PERDA 11 2010.doc

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

NOMOR 116 TAHUN 2010 SERI E
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR 11 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH
BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) KUNINGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUNINGAN,
Menimbang

:

a. bahwa Organisasi dan Tatakerja Perusahaan Daerah
Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Kuningan selama
ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 20
Tahun 2004, mengacu kepada Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Dan Tatakerja Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat ;


b. bahwa

dalam perkembangan selanjutnya untuk
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan
meningkatkan
pelayanan
terhadap
kebutuhan
masyarakat serta pemerataan pelayanan perbankan,
Pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah
Daerah yang didalamnya sekaligus mencabut
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun
2000, sehingga pengaturan Organisasi dan Tatakerja
PD.BPR Kuningan tersebut perlu ditinjau kembali untuk
diadakan penyesuaian;


c. bahwa

berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, untuk adanya kepastian
hukum dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah
Tentang Pengelolaan Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Kuningan.

Mengingat

:

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

2.
3.

4.
5.


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun
1950); Sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2851);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1962
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387);
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31,
Tambahan
Lembaran
Negara
Nomor
3472)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3790);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

2

6.
7.


8.

9.

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik
Pemerintah Daerah;
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 19 Tahun
2004 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Hasil Merger 7 PD.BPR
di Kabupaten Kuningan ( Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 21 Seri D);
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun
2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Kuningan (Lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor 68 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
70);

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 12
Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Peraturan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun
2010 Nomor 117 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 29 ).
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
Dan
BUPATI KUNINGAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:

PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENGELOLAAN
PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

(PD.BPR) KUNINGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.

3

2. Pemerintah Daerah
Kabupaten Kuningan.

adalah

Pemerintah

Daerah

3. Bupati adalah Bupati Kuningan.
4. Pemilik adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan.
6. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat adalah
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat milik
Pemerintah Daerah yang modalnya baik seluruhnya
maupun sebagian merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang selanjutnya disingkat PD. BPR.
7. Direksi adalah Direksi PD. BPR.
8. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PD. BPR.
9. RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham.
10. Pegawai adalah Pegawai PD. BPR.
11. Modal Dasar adalah modal yang harus dipenuhi oleh
pemilik.
BAB II
KEGIATAN USAHA
Pasal 2
Usaha PD.BPR meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan;
b. memberikan kredit dan sekaligus melaksanakan
pembinaan terhadap pengusaha mikro dan kecil;
c.

c. melakukan kerjasama
antar
lembaga keuangan/lembaga lainnya;

BPR

dengan

d. Menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia
(SBI), Deposito Berjangka,
dan atau
Tabungan pada bank lain;

4


e. Membantu
Pemerintah
Daerah
melaksanakan
pemegang
Kas Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan;
f.

Menjalankan usaha perbankan berdasarkan prinsipprinsip syariah dengan memperhatikan fatwa Dewan
Syariah Nasional dan

g. Menjalankan usaha perbankan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 3
Susunan Organisasi PD.BPR ditetapkan oleh Direksi
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan

usaha atas dasar pertimbangan Dewan Pengawas serta
persetujuan Bupati.
BAB IV
PENGURUS
Bagian Pertama
Umum
Pasal 4
Pengurus PD.BPR terdiri dari:
a. Dewan Pengawas;
b. Direksi.

5

Bagian Kedua
Dewan Pengawas
Paragaf 1
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggungjawab
Pasal 5
Dewan Pengawas mempunyai tugas menetapkan
kebijaksanaan
umum,
melaksanakan
pengawasan,
pengendalian dan pembinaan terhadap PD. BPR.
Pasal 6
(1) Pengawasan dilakukan Dewan Pengawas untuk
pengendalian dan
pembinaan terhadap cara
penyelenggaraan tugas Direksi.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pengawasan kedalam tanpa mengurangi
kewenangan pengawasan dari instansi pengawasan di
Iuar PD. BPR.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara:
a. periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
dan
b. sewaktu-waktu apabila dipandang perlu.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk petunjuk dan pengarahan
kepada Direksi dalam pelaksanaan tugas.
(5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk meningkatkan dan menjaga
kelangsungan PD.BPR.

6

Pasal 7
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 Dewan Pengawas mempunyai fungsi :
a. penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan
PD.BPR;
b. pelaksanaan
PD.BPR:
c.

dan

pengawasan

atas

penetapan kebijaksanaan anggaran
PD.BPR; dan

pengurusan

dan keuangan

d. pembinaan dan pengembangan PD.BPR.

