KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA MADRASAH PADA BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK (STUDI KASUS DI MTs NU DAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK) | Shomad | QUALITY 2125 7422 2 PB

QUALITY Vol. 4, No. 2, 2016: 290-309
p-ISSN: 2355-0333, e-ISSN: 2502-8324

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA
MADRASAH PADA BADAN PELAKSANA
PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU
RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG
DEMAK (STUDI KASUS DI MTs NU
DAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN
WEDUNG DEMAK)
Abdul Shomad dan Agus Sunarko
Yayasan Raudlatul Mualimin Wedung Demak
abdulshomad28@yahoo.co.id
Abstrak
Efektifitas madrasah dalam mewujudkan prestasi madrasah masih
rendah. Beberapa hal yang masih muncul dan tidak menggambarkan
semangat perubahan seperti dalam proses pengambilan keputusan
yang kurang melibatkan semua warga madrasah tetapi hanya
mengikuti kehendak pemimpin. Untuk memperbaiki kualitas dalam
suatu organisasi atau madrasah sangat ditentukan oleh mutu
kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui mutu kepemimpinan kepala MTs dan MA NU
Raudlatul Mu’allimin Wedung ditinjau dari 1) tipe kepemimpinan
efektif 2) pengambilan keputusan 3) pengawasan 4) keberhasilan
kepemimpinan.Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.
Sedangkan tehkik pengumpulan data dengan wawancara, observasi,
dokumen. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kepala MTs dan
MA NU Raudlatul Mu’allimin Wedung 1) menggunakan tipe
kepemimpinan demokratis 2). Pengambilan keputusan menggunakan
prinsip musyawarah mufakat 3) Pengawasan setiap hari jam kerja
dengan pengecekan kehadiran guru dan siswa, pemberian motivasi
dan pembinaan 4) Keberhasilan kepemimpinan yang paling menonjol
a) membangun network b) menjaga komunikasi c) kepercayaan
masyarakat meningkat. d) Prestasi siswa meningkat.
Kata kunci: kepemimpinan efektif, kepala madrasah
Abstract
The effectiveness of madrasa in achieving madrasa’s achievement is
still low. Some things that are still emerging and did not represent the

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
spirit of change such as in the decision-making process that less of

involving all of madrasa citizens but simply just follow the will of the
leader. To improve quality within an organization or madrasa is
largely determined by the quality of leadership and effective
management. The purpose of this study is to know the quality of MTs
and MA NU Raudlatul Mu'allimin Wedung principals from 1)
effective leadership type; 2) decision-making; 3) supervision; 4) the
success of leadership. The method used in this research is qualitative
descriptive. The data collection techniques were interviews,
observation, and documents. The results of this study showed that the
principal of MTs and MA NU Raudlatul Mu'allimin Wedung 1)
using a democratic leadership type 2) Decision making use the
principle of consensus 3) Monitoring did daily in working hours by
checking the attendance of teachers and students, motivating and
coaching 4) The most prominent success of the leadership a) build a
network b) maintain communication c) increased public confidence d)
increased student achievement.
Keywords: effective leadership, madrasa principal

A. Pendahuluan
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan secara efektif dan efisien
perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam hal ini, pengembangan sumber daya manusia
merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar
mampu bersaing di era yang kompetitif saat ini.
Kepemimpinan kepala madrasah merupakan salah
satu
komponen yang paling berperan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Hal ini karena ada hubungan antara
keberhasilan mutu pendidikan di madrasah dengan kualitas
kepemimpinan kepala madrasah. Madrasah akan berhasil
apabila madrasah dipimpin oleh kepala madrasah yang
bermutu, begitu juga sebaliknya madrasah kurang berhasil
apabila madrasah yang dipimpin oleh kepala madrasah yang
kurang berkualitas.
Anwar (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan
pendidikan berarti usaha untuk memimpin, mempengaruhi
dan memberikan bimbingan kepada para personil pendidikan
sebagai bawahan agar berbagai tujuan pendidikan dapat
tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan.


291

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
Dari pengertian ini jelas bahwa pemimpin tidak bisa bekerja
sendirian. Tercapainya tujuan organisasi terletak
pada
kemampuan pemimpin mengatur pekerja, peralatan, dan
pekerjaan, agar berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Kemampuan manajerial inilah yang dibutuhkan demi
terwujudnya madrasah efektif dan efesien.
Kepala madrasah dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsinya sebagai pemimpin dan pengelola madrasah harus
memiliki visi dan misi serta strategi manajemen pendidikan
secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Kepemimpinan
adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan
madrasah, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif
merupakan kunci keberhasilan organisasi madrasah. Salah satu
faktor penentu, tinggi rendahnya mutu pendidikan dan
efektifitas madrasah ialah kepemimpinan kepala madrasah. Hal

