PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

1

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan
dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur
bidang Cipta
maupun di

Karya

terhadap lingkungan permukiman baik

di perkotaan


perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan

peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis
dengan

instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan

lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
8.1

Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan

RPI2-JM

bidang

Cipta


Karya

oleh

pemerintah

kabupaten/kota

telah

mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
“Instrumen

pencegahan


pencemaran

dan/atau

kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS),

Analisis

Mengenai

Upaya

Pengelolaan

Dampak

Lingkungan (AMDAL),


dan

Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-

UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam

rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten
di segala bidang”

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum


2

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

peningkatan

kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”.

4.


Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan

5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu
pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yaitu:

1.

Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

3

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan


dan

melaksanakan

kebijakan

mengenai pengendalian

dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2.

Pemerintah Provinsi :
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan

pembinaan,

bantuan

teknis,

dan

pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3.


Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. e.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

4

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1.

RPI2-JM membutuhkan kajian aspek

lingkungan dalam perencanaan

pembangunan infrastruktur.
2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah
karena

RPI2-JM

bidang

Cipta

Karya

berada

pada

tataran

Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip
kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda
depan

dalam

menyaring

kegiatan

pembangunan

yang

berpotensi

mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan
fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat
mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong
terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan

iklim,

(2)

kerusakan,

kemerosotan,

dan/atau

kepunahan

keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

5

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan
hutan

dan/atau

lahan,

(6)

peningkatan

jumlah

penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut
menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan
resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

6

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

Tabel VIII.1.1.
Kriteria Penapisan Usulan/Program Kegiatan
Bidang Cipta Karya
Penilaian
No

Kriteria Penapisan

Uraian
Pertimbangan*

Kesimpulan:
(Signifikan/Tidak)

(3)

(4)

Perubahan Iklim

Pembangunan
infrastruktur tidak
mereduksi ruang hijau
secara signifikan

Tidak

Kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati

Pembangunan
infrastruktur tidak
mereduksi ruang hijau
secara signifikan

Tidak

Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir,
longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan,

Sebagian infrastruktur
dibangun justru dengan
tujuan mencegah dan
mengatasi bencana,
terutama banjir

Tidak

Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam

Infrastruktur tidak
membutuhkan lahan
yang signifikan

Tidak

Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan,

Infrastruktur tidak
membutuhkan lahan
yang signifikan

Tidak

(1)

(2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia

Infrastruktur dibangun
untuk memenuhi
kebutuhan dan
meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman
Infrastruktur dibangun
untuk memenuhi
kebutuhan dan
meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman

Tidak

Tidak

Berdasarkan Pedoman Umum Penyusunan Dokumen RPI2-JM, tahap selanjutnya
yang harus dilakukan setelah penapisan terdapat dua kegiatan, yaitu Jika melalui
proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam
RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan
Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas
RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak
perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun meskipun demikian, untuk dapat mengkaji aspek lingkungan sebagai dasar

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

7

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, substansi ini tetap perlu menelaah
kondisi hubungan antara issue-issue lingkungan secara eksisting dengan
pembangunan bidang cipta karya, serta menelaah jenis infrastruktur bidang cipta
karya yang memerlukan kajian dampak lingkungan terlebih dahulu.
Identifikasi pembangunan berkelanjutan bidang cipta karya di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel VIII.1.2.
Identifikasi Issue-issue Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
No

1

2

3

4

Issue

Penjelasan
Lingkungan Hidup Permukiman
Secara umum, air baku bersumber dari
Kualitas air baku yang terindikasi tercemar
Batanghari.
Air tanah dalam sulit untuk
mercury sebagai dampak perkembangan PETI di
dimanfaatkan sebagai sumber air baku,
kawasan hulu
dikarenakan kandungan FE yang tinggi
Sebagian kawasan permukiman berada di
kawasan sempadan sungai. Kepadatan bangunan
Kualitas lingkungan permukiman sempadan sungai
non permanen yang tinggi, sanitas yang buruk,
yang sangat rendah
kontruksi bangunan rumah non permanen, rendah
proteksi kebakaran dan lainnya
Limbah rumah tangga yang disalurkan langsung ke Pola ini terutama terjadi pada kawasan
aliran sungai
sebagaimana digambarkan pada poin 2.
Sulit yang dimaksud adalah pengaruh sebaran
pusat-pusat permukiman di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur yang memiliki rentang jarak yang
Pengelolaan persampahan yang sulit
cukup jauh antara satu sama lainnya.
Pembangunan TPA skala kabupaten tidak akan
dapat melayani seluruh wilayah kabupaten.
Ekonomi
Menurunya kualitas air Batanghari telah
Sebagian besar penduduk terutama penduduk
berdampak negatif terhadap ekosistem, sehingga
dikawasan permukiman bermata pencaharian yang
juga berdampak terhadap menurunnya hasil
berorientasi kepada hasl sungai dan kaut (nelayan)
tangkapan
Sosial
Kondisi ini adalah hubungan timbal balik dengan
kemiskinan,
dimana
kemiskinan
dapat
Pemahaman terhadap lingkungan permukiman
menyebabkan taraf pendidikan rendah dan
yang layak huni serta regulasi-regulasi yang masih
menimbulkan kerentanan terhadap tumbuh dan
relatif minim
berkembangnya kawasan kumuh, lingkungan
permukiman yang cenderung slum mempengaruhi
karakter dan pola pikir penghuni