Pasal 8
Dewan Pengawas mempunyai wewenang :
a. menyampaikan rencana kerja tahunan dan anggaran
PD.BPR kepada Bupati/RUPS untuk mendapatkan
pengesahan;
b. meneliti neraca dan laporan laba rugi yang disampaikan
direksi untuk mendapat pengesahan Bupati/RUPS;
c.

memberikan pertimbangan dan saran, diminta atau
tidak diminta kepada Bupati/RUPS untuk perbaikan dan
pengembangan PD.BPR;

d. meminta keterangan Direksi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pengawasan dan pengeloaan
PD.BPR;
e. mengusulkan
pemberhentian
sementara
anggota
Direksi kepada Bupati atau melalui RUPS; dan
f.

menunjuk seorang atau beberapa
melaksanakan tugas tertentu.

7

ahli

untuk

Pasal 9
(1) Dewan
Pengawas dalam melaksanakan tugas,
fungsi
dan wewenang bertanggung jawab kepada
Bupati/RUPS.
(2) Pertanggungjawaban Dewan Pengawas dilakukan
secara tertulis yang ditandatangani oleh ketua dan
anggota Dewan Pengawas.
Pasal 10
(1) Ketua Dewan Pengawas mempunyai tugas :
a. memimpin
Pengawas;

semua

kegiatan

anggota

Dewan

b. menyusun program kerja pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan
oleh Bupati/RUPS;
c. memimpin rapat Dewan Pengawas; dan
d. membina
dan
meningkatkan
anggota Dewan Pengawas.

tugas para

(2) Anggota Dewan Pengawas mempunyai tugas:
a. membantu
ketua
Dewan Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya menurut bidang yang telah
ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengawas; dan
b. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Ketua Dewan Pengawas.
Pasal 11
(1) Untuk melaksanakan
tugas dan wewenangnya,
Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat mengadakan
rapat atas permintaan Ketua Dewan Pengawas.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin
oleh Ketua Dewan Pengawas atau anggota
yang
ditunjuk oleh Ketua Dewan Pengawas dan dianggap
sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari 1
(satu) anggota Dewan Pengawas.

8

Pasal 12
(1) Rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 untuk
memperoleh
keputusan dilakukan atas dasar
musyawarah dan mufakat.
(2) Apabila dalam rapat tidak diperoleh kata mufakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan rapat
dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) hari.
(3) Penundaan rapat
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat (2) dapat dilakukan paling banyak 2 (dua) kali.
(4) Dalam hal rapat setelah ditunda sampai 2 (dua) kali
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masih belum
diperoleh kata mufakat, keputusan diambil oleh Ketua
Dewan Pengawas setelah berkonsultasi dengan
Bupati/RUPS dan memperhatikan pendapat para
anggota Dewan Pengawas.
Pasal 13
(1) Rapat antara Dewan Pengawas dengan Direksi dapat
diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun
atas undangan Ketua Dewan Pengawas.
(2) Apabila perlu rapat antara Dewan Pengawas dengan
Direksi dapat diadakan sewaktu-waktu atas undangan
Ketua Dewan Pengawas atau atas permintaan Direksi.
Pasal 14
(1) Dewan Pengawas wajib memberikan laporan secara
berkala/periodik kepada Bupati/RUPS dan Bank
Indonesia setempat mengenai pelaksanaan tugasnya
paling sedikit sekali dalam 6 (enam) bulan dan
tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri.

9

(2) Dewan
Pengawas wajib mempresentasikan hasil
pengawasannya apabila diminta Bank Indonesia.
Pasal 15
(1) Untuk
membantu
kelancaran
tugas Dewan
Pengawas, dapat dibentuk sekretariat Dewan Pengawas
atas biaya PD.BPR yang beranggotakan paling banyak 2
(dua) orang.
(2) Anggota sekretariat Dewan Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari pegawai
PD.BPR.
(3) Pembentukan
sekretariat
Dewan
Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas pertimbangan
efisiensi pembiayaan PD.BPR.
Paragraf 2
Pengangkatan
Pasal 16
(1) Anggota Dewan Pengawas paling sedikit 2 (dua) orang
dan paling banyak 3 (tiga) orang dan salah satu
diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan pengawas.
(2) Proses pencalonan, pemilihan, dan pengangkatan
Dewan pengawas dilaksanakan oleh Bupati/RUPS untuk
masa jabatan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali.
(3) Bupati dan Wakil Bupati tidak boleh menjabat sebagai
Dewan Pengawas.
Pasal 17
(1) Untuk dapat diangkat menjadi
anggota Dewan
Pengawas
harus
menyediakan
waktu
untuk
melaksanakan tugas dengan memenuhi persyaratan:
a. integritas;

10

b. kompetensi;
c. reputasi keuangan; dan
d. persyaratan yang ditentukan dalam Perda Pendirian
PD.BPR .
(2) Anggota Dewan Pengawas diutamakan
tinggal di wilayah kerja PD.BPR.

bertempat

(3) Anggota
Dewan
Pengawas wajib
memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan
menduduki jabatannya
Pasal 18
(1) Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf a meliputi:
a. memiliki akhlak dan moral yang baik;
b. memiliki komitmen untuk
perundang- undangan;

mematuhi

peraturan

c. memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
pengembangan operasional PD.BPR yang sehat;
dan
d. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).
(2) Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi:
a.

memiliki
pengetahuan
di
bidang
perbankan yang memadai dan relevan dengan
jabatannya; dan

b.

memiliki pengalaman di bidang
perbankan.

