516366186.doc 423.06KB 2015-10-12 00:17:56

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGEMBANGAN PENGGUNAAN MOSQUITRAP-ATRAKTAN BIR
PALA (Myristica fragrans-houtt) SEBAGAI PENGENDALI POPULASI
VEKTOR Anopheles Sp. GUNA MENGURANGI PREVALENSI
PENYAKIT MALARIA DI KECAMATAN LENGKONG KABUPATEN
SUKABUMI
BIDANG KEGIATAN
PKM PENGABDIAN MASYARAKAT

Diusulkan Oleh

Sartikah

6411412048

2012/2013

Sri Komalasari

6411412049


2012/2013

Puji Widiyastuti

6411412065

2012/2013

Sri Rizki Nofitasari

7101413373

2013/ 2014

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan


2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/ Institusi/ Politeknik
e. Alamat Rumah dan No. Hp

4.
5.

6.
7.

f. Alamat email
Anggota Pelaksana kegiatan/ Penulis
Dosen pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN

c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
b. Sumber lain
Jangka Waktu Pelaksanaan

Menyetujui
Ketua Jurusan IKM

: Pengembangan Penggunaan
Mosquitrap- Atraktan Bir Pala
(Myristica fragrans- hout) sebagai
Pengendali populasi Vektor Malaria
(Anopheles Sp.) guna Mengurangi
Kejadian Penyakit Malaria di
Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi.
: PKM- M
: Sartikah
: 6411412048

: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Universitas Negeri Semarang
: Jalan Amangkurat I RT 18 RW 05
Desa Pesarean Kecamatan
Adiwerna
Kabupaten Tegal, 085786131473
: sartikah@rocketmail.com
:: Nur Siyam, S.KM
::: Rp 8.672.500,: : 3 bulan
Semarang, 14 Juni 2014
Ketua Pelaksana Kegiatan

Dr. dr. Oktia Woro K.H, M.Kes.
NIP. 195910011987032001
Pembantu Rektor Bd. Kemahasiswaan
Universitas Negeri Semarang

_ _ Sartikah_ ___
NIM. 6411412048
Dosen Pendamping


Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.
NIP 19620508 198803 1 002

Nur Siyam
_
NIP 19870522 201303 2 112

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
RINGKASAN ...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1

Latar Belakang ................................................................................1

1.2


Rumusan Masalah ...........................................................................4

1.3

Tujuan..............................................................................................5

1.4

Kondisi Khalayak Sasaran ..............................................................5

1.5

Luaran Yang Diharapkan ................................................................6

1.6

Manfaat ...........................................................................................6

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN .....................7
BAB III METODE PELAKSANAAN ..........................................................9

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14

RINGKASAN
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil. Berdasarkan rekapitulasi Dinas Kesehatan Provinsi Barat Tahun
2007 terdapat kasus Malaria dengan gejala 24.696 dan yang positif malaria
sebanyak 184 (0,75%). API Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004 sebesar 4,77
per 1000 penduduk. Dari 54 kecamatan yang ada di wilayah kerja ada 11
kecamatan yang melaporkan kasus malaria, tetapi dari 11 kecamatan itu hanya dua
kecamatan yang paling tinggi yaitu Kecamatan Lengkong dan Simpenan.
Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi terkenal dengan daerah yang
endemis malaria. Insiden terjadinya penyakit malaria dilaporkan antara satu
hingga tiga kasus setiap bulannya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
cukup tinggi. Program pengendalian vektor (nyamuk Anopheles) melalui fogging
tidak pernah dilakukan sejak dua dekade terakhir (terakhir 1980an) padahal angka
kejadian infeksi malaria masih tinggi. Program pembagian kelambu juga tidak
memberikan dampak yang cukup signifikan karena distribusi yang tidak merata.
Tingginya angka kejadian malaria juga dipengaruhi oleh minimnya pelayanan

