Abstrak Agnes Isti Harjanti MKIA Januari 2012

Universitas Diponegoro
Program Pascasarjana
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak
2012

ABSTRAK
Agnes Isti Harjanti
Analisis Pelaksanaan Perda No. 2 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pemantauan
Garam Tidak Beryodium di Kabupaten Jepara
xv + 186 hal + 6 tabel + 6 gambar + 9 lampiran
Gangguan akibat kekurangan yodium masih merupakan salah satu masalah gizi nasional.
Cakupan penggunaan garam yodium di tingkat rumah tangga secara nasional masih rendah
63,3%, sedangkan di Jepara jauh lebih rendah, hanya 38,9%. Prevalensi kasus kekurangan
yodium di Jepara pada tahun 2010, berdasarkan UIE pada WUS, adalah 40% kekurangan
ringan, 20% kekurangan sedang dan 3,3% kekurangan berat. Di Kabupaten Jepara telah
disyahkan Perda No. 2 tahun 2009, namun pelaksanaannya belum diketahui. Penelitian ini
bertujuan Menganalisis pelaksanaan Perda No.2 tahun 2009 tentang pengendalian dan
pemantauan garam tidak beryodium di Kabupaten Jepara.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara

mendalam (indepth interview), dokumentasi dan observasi. Informan utama berjumlah 8 orang
yang terdiri dari tim pelaksana perda, ketua, sekertaris, bidang produksi 2 orang, distribusi 2
orang, dan konsumsi 2 orang. Informan triangulasi meliputi bidang produksi 1 petani garam,
distribusi 1 pedagang garam, konsumsi 1 Kepala Desa dan 1 Kader Kesehatan. Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri dan pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan
observasi lapangan. Teknik analisis data menggunakan teknik content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi Perda No.2 tahun 2009 di Kabupaten
Jepara belum berjalan efektif karena kurang tepat sasaran, yaitu sosialisasi dilakukan pada
masyarakat umum, sedangkan berdasarkan tujuan perda sasaran diutamakan para produsen
dan pengedar garam. Pelaksanaan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, belum berjalan
dengan baik, karena hanya pada level tim pemantauan dan masyarakat yang disosialisasi. Hal
ini dapat dikarenakan belum adanya Peraturan Bupati yang mengatur masing-masing bidang,
sehingga tiap-tiap sektor belum mempunyai program kerja yang dapat dikoordinasikan.
Koordinasi secara keseluruhan masih di bawah kendali Bappeda. Koordinasi di tingkat sektoral
pada masyarakat petani garam, pedagang, dan produsen garam belum pernah ada.
Pemantauan dan pengendalian garam belum dilakukan sesuai dengan aturan-aturan dalam
perda yaitu mengawasi peredaran garam, pengolahan, pengemasan, pelabelan, dan
rekomendasi kelayakan. Pemantauan belum dilakukan secara tegas, belum ada penjelasan
pada pelaksanaan perda dalam bentuk Peraturan Bupati.
Disimpulkan bahwa pelaksanaan Perda No.2 tahun 2009 belum berjalan secara

maksimal, terkendala pada aspek penjelasan implementasi yaitu belum ada Perbub yang
mengatur tim dari masing-masing bidang. Direkomendasikan Pemerintah Daerah untuk
menerbitkan Peraturan Bupati dalam mendukung pelaksanaan perda ini dan didukung dana
yang mencukupi serta segera mewujudkan SK Tim yang baru untuk mendukung kerja tim.

Kata Kunci
Pustaka

: Garam beryodium, pengendalian, pemantauan, Jepara.
: 31 (2000-2009)

Diponegoro University
Postgraduate Program
Master’s Program in Public Health
Majoring in Health Policy Administration
Sub Majoring in Maternal and Child Health Management
2012

ABSTRACT
Agnes Isti Harjanti

Analysis the Implementation of Regional Regulation No. 2 Year 2009 to Control and
Monitor Non-Iodized Salt in Jepara District
xv + 186 pages + 6 tables + 6 figures + 9 enclosures
Iodine deficiency disorder was one of the national nutritional problems. The national overage of
iodine salt usage at household level was still low, 63.3%. In Jepara district, this level was lower,
only 38.9%. Based on UIE among WUS, prevalence of iodine deficiency cases in Jepara in 2010
was 40% in the mild deficiency, 20% in the moderate deficiency, and 3.3% in the severe
deficiency. Regional regulation (Perda) no. 2, 2009 had been legalized in Jepara district.
However, implementation of this regulation was not known. The objective of this study was to
analyze the implementation of Perda no.2, 2009 regarding controlling and monitoring of noniodine salt in Jepara district.
This was a qualitative study, and data collection was done through in-depth interview,
documentation and observation to the main informants. The number of main informants was 8
people consisted of regional regulation executive team, chief, secretary, 2 people in the
production section, and 2 people in the consumption section. Triangulation informants were 1 salt
farmer for production section, 1 salt trader for distribution section, 1 head of village and 1 health
cadre for consumer. Researcher was a study instrument. Data were collected through interview,
documentation and field observation. Content analysis technique was used in the data analysis.
Results of the study showed that socialization of Perda no.2, 2009 in Jepara district did not run
effectively due to missing the target; and socialization was focused on general people. Based on
Perda’s purpose, socialization target should be prioritized to salt producers and distributors.

Implementation of cross programs and cross sector coordination did not run well; it was only for
monitoring team level and for community who received the socialization. This could be caused by
no regulation from head of the district (Bupati) for each sector. Each sector did not have
programs that could be integrated. All coordination was still under Bappeda control.
Coordination in the sector level in the community of salt farmers, seller and producers had not
been conducted. Salt monitoring and controlling were not done according to the rules stated in
the Perda; that was to monitor salt distribution, processing and packaging, labeling, and
feasibility recommendation. Monitoring was not done firmly; no explanation on the
implementation of Perda in the form of Bupati regulation.
In conclusion,
the implementation of Perda no.2, 2009 was not maximally. It was impeded by implementation
explanation aspect such as no Bupati regulation that regulates team from each of section. It was
recommended that district government issues Bupati regulation to support the implementation of
this district regulation. It was also supported by sufficient funding. Decree letter for the new team
should be realized to support the work of the team.
Key words
Bibliography

: Iodized salt, controlling, monitoring, Jepara
: 31 (2000-2009)