(3) Persyaratan
reputasi
keuangan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c meliputi:
a. tidak termasuk dalam daftar kredit macet; dan
b. tidak
pernah dinyatakan pailit atau menjadi
anggota Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu
perusahaan

11

dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun
sebelum dicalonkan.
Pasal 19
(1) Anggota
Dewan Pengawas dilarang mempunyai
hubungan keluarga dengan:
a. anggota Dewan
Pengawas
lainnya
dalam
hubungan
sebagai orang tua termasuk mertua,
anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk
ipar dan suami/istri; dan
b. anggota Direksi dalam hubungan sebagai orang tua,
anak dan suami/istri, mertua, menantu, dan saudara
kandung.
(2) Dewan Pengawas tidak boleh mempunyai kepentingan
pribadi langsung atau tidak langsung pada PD.BPR atau
Badan Hukum/Perorangan yang diberi kredit oleh
PD.BPR.
Pasal 20
(1) Pengajuan
calon
anggota
Dewan
Pengawas
disampaikan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
sebelum masa jabatan anggota Dewan Pengawas yang
lama berakhir.
(2) Tata cara pengajuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia.
(3) Keputusan
Bupati/RUPS mengenai pengangkatan
anggota Dewan Pengawas disampaikan kepada
Pimpinan Bank Indonesia setempat dan Menteri Dalam
Negeri paling lama 10 (sepuluh) hari setelah
ditandatangani.

12

Paragraf 3
Penghasilan dan Penghargaan
Pasal 21
(1) Dewan Pengawas diberikan honorarium sebesar:
a. Ketua Dewan Pengawas, paling banyak 40%
(empat puluh perseratus) dari penghasilan Direktur
Utama; dan
b. Anggota Dewan Pengawas, paling banyak 80%
(delapan puluh per seratus) dari honorarium ketua
Dewan Pengawas.
(2) Ketua Dewan Pengawas dan anggota Dewan
Pengawas memperoleh jasa produksi sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 22
(1) Dewan
Pengawas
mendapat
uang jasa
pengabdian dari laba sebelum dipotong pajak, setelah
diaudit dari tahun sebelum akhir masa jabatannya
paling banyak 40% (empat puluh per seratus) dari
yang diterima oleh anggota Direksi dengan
perbandingan penerimaan honorarium sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1).
(2) Untuk Dewan Pengawas yang diberhentikan dengan
hormat sebelum masa jabatannya berakhir, mendapat
jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan
tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun.
(3) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) didasarkan atas perhitungan
lamanya bertugas dibagi masa jabatan yang
ditentukan.

13

Paragraf 4
Pemberhentian Anggota
Pasal 23
(1) Anggota Dewan Pengawas berhenti karena :
a. masa jabatannya berakhir; dan
b. meninggal dunia.
(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan oleh
Bupati/ RUPS karena:
a. permintaan sendiri;
b. alih tugas/jabatan/reorganisasi;
c. melakukan tindakan yang merugikan PD.BPR;
d. melakukan
tindakan
bertentangan dengan
Negara;

atau
bersikap
yang
kepentingan Daerah atau

e. tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar;
dan
f. tidak memenuhi syarat sebagai anggota Dewan
Pengawas sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 24
(1) Anggota Dewan Pengawas yang diduga melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf c, d dan huruf e diberhentikan sementara
oleh Bupati/RUPS.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bupati/RUPS memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasanalasannya.

14

Pasal 25
(1) Paling lama 1 (satu) bulan sejak pemberhentian
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Bupati melaksanakan rapat yang dihadiri oleh anggota
Dewan Pengawas untuk menetapkan pemberhentian
atau rehabilitasi.
(2) Apabila dalam
waktu 1 (satu) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Bupati/RUPS belum
melaksanakan rapat, surat pemberhentian sementara
batal demi hukum.
(3) Apabila
dalam rapat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) anggota Dewan Pengawas tidak hadir
tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dianggap
menerima keputusan yang ditetapkan dalam rapat.
(4) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati/RUPS.
(5) Apabila perbuatan yang
dilakukan oleh anggota
Dewan Pengawas merupakan tindak pidana, yang
bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat.
Pasal 26
(1) Anggota Dewan Pengawas
lama 15 (lima belas) hari
Bupati/RUPS mer.genai
mengajukan keberatan
Bupati/RUPS.

yang diberhentikan, paling
sejak diterima Keputusan
pemberhentiannya dapat
secara tertulis kepada

(2) Paling lama 2 (dua) bulan sejak diterima permohonan
keberatan, Bupati/RUPS harus mengambil keputusan.
(3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Bupati/RUPS tidak mengambil
keputusan, Keputusan Bupati mengenai pemberhentian
batal
demi
hukum
dan
yang
bersangkutan
melaksanakan tugas kembali sebagaimana mestinya.

