berbagai ancaman.

  Walaupun tidak berupa serangan besar-besaran, tetapi intensitasnya terus meningkat, karena datang dari berbagai arah. Banyak keluarga, khususnya keluarga muda, yang

  2 mengalami kebimbangan dan keraguan akan makna terdalam mengenai kehidupan suami istri dan juga keluarga.

  Dalam rumah tangga, bukan tidak mungkin muncul berbagai masalah. Oleh sebab itu diperlukan adanya komuniksi antara suami-istri. Komunikasi yang dilakukan hendaknya tidak hanya mencakup hubungan suami istri itu sendiri, tetapi juga mencakup tentang seks, keuangan keluarga dan pendidikan anak. Selain kemunikasi juga diperlukan adanya keterbukaan dalam penerimaan satu sama lain agar dapat saling mencintai dengan tulus.

  Menurut Purwa Hadiwardoyo (1994: 10), sejak kecil, anak-anak dididik oleh orang tua dan kakak-kakaknya di rumah. Lewat pendidikan itu, mereka menumbuhkan berbagai keutamaan, yang kelak juga amat bermanfaat untuk hidup sebagai suami/istri, misalnya: keterbukaan dalam komunikasi, keakraban dan kemampuan mencintai serta dicintai. Pendidikan iman yang pernah diperoleh oleh pasangan sebelum menikah sangatlah penting, karena diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi, entah itu yang didapatkan di dalam keluarga, sekolah maupun di lingkungan. Hal itu dikarenakan bahwa pendidikan khususnya pendidikan iman tidak hanya bertujuan untuk pendewasaan pribadi manusia melainkan supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, semakin menyadari kurnia iman yang telah diterima, sehingga dengan demikian mereka mendapat kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (GE, 8). Jika demikian apa yang diharapkan dari pendidikan juga dapat mendukung harapan dalam pembinaan keluarga Kristen.

  Pendidikan iman yang diperoleh juga akan memberikan pengaruh bagi mereka dalam membangun keluarga. Hal tersebut dapat terlihat dari cara mereka membangun

  3 rumah tangganya entah dalam hal iman, hidup doa dalam keluarga maupun dalam pendidikan anak karena “....orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama” (GE, 3) walaupun diperlukan adanya dukungan dari sekolah dan lingkungan. Keluarga menerima perutusan dari Allah sendiri untuk menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat. Perutusan itu akan dilaksanakan melalui cinta kasih timbal balik dari anggotanya dan doa mereka bersama kepada Allah (AA, 11).

  Keluarga-keluarga pada saat ini sudah melaksanakan tugasnya sebagai tempat pendidikan iman yang pertama bagi anak-anaknya . Pendidikan iman di dalam keluarga tidak hanya cukup dalam hal sikap iman dan moral saja, tetapi juga menyangkut persiapan bagi anak tersebut untuk dapat membangun keluarganya sendiri sesuai dengan imannya. Keadaan ini menuntut Gereja untuk mulai memberikan perhatian kepada para keluarga-keluarga khususnya para keluarga muda. Karena dari merekalah akan lahir penerus-penerus Gereja yang akan membangun dan mengembangkan Gereja. Dengan demikian perlu ada pembinaan bagi para pasutri secara integral dalam hal penghayatan hidup berkeluarga secara katolik dan yang mengarah kepada kesuburan formatif bagi anak-anaknya.

  Paroki Santo Antonius Kotabaru adalah sebuah paroki yang berada di tengah kota Yogyakarta, yang umatnya menggambarkan kehidupan perkotaan dengan segala permasalahannya. Permasalahan yang muncul bagi keluarga muda di Paroki ini adalah kurangnya, bahkan tidak adanya pendampingan bagi mereka untuk mengembangkan imannya dalam membangun keluarga kristiani. Pastoral bagi keluarga muda khususnya dari paroki sama sekali tidak ada, hal itu dikarenakan corak kehidupan pasangan muda tersebut yang banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah dari pagi hingga petang, sehingga tidak ada waktu lagi untuk melakukan pendampingan bagi