kesehatan di tingkat primer. Berangkat dari masalah ini, perlu solusi efektif dalam
menangani permasalahan masyarakat di daerah Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi terutama dalam pengendalian vektor malaria. Maka dari itu akan
dilakukan adanya pengembangan penggunaan Mosquitrap- Atraktan Bir Pala
(Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali populasi Vektor Malaria
(Anopheles Sp.), sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit malaria,
tentunya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kondisi daerah tersebut yang masih alami banyak menyimpan sejumlah
potensi yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah komoditi utama dari
hasil perkebunan masyarakat yang masih kurang optimal dalam pemanfaatannya.
Solusi yang penulis ajukan adalah penggunaan mosquitrap (mosquito trap) dengan
zat atraktan yang memanfaatkan bahan dasar buah Pala. Mosquitrap merupakan
salah satu program pengendalian vektor berupa alat perangkap nyamuk sebagai
upaya menurunkan populasi vektor penyebab malaria dengan menggunakan zat
atraktan berupa hasil fermentasi buah pala sebagai daya tarik nyamuk malaria.
Program pengabdian masyarakat berhasil dilaksanakan dengan baik.
Jumlah warga yang ikut dalam sosialisasi sebanyak 48 orang. Program diawali
dengan pendekatan kepada warga dengan penyebaran undangan dari rumah ke
rumah. Kemudian sosialisasi dimulai dengan pemberian materi mengenai penyakit
malaria dan simulasi pembuatan Mosquitrap. Evaluasi dilaksanakan satu hari

setelah pelaksanaan dan pada saat monitoring evaluasi program. Hasil yang
didapat warga mulai memahami penyakit malaria dan langkah pencegahannya,
serta sangat antusias dalam menerapkan alat Mosquitrap ini. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan perangkap nyamuk
sebagai pengendali vektor dan serta diperlukan kerjasama antar stakeholder dalam
menangani permasalahan kesehatan di Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi. Diharapkan alat tersebut dapat dipakai oleh masyarakat untuk menjaga
kesehatan lingkungan sekitar, karena manfaat program tersebut untuk kesehatan
bersama.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di
sebagian besar wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah
maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria

merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs),
dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian
insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka
kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP)
menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus
dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi
kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk
terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination
Therapy (ACT). Dan melalui Roll Back Malaria Partnership ditekankan kembali
dukungan tersebut. Karena pentingnya penanggulangan Malaria, maka beberapa
partner internasional salah satunya Global Fund, memberikan bantuan untuk
pengendalian malaria (Kemenkes RI, 2011). Dua ratus enam belas juta kejadian
demam di dunia pada tahun 2010 dikarenakan oleh malaria, dan menyebabkan
655.000 kematian (WHO, 2012). Pada region Asia Tenggara didapatkan 28 juta
kasus infeksi malaria dan 38.000 diantaranya meninggal pada tahun 2010 (WHO,
2012). Untuk Indonesia terdapat 229.819 kasus infeksi malaria pada tahun 2010
yang menyebabkan 2400 kematian pada anak di bawah 5 tahun (WHO, 2012).
Angka kejadian infeksi malaria banyak didapatkan di daerah Indonesia Timur

yaitu Nusa Tenggara Timur 21%, Papua 17,2 %, dan Jawa Tengah 9,8% (Depkes

RI, 2006).
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007
dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API).
Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai
penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan
API. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian
Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa
wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, sedangkan di Jawa-Bali masuk
dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi.
Dalam pengendalian malaria, yang ditargetkan penurunan angka
kesakitannya dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Program eliminasi malaria di
Indonesia

tertuang

dalam

keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No

293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi
dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh
pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030. Status Indonesia masih tahap pertama yaitu
pada eliminasi malaria di DKI, Bali dan Barelang Binkar pada tahun 2010
(Kemenkes RI, 2011).
Dari tahun 2006 – 2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu terjadi di pulau
Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang terjangkit berbeda-beda tiap tahun.
Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat),
NAD dan Sumatera (Sumatera Barat, Lampung) dengan total jumlah penderita
adalah 1.869 orang dan meninggal sebanyak 11 orang. KLB terbanyak di pulau
Jawa yaitu sebanyak 6 kabupaten/kota. (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009)
Salah satu penyebab Kejadian Luar Biasa adalah perubahan lingkungan
dimana tempat perindukan potensial semakin meluas atau semakin bertambah.
Adanya perubahan lingkungan berkait dengan masalah penyebaran malaria seperti
pembangunan proyek konstruksi yang tidak berwawasan lingkungan dan
perubahan iklim setempat.