15

Bagian Ketiga
Direksi
Paragraf 1
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggungjawab
Pasal 27
(1) Direksi mempunyai tugas menyusun perencanaan,
melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh
kegiatan operasional PD.BPR.
(2) Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam
upaya pengembangan PD.BPR.
(3) Direksi wajib menyelenggarakan RUPS tahunan.
Pasal 28
Direksi dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan manajemen PD.BPR berdasarkan
kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Dewan
Pengawas;
b. penetapan
kebijaksanaan untuk melaksanakan
pengurusan dan pengelolaan PD.BPR berdasarkan
kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Dewan
Pengawas;
c. penyusunan dan penyampaian
Rencana Kerja
Tahunan dan Anggaran PD.BPR kepada Bupati/RUPS
melalui Dewan Pengawas yang meliputi kebijaksanaan
di bidang organisasi, perencanaan, perkreditan,
keuangan, kepegawalan, umum, dan pengawasan
untuk mendapatkan pengesahan;
d. penyusunan dan penyampaian laporan perhitungan
hasil usaha dan kegiatan PD.BPR setiap 3 (tiga) bulan
sekali kepada Bupati/RUPS melalui Dewan Pengawas;
dan

16

e. penyusunan dan penyampaian laporan tahunan yang
terdiri atas Neraca dan Laboran Laba Rugi kepada
Bupati/RUPS melalui Dewan Pengawas untuk
mendapat pengesahan.
Pasal 29
Direksi mempunyai wewenang :
a. mengurus kekayaan PD.BPR;
b. mengangkat
dan
memberhentikan pegawai
PD.BPR
berdasarkan Peraturan Kepegawaian
PD.BPR yang bersangkutan;
c.

menetapkan susunan organisasi dan tata kerja
PD.BPR dengan persetujuan Dewan Pengawas;

d. mewakili PD.BPR di dalam dan di luar pengadilan;
e. menunjuk seorang kuasa atau lebih untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu mewakili PD.BPR, apabila
dipandang perlu;
f.

membuka Kantor Cabang atau Kantor Kas
berdasarkan
persetujuan
Bupati/RUPS
atas
pertimbangan Dewan Pengawas dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan;

g. membeli,
menjual atau dengan cara lain
mendapatkan atau melepaskan hak atas aset milik
PD.BPR berdasarkan persetujuan Bupati/RUPS atas
pertimbangan Dewan Pengawas; dan
h. menetapkan
biaya
perjalanan
dinas
Dewan
Pengawas dan Direksi serta pegawai PD.BPR
Pasal 30
(1) Direksi
dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, 28
dan Pasal 29 bertanggung jawab kepada Bupati/RUPS
melalui Dewan Pengawas.

17

(2) Pertanggungjawaban Direksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara tertulis yang
ditandatangani oleh Dewan Pengawas dan anggota
Direksi.
Pasal 31
(1) Direktur
Utama
mempunyai
tugas
menyelenggarakan perencanaan dan koordinasi dalam
pelaksanaan tugas Direksi serta melakukan pembinaan
dan pengendalian atas Unit Kerja PD.BPR.
(2) Direktur
mempunyai
tugas
pembinaan
pengendalian atas Unit Kerja PD.BPR.

dan

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2), masing-masing Direksi
mempunyai kewenangan yang diatur dalam Peraturan
Direksi.
(4) Apabila semua anggota Direksi terpaksa tidak
berada di tempat/berhalangan lebih dari 6 (enam) hari
kerja, Direksi menunjuk 1 (satu) orang Pejabat
Struktural PD.BPR sebagai pelaksana tugas Direksi.
(5) Penunjukan
Pejabat
Struktural
PD.BPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dalam
Keputusan Direksi dan diketahui oleh Dewan
Pengawas.
(6) Keputusan Direksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan paling lama 15 hari.
Pasal 32
(1) Anggota Direksi diutamakan dari PD.BPR.
(2) Anggota Direksi diutamakan bertempat tinggal di
wilayah kerja PD.BPR yang bersangkutan.

