PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGATASI KELANGKAAN BAHAN BAKAR MINYAK ( BBM ) - Politeknik Negeri Padang

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI

ALTERNATIF UNTUK MENGATASI KELANGKAAN

BAHAN BAKAR MINYAK ( BBM )

1 Hendri Candra Mayana

  

¹ Dosen Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang

ABSTRAK

  Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM perlu kita pikirkan jalan keluarnya, salah satunya

adalah pemanfaatan limah dengan membuat gas metan berupa biogas yang bahannya berasal dari

kotoran ternak, karena kotoran ternak selama ini hanya dijadikan sebagai pupuk kandang dan walaupun

sering kali menjadikan pencemaran lingkungan ditengah masyarakat sekitar. Oleh karena itu biogas

metan bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah dan gas elpiji yang saat ini sulit di dapat oleh

masyarakat, walaupun ada harganya sangat mahal sulit terjangkau oleh masyarakat. Dengan adanya

kajian ini, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan kotoran ternaknya menjadi biogas untuk memasak

makanan, air dan lain-lain yang ramah lingkungan. Biogas ini bukan hal yang baru karena sejak tahun

1900 India merupakan pelofor pengguna biogas sejak di jajah Inggris. Karena di berbagai negara

seperti Inggris, rusia, Amerika, sudah lama mengunakan biogas dari kotoran ternak. Lembaga peneliti

pemanfaatan limbah kotoran ternak yang di sebut Agricultural Reseach instutute dan Global Gas

Reseach station Pada tahun 1980 sudah membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Secara

ringkas cara membuat biogas adalah: Pertama campurkan kotoran ternak dengan air 1:1 kemudian

alirkan lumpur kotoran ke dalam digester melalui lubang pemasukan lalu menambahkan starter 1 liter,

membuang gas pertama pada hari ke 1-7, pada hari ke 14 gas sudah bisa digunakan.

  Dalam karya ilmiah ini penulis menghimbau agar program pemerintah berupa biogas dapat kita

laksanakan dan dijadikan energi alternatif untuk mengatasi kelangkaan BBM terutama bagi masyarakat

pedesaan karena BBM sudah sangat mahal. Limbah biogas pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

organik dan juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.

  I.PENDAHULUAN harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus

  1.1. Latar belakang ditanggung oleh APBN. Yang menjadi Permintaan akan kebutuhan Bahan pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah

  Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan demikian. Sumber energi alternatip telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

  Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berbagai negara telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia dan Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia, India merupakan negara pelopor dan pengguna biogas sejak tahun 1900 semasa masih dijajahi Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research

  instutute dan Gobar Gas Research Station,

  Lembaga tersebut pada tahun 1980 sudah mampu membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Selain negara negara tersebut diatas, Taiwan, Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan biogas.

  Jika kita menggantungkan terus pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas sebagai energi utama tanpa mencari alternatip lain maka beban hidup akan semakin berat terutama masyarakat kecil pedesaan padahal ada alternatip yang mudah dengan membuat biogas dari kotoran ternak.

  Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.

  Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatip dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.

  1.2. HASIL SAMPINGAN TERNAK Ternak sapi, kerbau, kuda, ayam petelur, kambing banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan sebagai usaha sampingan selain bercocok tanam. Limbah dari usaha tersebut berupa limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku dan lain lainnya. Volume dan jenis limbah tergantung pada jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara. Feses, urine, sisa makanan yang merupakan limbah utama dari ternak selama ini oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan Limbah ternak selama ini belum optimal, karena sebelum kotoran ternak itu dijadikan pupuk organik terlebih dahulu dapat diproses untuk menghasilkan biogas dimana gas itu dapat digunakan untuk memasak menggantikan minyak tanah ataupun gas LPG.

  Disisi lain, peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran air, bau tak sedap, mengganggu pemandangan dan bahkan sebagai sumber penyakit. Kita ingat belum lama ini dengan timbulnya wabah flu burung. Dengan adanya teknologi biogas seluruh permasalahan lingkungan akibat pencemaran dapat dikurangi.

  1.3. PRINSIP PEMBUATAN BIOGAS Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

  Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m 2 . Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa paralon.

  Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

  Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

  1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester

  2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan.

  Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

  3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m 2 . Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

  4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke- 7 karena yang terbentuk adalah gas CO 2 . Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH 4 ) dan O 2 mulai menurun. Pada komposisi CH 4 54% dan CO 2 27% maka biogas akan menyala.

  5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

  II. PEMBAHASAN

  2.1. Masyarakat mengembangkan biogas

  Zaman sekarang merupakan zaman energi baru, manusia tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa sumber-sumber energi Kalau tidak ada langkah-langlah antisipatif, peradaban ini akan kembali ke titik nol, karena hampir semua penyangga kemajuan peradaban bertumpu pada energi. Energi memegang peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia saat ini.

  Tanpa langkah-langkah antisipasi yang serius, jalan-jalan raya akan sepi, kehidupan malam kembali ke zaman kegelapan, cara komunikasi kembali ke cara abad dulu yakni lewat kurir berkuda, atau isyarat angin, atau mengunakan jasa burung, lantaran surat kertas pun tak bisa lagi dihasilkan. Masyarakat pedesaan, yang selama ini kurang menikmat anugrah energi fosil seperti layanan listrik dan bahan bakar minyak/gas, justru merupakan pihak yang paling kreatif berusaha menemukan energi alternatif.

  Telah dikisahkan, berbagai daerah di Indonesia dalam dua dekade ini sudah giat membangun pembangkit listrik berskala kecil, yang lebih dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro [PLTM]. Sumber-sumber alternatif lain, seperti matahari dan angin, juga tengah digali dan diakali untuk menggantikan energi konvensional.

  Di Ladang Laweh, Desa Talago Gunung, Kecamatan Beranmgin Kota Sawahlunto, masyarakat setempat, melalui Kelompok Tani, mengembangkan peternakan sapid an ayam yang nantinya dapat dikembangkan bio-gas untuk mengganti gas elpiji yang penyebarannya kian tak menentu dan keamanannya kian bermasalah. dengan adanya dukungan pemerintah setempat diharapkan ide ini dapat nantinya menjadikan desa ini mandiri energi. Ini upaya mengurangi emisi gas methan, karena pemakaian biogas mampu mengurangi pemanasan global. Kekuatan biogas 20 kali lipat lebih besar dari pada gas karbon sebagai gas rumah kaca.

  Dalam keadaan kelangkaan energi, yang ditandai dengan peningkatan harga BBM terus menerus, biogas bisa menjadi jawaban karena mampu menghemat biaya rumah tangga sekaligus menghemat pemakaian energi dalam rangka hemat energi nasional.

  Bahkan, di beberapa daerah sudah memfaatkan metode ini dan hasilnya sudah melampaui sekedar kebutuhan masak memasak. Ia sudah digunakan untuk menghidupkan mesin diesel dan genset. Karena itu, mereka ada yang menamakan biogas ini sebagai ‘Three in One’.

  Dalam waktu tak lama lagi, biogas akan mampu sepenuhnya menggantikan bahan bakar minyak [BBM], setidaknya untuk daearah-daerah yang telah memfaatkan metode ini. Prospek ini mengharuskan kerja tambahan yang lebih sungguh-sungguh, yakni menempatkannya dalam kemasan yang aman dan praktis – dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan di dalam maupun di luar rumah, termasuk di sawah dan ladang/kebun.

  Saat ini biogas sudah difungsikan sebagai pembangkit listrik. Bila rencana ini nanti terlaksana, maka Desa Mandiri Energi terwujud di dusun lading laweh Talago Gunung, Sawahlunto, penggunaan biogas makin populer di kalangan masyarakat. Dia sudah benar-benar menjadi energi alternatif ramah lingkungan.

  Beberapa kelompok masyarakat di Indonesia memang sudah mulai berhasil mengurangi ketergantungan kepada energi fossil atau energi konvensional. Keterlibatan organisasi-organisasi non- masyarakat itu membantu penyebaran pengetahuan dan keterampilan baru itu kepada kelompok-kelompok masyarakat lain.

