Analisis Pengaruh Buffering Transport Pada Jaringan IEEE-802.11 Chapter III V

BAB III
PERANCANGAN SIMULASI

3.1 Perancangan Alur Penelitian
Alur penelitian Tugas Akhir ini ditunjukkan pada Gambar 3.1. Penelitian
terlebih dahulu dilakukan dengan meng-install software NetBeans IDE sebagai
editor dan compiler bahasa pemrograman java. Kemudian diikuti dengan
mengadaptasikan file-file Pamvotis versi 1.1 yang berisikan program-program
java untuk mensimulasikan jaringan 802.11.
Mulai

Instalasi Simulator :
1. NetBeans IDE 8.2
2. Pamvotis 1.1

Pemilihan Parameter Pada Simulator

Menjalankan Simulasi

Pengambilan Hasil Simulasi


Implementasi Perhitungan Throughput,
Utilization dan Media Access Delay

Selesai

Gambar 3.1 Alur penelitian
Setelah itu, dilakukan modifikasi kode dan parameter simulasi untuk
merealisasikan metode yang dievaluasi pada Tugas Akhir ini. Adapun metode
yang dievaluasi adalah pengaruh transport buffering terhadap kinerja jaringan
IEEE 802.11. Pada Tugas Akhir ini standart fisik IEEE 802.11b dan IEEE
17
Universitas Sumatera Utara

802.11g yang dievaluasi. Sementara metode akses atau standar MAC yang
dievaluasi adalah teknologi RTS/CTS. Penerapan buffering dilakukan dengan
menggabungkan 2 paket dari packet generation dengan 8 paket per detik ukuran
paket 4.000 bit menjadi 4 paket per detik dengan ukuran paket 8000 bit. Kondisi
ini dibandingkan dengan kondisi awal ketika pengiriman dilakukan 8 paket per
detik dengan ukuran 4000 bit per paket. Untuk membandingkannya, parameter,
throughput,utilization dan media access delay digunakan.

Simulasi dilakukan dengan mengubah jumlah node dari 2 hingga 40 node
dengan lompatan 2. Untuk masing-masing jumlah node, simulasi dilakukan 69
kali dengan durasi simulasi 100 detik. Pembangkitan trafik dilakukan secara
uniform. Nilai threshold RTS/CTS adalah 8 bit. Kecepatan transmisi 802.11b
yang diuji adalah 2 Mbps dan 5,5 Mbps, sementara untuk 802.11g adalah 6, 9 dan
12 Mbps.
Setelah simulasi dijalankan data berupa media access delay throughput dan
utilization dianalisis dan dibandingkan. Akhirnya ditarik kesimpulan dari pola
data yang diperoleh untuk menggambarkan pengaruh transport layer buffering.

3.2 Spesifikasi Perangkat Penelitian
Adapun spesifikasi perangkat penelitian yang digunakan pada penelitian
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

18
Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan simulasi Tugas Akhir
ini adalah sebuah laptop Sony Vaio model SVE14AA11W dengan spesifikasi

sebagai berikut:


Processor : Intel® Core™ i5-2450M CPU @ 2.50GHz (4 CPUs), 2.5Ghz.



Memory : 4096 MB RAM.



Operating System : Windows 7 Home Premium 64 Bit.

3.2.2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan simulasi Tugas Akhir ini
adalah :


NetBeans IDE 8.2.




Pamvotis 1.1.

3.3 Langkah Pelaksanaan Simulasi
Pada saat penelitian dilakukan modifikasi parameter delay yang disebabkan
adanya buffering. Nilai media access delay karena buffering pada transport layer
didekati dengan persamaan logika bahwa packet generation rate 8 paket per detik
diubah menjadi 4 paket per detik. Sehingga terdapat penambahan delay di 4 paket
yang digabung ke 4 paket lainnya. Penambahan delay masing-masing paket
adalah 1/8 detik. Nilai ini dimasukkan dalam pembangkitan perhitungan delay
seperti ditunjukkan pada Persamaan 3.1.
Media access delay =

� � +� ̅ + �
−�� � +� � / �+

……………………….. (3.1)

19

Universitas Sumatera Utara

Adapun snapshot perubahan kode pada file Pamvotis: Simulator.java
ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Snapshot perubahan delay
Sementara perubahan parameter simulasi dilakukan pada file jar yang terbentuk
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3. Parameter- parameter yang diatur adalah
simulation time, teknologi multiple access, standart fisik IEEE 802.11, jumlah
node, packet size, dan packet generation size.