itu dapat dimengerti karena kepemimpinan bukan hanya
mengambil inisiatif, melainkan bermakna pula kemampuan
manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan menempatkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Kondisi saat ini, efektifitas madrasah dalam
mewujudkan prestasi madrasah masih rendah. Beberapa hal
yang masih muncul dan tidak menggambarkan semangat
perubahan seperti dalam proses pengambilan keputusan yang
kurang melibatkan semua warga madrasah tetapi hanya
mengikuti kehendak pemimpin. Kepemimpinan yang efektif
selalu dikaitkan dengan keberhasilan sebuah madrasah. Ada
korelasi yang signifikan antara peningkatan kerja organisasi
madrasah dengan efektifitas seorang pemimpin. Mulyasa
(2013) mempertegas bahwa upaya memperbaiki kualitas dalam
suatu organisasi atau madrasah sangat ditentukan oleh mutu
kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari
bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan jika pemimpin
atau kepala madrasah benar-benar berkualitas dan berjalan
efektif.
Adapun pengertian kepemimpinan telah banyak sekali

para ahli yang berusaha mendefinisikannya, di antaranya
sebagai berikut:
a. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
dan menggerakkan orang-orang untuk memperoleh
kepatuhan, kepercayaan, respons, dan kerja sama

292

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
untuk menyelesaikan tugas (Saibani dan Sumantri,
2014).
b. Kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk
menanamkan
keyakinan
dan
memperoleh
dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi (Roihani, 2010).
c. Menurut Miftah Toha definisi kepemimpinan secara
luas adalah meliputi kegiatan atau seni untuk

mempengaruhi perilaku orang lain baik perorangan
maupun kelompok (Toha, 1986).
d. Menurut Hadari Nawawi, kepemimpinan berarti
kemampuan menggerakkan memberikan motivasi
dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil
keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan
(Nawawi, 1998).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong,
mengarahkan, dan menggerakkan individu-individu supaya
timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Senada dengan
kesimpulan ini, Kartini Kartono menyebutkan bahwa
kepemimpinan memiliki unsur-unsur antara lain; kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemapuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain dan untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok (Kartono, 2013).

Apabila
pengertian
kepemimpinan
dipadukan
dengan
pengertian pendidikan,
maka
pengertian
kepemimpinan
pendidikan merupakan suatu proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain
yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan
dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran agar kegiatankegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif demi
mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Kepemimpinan
pendidikan juga dapat diartikan sebagai
proses kegiatan usaha mempengaruhi, mengkoordinasi, dan
menggerakkan perilaku orang lain serta melakukan suatu

293


Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan
keberhasilan pendidikan (Engkoswara dan Komariah, 2010).
Kepala madrasah sebagai pemimpin lembaga
pendidikan, terutama pendidikan Islam tidak saja dituntut
untuk menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga
harus terampil dalam menerapkan situasi praktis di lapangan
dan memiliki etos kerja yang tinggi untuk membawa
lembaga pendidikan yang dipimpinnya dan memiliki pengaruh
yang kuat.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, yaitu
menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar
melakukan
tindakan-tindakan yang selalu terarah pada
pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan
oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan
pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya yang
memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe)
kepemimpinannya yang dijalankannya.

Kajian tentang tipologi kepemimpinan pendidikan
sejak dulu masih terbatas pada tipe-tipe kepemimpinan
klasik yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu: 1)
tipe otoriter/otokrasi; 2) tipe laissez faire ; 3) tipe demokratis;
dan 4) tipe Militeristik (Syukur, 2013).
Namun, kajian tipologi kepemimpinan tidak hanya
berhenti pada empat tipe tersebut. Siagian (1989), misalnya,
ia mengklasifikasi tipe pemimpin menjadi lima, yaitu: 1) tipe
otokrasi; 2) tipe militeristis; 3) tipe paternalistik; 4) tipe
karismatik; dan 5) tipe demokratis (Siagian, 2010).
Sementara kata efektif yang berasal dari bahasa inggris
effective yang berarti berhasil atau ditaati (Echols dan Shadily,
2010). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektif
memiliki beberapa arti yaitu ada efeknya, manjur, mujarab,
dapat membawa hasil, berhasil guna, hal mulai berlakunya
(Alya, 2011).
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap
oragnsiasi, kegiatan maupun program. Disebut efektif apabila
tercapai tujuan atau sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Andang yang menyatakan bahwa
efektifitas adalah pengkuran dalam arti memaksimalkan