18

Pasal 33
(1) Anggota Direksi
keluarga dengan:

dilarang

mempunyai

hubungan

a. anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai
orang tua termasuk mertua. Anak termasuk
menantu, saudara kandung termasuk ipar dan
suami/istri; dan
b. Dewan Pengawas dalam hubungan sebagai orang
tua. anak dan suami/istri, mertua, menantu, dan
saudara kandung.
(2) Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai
anggota Direksi atau pejabat eksekutif pada lembaga
perbankan atau perusahaan atau lembaga lain.
(3) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan
pribadi secara langsung atau tidak langsung pada
PD.BPR atau Badan Hukum/Perorangan yang diberi
kredit oleh PD.BPR.
Pasal 34
(1) Anggota Direksi paling sedikit 2 (dua) orang dan
paling banyak 3 (tiga) orang.
(2) Apabila anggota Direksi terdiri dari 2 (dua) atau 3
(tiga) Direktur, salah seorang diantaranya diangkat
sebagai Direktur Utama.
(3) Anggota
Direksi diangkat oleh Bupati/RUPS untuk
masa jabatan paling lama 4 (empat) tahun dan dapat
diangkat kembali.
Pasal 35
(1) Proses pengangkatan anggota Direksi dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
(2) Proses pengangkatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan Bupati/RUPS paling lama 90
(sembilan puluh) hari sebelum masa jabatan anggota
Direksi berakhir.

19

Pasal 36
Pengangkatan anggota Direksi dilaporkan oleh Direksi
kepada Bank Indonesia paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
setelah pengangkatan.
Pasal 37
(1) Anggota Direksi dilantik dan diambil sumpah jabatan
oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
(2) Pelantikan
dan
pengambilan
sumpah
jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lama 14 (empat belas) hari sejak Keputusan
Bupati/RUPS mengenai Pengangkatan Anggota Direksi.
Paragraf 2
Penunjukan Pejabat Sementara
Pasal 38
(1) Apabila sampai berakhirnya masa jabatan anggota
Direksi, pengangkatan anggota Direksi baru masih
dalam proses penyelesaian, Bupati/RUPS dapat
menunjuk/mengangkat Anggota Direksi yang lama atau
seorang Pejabat Struktural PD.BPR sebagai pejabat
sementara.
(2) Pengangkatan
pejabat
sementara
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/RUPS.
(3) Keputusan Bupati/RUPS sebagaimana dimaksud ayat
(2) berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
(4) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dilakukan pelantikan dan sumpah jabatan.
(5) Pejabat sementara diberikan penghasilan sesuai
kemampuan PD.BPR, setelah memperoleh persetujuan
Dewan Pengawas.

20

Paragraf 3
Hak, Penghasilan dan Penghargaan
Pasal 39
(1) Anggota Direksi diberikan penghasilan yang meliputi:
a. Gaji pokok yang besarnya:
1. Direktur Utama paling banyak 2,5 (dua koma
lima) X gaji pokok tertinggi pada daftar skala
gaji pokok pegawai; dan
2. Direktur paling banyak 80% (delapan puluh
per seratus) dari gaji pokok yang diterima oleh
Direktur Utama.
b. Tunjangan istri/suami , anak
dan tunjangan
kemahalan sesuai ketentuan yang berlaku bagi
pegawai; dan
c. Tunjangan jabatan yang besarnya paling banyak 1
(satu) X gaji pokok.
(2) Anggota Direksi mendapat fasilitas:
a. perawatan/ tunjangan kesehatan
yang layak
termasuk istri/suami dan anak sesuai dengan
kemampuan PD.BPR dan ketentuan yang
ditetapkan Direksi;
b. rumah dinas Iengkap dengan perabotan standar
atau pengganti
sewa rumah sesuai dengan
kemampuan PD.BPR;
b. kendaraan
PD.BPR;

dinas

sesuai

dengan

kemampuan

c. Setiap
bulan kepada Direktur Utama dapat
diberikan dana penunjang operasional yang
besarnya paling banyak 1. (satu) X penghasilan
sebulan: dan
d. dana representasi yang besarnya paling banyak
75% (tujuh puluh lima per seratus) dari jumlah gaji
pokok Direksi 1 (satu) tahun lalu yang
penggunaannya diatur oleh Direksi secara efisien
dan efektif untuk pengembangan Bank.

21

(3) Anggota Direksi memperoleh jasa produksi sesuai
dengan kemampuan PD.BPR.
(4) Pemberian penghasilan dan fasilitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didasarkan
penentuan honorarium untuk Dewan Pengawas, gaji
Direksi, gaji Pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya
tidak melebihi 30% (tiga puluh per seratus) dari total
pendapatan atau 40% (empat puluh per seratus) dari
total biaya berdasarkan realisasi tahun anggaran yang
lalu.
(5) Pemberian
penghasilan
dan
fasilitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
didasarkan penentuan honorarium untuk Dewan
Pengawas, gaji Direksi, gaji Pegawai dan biaya tenaga
kerja lainnya tidak melebihi 40% (empat puluh per
seratus) dari total pendapatan atau 50% (lima puluh per
seratus) dari total biaya berdasarkan realisasi tahun
anggaran yang lalu, bagi PD.BPR yang memiliki total
aset sampai dengan 4 (empat) milyar rupiah.