Gambar 3.3 Tampilan file jar

20
Universitas Sumatera Utara

Setelah seluruh parameter telah disimulasikan dengan beberapa perubahan
packet size dan packet generation rate. Selanjutnya semua hasil receiver output
dari setiap kondisi dianalisis untuk memperoleh nilai throughput, utilization dan
media access. Kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui

perbedaan pada setiap kondisi terhadap perubahan jumlah node, packet size dan
packet generation rate. Diagram alir simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.3.
A

Mulai
Tidak
Ya
Ubah Packet Generation Rate ?

Masukkan Parameter Simulasi

B

Tidak
Ya

Tentukan Jumlah Node

F


Ubah Packet Size ?

C

Tidak

Tentukan Jenis Standar Fisik
IEEE 802.11

E

Tentukan Teknologi Multiple
Access IEEE 802.11

D

Tentukan Packet Size

C


Ya
Ubah Teknologi Multiple
Access IEEE 802.11 ?

D

Tidak

Ubah Standar Fisik IEEE
802.11 ?

Ya
E

Tidak

Tentukan Packet Generation
Rate

Jalankan Simulasi


Rekam Hasil Output

B

Ya
Ubah Jumlah Node ?

F

Analisis Nilai Throughput, Utilization, dan
Media Access Delay

Analisis Nilai
Throughput, Utilization,
dan Media Access
Delay dalam bentuk
grafik

A

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir pelaksanaan simulasi

21
Universitas Sumatera Utara

3.4 Parameter Umum Simulasi
Parameter umum simulasi adalah asumsi penulis yang diperlukan untuk
simulasi agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat terlaksana. Adapun parameter
trafik dan input yang diperlukan pada simulasi ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Umum Simulasi
No

Parameter

Nilai

1


Seed

69

2

Time Simulation (Sec)

100

3

Number of values per statistic

100

4

Access Mechanism

RTS/CTS

5

RTS Threshold (bits)

8

6

Packet Length Distribution

Uniform

7

Packet Generation Rate Distribution

Uniform

3.5

Skenario Pengujian Dan Pemodelan
Fokus dari Tugas Akhir ini adalah untuk melakukan analisis pengaruh

transport buffering terhadap kinerja jaringan IEEE 802.11. Prinsip transport
buffering ini juga telah dilakukan oleh Naemah dan Suherman [15], namun kajian
terbatas pada konsumsi daya pada jaringan 802.16. Pada penelitian ini, trafik yang
digunakan adalah trafik uniform dengan bit rate 32 kbps. Sistem yang
menggunakan buffering menggabungkan 2 paket yang bersebelahan menjadi 1
paket akan mengirimkan data sebanyak 8.000 bit/paket dengan rate 4 paket/detik.
Kinerjanya dibandingkan dengan sistem tanpa buffering yang mengirimkan data
sebanyak 4.000 bit/paket dengan rate 8 paket/detik. Bit rate trafik sama-sama 32

22
Universitas Sumatera Utara

kbps. Trafik dengan dan tanpa buffering tetap memiliki bit rate yang sama, namun
memiliki pola yang berbeda. Gambar 3.5 menunjukkan sampel pola trafik dengan
dan tanpa buffering. Buffering menyebabkan jumlah frekuensi pengiriman
berkurang, namun kapasitas pengiriman yang bertambah.