294

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
segenap potensi dan peluang yang ada untuk menghasilakan
sesuatu yang optimal (Andang, 2014).
Menurut Yukl, dikutip oleh Kompri menyebutkan
bahwa kebanyakan peneliti mengevaluasi efektivitas
kepemimpinan dalam kaitannya dengan konsekuensi dari
tindakan-tindakan pemimpin bagi para pengikut organisasi.
Ukuran yang biasa digunakan mengenai efektifitas
kepemimpinan adalah sejauh mana unit organisasi dari
organisasi tersebut melaksanakan tugasnya secara berhasil dan
mencapai tujuannya. Indikator umum lainnya adalah sikap dari
para pengikut terhadap pemimpin tersebut, seperti rasa suka,
puas, hormat dan kagum kepada pemimpinnya (Kompri, 2015).
Kepemimpinan efektif dalam suatu lembaga menurut
Yukl, dikutip Kompri, yaitu merencanakan dan mengorganisasi
dengan indikator menentuka sasaran dan strategi,
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas,
pemecahan masalah (problem solving) mengidentifikasi masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan, menjelaskan peran dan
sasaran meliputi membagi tugas, memberikan arah tentang
pekerjaan dan mengkomunikasikan pekerjaan, memberi
informasi yaitu membagi informasi yang relevam tentang
keputusan, memantau yaitu mengumpulkan infomasi
mengenai kegiatan kerja dan kondisi eksternal yang
mempengaruhi pekerjaan tersebut, memotivasi dan memberi
inspirasi, mendelegasikan bawahan untuk mempuyai tanggung
jawab, mengembangkan dan membimbing, memberi dukungan
bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar dan membanu
memperlihatkan simpati dan dukungan, mengelola konflik,
membangun jaringan kerja, pengakuan dengan memberi pujian
bagi kinerja yang efektif dan memberi imbalan (Kompri, 2015).
Menurut Veithzal Rivai, dikutip oleh Kompri tidak ada
bentuk formula kepemimpinan efektif. Namun ia menyoroti
sebagai acuan yaitu pelatihan dalam public speaking,
pengambilan
keputusan,
pemecahan
masalah,
dan
meingkatkan keyakinan diri, pilihan gaya sesuai dengan situasi
dan kondisi, dukungan bawahan. Mereka ingin dibutuhkan
sebagai individu yang cakap. Ciptakan suasana yang
mendukung pencapaian pekerjaan dan kebutuha mereka dan
kebutuhan pibadinya dan sifat dasar pekerjaan (Kompri, 2015).

295

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas
dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) yang telah dicapai oleh manajemen yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Efektivitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah yang tidak
hanya bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun. Melainkan
mampu memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau
kekuatan akan tetapi merupakan interaksi aktif antar
komponen yang efektif. Penggunaan gaya kepemimpinan tepat
atau tidaknya gaya tersebut akan disesuaikan dengan situas
dan kondisi dari organisasi yang dijalankan (Adair, 2005).
Kata efektif secara bahasa memiliki arti yaitu taraf atau
tingkat tercapainya suatu tujuan (Pringgodigdo, 1973). Suatu
usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha
atau kegiatan tersebut dapat dan atau selalu mengarah pada
usaha dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan. Mulyasa berpendapat bahwa efektivitas adalah
adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana
suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan
sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional
(Mulyasa, 2013).
Peran kepala madrasah sebagai sentral kepemimpinan
di madrasah sangat menentukan arah madrasah tersebut, maju
atau mundurnya madrasah tersebut bergantung bagaimana
kepala madrasah memainkan perannya sebagai pemimpin.
Seorang pemimpin dituntut untuk dapat mengorganisasikan
lembaga maupun institusinya. Pemimpin harus mampu
menciptakan suasana kerja yang sehat seperti pemeliharaan
kerja sama, sifat ramah-tamah, adanya penghargaan terhadap
usaha-usahanya (Kompri, 2015). Kepala madrasah dalam
melaksanakan tugasnya diharapkan memiliki karakter dan ciri
khas yang mencakup; kepribadian, keahlian dasar, pengalaman
dan pengetahuan profesional, pendidikan dan latihan dan
keterampilan profesional, pengetahuan administrasi dan