  4 mereka. Pola hidup yang semacam ini dapat menjadi ancaman bagi mereka dalam membina keluarga jika mereka tidak mempunyai keyakinan untuk mengatasi keraguan akan makna terdalam dari hidup suami istri dan juga keluarga kristiani. Padahal berdasarkan penilitian yang dilakukan penulis, para keluarga muda tersebut sangat mengharapkan adanya pembinaan dari pihak Gereja, baik yang dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Sedangkan hal materi, mereka mengharapkan materi yang mereka butuhkan pada awal-awal tahun pernikahan yaitu tentang komunikasi suami istri, seks, ekonomi keluarga dan pendidikan anak.

  Suatu keprihatinan bagi keluarga muda karena mereka harus bergulat dengan keadaan di lingkungan sekitarnya dan juga dengan iman mereka. Untuk mengatasi keprihatinan ini tentu saja tidak bisa diserahkan kepada mereka sendiri melainkan perlu adanya pendampingan yang sesuai dengan keadaan mereka. Dalam hal ini peran gereja mutlak diperlukan. Maka Gereja wajib berusaha memahami berbagai situasi penghayatan pernikahan dan berkeluarga jaman sekarang, untuk menunaikan tugas pengabdiannya (FC, 4) sehingga mampu memenuhi harapan-harapan mereka untuk di dampingi dan dibina. Bertitik tolak dari apa yang dikemukakan di atas, maka penulis mengambil judul “UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPONEN-KOMPONEN FORMATIF MELALUI PEMBINAAN KELUARGA MUDA KATOLIK SECARA

  INTEGRAL DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA” B.

RUMUSAN MASALAH 1.

  Apa saja komponen formatif dari kehidupan iman keluarga? 2. Bagaimanakah komponen-komponen itu dapat digambarkan dalam suatu proses formatif bagi anak-anaknya?

  5 3. Bagaimanakah gambaran dalam bentuk proses tersebut dapat dijabarkan secara praktis dalam sebuah matriks?

  C. TUJUAN PENULISAN 1.

  Mengetahui komponen formatif apa saja yang ada di dalam kehidupan iman keluarga

  2. Mengetahui gambaran komponen-komponen formatif itu dalam sebuah proses formatif bagi anak-anaknya, terutama dalam hal: a.

  Komunikasi di dalam Keluarga b.

  Pendidikan Anak di dalam Keluarga c. Turutserta Keluarga dalam Tugas Perutuasn Gereja, sebagai nabi, imam dan raja 3.

  Tersedianya matriks dari proses formatif tersebut yang disajikan secara praktis 4. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana

  Strata Satu pada Program Studi dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  D. MANFAAT PENULISAN 1.

  Memberikan masukan bagi para pendamping keluarga supaya semakin membuka wawasan yang berguna bagi usaha pembinaan iman bagi keluarga muda.

  2. Membangun rasa tanggung jawab kepada seluruh umat kristiani akan kewajiban dan panggilan untuk membina iman keluarga muda serta tanggung jawab dalam membina dan menyiapkan Keluarga Nazaret masa kini.

3. Memberi wawasan baru bagi gereja akan pentingnya perhatian dan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap keluarga muda katolik.

  6 E.

   KAJIAN PUSTAKA 1. Kehidupan Iman di dalam Keluarga

  Dengan menciptakan pria dan wanita, Allah telah merencanakan bangsa manusia untuk menjadi umat; basis dari umat ini adalah keluarga yang diberiNya kaidah dasar. Anggota-anggotanya adalah pribadi-pribadi yang martabatnya sama. Demi kesejahteraan umum anggota-anggota keluarga dan masyarakat, keluarga memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban.

  Keluarga Kristen adalah persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda dan citra persekutuan Bapa dan Putra dalam Roh Kudus. Di dalam kelahiran dan pendidikan anak-anak tercerminlah kembali karya penciptaan Bapa. Keluarga dipanggil, supaya mengambil bagian dalam doa dan kurban Kristus. Doa harian dan bacaan Kitab Suci meneguhkan mereka dalam cinta kasih. Keluarga Kristen mempunyai suatu tugas mewartakan dan memperluaskan Injil (KGK, art. 2205).