Tanpa Buffering

Dengan Buffering

8000

Kapasitas ( bit)

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
10
10.5

0

Waktu (detik)

Gambar 3.5 Pola trafik tanpa dan dengan buffering
Analisis dilakukan terhadap penambahan jumlah node dari 2 node sampai 40
node dengan cara mengganti node dari 2, 4, 6, dan seterusnya sampai node 40.
Simulasi dilakukan sebanyak 20 kali simulasi untuk satu jenis standar fisik IEEE
802.11, satu data rate, satu jenis packet size dan satu jenis packet generation rate.
Nilai data rate yang digunakan pada simulasi ini untuk tiap – tiap physical layer
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Rate simulasi

Physical Layer

Data Rate

IEEE 802.11b

2 Mbps

5.5 Mbps

-

IEEE 802.11g

6 Mbps

9 Mbps

12 Mbps

23
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISIS DATA

4.1 Hasil Simulasi
Setelah melakukan simulasi dengan menggunakan Pamvotis 1.1, diperoleh nilai
media access delay dalam millisecond (ms), throughput dalam kilo bit per sekon
(kbps), dan utilization dalam persen (%).

4.2.1 IEEE 802.11b
Standar IEEE 802.11b dievaluasi dengan menggunakan data rate
maksimum 2 Mbps dan 5.5 Mbps, dengan teknologi multiple access RTS / CTS,
dan dengan nilai threshold 8 bit.

4.2.1.1 IEEE 802.11b dengan bit rate 2 Mbps
IEEE 802.11b akan dilakukan pengujian dengan data rate 2 Mbps
menggunakan teknologi RTS / CTS untuk mendapatkan parameter kinerja jaringan
yang diinginkan.

a. Media Access Delay (msec)
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan kenaikan
media access delay. Kedua data menunjukkan kenaikan media access delay yang
hampir sama sampai jumlah node 26 namun kemudian, tanpa buffering, nilai delay
naik secara signifikan sampai 1000 persen hingga node ke-40 dengan nilai media
access delay sebesar 32.36375 msec pada node ke-40. Sementara buffering mampu

24
Universitas Sumatera Utara

menekan kenaikan hingga hanya 400 persen hingga node ke-40 dengan media access
delay sebesar 83.173 msec pada node ke-40.

Media Access Delay (mse)

32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.1 Karakteristik media access delay (msec)

b. Throughput (kbps)
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan throughput
yang bervariasi. Kedua data menunjukkan throughput yang hampir sama sampai
jumlah node 30 namun kemudian, tanpa buffering, nilai throughput mulai menurun
pada node 32 sampai node 40, sementara buffering mampu menjaga nilai throughput
tidak menurun sampai jumlah node 40.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

35
Throughput (kbits/s)

30
25
20
15
10
5
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.2 Karateristik Throughput (kbps)

25
Universitas Sumatera Utara

c. Utilization (%)
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan utilization
yang konstan hingga node 30. Kedua data menunjukkan utilization yang hampir sama
sampai jumlah node 30 namun kemudian, tanpa buffering, nilai utilization turun
sementara buffering mampu menajaga nilai utilization tetap konstan sampai jumlah
node 40.

Utilization %

32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Node

Gambar 4.3 Karakteristik utilization (%)

4.2.1.2 IEEE 802.11b dengan 5.5 Mbps
IEEE 802.11b akan dilakukan pengujian dengan data rate 5.5 Mbps
menggunakan teknologi RTS / CTS untuk mendapatkan parameter kinerja jaringan
yang diinginkan.

a. Media Access Delay (msec)
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan kenaikan
media access delay. Kedua data menunjukkan kenaikan media access delay yang
signifikan namun kemudian tanpa buffering nilai media access delay lebih besar
nilainya dibandingkan dengan buffering yang mampu menekan nilai media access
delay lebih kecil untuk jumlah node 40.

26
Universitas Sumatera Utara

32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

3.5

Media Access Delay (mse)

3
2.5
2

1.5
1

0.5
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.4 Karakteristik media access delay (msec)

b. Throughput (kbps)
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan throughput
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.5, tampak 802.11b dengan buffering
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 12, 16, 30, 34 dan 36
yang lebih rendah. Secara rata-rata, buffering menghasilkan throughput 31.993 kbps,
lebih tinggi 0.01236171 % dari tanpa buffering yang hanya bernilai 31.9535 kbps.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

32.4
Throughput (kbits/s)

32.2
32
31.8
31.6
31.4
31.2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.5 Karateristik throughput (kbps)

27
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.6 menunjukkan nilai throughput rata-rata pada pengujian dengan
data rate 5.5 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11 b.