296

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
pengawasan kompetensi kepala madrasah (Wahyosumidjo,
2002).
Peneliti terdorong untuk mengupas lebih lanjut tentang
kepemimpinan efektif kepala madrasah di dua lembaga
pendidikan madrasah unggul di Wedung Demak. Kedua
lembaga pendidikan tersebut yang menjadi pilihan peneliti
memiliki latar sejarah dan sistem organisasi yang sama di
bawah naungan Badan Pelaksana Pendidikan (BPP) Ma‘arif NU
Raudlatul Mu‘allimin Wedung adalah MTs NU Raudlatul
Mu‘allimin dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung Demak
yang terletak di Ngawen Wedung Demak yang berada di Kota
Wedung yang berjarak 10 km dari kota Demak.
Efektifitas kepemimipinan di MTs NU Raudlatul
Mu‘allimin dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung Demak
masih mengalami kendala atau problem. Kendala-kendala
tersebut antara lain; kepribadian pemimpin, keterbatasan
administrastif, gaya kepemimipinan yang kurang demokratis
dan lebih cederung otoriter, budaya nepotisme yang belum
hilang, kurangnya koordinasi antara kepala madrasah dengan
guru dan komite, kurangnya tenaga pendidik. Efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dilihat dari empat indikator yaitu tipe
kepemimpinan, pengambilan keputusan, pengawasan dan
indikator ketercapaian tujuan sekolah sebagai prestasi atau
sumbangan yang diberikan oleh kepala madrasah.
Hasil pengamatan sementara, MTs NU dan MA NU
Raudlatul Mu‘allimin Wedung Demak adalah jabatan rangkap
kepala madrasah yang mengakibatkan tidak efektifnya
kepemimpinan kepala madrasah. Kepemimpinan kepala
madrasah hanya dijadikan simbol saja, tipe kepemimpinan
yang dijalankan, pengawasan dan pembinaan kepala madrasah
terhadap guru dan siswa, faktor kedisiplinan warga madrasah.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir ini, melalui efektifitas
kepemimpinan kepala madrasah yang ada sudah mengalami
perubahan untuk meningkatkan mutu madrasah dan menuju
madrasah efektif. Indikasi ini muncul dari keberhasilan siswasiswa MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung
Demak yang nilai UAN rata-rata tinggi dan lulus 100%. Sarana
pendidikan yang makin membaik; ruang kelas yang nyaman,
laboratorium, terakreditasi A. adanya peningkatan kinerja

297

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
guru, kedisiplinan waktu kerja pegawai, tata usaha yang
teratur. Berbagai kenyataan tersebut mengantarkan pada
penilaian terhadap MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin
Wedung Demak sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas,
unggul dan kredibel. Adapun permasalahan dalam penelitian
ini adalah 1) bagaimana tipe kepemimpinan efektif Kepala MTs
NU Raudlatul Mu‘allimin dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin di
BPP Ma‘arif NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung Demak?; 2)
bagaimana pengambilan keputusan Kepala MTs NU Raudlatul
Mu‘allimin dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin di BPP Ma‘arif
NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung Demak?; 3) bagaimana
pengawasan Kepala MTs NU Raudlatul Mu‘allimin dan MA
NU Raudlatul Mu‘allimin di BPP Ma‘arif NU Raudlatul
Mu‘allimin Wedung Demak?; dan 4) bagaimana keberhasilan
Kepala MTs NU Raudlatul Mu‘allimin dan MA NU Raudlatul
Mu‘allimin di BPP Ma‘arif NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung
Demak?.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan sarana
utama bagi penelitian ini, yakni penyajian pandangan subjek
yang diteliti sehingga dapat ditemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan
konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness)
(Mulyana, 2003: 201). Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada (Moleong, 2006: 5). Adapun teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara (isu
pokok yang digali melalui wawancara tentang kepemimpinan
efektif kepala madrasah adalah a) tipe kepemimpinan; b)
pengambilan keputusan; c) pengawasan; d) keberhasilan
kepemimpinan), dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Model
analisis interaktif adalah hubungan percakapan timbal balik
antar peneliti dengan informan untuk menganalisa data jika
terjadi ketidakabsahan. yang mengandung empat komponen
yang
saling
berkaitan,
yaitu:
pengumpulan
data,
penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan
pengajuan simpulan (Sugiyono, 2008).

298

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
B. Pembahasan
1. Tipe Kepemimpinan Kepala MTs NU Raudlatul
Mu’allimin dan MA NU Raudlatul Mu’allimin di BPP
Ma’arif NU Raudlatul Mu’allimin Wedung Demak
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang-orang untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respons, dan kerja sama untuk menyelesaikan
tugas (Saibani dan Sumantri, 2014). Sedangkan menurut
Roihani (2010) kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi,
mendorong,
mengarahkan,
dan
menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama
secara teratur dalam upaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, yaitu
menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar
melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada
pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan
oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan
pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya yang
memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe)
kepemimpinannya yang dijalankannya. Kajian tentang tipologi
kepemimpinan pendidikan sejak dulu masih terbatas pada tipetipe kepemimpinan klasik yang dapat diklasifikasikan
menjadi 4 tipe, yaitu: 1) tipe otoriter/otokrasi; 2) tipe laissez
faire ; 3) tipe demokratis; dan 4) tipe Militeristik (Syukur, 2013).
Seaebani dan Sumantri (2014) menjelaskan keempat tipe
tersebut sebagai berikut. 1) Tipe otokratis. Otokratis berarti
mempunyai sifat memerintah dan menentukan sendiri. Ciriciri dari pemimpin otokratis itu antara lain: a) menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi; b) mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi; c) menganggap bawahan
sebagai alat semata mata; d) tidak mau menerima kritik, saran,
dan pendapat; e) terlalu tergantung pada kekuasaan
formalnya; f) menggunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan. 2) Tipe laissez faire. Laissez
faire jika
diterjemahkan dapat diartikan sebagai ‖biarkan saja