Pasal 40
(1) Anggota Direksi memperoleh hak cuti meliputi:
a. cuti tahunan diberikan selama 12 (dua belas) hari
kerja; dan
b. cuti besar diberikan selama 2 (dua) bulan untuk
setiap akhir masa jabatan; dan
(2) Dalam hal permohonan cuti besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak dikabulkan,
kepada Direksi diberikan penggantian dalam bentuk
uang sebesar 2 (dua) X penghasilan bulan terakhir.
(3) Anggota Direksi yang menjalankan cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan penghasilan
penuh.

22

Pasal 41
(1) Anggota Direksi setiap akhir masa jabatan mendapat
uang jasa pengabdian yang besarnya 5% (lima per
seratus) dihitung dari laba sebelum dipotong pajak
setelah diaudit dari tahun sebelum akhir masa
jabatannya dengan perbandingan Direktur mendapat
80% (delapan puluh per seratus) dari Direktur Utama.
(2) Anggota Direksi yang diberhentikan dengan hormat
sebelum masa jabatannya berakhir mendapat uang
jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan syarat telah menjalankan tugasnya selama
paling sedikit 1 (satu) tahun dengan perhitungan
lamanya bertugas dibagi dengan masa jabatan kali 5%
(lima per seratus) dihitung dari laba sebelum dipotong
pajak setelah diaudit dari tahun sebelum tugasnya
berakhir.
Paragraf 4
Pemberhentian Anggota
Pasal 42
(1) Anggota Direksi berhenti karena :
a. masa jabatannya berakhir; dan
b. meninggal dunia.
(2) Anggota
Direksi
Bupati/RUPS karena :

dapat

diberhentikan

oleh

a. permintaan sendiri;
b. reorganisasi;
c.

melakukan tindakan yang merugikan PD.BPR;

d. melakukan
tindakan
atau
bersikap
yang
bertentangan dengan kepentingan Daerah atau
Negara;
e. tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar;
dan

23

f.

tidak memenuhi syarat
sebagai
anggota
Direksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 43

(1) Anggota Direksi yang diduga melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf
c, d, dan huruf e diberhentikan sementara oleh
Bupati/RUPS atas usul Dewan Pengawas, untuk
PD.BPR yang modalnya terdiri atas saham saham
berdasarkan usul RUPS.
(2) Pemberhentian
sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bupati/RUPS memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasanalasannya.
Pasal 44
(1) Paling lambat 1 (satu) bulan sejak pemberhentian
sementara, Dewan Pengawas melakukan sidang yang
dihadiri oleh anggota Direksi untuk menetapkan yang
bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi.
(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Dewan Pengawas
belum melakukan sidang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), surat pemberhentian sementara batal demi
hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas
kembali sebagaimana mestinya.
(3) Apabila
dalam persidangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) anggota Direksi tidak hadir tanpa alasan
yang sah, yang bersangkutan dianggap menerima
keputusan yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
(4) Keputusan
Dewan
Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/RUPS.
(5) Apabila
perbuatan
yang
dilakukan oleh
anggota Direksi merupakan tindak pidana, yang
bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat.

24

Pasal 45
(1) Anggota
Direksi
yang
diberhentikan
dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada
Bupati/RUPS paling lambat 15 (lima belas) hari sejak
Keputusan Bupati/RUPS mengenai pemberhentiannya
diterima.
(2) Paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya
permohonan
keberatan,
Bupati/RUPS
harus
mengambil keputusan keberatan.
(3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Bupati/RUPS belum
mengambil keputusan, Keputusan Bupati/RUPS
mengenai pemberhentian batal demi hukum dan yang
bersangkutan
melaksanakan
tugas
kembali
sebagaimana mestinya.
BAB V
KEPEGAWAIAN
Pasal 46
Direksi berhak menetapkan pengangkatan, kenaikkan
pangkat, kenaikkan gaji berkala, pemberian penghargaan,
penjatuhan hukuman disiplin dan pemindahan serta
pemberhentian pegawai.
Pasal 47
Ketentuan lebih lanjut tentang kepegawaian ditetapkan oleh
Direksi atas persetujuan Bupati/RUPS dan pertimbangan
dari Dewan Pengawas mengacu kepada Peraturan
Perundang-undangan.

25

BAB VI
DANA PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA
Pasal 48
(1) PD.BPR wajib mengadakan Dana Pensiun
Tunjangan Hari Tua bagi Direksi dan Pegawai.

dan

(2) Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua merupakan
kekayaan PD.BPR Kuningan yang dipisahkan.
(3) Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari :
a.

iuran pensiun dan Tunjangan Hari Tua dari Direksi
dan Pegawai PD.BPR;

b.

bagian dari dana kesejahteraan;

c.

bantuan dari PD.BPR;

d.

usaha-usaha lain yang sah.
BAB VII
PERENCANAAN DAN PELAPORAN
Bagian Pertama
Rencana Jangka Panjang
Pasal 49

(1)

Direksi wajib menyusun rencana strategis PD.BPR
jangka panjang yang dicapai dalam jangka waktu 5
(lima) tahun.