32

Throughput (kbits/s)

31.99
31.98
31.97
31.96
31.95
31.94
31.93
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.6 Throughput (kbps) rata-rata

c. Utilization (%)
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan utilization
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.6, tampak 802.11b dengan buffering
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 12, 14, 16, 30, dan 36
yang lebih rendah. Secara rata-rata, buffering menghasilkan utilization 0.005817 %,
dari tanpa buffering yang hanya bernilai 0.005802 %.

28
Universitas Sumatera Utara

32 kbps Dengan Buffering
0.59

Utilization %

0.585
0.58
0.575
0.57
0.565
0.56
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Node

Gambar 4.7 Karakteristik utilization (%)

Gambar 4.8 menunjukkan nilai utilization rata-rata pada pengujian dengan
data rate 5.5 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11 b.
0.00582

Utilization (%)

0.005815
0.00581
0.005805
0.0058
0.005795
0.00579
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.8 Utilization (%) rata-rata

4.2.2 IEEE 802.11g
Pada Tugas Akhir ini, standar IEEE 802.11g menggunakan data rate 6
Mbps, 9 Mbps dan 5.5 Mbps dengan teknologi multiple access yaitu RTS / CTS.
29
Universitas Sumatera Utara

4.2.2.1 IEEE 802.11g dengan 6 Mbps
IEEE 802.11b akan dilakukan pengujian dengan data rate 6 Mbps
menggunakan teknologi RTS / CTS untuk mendapatkan parameter kinerja jaringan
yang diinginkan.

a. Media Access Delay (msec)
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan kenaikan
media access delay . Kedua data menunjukkan kenaikan media access delay yang
konstan namun kemudian tanpa buffering

nilai media access delay lebih kecil

nilainya dibandingkan dengan buffering yang nilai media access delay lebih besar
untuk jumlah node 40.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

1.4

Media Access Delay (msec)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.9 Karateristik media access delay (msec)

b. Throughput (kbps)
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan throughput
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.8, tampak 802.11g dengan buffering tidak

30
Universitas Sumatera Utara

mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 4, 20, 22, 26, 28, 30,
34, 36 dan 40 yang lebih tinggi. Secara rata-rata, buffering menghasilkan throughput
31.95 kbps lebih kecil 0.1524257 % dari tanpa buffering yang hanya bernilai 31.9987
kbps.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

32.6
32.4
Throughput (kbits/s)

32.2
32
31.8
31.6
31.4
31.2
31
30.8
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.10 Karakteristik throughput (kbps)
Gambar 4.11 menunjukkan nilai throughput rata-rata pada pengujian dengan
data rate 6 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11 b.
32.01

Throughput (kbits/s)

32
31.99
31.98
31.97
31.96
31.95
31.94
31.93
31.92
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.11 Throughput (kbps) rata-rata

31
Universitas Sumatera Utara

g. Utilization (%)
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan utilization
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.9, tampak 802.11g dengan buffering tidak
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 4, 6, 22, 28, 30, 34, 36
dan 40 yang lebih tinggi. Secara rata-rata, buffering menghasilkan utilization
0.005328 %, lebih kecil dari tanpa buffering yang hanya bernilai 0.005336 %.
32 kbps Dengan Buffering
0.545

Utilization %

0.54
0.535
0.53
0.525
0.52
0.515
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Node

Gambar 4.12 Karakteristik utilization (%)
Gambar 4.13 menunjukkan nilai utilization rata-rata pada pengujian dengan
data rate 6 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11 b.
0.005338
0.005336

Utilization (%)

0.005334
0.005332
0.00533
0.005328
0.005326
0.005324
0.005322
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.13 Utilization (%) rata-rata