299

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
berjalan‖ atau ‗tidak usah dihiraukan‘ jadi mengandung sikap
‗masa bodo‘. Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan
dari bentuk kepemimpinan otoriter. Pembagian tugas dan
kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya
tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga
kekuasaan dan tanggung jawab menjadi simpang siur dan
tidak terarah. 3) Tipe demokratis. Kepemimpinan tipe ini
menempatkan faktor manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan ini
setiap individu, sebagai manusia dihargai atau dihormati
eksistensi dan peranannya dalam memajukan dan
mengembangkan organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam
gaya kepemimpinan yang dominan pada tipe kepemimpinan
ini adalah perilaku memberi perlindungan dan penyelamatan,
perilaku memajukan dan mengembangkan organisasi serta
perilaku eksekutif. Semua anggota diajak berpartisipasi
menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai
tujuan organisasi. 4). Tipe militeristik. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut: lebih banyak memberikan
perintah; bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; menuntut
disiplinyang tinggi dan kaku dari bawahan; sukar menerima
kritikan dari bawahannya; menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan..
Kepemimpinan efektif dalam suatu lembaga menurut
Yukl (Kompri (2014), yaitu:
a. Merencanakan dan mengorganisasi dengan indikator
menentuka sasaran dan strategi, mengalokasikan sumber
daya sesuai dengan prioritas.
b. Pemecahan masalah (problem solving) mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Menjelaskan peran dan sasaran meliputi membagi tugas,
memberikan
arah
tentang
pekerjaan
dan
mengkomunikasikan pekerjaan.
d. Memberi informasi yaitu membagi informasi yang relevam
tentang keputusan
e. Memantau yaitu mengumpulkan infomasi mengenai
kegiatan kerja dan kondisi eksternal yang mempengaruhi
pekerjaan tersebut.

300

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
f.
g.

Memotivasi dan memberi inspirasi
Mendelegasikan bawahan untuk mempuyai tanggung
jawab
h. Mengembangkan dan membimbing
i. Memberi dukungan bertindak ramah dan penuh perhatian,
sabar dan membanu memperlihatkan simpati dan
dukungan.
j. Mengelola konflik
k. Membangun jaringan kerja
l. Pengakuan dengan memberi pujian bagi kinerja yang
efektif
m. Memberi imbalan
Istilah kepala madrasah terdiri dari kepala dan
madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan
madrasah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat
menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala
madrasah dapat diartikan sebagai pemimpin madrasah atau
suatu lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran
(Asmani, 2014). Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepala madrasah adalah sorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber
daya yang ada pada suatu madrasah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan
bersama. Kepala madrasah yang profesional tidaklah mudah,
karena ada beberapa syarat dan kriteria (standar) yang
harus dipenuhi, misalnya seorang kepala madrasah harus
memenuhi standar tertentu seperti kualifikasi umum dan
khusus, serta harus mempunyai kompetensi-kompetensi
tertentu. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional tentang standar kepala
madrasah Nomor 13 Tahun 2007.
Kepemimpinan kepala madrasah menempati posisi
utama di lingkungan organisasi pendidikan, yang sangat besar
pengaruhnya pada kemajuan dan perkembangannya sebagai
satu kesatuan. Karena pemimpin merupakan tumpuan harapan
bagi orang-orang yang dipimpin, dalam mewujudkan
eksistensi organisasinya. Tipe kepemimpinan kepala madrasah
MTs NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung dan MA NU Raudlatul