(2) Rancangan rencana jangka panjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :
a. nilai dan harapan
(stakeholder);

pemangku

b. visi dan misi;
c.

analisa kondisi internal dan eksternal;

d. sasaran dan inisiatif strategi;

26

kepentingan

e. program 5 (lima) tahunan; dan
f.

proyeksi Keuangan.

(3) Rancangan rencana jangka panjang yang telah
ditandatangani
bersama
Dewan
Pengawas
disampaikan
kepada
Bupati/RUPS
untuk
mendapatkan pengesahan.

Bagian Kedua
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan
Pasal 50
(1) Direksi PD.BPR wajib menyusun rencana kerja dan
anggaran tahunan PD.BPR yang merupakan
penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun buku berakhir.
(2) Rencana
kerja
dan anggaran tahunan PD.BPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. rencana rinci program kerja dan anggaran
tahunan; dan
b. Hal-hal lain yang memerlukan
Bupati/RUPS.
(3)

Keputusan

Rancangan rencana kerja dan anggaran tahunan
PD.BPR yang telah ditandatangani bersama Dewan
Pengawas disampaikan kepada Bupati/RUPS untuk
mendapatkan pengesahan.
Pasal 51

(1) Apabila
sampai dengan permulaan tahun buku,
Bupati tidak memberikan pengesahan, rencana kerja
tahunan dan anggaran PD.BPR dinyatakan berlaku.
(2) Perubahan rencana kerja dan anggaran tahunan
PD.BPR dalam tahun buku yang bersangkutan harus
mendapat pengesahan Bupati/RUPS.

27

(3) Rencana kerja dan anggaran tahunan PD.BPR yang
telah
mendapat
pengesahan
Bupati/RUPS
disampaikan kepada Pimpinan Bank Indonesia
setempat.
(4) Pelaksanaan
rencana
kerja
dan anggaran
tahunan PD.BPR sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) menjadi kewenangan Direksi.

Bagian Ketiga
Laporan Tahunan
Pasal 52
(1) Direksi menyampaikan perhitungan tahunan yang
terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang telah
diaudit oleh Akuntan Publik kepada Dewan Pengawas
dan diteruskan kepada Bupati/RUPS paling lambat 4
(empat) bulan setelah berakhir tahun buku untuk
mendapat pengesahan.
(2) Direksi wajib membuat laporan tahunan mengenai
perkembangan usaha PD.BPR yang telah disahkan
untuk disampaikan kepada Bupati dengan tembusan
kepada Gubernur, Menteri Dalam Negeri dan
Pimpinan Bank Indonesia setempat.
(3) Direksi wajib mengumumkan laporan publikasi yang
terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang telah
disahkan pada papan pengumuman PD.BPR.
BAB VIII
TAHUN BUKU DAN PENGGUNAAN LABA
Pasal 53
(1) Laba bersih PD.BPR setelah dikurangi pajak yang telah
disahkan oleh Bupati/RUPS ditetapkan sebagai
berikut:
a.

Bagian laba untuk daerah 50 %;

28

b.

Cadangan Umum 15 %;

c.

Cadangan Tujuan 10 %;

d.

Dana Kesejahteraan 10 %;

e.

Jasa Produksi 15 %.

(2) Bagian Laba untuk Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dianggarkan dalam penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
anggaran berikutnya.
(3) Cadangan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, tunjangan untuk memperkuat modal.
(4) Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, dibentuk untuk tujuan tertentu dan penggunaannya
ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan
Pengawas.
(5) Penggunaan Dana Kesejahteraan sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d, untuk dana pensiun, sosial
dan kesejahteraan lainnya bagi pegawai PD.BPR
Kuningan yang ditetapkan oleh Direksi.
(6) Penggunaan Jasa Produksi sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf e ditetapkan oleh Direksi.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 54
(1) Pembinaan
umum
dan pengawasan terhadap
PD.BPR dilakukan Bupati dan Wakil Bupati.
(2) Pembinaan teknis dan pengawasan terhadap PD.BPR
dilakukan oleh Bank Indonesia.