32
Universitas Sumatera Utara

4.2.2.2 IEEE 802.11g dengan 9 Mbps
IEEE 802.11g dilakukan pengujian dengan data rate 9 Mbps menggunakan
teknologi RTS / CTS untuk mendapatkan parameter kinerja jaringan yang diinginkan.

a. Media Access Delay (msec)
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan kenaikan
media access delay. Kedua data menunjukkan kenaikan media access delay yang
konstan namun kemudian tanpa buffering

nilai media access delay lebih kecil

nilainya dibandingkan dengan buffering yang nilai media access delay lebih besar
untuk jumlah node 40.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

1
0.9
Media Access Delay (msec)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.14 Karakteristik media access delay (msec)

b. Throughput (kbps)
Gambar 4.16 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan throughput
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.11, tampak 802.11g dengan buffering tidak
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 8, 12, 16, 18, 20, 22,

33
Universitas Sumatera Utara

26 dan 32 yang lebih tinggi. Secara rata-rata, buffering menghasilkan throughput
31.9424 kbps, lebih kecil % dari tanpa buffering yang hanya bernilai 31.998 kbps.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

32.6

Throughput (kbits/s)

32.4
32.2
32
31.8
31.6
31.4
31.2
31
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.15 Karakteristik throughput (kbps)
Gambar 4.16 menunjukkan nilai throughput rata-rata pada pengujian dengan
data rate 9 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11g.
32.01
32

Throughput (kbis/s)

31.99
31.98
31.97
31.96
31.95
31.94
31.93
31.92
31.91
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.16 Throughput (kbps) rata-rata

g. Utilization (%)
Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan utilization
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.12, tampak 802.11g dengan buffering

34
Universitas Sumatera Utara

mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 2, 6, 10, 28, 30, 34,
dan 40 yang lebih rendah. Secara rata-rata, buffering menghasilkan utilization
0.005554 %, lebih besar dari tanpa buffering yang hanya bernilai 0.005551 %.

Utilization %

32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

0.362
0.36
0.358
0.356
0.354
0.352
0.35
0.348
0.346
0.344
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Node

Gambar 4.17 Karakteristik utilization (%)

Gambar 4.18 menunjukkan nilai utilization rata-rata pada pengujian dengan
data rate 9 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11g.
0.003554
0.0035535

Utilization (%)

0.003553
0.0035525
0.003552
0.0035515
0.003551
0.0035505
0.00355
0.0035495
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.18 Utilization (%) rata-rata

35
Universitas Sumatera Utara

4.2.2.3 IEEE 802.11g dengan 12 Mbps
IEEE 802.11g akan dilakukan pengujian dengan data rate 12 Mbps
menggunakan teknologi RTS / CTS untuk mendapatkan parameter kinerja jaringan
yang diinginkan.

a. Media Access Delay (msec)
Gambar 4.19 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan kenaikan
media access delay. Kedua data menunjukkan kenaikan media access delay yang
konstan namun kemudian tanpa buffering

nilai media access delay lebih kecil

nilainya dibandingkan dengan buffering yang nilai media access delay lebih besar
untuk jumlah node 40.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Media Access Delay (msec)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.19 Karateristik Media access delay (msec)

b. Throughput (kbps)
Gambar 4.20 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan throughput
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.11, tampak 802.11g dengan buffering tidak
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 8, 12, 16, 18, 20, 22,

36
Universitas Sumatera Utara

26 dan 32 yang lebih tinggi. Secara rata-rata, buffering menghasilkan throughput
31.99 kbps, lebih kecil % dari tanpa buffering yang hanya bernilai 31.9826 kbps.
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

32.5

Throughput (kbits/s)

32
31.5
31
30.5
30
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Jumlah Node

Gambar 4.20 Karakteristik throughput (kbps)

Gambar 4.21 menunjukkan nilai throughput rata-rata pada pengujian dengan
data rate 12 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11g.