Penyakit malaria banyak menyerang usia produktif yang dapat
menurunnya tingkat produktivitas. Selain beban sakit dan kematian yang
ditimbulkan, malaria juga telah menyebabkan dampak sosial ekonomi yang besar,
khususnya bagi penduduk miskin didaerah endemis malaria (pujiastuti, 2005).
Data dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007 angka
kesakitan malaria 1,38 per 1000 penduduk. Kasus dengan gejala klinis sebanyak
57.235 yang positif 909 (2%). Dari semua kabupaten yang ada di Jawa Barat,
yang paling tinggi kejadian malaria ada di Kabupaten Sukabumi. Pada tahun 2007
di kabupaten Sukabumi ditemukan kasus Malaria dengan gejala 24.696 dan yang
positif malaria sebanyak 184 (0,75%). API Kabupaten Sukabumi pada tahun2004
sebesar 4,77 per 1000 penduduk. Dari 54 kecamatan yang ada di wilayah kerja
ada 11 kecamatan yang melaporkan kasus malaria, tetapi dari 11 kecamatan itu
hanya dua kecamatan yang paling tinggi yaitu Kecamatan Lengkong dan
Simpenan.
Kecamatan Lengkong merupakan daerah endemis malariaa di kabupaten
Sukabumi. Pada tahun 1994 pada tahun 1994 dan tahun 1998 di kecamatan
Lengkong terjadi KLB. Di kecamatan tersebut ada tiga daerah endemis malaria
yaitu desa Langkapjaya, Desa Cilangkap, Desa Lengkong. Data dari Puskesmas
Lengkong menunjukan kasus positif malaria pada tahun 2006 mencapai 73 kasus
dengan API 4,12%0, kasus menurun pada tahun 2007 signifikansi yaitu 33 kasus
dengan API 1,83%0, pada tahun 2009 kasus positif meningkat 108 kasus dengan
API 5,69%0 ,Pada tahun 2010 menurun menjadi 42 kasus, dan kasus positif pada
tahun 2011 sampai dengan oktober ada 37 kasus.
Kasus malaria di Kecamatan Lengkong berfluktuasi setiap tahunnya. Dari
hasil pencatatan kasus dari puskesmas lengkong dari tahun 2007 sampai 2011
kasus malaria menurun. Walupun kasus mulai menurun, tetapi tetap diwaspadai
kasus malaria kembali. Hasil survei longitudinal bionomik nyamuk (Loka Litbang
P2B2 Ciamis) dan hasil bionomik vektor di kecamatan Lengkong vektor diketahui
nyamuk Anopheles sp dan lainnya.
Maka dari itu peneliti mencoba menrapkan Pengembangan Penggunaan
Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali

populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.) untuk mengurangi kejadian penyakit
Malaria di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi.
Kecamatan Lengkong adalah salah satu daerah di Kabupaten Sukabumi,
provinsi Jawa Barat. Kondisi daerah tersebut, yang masih alami banyak
menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah
hasil perkebunan di daerah tersebut.
Berawal dari masalah tersebut, perlu solusi efektif dalam menangani
permasalahan kesehatan masyarakat di Desa Lengkong terutama dalam
pengendalian

vektor

malaria.

Gagasan

pengembangan

ide

ini

adalah

pengembangan penggunaan mosquitrap (mosquito trap) dengan zat atraktan yang
memanfaatkan bahan dasar buah Pala. Mosquitrap merupakan salah satu program
pengendalian vektor berupa alat perangkap nyamuk sebagai upaya menurunkan
populasi vektor penyebab malaria dengan menggunakan zat atraktan berupa hasil
fermentasi buah pala sebagai daya tarik nyamuk malaria.
Pembuatan mosquitrap ini sederhana, sehingga sangat mudah diterapkan
pada masyarakat desa Lengkong yang memiliki tingkat ekonomi dan pengetahuan
tergolong minim. Mosquitrap dengan zat atraktan buah Pala diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah penyakit malaria yang disebabkan oleh vektor
malaria (Anopheles Sp.) di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
penyakit Malaria beserta pencegahan dan pengendalian?.
b. Bagaimana gambaran masyarakat Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi terjadinya Penyakit Malaria?.
c. Bagaimana cara efektif untuk memberikan informasi tentang kejadian
malaria pada masyarakat di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi?.
d. Bagaimana cara mengajak masyarakat Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi untuk berpartisipasi dalam pengendalian vektor malaria?.
e. Bagaimana cara membuat alat Mosquitrap bir Pala sebagai alat pengendali
vektor malaria?.