  Menurut perkiraan Energy

  Information Administration (EIA),

  pemakaian energi hingga tahun 2025 masih didominasi bahan bakar fosil, yakni minyak bumi, gas alam dan batubara, termasuk di Indonesia. Meskipun, data Departemen ESDM menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun kedepan, sedangkan gas bumi masih cukup untuk 60 tahun lagi, dan cadangan batubara masih lumayan lama — 145 tahun. Selain itu, bahan bakar fosil mengeluarkan emisi karbon yang besar dan merupakan salah satu sumber utama pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.

  Jika kita mengaduk kotoran sapi yang baru saja diambil dari kandang milik kita sendiri Tanpa rasa jijik, kita pilah ampas kotoran ternak itu lalu memasukkannya ke plastik reaktor. Didalam kantong plastik besar yang disebut reaktor itulah kotoran sapi diolah menjadi energi pengganti bahan bakar minyak (BBM).

  Setelah memastikan reaktornya penuh, kita segera mencuci bersih tangan dan bergegas masuk ke dapur. Kompor kecil berbahan bakar biogas di meja dapur menjadi tujuan kita. Kemudian, kita membenarkan letak pipa penghubung gas dari biogas di dalam reaktor ke kompor.

  Lalu kita mengambil korek dan menyulutnya di tengah kompor. Kompor pun menyala dengan warna api biru. Sebiru kompor berbahan gas elpiji yang saat ini keripik singkong sebagai teman minum teh di pagi hari dan biogas sudah bisa kita gunakan untuk memasak apa yang kita inginkan. Kita tak lagi pusing dengan kelangkaan BBM jenis minyak tanah maupun elpiji.

  Keuntungan dari pengembangan bio gas ini, kompor jauh lebih efisien dan irit. Kita tidak perlu mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 20.000 untuk membeli minyak tanah seperti sebelumnya. Walau modal awal diperlukan dana sekitar Rp 2 jutaan untuk satu reaktor. Namun kompor akan awet selama delapan tahun. “Dengan waktu memasak empat jam secara terus menerus selama sehari, memang lebih hemat dari membeli minyak tanah,” . Di rumah kita memang ada puluhan ekor sapi yang digemukkan. Setiap hari ada puluhan ton kotoran sapi yang dihasilkan. Dulu limbah itu dibuang begitu saja, atau sekadar dijadikan kompos atau pupuk kandang. Sekarang kotoran sapi ini bisa jadi barang berharga.

2.2. Biogas Jadi Energi Alternatif.

  2.3. Pembuatan Biogas Bio gas sangat mudah diproduksi.

  Bahan dasarnya berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum. Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga arco (kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan). Baru seperempatnya ditambahi air. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk merata. Ampas kotoran dari rumput- rumputan yang belum halus oleh proses pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor. Setelah dipastikan terpisah, campuran air dan kotoran sapi bisa ini dimasukkan ke dalam reaktor. Dulunya, di dalam reaktor itu diberikan obat semacam perangsang pertumbuhan gas yang memang telah potensial ada terkandung di dalam kotoran sapi. “Tapi itu hanya sekali pakai saja waktu pertama. Selanjutnya ya mudah saja seperti ini. Kotoran sapinya diulet dengan air dan dimasukkan ke dalam reaktor,” .

  Di dalam reator proses pembuatan masukan starter, aduk hingga merata. gas itu terjadi secara alami. Gas ini pun

  Masukan drum yang lebih kecil. Biarkan langsung dapat dialirkan ke kompor melalui kira-kira 4 minggu, sudah mulai dihasilkan pipa penghubung reaktor dan kompor dan gas, dengan indikasi drum kecil terangkat. nyala api pun bisa didapatkan. Kompor siap dipakai. Dengan campuran sebanyak satu

  Berdasarkan ilmu dan pengalaman drum ini, kompor bisa bertahan selama yang saya dapat dari tempat kerja, yang seharian penuh. Bahkan tidak mati walau pertama harus kita punya adalah reaktornya dipakai terus menerus selama empat jam itu sendiri karena di tempat itu tempat lamanya, jika bahan bakunya melimpah dan terjadinya reaksi dihasilkan gas CH4 reaktor terisi terus. (metan).