301

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
Mu‘allimin Wedung di bawah naungan BPP Ma‘arif NU
Raudlatul Mu‘allimin Wedung dalam melakukan perubahanperubahan organisasi menuju kepemimpinan yang efektif
menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, aspiratif dan
low profil. Hal ini berdasarkan hasil temuan menujukkan
indikator-indikator sebagai berikut :
a. Kepala madrasah sering memberikan dorongan dan
bimbingan dalam menunaikan tugas-tugas sebagai guru.
Kepemimpinan kepala madrasah MTs NU Raudlotul
Mualimin Wedung dan MA NU Raudlotul Mualimin Wedung
di bawah naungan BPP Ma‘arif NU Raudlatul Mu‘allimin
Wedung, adalah berorientasi pada hubungan dengan para
guru dengan memberi dorongan, bimbingan dan semangat.
Merujuk dari konsep
dan
pemahaman
tentang
kepemimpinan, menurut Kartono (2013:57) bahwa kata
memimpin mengandung unsur yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan menggerakkan tingkah laku bawahan atau orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dalam
praktik organisasi kata memimpin, mengandung konotasi
menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi,
membina, memberikan teladan,
memberikan dorongan,
memberikan bantuan.
Kepemimpinan efektif di MTs NU dan MA NU
Raudlotul Mualimin Wedung di bawah naungan BPP Ma‘arif
NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung adalah sebagai berikut.
1) Mendorong
timbulnya
penuh
semangat
dan
kemauan yang tinggi dan percaya diri para guru,
staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masingmasing.
2) Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru,
staf dan siswa serta memberikan dorongan untuk
berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan
inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
3) Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang
bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap
guru, staf dan siswa, sebaliknya kepala sekolah harus
mampu melakukan perbuatan yang membangkitkan
kemauan para guru, staf, dan siswa untuk bekerja
dengan penuh semangat dan percaya diri.

302

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
b.

Kepala madrasah
menginformasikan
setiap
ada
permasalahan dan menganggap guru sebagai mitra kerja,
dalam membuat keputusan bersama dan penyusunan
program madrasah.
c. Kepala madrasah berusaha untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh guru dan karyawan.
d. Kepala madrasah memberikan kepercayaan atau
pendelegasian dan kerja kelompok kepada guru-guru
yang dianggap mampu untuk menduduki jabatanjabatan seperti wakil kepala madrasah, wali kelas dan
kepanitian maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas.
e. Kepala madrasah dalam membuat kebijakan dan
melaksanakan program serta mengevaluasi program kerja
selalu bermusyawarah dengan para guru dan mau
menerima saran dan kritik dari para‘ guru, jika saran
dan kritik itu demi kemajuan sekolah dan untuk
keberhasilan bersama.
Berdasarkan hasil diskusi dan temuan penelitian
tersebut maka Kepala MTs NU dan MA NU Raudlatul
Mu‘allimin Wedung mengarah kepada salah satu tipe
kepemimpinan yaitu tipe kepemimpinan demokratis, karena
Kepala MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung
adalah seorang pemimpin yang selalu memperhatikan,
mengingatkan serta membimbing kepada seluruh karyawan.
Kepala
madrasah
menyadari,
tugasnya
adalah
mengkoordinasikan pekerjaan dan tugas dari semua
anggotanya, dengan menekankan pada rasa tanggung jawab
dan kerja sama yang baik kepada semua anggota. Sebagaimana
dalam Kartono dijelaskan, bahwa kepala madrasah yang
demokratis menganggap lembaga bukanlah masalah ―pribadi
dan individu‖, akan tetapi kekuatan organisasi terletak pada
partisipasi aktif setiap anggota (Kartono, 2010).
2.

Pengambilan Keputusan Kepala MTs NU dan MA NU
Raudlatul Mu’allimin Wedung di bawah Naungan BPP
Ma’arif NU Raudlatul Mu’allimin Wedung Demak
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi

303

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
dan pengambilan tindakan yang
menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat (Siagian, 2010).
Pengambilan keputusan yang tepat merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi terciptanya sekolah efektif.
Kepala madrasah adalah seorang pemimpin yang ditugaskan
kepadanya untuk tampil mewakili anggotanya, terutama dalam
mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan kepala
madrasah dituntut untuk dapat melibatkan semua komponen
yang ada dengan mengedepankan sistem musyawarah
(Andang, 2014).
Pada dasarnya seluruh kegiatan yang berlangsung
dalam sebuah madrasah merupakan akibat atau konsekuensi
dari berbagai keputusan yang diambil pimpinan. Apakah pada
akhirnya madrasah berhasil mencapai sasaran secara efisien
atau sebaliknya mengalami kegagalan, ditentukan oleh
ketepatan dari berbagai keputusan yang diambil kepala
madrasah sebagai pimpinan. Salah satu fungsi pokok pimpinan
dalam manajemen adalah fungsi pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah. Dengan demikian seorang pemimpin
dalam pengambilan keputusan perlu memiliki pikiran dan
kehati-hatian, karena harus membawa organisasi ke arah
tujuan yang ingin dicapai bersama. Selain itu juga harus
mampu memilih berbagai alternatif yang terbaik, sehingga
dituntut pula kemampuan analisis untuk memilih pemecahan
masalah yang rasional.
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah
dilakukan di MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin
Wedung menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan
kepala madrasah di MTs NU dan MA NU Raudlatul
Mu‘allimin Wedung telah dilaksanakan dengan baik. Semua
responden menjawab bahwa proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil musyawarah, bahkan kolektif kolegial. Di
MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung membagi
dua tahapan proses penganbilan keputusan, pertama melalui
rapat harian dan kedua rapat pleno. Rapat harian diikuti oleh
kepala madrasah, pengurus Badan Pelaksana Pendidikan
(BPP), wakil kepala madrasah, dan Kepala TU. Kemudian hasil
dari keputusan rapat harian akan dibawa rapat pleno yang
dihadiri oleh seluruh warga madrasah yang bertujuan hasil
keputusan bisa diikuti dan tidak menutup kemungkinan jika