2. Pendidikan iman dalam keluarga

  Tantangan bagi keluarga-keluarga kristiani dewasa ini adalah bagaimana dengan kemajuan teknologi dengan berbagai kecanggihannya itu dapat digunakan sebagai sarana untuk semakin memanusiakan anak-anak menjadi manusia yang utuh dan mendalam imannya. Dikatakan oleh para musafir MSF (2006) dalam hal inilah orang tua diingatkan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai iman pada anak sejak dini melalui kebiasaan dan teladan hidup dari orang tua sehingga dapat menghantar anak menemukan kebahagiaan dalam keluarga yang harmonis. Anak membutuhkan kehadiran, pujian, sentuhan, hadiah dan waktu bersama serta pelayanan orang tua sebab

  7 masa depan anak dan kematangan iman anak pun tidak bisa dilepaskan dari peran serta anggota keluarga.

3. Mengajarkan Tentang Allah sejak Dini

  Pendidikan Iman anak di dalam keluarga hendaknya dilakukan sedini mungkin, bahkan ketika anak bayi. Anak-anak hidup di dalam dunianya sendiri yang penuh misteri, anak juga hidup dalam kebiasaan-kebiasaan serta sikap-sikap yang dia lihat dan alami di sekitarnya, sehingga untuk menolong anak dan menyelamatkan mereka dari pengaruh luar, orangtua haruslah mengajarkan mereka tentang Tuhan yang juga misteri.

  Orangtua dapat mengajarkan tentang Tuhan kepada anak-anaknya dari banyak aspek. Untuk menggambarkannya, orangtua dapat mengambilnya dari dunia mereka sendiri. Pada awalnya mereka memang tidak mengerti tetapi dalam perjalanan waktu mereka akan mencari dan terus mencari. Oleh sebab itu, peran orang tua sangatlah penting, bukan hanya mengajarkan secara langsung, tetapi juga turut memberi teladan. Pada awal pembelajarannya, anak akan melihat, mendengar dan mengamati sampai akhirnya dia dapat menirunya. Contohnya ketika anak mendengar orang tuanya berbicara, pada awalnya dia tidak mengerti, tetapi dia melihat, mendengar dan akhirnya dia pun berbicara dengan bahasa yang non formal.

  Pottebaum (1964: 3), menegaskan, bahwa para orangtua haruslah berpartisispasi dalam misteri Kristus sampai akhirnya mereka dapat membagikan itu kepada anak- anaknya. Mereka perlu menjadikan Yesus sebagai “habit”, karena anak memahami tentang Tuhan dari kebiasaan yang dilakukan oleh orangtuanya.

  8 4.

   Pendidikan Nilai di dalam Keluarga

  Menurut Harsono (2007), keluarga adalah tempat awal dimana manusia dibentuk dalam hal nilai, baik nilai moral maupun spiritual. Pendidikan nilai yang dilakukan di dalam keluarga hendaknya tidak hanya dilakukan dengan nasihat atau teguran, karena nasihat dan teguran itu tidak akan berarti apa-apa jika tanpa disertai dengan teladan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Tidak cukup hanya keteladanan, tetapi juga orang tua hendaknya senantiasa menciptakan kerukunan anatar anggota keluarga agar setiap anggotanya dapat merasa nyaman tinggal di rumahnya. Pendidikan nilai di dalam keluarga juga hendaknya dilakukan sejak dini, ketika anak berada dalam masa pembentukan agar kelak dapat selalu tertanam di dalam diri mereka sampai kelak mereka dewasa. Dengan penanaman nilai yang baik di dalam keluarga, diharapkan akan terbentuk manusia yang berkualitas baik dalam segi moral maupun spiritual.

F. METODE PENULISAN

  Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptis analitis yaitu menggambarkan secara faktual keadaan yang terjadi melalui penelitian lapangan, kemudian atas dasar refleksi pastoral kateketis, mengusulkan suatu Program Pembinaan Iman dalam usaha meningkatkan kualitas iman para keluarga muda katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru. Adapun data-data yang diperoleh dilakukan dengan observasi langsung, menyebarkan kuesioner dan studi pustaka, dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian akan dilakukan dengan metode penelitian kualitatif sederhana.