Dari tabel diatas dapat disimpulkan beberapa bahan pertimbangan, diantaranya :
a.

Batanghari sebagai sumber air baku adalah sungai dalam lingkup kewenangan
nasional karena melintasi 2 (dua) wilayah provinsi. Penanganan pencemaran
tidak dapat dilakukan hanya oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

8

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

Timur, sehingga diperlukan dorongan bersama daerah lainnya untuk
mengatasi sumber pencemaran terutama diwilayah hulu ;
b.

Lokasi pembangunan infrastruktur cipta karya yang berfungsi melayani
permukiman pinggir sungai perlu ditarik keluar area sempadan sungai. Selain
untuk meminimalisir resiko pencemaran terhadap sungai, juga bertujuan
untuk menarik perkembangan permukiman keluar area sempadan sungai ;

c.

Pembangunan TPA tidak cukup hanya 1 (satu) unit untuk melayani seluruh
wilayah kabupaten.

8.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau

kategorisasi proyek

mengikuti ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012
tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan
Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1.

Proyek wajib AMDAL

2.

Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3.

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Tabel VIII.1.3.
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi

Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS)

a) Rujukan Peraturan
Perundangan

1. UU 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman
umum KLHS

b) Pengertian Umum

Rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh,
dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
1.
2.
3.

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan
bidang PU wajib UKL UPL
4. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha
dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang
dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

9

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

Deskripsi
c)

Kewajiban pelaksanaan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS)

d) Keterkaitan studi
lingkungan dengan:

e) Mekanisme pelaksanaan

1. pengkajian pengaruh kebijakan,
rencana, dan/ atau program
terhadap kondisi lingkungan hidup
di suatu wilayah;
2. perumusan
alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program; dan
3. rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
1. Isu Strategis terkait
Pembangunan
2. Berkelanjutan
3. Kajian pengaruh rencana/program
dengan isu-isu strategis terkait
pembangunan berkelanjutan
4. Alternatif
rekomendasi
untuk rencana/program
Dasar bagi kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan
dalam suatu wilayah.
1. Rekomendasi KLHS digunakan
sebagai alat untuk melakukan
perbaikan
kebijakan,
rencana,
dan/atau program pembangunan
yang melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
2. segala usaha dan/atau kegiatan
yang telah melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan
hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.

Muatan Studi
Lingkungan

g) Output

h) Outcome

Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah
1. Penyusunan atau evaluasi RTRW,
RPJP dan RPJM
2. Kebijakan,
rencana
dan/atau
program
yang
berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan

f)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

a. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten
sebagai penyusun AMDAL
b. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL
yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu
oleh Tim Teknis.
c. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi
berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
d. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan
rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan
Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
1. Kerangka acuan;
2. Andal; dan
3. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKLRPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan.

1.

Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau
ketidak layakan lingkungan
2. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang
diwajibkan
3. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
tercantum dalam RKL RPL.

1.

i)

j)

Pendanaan

APBD Kabupaten/Kota

Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu
komponen dalam kabupaten/kota
yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS

k) Atribut Lainnya:
1. Posisi
2. Pendekatan
3.

Fokus analisis

4. Dampak kumulatif

Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
2. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan
sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada
APBN/APBD
3. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
4. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada
anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi
dan kabupaten/kota
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
1. Yang terkena dampak;
2. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
3.
Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL

Hulu siklus pengambilan keputusan

Akhir sklus pengambilan keputusan

Cenderung pro aktif
Evaluasi implikasi lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan
Peringatan dini atas adanya dampak
komulatif

Cenderung bersifat reaktif
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
Amat terbatas

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

10

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS)
Memelihara keseimbangan alam,
pembangunan berkelanjutan
Banyak alternatif
Luas dan tidak rinci sebagai
landasan untuk mengarahkan visi dan
kerangka umum
Proses multi pihak, tumpang tindih
komponen, KRP merupakan proses
iteratif dan kontinu
Fokus pada agenda pembangunan
berkelanjutan
Tidak diperlukan institusi yang
berwenang memberikan penilaian dan
persetujuan KLHS

Deskripsi
5.