304

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
ada ide atau gagasan yang baik dan diikuti oleh mayoritas
warga madrasah maka keputusan yang diambil adalah suara
terbanyak.
3.

Pengawasan Kepala MTs NU dan MA NU Raudlatul
Mu’allimin Wedung di bawah Naungan BPP Ma’arif NU
Raudlatul Mu’allimin Wedung Demak
Kepala
madrasah
sebagai
pemimpin tertinggi
bertanggungjawab penuh untuk terlaksananya segala kegiatan
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
kepala madrasah sebagai pengawas mensupervisi pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Kegiatan supervisi
ini perlu dilakukan dengan asumsi bahwa suatu kegiatan tidak
dapat diharapkan berjalan dengan baik dan lancar serta
berkesinambungan, bila tidak dilakukan pengawasan atau
supervisi. Hal ini bukan berarti pengawasan yang dilakukan
untuk mencari kesalahan, akan tetapi lebih untuk membantu
guru-guru dalam menjalankan tugasnya. Pendidikan akan
berkualitas jika guru-gurunya profesional dan berkualitas.
Guru-guru akan profesional jika ada yang membimbing, yang
menggerakkan dan memimpinnya untuk meningkatkan dan
mengembangkannya (Kompri, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengawasan oleh kepala madrasah di MTs NU dan MA NU
Raudlatul Mu‘allimin Wedung dilakukan setiap hari jam kerja
dalam bentuk pengecekan kehadiran guru, rekap kehadiran
siswa perminggu, pengawasan terhadap busana siswa,
pengecekan kinerja guru, pemberian motivasi dan ada
pembinaan khusus bagi guru yang indisipliner. Khusus untuk
siswa yang kurang disiplin, kepala madrasah memanggil orang
tua yang bersangkutan. Pengawasan ini bertujuan agar semua
berjalan disiplin dan sesuai dengan rencaana sehingga tujuan
dari program madrasah tercapai. Adapun bentuk-bentuk
supervisi atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala
madrasah di MTs NU dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin
Wedung melalui rapat, kunjungan kelas dan Musyawarah atau
pertemuan perseorangan.

305

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
4.

Keberhasilan Kepemimpinan Kepala MTs NU dan MA
NU Raudlatul Mu’allimin Wedung di bawah Naungan
BPP Ma’arif NU Raudlatul Mu’allimin Wedung Demak
Keberhasilan kepemimpinan itu pada umumnya diukur
dari produktivitas dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang
dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas naik dan semua
tugas dilaksanakan secara efektif, maka ia disebut sebagai
pemimpin yang berhasil. Sedang apabila produktivitasnya
menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak efektif dalam
jangka waktu tertentu, maka ia disebut sebagai pemimpin yang
gagal. Untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan
seseorang adalah sulit sekali karena sukar menilai tingkah laku
manusia yang sering tersembunyi, sulit menentukan kriteria
obyektif, sukar menilai scara obyektif dan sulit menilai
keberhasilan karena harus ditinjau dan dikaitkan dengan
macam-macam aspek yaitu aspek tehnis, administratif
manajerial dan sosial (Kartono, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan kepemimpinan oleh kepala madrasah di MTs NU
dan MA NU Raudlatul Mu‘allimin Wedung yang paling
menonjol adalah sebagai berikut : a). Kepala MTs NU dan MA
NU Raudlotul Muallimin Wedung tak ada henti-hentinya
membangun network (jaringan) yang luas kepada pihak lain. b).
Kepala MTs NU dan MA NU Raudlotul Muallimin Wedung
selalu berkomunikasi dan bekerja sama dengan warga
madrasah baik formal maupun informal. c). Kepala MTs NU
dan MA NU Raudlotul Muallimin Wedung selalu memberikan
kepercayaan guru untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan
tupoksinya. d). Kepala MTs NU dan MA NU Raudlotul
Muallimin Wedung telah berhasil mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Prestasi akademik dan non-akademik MTs NU
dan MA NU Raudlotul Muallimin Wedung mengalami
peningkatan yang signifikan.
C. Simpulan
Berdasarkan data pembahasan dan temuan maka hasil
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut 1) Tipe
kepemimpinan Kepala MTs NU Raudlatul Mu‘alimin Wedung
dan MA NU Raudlotul Mualimin Wedung di bawah naungan
BPP Ma‘arif NU Raudlatul Mu‘alimin Wedung dalam