  9 G.

SISTEMATIKA PENULISAN

  Uraian dan gagasan skripsi ini dibagi dalam lima bab. Bab I Pendahuluan yang berisi pemaparan latar belakang penulisan [Di sini tercakup pula hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Iman di dalam Keluarga terhadap Pembangunan Keluarga Katolik], rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sitematika penulisan.

  Bab II dari skripsi ini berisi tentang pemaparan tentang pandangan Gereja tentang keluarga-keluarga Katolik. Hal tersebut diketengahkan untuk melihat harapan- harapan Gereja terhadap keluarga-keluarga Katolik, khususnya keluarga-keluarga muda Katolik. Pembahasan bab II dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, pemahaman tentang keluarga, baik secara umum dan khusus. Kedua, harapan-harapan Gereja terhadap keluarga-keluarga Katolik. Ketiga, komponen-komponen formatif yang ditemukan di dalam keluarga.

  Pada bab III, penulis menyajikan hasil penelitian dalam mencari gambaran dan komponen-komponen formatif yang ditemukan di dalam keluarga-keluarga muda katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru. Sehubungan dengan penelitian itu hal-hal yang dibahas dalam bab III adalah: tujuan penelitian, instrumen pengumpul data, responden penelitian, variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian serta laporan dan pembahasan penelitian.

  Sedangkan di dalam bab IV, penulis menyajikan hasil refleksi pastoral dan usulan program katekese yang dikemas dalam bentuk rekoleksi. Refleksi pastoral menyangkut keluarga muda yang membangun unsur-unsur formatif di dalam keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga. Usulan program katekese dalam bentuk rekoleksi keluarga muda menyangkut makna dan tujuan katekese, tujuan usulan program, model

  10 katekese, peserta katekese, matriks usulan program, contoh persiapan program dan petunjuk praktis mengenai usulan program. Dan pada bab V, penulis menyajikan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari penulis.

BAB II PANDANGAN GEREJA TENTANG KELUARGA-KELUARGA KATOLIK Keluarga Katolik merupakan bagian dari Gereja universal yang

  mengemban tanggung jawab untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah- tengah masyarakat. Keluarga Katolik disebut pengemban tanggung jawab karena melalui kesaksian merekalah nilai-nilai Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh Yesus baik hidup dan karya-Nya dapat diwujudnyatakan.

  Oleh karena itu Gereja memberikan perhatian kepada keluarga-keluarga. Perhatian itu secara konkret diwujudkan dengan diterbitkannya dokumen- dokumen Gereja, yang di dalamnya dimuat tentang pandangan dan harapan Gereja terhadap keluarga-keluarga Katolik. Dokumen-dokumen tersebut misalnya, Konstitusi tentang Gereja: Lumen Gentium; Konstitusi pastoral tentang Gereja dalam dunia modern: Gaudium et Spes; Pernyataan tentang pendidikan Kristen:

  

Gravisimum Educationis ; dan Anjuran Apostolik: Familiaris Concortio. Untuk

  memberikan perhatian secara khusus kepada keluarga-keluarga Katolik tersebut, Keuskupan Agung Semarang juga menetapkan tahun 2007 sebagai tahun keluarga, secara khusus Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, telah mengeluarkan Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang 2007 dengan tema “Menjadikan Keluarga Basis Hidup Beriman” untuk diolah dan didalami bersama seluruh umat dan keluarga-keluarga yang berada di Keuskupan Agung Semarang, sehingga mereka dapat menanggapi perhatian dari pihak Gereja terhadap mereka.