31.992

Throughput (kbits/s)

31.99
31.988
31.986
31.984
31.982
31.98
31.978
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.21 Throughput (kbps) rata-rata

37
Universitas Sumatera Utara

c. Utilization (%)
Gambar 4.22 menunjukkan bahwa pertambahan node menghasilkan utilization
rata-rata yang bervariasi. Dari Gambar 4.15, tampak 802.11g dengan buffering tidak
mendominasi nilai yang lebih tinggi. Hanya pada jumlah node 2, 6, 10, 28, 30, 34, 36
dan 40 yang lebih tinggi. Secara rata-rata, buffering menghasilkan utilization
0.002665%, lebih kecil dari tanpa buffering yang hanya bernilai 0.002663%.

32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

0.275

Utilization %

0.27
0.265
0.26
0.255
0.25
0.245
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Node

Gambar 4.22 Karakteristik utilization (%)
Gambar 4.23 menunjukkan nilai utilization rata-rata pada pengujian dengan
data rate 12 Mbps pada standar jaringan IEEE 802.11g.
0.002665

Utilization (%)

0.0026645

0.002664

0.0026635

0.002663

0.0026625
32 kbps Dengan Buffering

32 kbps Tanpa Buffering

Gambar 4.23 Utilization (%) rata-rata
38
Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil pada Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Pada standar fisik IEEE 802.11b dan IEEE 802.11g, penambahan jumlah
node mengakibatkan media access delay semakin besar secara signifikan
dan mengakibatkan nilai yang bervariasi untuk setiap parameter
throughput dan utilization.
2. Pengaruh buffering pada standar fisik IEEE 802.11b mengakibatkan media
access delay mampu ditekan sebesar 13.99 % hingga 61.1 % untuk data rate
2 Mb/s dan 2.39 % hingga 29.12 % untuk data rate 5.5 Mb/s dengan jumlah
node 40. Sementara penggunaan buffering pada standar fisik IEEE 802.11g
tidak mampu menekan media access delay. Sehingga dapat disimpulkan

penggunaan buffering dapat memperkecil media access delay pada standar
fisik IEEE 802.11b dan tidak mampu memperkecil media access delay
pada IEEE 802.11g.
3. Pengaruh buffering pada standar fisik IEEE 802.11b dapat menambah
throughput rata-rata sebesar 0.12 % hingga 2.16 % untuk data rate 2 Mb/s
dan 0.22 % hingga 1.55 % untuk data rate 5.5 Mb/s dengan jumlah node
40. Sementara pengaruh buffering pada standar fisik IEEE 802.11g dapat
menambah throughput rata-rata sebesar 0.22 % hingga 1.55 % untuk data
rate 6 Mb/s dan 0.024 % hingga 1.58 % untuk data rate 12 Mb/s akan

39
Universitas Sumatera Utara

tetapi untuk data rate 9 Mb/s, buffering tidak dapat memperbesar
throughput. Sehingga dapat disimpukan penggunaan buffering dapat
memperbesar throughput pada standar fisik IEEE 802.11b dan IEEE
802.11g kecuali pada data rate 9 Mb/s.
4. Pengaruh buffering pada standar fisik IEEE 802.11b dapat menambah
utilization rata-rata sebesar 0.05 % hingga 2.25 % untuk data rate 2 Mb/s
dan 0.103 % hingga 1.63 % untuk data rate 5.5 Mb/s dengan jumlah node
40. Sementara pengaruh buffering pada standar fisik IEEE 802.11g dapat
menambah utilization rata-rata sebesar 0.08 % hingga 2.08 % untuk data
rate 9 Mb/s akan tetapi untuk data rate 6 dan 12 Mb/s, buffering tidak
dapat memperbesar utilization.
5. Secara

keseluruhan

dapat

disimpulkan

penggunaan

buffering

mengakibatkan perbedaan beberapa parameter yang dikaji dibandingkan
dengan tanpa penggunaan buffering.

5.2 Saran
Adapun beberapa saran dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji pada standar fisik IEEE 802.11
lainnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji pada teknologi multiple access
lainnya.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji pada parameter yang berbeda.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji dengan memperbanyak jumlah
node.

40
Universitas Sumatera Utara