Titik

berat telaahan

6.

Alternatif

7.

Kedalaman

8. Deskripsi proses
9. Fokus pengendalian
dampak
10. Institusi Penilai

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
Alternatif terbatas jumlahnya
Sempit, dalam dan rinci
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
akhir
Menangani gejala kerusakan lingkungan
Diperlukan institusi yang berwenang
penilaian dan persetujuan AMDAL

memberikan

Tabel VIII.1.4.
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No.

Jenis Kegiatan

Skala/Besaran

Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total

> 10 ha
> 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total

semua kapasitas/
besaran

c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas

A.

> 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
terpadu:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas

semua kapasitas

f. Composting Plant:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas

> 500 ton/hari

Pembangunan Perumahan/Permukiman:
B.

a. Kota metropolitan, luas

> 25 ha

b. Kota besar, luas

> 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas

> 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi

> 2.000 ha

Air Limbah Domestik
a.

Pembangunan
penunjang:
-

C.

IPLT,

termasuk

fasilitas

Luas, atau
Kapasitasnya

> 2 ha
3
> 11 m /hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
-

Luas, atau
Kapasitasnya

> 3 ha
> 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
-

Luas layanan, atau
Debit air limbah

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

> 500 ha
3
> 16.000 m /hari

11

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019
No.

Jenis Kegiatan
Pembangunan Saluran Drainase
dan/atau sekunder) di permukiman

D.

Skala/Besaran
(Primer
> 5 km

a. Kota besar/metropolitan, panjang:

> 10 km

b. Kota sedang, panjang:
Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
E.

-

> 500 ha

Luas layanan

b. Pembangunan jaringan transmisi
-

> 10 km

panjang

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan
kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel VIII.1.5.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi
Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK
1.

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled
landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
a. Luas kawasan, atau < 10 Ha
b.

2.

TPA daerah pasang surut
a. Luas landfill, atau < 5 Ha
b.

a. Persampahan
3.

Kapasitas total < 10.000 ton

Kapasitas total < 5.000 ton

Pembangunan Transfer Station
a. Kapasitas < 1.000 ton/hari

4. Pembangunan Instalasi/Pengolahan
a. Kapasitas < 500 ton
5.

Sampah Terpadu

Pembangunan Incenerator
a. Kapasitas < 500 ton/hari

6. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
a. Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
1.

Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
termasuk fasilitas penunjang
a. Luas < 2 ha
3
b. Atau kapasitas < 11 m /hari

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

12

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019
Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
a. Luas < 3 ha
b. Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
3. Pembangunan
sistem
perpipaan
air
(sewerage/off-site
sanitation
diperkotaan/permukiman
a. Luas < 500 ha
3
b. Atau debit air limbah < 16.000 m /hari
1. Pembangunan saluran primer dan sekunder
2.

b. Air Limbah Domestik/ Permukiman

c.

limbah
system)

Drainase Permukaan Perkotaan
a. Panjang < 5 km
2. Pembangunan
kolam
area/kawasan pemukiman

retensi/polder

di

b. Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
1. Pembangunan jaringan distribusi:
d. Air Minum
a. luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
2. Pembangunan jaringan pipa transmisi
a.

Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps

5. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
a. Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5
lps - < 50 lps
b.

e. Pembangunan
Gedung

Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

1. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan
rekreasi, terminal dan bangunan
gedung
tempat
penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura,
bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d.
10.000 m2
3)
Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan,
laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum :
5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan
oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal
maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

13

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019
Sektor Teknis CK

f.

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
2. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang
melintasi prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan
rekreasi, terminal dan bangunan
gedung
tempat
penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura,
bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d.
10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan,
laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum :
5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan
oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
3. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan
rekreasi, terminal dan bangunan
gedung
tempat
penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura,
bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d.
10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan,
laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum :
5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan
oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
4. Kawasan
Permukiman
Sederhana
untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI,
buruh/pekerja;

Pengembangan kawasan permukiman baru
5.

a.

Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

b.

Luas kawasan: < 10 ha

Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat
kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu
Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di
perbatasan);
a.

Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

b.

Luas kawasan: < 10 ha

6. Pengembangan
kawasan
permukiman
baru dengan
pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan
Siap Bangun)
a.

Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

b. Luas kawasan: < 10 ha
7.

Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic need)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

14

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019
Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
a.

g.

Luas kawasan: < 10 ha

8. Pembangunan kawasan tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

Peningkatan Kualitas Permukiman

a.

terpencil, kawasan

Luas kawasan: < 10 ha

9. Pengembangan
kawasan
perdesaan
untuk
meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan
agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D,
desa pusat pertumbuhan DPP)
a.
1.
h.

Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat
di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan
pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan
pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan
penyediaan bangunan rumah susun
a.

Sumber :

Luas kawasan: < 10 ha

Luas kawasan: < 5 ha

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi
UKL-UPL

tetapi

wajib

dilengkapi

dengan

dokumen

Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Tabel VIII.1.6.
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
No.

Komponen Kegiatan

Lokasi

Amdal

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

UKL/UPL

SPPLH

15

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

8.2

Aspek Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur
permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai
dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta
pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan
masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan
penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian
pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah
keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau
peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan
aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.

UU

No.

17/2007

tentang

Rencana

Pembangunan

Jangka Panjang

Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana. Penguatan

kelembagaan

dan

jaringan

pengarusutamaan

gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data
dan statistik gender.
2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

16

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan

kesejahteraan

rakyat

dapat

diwujudkan

melalui sejumlah

program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk

mewujudkan

keadilan

dan

kesetaraan

gender, peningkatan

akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4.

Peraturan

Presiden

No.

15/2010

tentang

Percepatan

penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan

kepada

Menteri

untuk

melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan
pembangunan

nasional

dan

program

yang berperspektif gender sesuai dengan bidang

tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

17

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
c. Melaksanakan

pengarusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

miskin

melalui bantuan

sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d. Melaksanakan

pengarusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b. Menjamin

tersedianya

pendanaan

untuk

kepentingan

umum

di

kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

18

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

8.2.1 Aspek Sosial Pada Tahap Perencanan Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah merupakan bagian
dari upaya pengentasan kemiskinan. Kajian terhadap karakter dasar kemiskinan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur diharapkan dapat menjadi pelengkap efektifitas
pembangunan masing-masing sektor yang dimulai dari tahap perencanaan program
pembangunan.
Pada dasarnya pengentasan kemiskinan telah digariskan dalam target MDG’s
yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2015.

Namun tahun 2015 yang

dimaksud hanya tinggal 1 (satu) tahun lagi. Oleh karena itu, pembangunan bidang
cipta karya diharapkan juga dapat menunjang rencana dan pelaksanaan
pengentasan kemiskinan pasca tahun 2015.
Data terkait angka kemiskinan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tidak
tersedia dalam konteks/lingkup perkecamatan.

Data angka kemiskinan yang

tersedia adalah dalam konteks/lingkup kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

19

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

Tabel VIII.2.1.
Analisis Kebutuhan Penduduk Miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Jumlah
Penduduk
Miskin

persentase

Kondisi Umum

1.

Mata
pencaharian
penduduk
miskin secara
umum pada
sektor primer
dengan
pengelolaan
tradisional ;
Kondisi
lingkungan
hunian yang
cenderung
belum layak
huni

Permasalahan

1.

Bentuk
Penanganan
yang sudah
dilakukan
Pemenuhan
prasarana
lingkungan
permukiman
melalui
program
padat karya

Keterbatasan
lapangan
pekerjaan,
sehingga
masih
bergantung
pada sektor
primer ;
2. Sebagian
kawasan
26.400
12,50 2.
permukiman
masih minim
akses ;
3. Prasarana
dan sarana
pada
lingkungan
hunian masih
terbatas
Keterangan : bentuk penanganan yang sudah dilakukan dan kebutuhan
ditampilkan dikhususkan terkait dengan bidang cipta karya

Kebutuhan penanganan

1. Pemenuhan
kebutuhan AM ;
2. Pemenuhan
kebutuhan
sarana sanitasi ;
3. Pengembangan
kawasan
permukiman
yang
tidak
berorientasi
kepada
sempadan
sungai

penanganan yang

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa bidang cipta karya telah berkontribusi dalam
upaya pengentasan kemiskinan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, salah satunya
melalui program padat karya.

8.2.2 Aspek Sosial Pada Tahap Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan
durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik
dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah
antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk
tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

20

Laporan Akhir
RPI2-JM Kab.Tanjung Jabung Timur 2014-2019

1.

Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak
akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting
untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saransaran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi
masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,
persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

2.

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan.
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi
di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan
tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
Dinas Pekerjaan Umum

21