A. Pengertian Keluarga 1. Pengertian Keluarga Secara Umum

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 413), keluarga adalah “ibu- bapak dan anak-anaknya”. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Heuken (1992: 269): keluarga dalam arti sempit (keluarga inti) mencakup suami-istri dan anak- anak mereka; dalam arti luas seluruh sanak saudara ( famili). Keluarga merupakan kesatuan sosial berdasarkan hubungan biologis, ekonomis, emosional dan/ atau rohani, yang bertujuan mendidik dan mendewasakan anak-anak sebagai anggota masyarakat luas dan terbatas. Dasarnya adalah ikatan perkawinan ayah dan ibu. Dari ungkapan di atas dikatakan bahwa keluarga merupakan kesatuan sosial yang artinya ikatan yang terjalin antara suami-istri, orangtua dan anak-anak sangat erat.

  Begitu eratnya hubungan ini sehingga antara suami-istri tidak dapat dipisahkan. Mereka tidak dapat hidup sendirian, setiap anggota keluarga membutuhkan orang lain. Selain itu, dikatakan juga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan anggota masyarakat. Hal ini dapat diartikan bahwa keluarga merupakan unsur terkecil dalam masyarakat dan sebagai benteng pertahanan pertama dan utama untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat.

2. Pengertian Keluarga Katolik

  Telah diuraikan di atas pengertian tentang keluarga secara umum; yaitu: suami-istri dan anak-anak mereka, yang hidup bersama dan saling tergantung.

  Adapun yang membedakan keluarga secara umum dengan keluarga katolik adalah iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia melalui Sakramen Perkawinan. Dikatakan oleh Heuken (1992: 270), bahwa keluarga Katolik berlandaskan ikatan sakramental suami-istri. Sakramen Perkawinan merupakan sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tak terhindarkan dalam menjalani hidup berkeluarga.

  Dalam amanat apostolisnya, Yohanes Paulus II juga mengungkapkan bahwa: “Keluarga, yang didasarkan pada cinta kasih serta dihidupkan olehnya merupakan persekutuan pribadi-pribadi: suami, istri, orang tua dan anak-anak, sanak saudara…” (FC, 18). Jelas sekali dikatakan oleh Yohanes Paulus II, bahwa cinta kasihlah yang membentuk keluarga, dan cinta kasih pula yang telah menghidupi keluarga dimana setiap anggota keluarga bertumbuh bersama di dalam cinta kasih. Dengan cinta kasih juga mereka akan mendidik anak-anak mereka.

  Perkawinan yang dilakukan oleh pria dan wanita, bukan semata-mata kehendak dari manusia, namun Allah sendiri yang menyatukan mereka untuk menikah dan membentuk keluarga. Dengan menciptakan pria dan wanita, Allah telah merencanakan bangsa manusia untuk menjadi umat; basis dari umat ini adalah keluarga yang diberiNya kaidah dasar. Anggota-anggotanya adalah pribadi-pribadi yang martabatnya sama. Demi kesejahteraan umum anggota- anggota keluarga dan masyarakat, keluarga memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban (GS, 48).

  Membangun keluarga Katolik merupakan panggilan hidup yang mulia karena berasal dari Allah dan dikehendaki oleh Allah sendiri. Oleh sebab itu untuk memenuhi panggilan tersebut diperlukan persiapan yang panjang dan sungguh- sungguh, sama ketika para religius mempersiapkan diri untuk memenuhi panggilannya untuk hidup sebagai biarawan dan biarawati dan mengikat janji sehidup semati dengan Tuhan.

3. Keluarga Muda Katolik

  Telah dikatakan bahwa keluarga adalah lembaga yang terkecil di dalam masyarakat yang terbentuk dari perkawinan yang sah, antara seorang pria dan seorang wanita. Kata muda di sini mau menunjukan bahwa keluarga tersebut dari segi usia belumlah lama. Dilihat dari segi pengalaman, para pasutri belum memiliki pengalaman dalam mengarungi hidup berumah tangga dan biasanya memerlukan bantuan dan pendampingan. Sedangkan kata katolik menunjukan bahwa keluarga tersebut telah dibangun atas dasar iman kepercayaan katolik dan diteguhkan secara gerejani serta kehidupan mereka di dalam keluarga diwarnai oleh iman katolik.