306

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
melakukan
perubahan-perubahan
organisasi
menuju
kepemimpinan yang efektif menggunakan tipe kepemimpinan
demokratis. Pengambilan keputusan Kepala MTs NU Raudlatul
Mu‘alimin Wedung dan MA NU Raudlotul Mualimin Wedung
di bawah naungan BPP Ma‘arif NU Raudlatul Mu‘alimin
Wedung dalam melakukan perubahan-perubahan organisasi
menuju kepemimpinan yang efektif menggunakan prinsip
musyawarah mufakat atau kolektif kolegial. Pengawasan
Kepala MTs NU Raudlatul Mu‘alimin Wedung dan MA NU
Raudlatul Mualimin Wedung di bawah naungan BPP Ma‘arif
NU Raudlotul Mu‘alimin Wedung dalam melakukan
perubahan-perubahan organisasi menuju kepemimpinan yang
efektif, dilakukan setiap hari jam kerja dalam bentuk
pengecekan kehadiran guru, pemberian motivasi. Keberhasilan
kepemimpinan Kepala MTs NU Raudlatul Mu‘alimin Wedung
dan MA NU Raudlotul Mualimin Wedung di bawah naungan
BPP Ma‘arif NU Raudlotul Mu‘alimin Wedung dalam
melakukan
perubahan-perubahan
organisasi
menuju
kepemimpinan yang efektif, yang paling menonjol adalah
sebagai berikut a). tak ada henti-hentinya membangun network
(jaringan) yang luas kepada pihak lain.
b). selalu
berkomunikasi dan bekerja sama dengan warga madrasah baik
formal maupun informal. c). selalu memberikan kepercayaan
guru untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan tupoksinya. d).
telah berhasil mendapat kepercayaan dari masyarakat. e).
Prestasi akademik dan non akademik siswa mengalami
peningkatan yang signifikan.

307

Quality, Vol. 4, No. 2, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Adair, J. (2005). Cara Menumbuhkan Pemimpin yang Efektif.
Jakarta: Gramedia.
Andang. (2014). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Konsep, Strategi, dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Anwar, M. I. (2003). Administrasi Pendidikan dan Manajenem
Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, J. M. (2012). Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional.
Yogyakarta: Diva Press.
Engkoswara dan Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Hadi, S. (1981). Metodelogi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi
Offset.
Kartono, K. (2013). Pemimpin Dan Kepemimpinan.
Rajawali Press.

Jakarta,

Kompri. (2015). Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala
Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi
Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam
Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
__________. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,
Karakteristik dan Implementasinya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

308

Abdul Shomad dan Agus Sunarko
Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
PT. Remaja Rosdakaya.
Nasution. (1998). Metode Penelitian Naturalistic. Bandung:
Tarsito.
Narkubo, C., et.al. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nawawi, H. dan Martini, H. (2006). Kepemimpinan yang efektif.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pringgodigdo, AG. (1973). Ensiklopedia umum. Jakarta: Dana
Buku Franklin.
Roihani. (2010). Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogyakarta:
LkiS.
Saibani, B. A. dan Sumantri, L. (2014). Kepemimpinan. Bandung:
Pustaka Setia.
Siagian, S. P. (2010). Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Syukur, F. (2013). Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Tim. (t.th). Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeven,
Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan
Teoritis dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafika.
Yulk, G. (2010). “Leadership in Organizations”, diterjemahkan
Budi Supriyanto, Kepemimipinan dalam Organisasi.
Jakarta: Prenhallindo.

309

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH (Studi tentang Pengembangan Manajemen dan Pengajaran di MA NU Demak) | Kasdi | QUALITY 188 6951 1 PB

0 0 20

BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN MA’ÁRIF NU

0 0 119

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 0 7

BAB II LANDASAN TEORI - MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 0 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian - MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian MA NU Raudlatul Mu’allimin - MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 0 62

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA MADRASAH DI BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK (STUDI KASUS DI MTS NU DAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK)” - STAIN Kudus Repository

0 0 12

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA MADRASAH DI BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK (STUDI KASUS DI MTS NU DAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK)” - STAIN Kudus Repository

0 1 43

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA MADRASAH DI BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK (STUDI KASUS DI MTS NU DAN MA NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK)” - STAIN Kudus Repository

0 1 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian 1. Lokasi penelitian - KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA MADRASAH DI BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN (BPP) MA’ARIF NU RAUDLATUL MU’ALLIMIN WEDUNG DEMAK (STUDI KASUS DI MTS NU DAN MA NU RAUDLATUL MU

0 2 74