f. Bagaimana gambaran dan pola pikir masyarakat tentang alat Mosquitrap
bir Pala sebagai alat pengendali vektor malaria?.
g. Bagaimana penerapan alat pada lingkungan yang rentan terjadi perindukan
vektor malaria?.
1.3 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah :
a. Memberikan

informasi

kepada

masyarakat

Kecamatan

Lengkong

Kabupaten Sukabumi tentang penyakit malaria beserta pengendalian dan
pencegahan.
b. Memberikan petunjuk untuk melakukan hidup yang lebih sehat, agar dapat
terhindar dari penyakit malaria.
c. Memberikan cara pada masyarakat untuk memanfaatkan kekayaan alam
sebagai alat pengendalian vektor penyakit malaria di Kecamatan
Lengkong Kabupaten Sukabumi.
d. Memberikan gambaran dan pola pikir tentang penggunaan alat Mosquitrap
di wilayah wilayah yang rawan sebagai tempat perindukan vector malaria
di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi.
e. Melakukan tindakan bersama untuk merubah dan menciptakan suasana
kehidupan yang lebih sehat dengan pengembangan penggunaan alat
Mosquitrap Pala dalam rangka menurunkan angka kepadatan vektor
malaria dan menurunkan angka kejadian penyakit malaria di Kecamatan
Lengkong Kabupaten Sukabumi.
1.4 Kondisi Khalayak Sasaran
Pengabdian ini membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang ada di Desa
Lengkong Kabupaten Sukabumi, demi berjalannya keadaan lingkungan yang
sehat serta terhindar dari serangan penyakit malaria. Masyarakat sangat mudah
terkena penyakit malaria ditunjang dengan kondisi lingkungan, adanya tempat
perindukan dan penerbangan hutan. Kecamatan Lengkong merupakan daerah
yang berbukit bukit ,sehingga sebagian masyarakat bercocok tanam di daerah
persawahan yang terasering dan tidak seragam dalam bercocok tanam. Kondisi
sangat memungkinkan untuk menjadi tempat perindukan (breading place)
nyamuk malaria. Penduduk dengan mobilitas yang makin tinggi seperti misalnya

penduduk kecamatan Lengkong banyak yang mencari pekerjaan keluar daerah
(luar jawa) sebagai pekerja musiman penambang mas, dimana daerah yang
dikunjunginya itu adalah daerah endemis malaria.
Mengingat terjadinya kejadian penyakit malaria, penulis menerapkan
program pengendalian vektor malaria dengan memanfaatkan kekayaan yang ada
di daerah tersebut yaitu pala sebagai alat perangkap vektor malaria. Sehingga
menurunkan angka kejadian malaria, maka akan tercipta kondisi lingkungan yang
sehat dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam program ini
tentunya masyarakat harus dilatih pembuatan alat dan penggunaan serta
dilakukannya kebiasaan masyarakat agar selalu melaksanakan program tersebut.
1.5 Luaran Yang diharapakan
Luaran yang diharapkan dari masyarakat di Desa Lengkong Kabupaten
Sukabumi adalah mampu menerapkan apa yang telah diberikan pada saat
pelatihan pembuatan Penggunaan Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica
fragrans- hout) sebagai Pengendali populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.) guna
Mengurangi Kejadian Penyakit Malaria. Sehingga dapat memberdayakan
kekayaan alam yang ada dan melatih masyarakat untuk kreatif serta dapat
menciptakan manfaat untuk seluruh masyarakat didaerah tersebut. Diharapkan
program tersebut masyarakat dapat menyalurkan atau dapat berbagi serta
mengembangkan program tersebut dalam kehidupannya secara terus menerus,
sehingga tercipta lingkungan yang sehat tanpa adanya vektor malaria yang
berkeliaran di tempat tersebut.
1.6 Manfaat
Manfaat dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah :
a.

Dapat

meningkatkan

masyarakat

Kecamatan

Lengkong

Kabupaten

Sukabumi tentang penyakit malaria beserta pengendalian dan pencegahan.
b.

Dapat memberikan petunjuk kepada masyarakat untuk melakukan hidup
yang lebih sehat, agar dapat terhindar dari penyakit malaria.

c.

Dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Lengkong
Kabupaten Sukabumi.

d.

Dapat menumbuhkan daya kreativitas masyarakat untuk memanfaatkan
kekayaan alam untuk dijadikan alat pengendali vektor malaria.

e.

Dapat

melakukan

kerjasama

untuk

membudayakan

pengembangan

penggunaan alat Mosquitrap Pala sebagai pengendali vektor.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Kecamatan Lengkong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Sukabumi dengan luas wilayah 14.303,50 Ha, yang terdiri dari 5 desa, 22 kadus
48 RW, 174 RT. Adapun desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan lengkong
yaitu :
1. Desa Langkapjaya dengan luas wilayah 2.564,50 Ha.
2. Desa Cilangkap dengan luas wilayah 4.905,70 Ha.
3. Desa Lengkong dengan luas wilayah 1.966,60 Ha.
4. Desa Tegallega dengan luas wilayah 1.886,70 Ha.
5. Desa Neglasari dengan luas wilayah 3.000 Ha.
Kecamatan Lengkong berbatasan dengan :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kalibunder.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Warungkiara.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jampang Tengah.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpenan.
Sebagian besar berprofesi sebagai petani dan wiraswasta. Hasil kebun
terutama cengkeh dan buah pala. Kekayaan alam yang melimpah tidak didukung
dengan saran dan prasarana yang memadai. Biaya transportasi yang cukup mahal
menjadi salah satu kendala bagi masyarakat dalam distribusi hasil alam. Kondisi
ini kadang diperparah dengan cuaca buruk.
Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi terkenal dengan daerah yang
endemis malaria. Tidak ada data khusus dari dinas kesehatan setempat yang
melaporkan seberapa banyak masyarakat yang terkena penyakit malaria ini,
namun berdasarkan keterangan warga, hampir setiap bulannya ada sekitar satu
sampai tiga kasus penyakit malaria dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
masih tinggi. Perhatian dari pemerintah daerah tergolong minim. Program
pencegahan malaria dengan fogging terakhir dilakukan pada tahun 1980an,
hampir dua dekade program ini tidak pernah berjalan lagi padahal insiden

terjadinya penyakit hingga saat ini masih tinggi. Program pemerintah terbaru
berupa pembagian kelambu, tidak efektif menurut warga karena banyak warga
yang tidak mendapatkan distribusi kelambu secara merata, sehingga program ini
tetap tidak memberikan dampak positif yang cukup signifikan. Tingginya angka
morbiditas dan mortalitas juga dipengaruhi oleh minimnya tenaga pelayan
kesehatan dalam memberikan pertolongan pertama penanganan malaria.
Maka dari itu program pengendalian vektor malaria sangat diperlukan untuk
menurunkan angka kejadian penyakit malaria di Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi. Hal tersebut tentunya melalui beberapa langkah yang akan dilakukan
oleh masyarakat, demi terwujudnya meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Pertama adanya penyuluhan, penyuluhan sebanyak dua tahap, tahap pertama
adalah tentang malaria, cara penanggulangan, pengendalian, dan pencegahannya.
Penyampaian materi tentang materi dengan ceramah dan tanya jawab dan
peragaan, dilanjutkan praktek pembuatan Mosquitrap- Atraktan Bir Pala di
dampingi oleh para kader yang sudah terlatih.
Evaluasi dilakukan untuk melihat perbedaan adanya penurunan angka
kejadian penyakit malaria di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi antara
sebelum dan sesudah diterapkannya Pengembangan Penggunaan MosquitrapAtraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali populasi Vektor
Malaria (Anopheles Sp.).
Gambar 2.1 Berikut gambar Peta Kasus Malaria :

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Perencanaan Pelaksanaan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini tentunya melalaui beberapa
tahap sebagai berikut :
1.

Sosialisasi
Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan agar masyarakat dapat

berpartisipasi

dalam

menjalankan

program

pengembangan

penggunaan

Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali
populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.) guna Mengurangi Kejadian Penyakit
Malaria di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi.
2.

Penyuluhan
Dalam Penyuluhan masyarakat akan di berikan informasi tentang hal hal

yang berkaitan dengan penyakit malaria, mulai dari faktor faktor yang
menyebabkan sampai pencegahan dan penanggulangannya. Serta diberikan
petunjuk tentang pembuatan alat untuk pengendalian vektor malaria.
3.