  Munculnya istilah keluarga muda dimaksudkan untuk membedakan dari keluarga yang sudah berumur lama sekaligus untuk membentuk suatu kelompok keluarga yang usia pernikahannya relatif masih muda, keluarga yang belum mempunyai pengalaman dalam hidup berkeluarga sehingga masih memerlukan bantuan dan pendampingan agar kelak mereka dapat mantap dalam hidup berumah tangga.

  Hart (1988: 12-13) mengatakan, bahwa tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa yang rawan, namun sangat penting. Perencanaan yang dibuat oleh pasutri pada periode awal ini, dan cara-cara yang mereka kembangkan dalam usaha menangani segala hal yang berkaitan dengan hidup perkawinan, akan sangat menentukan perkawinan mereka pada tahun-tahun selanjutnya. Namun mereka juga tidak lepas dari pendampingan dan pembinaan orang-orang telah berpengalaman dalam hal membangun keluarga yang kristiani ataupun yang telah berpengalaman dalam hal pendampingan dan pembinaan keluarga-keluarga.

B. Keluarga Sebagai Gereja Rumah Tangga

  Keluarga Katolik tidak hanya merupakan kumpulan beberapa orang yang se-agama, melainkan juga sebagai paguyuban, yang bersatu berdasarkan iman dan kasih. Suami-istri sebagai pemimpin keluarga dipanggil untuk membangun keluarga mereka menjadi sebuah Gereja kecil, sebuah kelompok yang guyub dan seiman (Dewan Karya Pastoral KAS, 200: 48).

1. Pengertian Gereja

  Gereja dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis ‘igreja’ yang berarti perkumpulan atau pertemuan, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah ‘ekklesia’ yang berarti mereka yang dipanggil, kaum, golongan (Heuken, 199: 314). Kata ekklesia ini juga biasa digunakan pada jaman para rasul (1 Kor 1:17- 22), Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus berbicara mengenai jemaat berkumpul untuk merayakan Ekaristi. Mereka berkumpul karena iman akan Yesus Kristus. Kata “gereja” digunakan baik untuk gedung-gedung ibadat maupun untuk umat Kristen.

  Konsili Vatikan II mengatakan bahwa Gereja dalam Kristus bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Gereja ingin menyatakan kepada seluruh umatnya yang beriman mengenai hakekat dan dan perutusannya bagi semua orang untuk memperoleh keselamatan dan bukan hanya kepada orang Kristen saja (LG, 1).

  Keselamatan yang diberikan Allah kepada umatNya telah terwujud di dalam Gereja. Dari pihak lain, Gereja akan mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di surga yang tergenapi dalam diri Yesus Kristus, dan dengan dipenuhi oleh Roh Kudus, Kristus berkarya di dalam Gereja secara terus menerus.

2. Pengertian Gereja Rumah Tangga

  Keluarga Katolik merupakan unsur pembentuk Gereja. Melalui keluarga, Gereja memasuki generasi-generasi berikutnya. Keluarga terbentuk dengan adanya perkawinan. Perkawinan ini disebut Sakramen karena membentuk tanda dalam Gereja. Tanda ini tampak dalam relasi timbal balik antara suami-istri yang menunjukan timbal balik antara Kristus dengan GerejaNya. Sakramen juga merupakan kehadiran Kristus di tengah-tengah pasangan suami-istri yang telah mengungkapkan janji nikah dihadapan Tuhan.

  Keluarga Katolik bukanlah hanya sekedar organisasi, melainkan persekutuan anggota berdasarkan persaudaraan dan iman. Imanlah yang menentukan warna Gereja. Maka dalam keluarga Katolik, yang pertama harus ada adalah iman untuk dapat memberikan semangat kristiani di dalam keluarga tersebut. Iman disini bukan hanya terletak pada pengetahuan agama, tetapi lebih kepada sikap atau penghayatan agama yang diwujudkan dalam usaha yang terus- menerus. Para Bapa Konsili Vatikan II menulis, “Dalam Gereja-Keluarga itu hendaknya orang tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka; orangtua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing secara istimewa panggilan rohani” (LG, 11), kemudian dalam Dekrit Tentang Kerasulan Awam juga ditegaskan,