  Prinsipnya biogas bahannya adalah Cara kerja membuat biogas: materi organik (bisa sisa-sisa tumbuhan, kotoran hewan). Pertama harus disiapkan

  1. Mencampurkan kotoran sapi yang starter (diambil dari kotoran sapi/ruminantia, masih baru keluar dari anus sapi kira-kira 1jerigen, simpan selama 2 minggu. dengan air ( perbandingannya 1:1) di bak pencampuran / tempat yang telah

  Disiapkan kontainer (bisa menggunakan disediakan. drum bekas yang di lubangi salah satu

  2. Setelah itu, campuran itu akan masuk sisinya. Siapkan drum lain berukuran lebih ke dalam reaktor /digesternya dan kecil dengan keran. Siapkan kotoran sapi, disitu akan terjadi reaksinya. kerbau, kuda, atau kotoran hewan lain dan

  3. Gas yang dihasilkan akan sisa dedauanan/rumput. Masukan 1 ember tertampung dengan sendirinya limbah organik tersebut dalam drum, melalui saluran pipa yang telah tambahkan satu ember air, aduk, demikian disambungkan ke tempat

  4. gas yang dihasilkan dapat dibakar dan menjadi api sehingga bisa digunakan untuk memasak.

  Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian

  Jenis gas Biogas Kotoran sapi

  Campuran kotoran + sisa pertanian Metan (CH 4 ) 65,7 54 – 70 Karbon dioksida

  (CO 2 ) 27,0 45 – 57 Nitrogen (N2) 2,3 0,5 - 3,0 Karbon monoksida (CO) 0,1 Oksigen (O 2 ) 0,1 6,0 Propena (C 3 H 8 ) 0,7 - Hidrogen sulfida(H 2 S)

  • Sedikit Nilai kalor (kkal/m
  • 2 ) 6513 4800 – 6700 Sumber: Harahap, dkk (1978)

    2.4. Limbah Tahu Juga Dapat Pergunakan Sebagai Bahan Biogas

      Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.

      Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan nilai tambah. Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu. Bahan baku yaitu dari limbah tahu cair menjadi Biogas

      Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai (EMDI & BAPEDAL, 1994).

      Pada industri tempe, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lendir dan bahan organik lain). Industri pembuatan tahu dan tempe harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair.

      1. Pengolahan Limbah Secara Fisika Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

      2. Pengolahan Limbah Secara Kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi- oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

      3. Pengolahan Limbah Secara Biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

      1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

      2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

      Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan

      BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.

      Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan.

      Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih.

      Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar.

      Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH 4 ). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain

      3 3

      sebanyak 1000 ft (28,32 m ) mempunyai Sinar Tani Edisi 21-27 Desember nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 2005.No.3129 tahun XXXVI. galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon http://onlinebuku.com/2009/01/15/limbah- minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tahu-cair-menjadi-biogas/ tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 3 150 ft per hari. Proses dekomposisi limbah http://klasterhortidemak.wordpress.com/200 cair menjadi biogas memerlukan waktu

      8/05/11/biogas-kotoran-sapi-jadi-energi- sekitar 8-10 hari. Proses dekomposisi alternatif-dua-tahun-tak-beli-minyak-tanah/ melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur. http://dekfendy.blog.uns.ac.id/2009/12/15/m embuat-biogas-dari-kotoran-ternak/ http://cybex.deptan.go.id/lokalita/biogas- kotoran-sapi-sederhanas

      BAB IV. PENUTUP

      4.1. Kesimpulan Program biogas ini dapat di jadikan sebagai energi alternatif untuk jangka panjang terutama masyarakat pedesaan karena BBM semakin mahal. Limbah biogaspun dapat di manfaatkan sebagai pupuk organic dan juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

      4.2.Saran Semoga ini dapat dijadikan proyek dengan dukungan pemerintah untuk dapat semakin menggalakkan program biogas dan memberikan subsidi kepada petani ternak agar meraka lebih menguasai teknik pembuatan biogas yang lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

      Ayub s. Parnata ,Pupuk Organik Cair; Apliksi dan Manfaatnya, Jakarta: Agromedia Pustaka,2004 Syamsuddin, T.R. dan Iskandar,H.H.

      2005.Bahan bakar Alternatif Asal Ternak.