Pelatihan dan praktek
Di dalam pelatihan ini masyarakat akan diajarkan cara membuat

Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali
populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.), setelah itu akan dilakukannya praktek
penerapan dalam lingkungan, sehingga masyarakat dapat menjalankan program
tersebut dengan sendirinya.
4.

Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat perbedaan adanya penurunan

angka kejadian penyakit malaria di Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi
antara

sebelum

dan

sesudah diterapkannya

Pengembangan

Penggunaan

Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout) sebagai Pengendali
populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.).
3.2 Pembuatan Alat

Pembuatan Mosquitrap yang diajukan penulis yaitu menggunakan bahan
berupa botol bekas ukuran 1,5 liter yang dipotong bagian atasnya. Penambahan
kain hitam dimaksudkan sebagai atraktan fisik bagi nyamuk. Pembuatan
mosquitrap ini sederhana sehingga sangat mudah diterapkan. Apalagi alat dan
bahan dasar berasal dari kekayaan alam.
Pelaksana menggunakan bahan dasar buah pala yang difermentasikan
dengan ragi Saccharomyces cereviseae, sehingga dihasilkan gas karbondioksida
dan amonia sebagai senyawa atraktan nyamuk. Hasil yang diperoleh (nyamuk
yang terperangkap) diindentifikasi dengan mencocokkan dengan morfologi
nyamuk Anopheles sp., Culex sp., dan Aedes sp. dengan studi literatur.
Perbandingan banyaknya nyamuk yang terperangkap dinyatakan dalam tiga
kategori sedikit (+) atau kurang dari 10 nyamuk, banyak (++) lebih dari 50
nyamuk, dan sangat banyak (+++) lebih dari 100 nyamuk. Hasil diidentifikasi dan
dihitung setelah 2 minggu alat di pasang.
Fermentasi buah pala dilakukan dengan perbandingan konsentrasi pala dan
air dalam 3 kondisi, dan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Banyak dan Spesies Nyamuk yang terperangkap (dalam 1 liter bahan)
No.
1.
2.
3.

Atraktan
Pala : Air
Pala : Air
Air Biasa (Kontrol)

Perbandingan
1:1
2:1
-

Hasil
+
+++

Spesies Tertangkap
Aedes sp., Culex sp.
Anopheles sp., Culex

-

sp., Aedes sp.
-

Keterangan :
(+) sedikit
(++) banyak
(+++) sangat banyak
Dalam total 1000 ml bahan, perbandingan buah pala dengan jumlah air
yang paling efektif adalah 2 : 1 (666,67 ml ekstrak buah pala dan 333,33 ml total
air). Perbandingan 1:1 tetap memberikan hasil adanya sedikit nyamuk didalam
perangkap, dan Air biasa dipakai sebagai kontrol. Perlakuan diulang 2 kali dengan
jarak pemakaian alat 2 minggu sekali. Hasil yang berbeda ini dikarenakan
intensitas bau yang dihasilkan atraktan pada perbandingan ini lebih kuat. Namun

seberapa tinggi kadar senyawa atraktan yang dihasilkan masih perlu penelitian
lebih lanjut.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu


Botol plastik berukuran 1,5 liter



Cutter



Kain hitam



Lem.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu


Buah pala



Air bersih



Ragi.

Cara Pembuatan Alat Mosquitrap- Atraktan Bir Pala (Myristica fragrans- hout)
sebagai Pengendali populasi Vektor Malaria (Anopheles Sp.) sebagai berikut :
a. Memotong botol plastik menjadi dua bagian.
b. Mengisi botol dengan larutan atraktan bir pala, kemudian menutup botol
dengan bagian atas botol dengan posisi terbalik.
c. Menempelkan plastik atau kertas hitam dengan lem pada botol yang
menjadi daya tarik bagi nyamuk Anopheles.
d. Memasang mosquitrap di tempat gelap dan ditempatkan di sudut ruangan.

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No
Uraian
Satua
.
n
Bahan habis pakai
1 Buah Pala
35
2 Ragi
20
3 Lem
15
4 Botol Plastik
20
5 Kain hitam
20
6 Lakban
5
7 Plastik putih
2
8 Tali raffia
2
9 Kertas HVS A4
5
10 Catridge Printer (hitam)
1
11 Catridge Printer (warna)
1
12 Tinta Printer Canon
1
(hitam)
13 Tinta Printer Canon
2
Warna
14 Fotokopi data
1
15 Compact Disk (CD)
10
kosong
16 Spidol Snowman
1
Jumlah 1
Peralatan Penunjang PKM
1 Cutter
20
2 Baskom
10
3 Penampungan bir pala
3
4 Alat pengaduk
3
5 Sound
system
dan
1
microphone
6 Sewa laptop
1
7 Sewa infokus
1
8 Sewa kamera digital
1
9 Kartu memori
2
10 Cuci foto
50
11 Flasdisk 8GB
1
Jumlah 2
Akomodasi Tim
1 BBM (2 motor)
15
2 Sewa motor air
1
3 Konsumsi
snack
200

Volume

Harga satuan
(Rp)

Total

Kg
Kg
Kaleng
kg
meter
Gulung
Pack
Pack
Rim
Buah
buah
Botol

7.000
3.500
20.000
10.000
20.000
10.000
15.000
20.000
45.000
170.000
250.000
50.000

245.000
70.000
300.000
200.000
400.000
50.000
15.000
40.000
225.000
170.000
250.000
50.000

Set

130.000

260.000

Buku
Buah

70.000
4.000

70.000
40.000

Kotak

70.000

70.000
2.455.000

Buah
Buah
Set
Buah
set

15.000
20.000
300.000
50.000
150.000

300.000
200.000
900.000
150.000
150.000

Set
Set
set
Buah
Buah
Buah

500.000
200.000
250.000
80.000
1.000
80.000

500.000
200.000
250.000
160.000
50.000
80.000
2.940.000

liter
Buah
Kotak

4.500
300.000
7.000

67.500
300.000
1.400.000

4
5

pelatihan
Konsumsi 6 hari x 3
orang
Penginapan

18
2
Jumlah 3

Org/hr

20.000

360.000

Kmr

200.000

400.000
2.527.500

400.000
50.000
10.000
30.000

400.000
150.000
50.000
150.000

Lain-lain
1 Administrasi Perizinan
2 Pulsa pelaksana
3
Orang
2 Pembuatan laporan
5
Buku
3 Pencetakan
dan
5
Buku
penjilidan laporan
Jumlah 4
Total Biaya yang Diperlukan
4.2

750.000
8.672.500

Jadwal Kegiatan

No
Kegiatan
1 Persiapan kegiatan
2 Koordinasi instansi terkait
dan perizinan
3 Pengumpulan bahan baku
mosquitrap
4 Persiapan Kunjungan
5 Pelaksanaan
sosialisasi
tentang nyamuk malaria dan
solusi yang diajukan
6 Produksi mosquitrap
7 Pemasangan mosquitrap di
rumah warga
8 Penyusunan
laporan
pelaksanaan kegiatan
9 Perbaikan data dan analisis
akhir
10 Penyusunan laporan akhir

Bulan I

DAFTAR PUSTAKA

Bulan II

Bulan III

Arsin. Andi Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi.
Makassar: Masagena Press.
Harijanto, P.N. 2000. Malaria. EGC. Jakarta.
Harminarti, Nora. 2008. Kelambu Celup Permetrin.
repository.unand.ac.id/430/1/Hal_01_Permetrin_-_Judul.doc. Diakses tanggal 14
Juni 2014.
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkm-hiswani11.pdf.
Diakses tanggal14 Juni 2014.
Kementerian

Kesehatan.

Vektor

Malaria

dan

Cara

Pengendaliannya.

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Vektor_Malaria_1.pdf.

Diakses

tanggal 14 Juni 2014.
Kementerian Kesehatan. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta:
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan volume 1.
Marbaniati,dkk.

2010.

http://polatanam.wordpress.com/2008/12/24/pengaruh-

pola-tanam-terhadap-insidens-malaria-di-kabupaten-banjarnegara/.

Diakses

tanggal 14 Juni 2014.
Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

nomor

374/Mekes/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.
Soedarto. 1992. Entomologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Suwasono, Hadi. 1997. Berbagai Cara Pemberantasan Larva Anopheles sp.
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

Dokumen yang terkait