29

BAB X
KERJASAMA
Pasal 55
PD.BPR dapat melakukan kerjasama dengan lembaga
keuangan dan lembaga lainnya dalam usaha peningkatan
modal, manajemen dan profesionalisme perbankan.
Pasal 56
(1) PD.BPR
menjadi anggota Perhimpunan Bank
Perkreditan Rakyat milik Pemerintah Daerah seluruh
Indonesia ( PERBAMIDA).
(2) PD.BPR
dapat memanfaatkan Perhimpunan Bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sebagai
asosiasi yang menjembatani kegiatan kerjasama antar
PD.BPR, dan berkoordinasi dengan instansi terkait di
Pusat dan Daerah.
BAB XI
PEMBUBARAN
Pasal 57
(1) Pembubaran PD.BPR ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
(2) Untuk melaksanakan pembubaran PD.BPR dimaksud
ayat (1) Bupati menunjuk panitia pembubaran sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Apabila PD.BPR dibubarkan, hutang dan kewajiban
keuangan dibayar dari harta kekayaan PD.BPR dan
sisa lebih / kurang menjadi milik / tanggung jawab
Pemerintah Daerah;
(4) Panitia
pembubaran
PD.BPR
menyampaikan
pertanggungjawaban pembubaran PD.BPR kepada
Bupati.

30

Pasal 58
(1) Pemilik
bertanggung
jawab
menyelesaikan
permasalahan yang menyangkut kekayaan Direksi dan
pegawai PD.BPR yang dibubarkan.
(2) Pembubaran PD.BPR dilaporkan oleh pemilik kepada
Bank Indonesia, dengan tembusan kepada Gubernur
Jawa Barat dan Menteri Dalam Negeri.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
(1)

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Kuningan Nomor 20 Tahun 2004 sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan
tetap berlaku.

(2)

Direktur dan pegawai PD.BPR yang dibentuk dengan
Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2004 masih tetap
menjalankan tugasnya sampai dengan adanya
penyesuaian Peraturan Daerah ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 60

Peraturan Bupati untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini,
paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan harus
sudah diterbitkan

31

Pasal 61
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka
Peraturan Daerah
Kabupaten Kuningan Nomor 20
Tahun
2004
tentang
Organisasi dan Tatakerja
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR)
Kuningan, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 62
Peraturan Daerah
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Daerah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Disahkan di Kuningan
Pada tanggal 25-8-2010
BUPATI KUNINGAN
Cap Ttd
AANG HAMID SUGANDA
Diundangkan di Kuningan
Pada tanggal 27-08-2010
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
Cap Ttd
NANDANG SUDRAJAT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 116 TAHUN 2010
SERI E
Salinan ini sesuai dengan Aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
KABUPATEN KUNINGAN

32

ANDI JUHANDI, SH
Pembina
NIP. 196306011992031006

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR 11 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH
BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) KUNINGAN
I.

UMUM
Dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian Daerah dan
meningkatkan pelayanan kebutuhan masyarakat yang belum terjangkau Bank
Umum, agar dapat mewujudkan pemerataan pelayanan Perbankan untuk
memberikan kesempatan usaha dan peningkatan tarap hidup rakyat serta
guna menghindari munculnya rentenir dan pengijon yang merusak
perekonomian rakyat, sejak tahun 1968 Pemerintah Daerah telah memiliki
Perusahaan Daerah yang bergerak di bidang perbankan yaitu Bank Karya
Produksi Desa (BKPD) sebanyak 14 (empat belas) buah, yang untuk
opersionalnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kuningan Nomor
SK.52/Khusus/II/1968 tentang Pembentukan Bank Karya Produksi Desa di
Kecamatan-kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Kuningan. Hal ini sebagai
penjabaran dari Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor
40/BI/Pem/SK/1965 tanggal 21 Desember 1965 tentang Pembentukan Bankbank Produksi Desa dan Lumbung-lumbung Produksi Desa di Pedesaan.
Keempat belas BKPD dimaksud telah memiliki Ijin Usaha sebagai
Bank dari Menteri Keuangan.

33

Pada Tahun 1989, untuk menjamin adanya kepastian hukum
mengenai keberadaan BKPD dimaksud, Pemerintah Daerah telah
menetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1989 tentang Bank Karya
Produksi Desa yang disahkan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Surat
Keputusan Nomor 188.342/SK.908/Huk/1993 tanggal 19 Mei 1993 dan
diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 9 Tahun
1993 tanggal 27 Mei 1993 Seri D.
Selanjutnya dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
1992 tentang bank Perkreditan Rakyat, maka Bank Karya Produksi Desa
telah diubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1997.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada Tahun 2001 operasional PD.
BPR mengalami kolaps dan ini terjadi hampir disebagian besar PD. BPR
khususnya di Jawa Barat, sehingga PD. BPR yang masih operasional
sebanyak 7 (tujuh) buah, selebihnya dibekukan karena tingkat kesehatan
Bank tidak memenuhi syarat untuk kelangsungan usaha Bank dan telah
dicabut ijin usahanya oleh Bank Indonesia dengan Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Nomor 3/26/Kep.DGS/2001 tanggal 5 Desember 2001.
Selain itu, seiring pula dengan perkembangan paradigma
Pemerintahan, Pemerintah telah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1999. Kemudian sebagai pedoman pengelolaan PD. BPR
Pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 30 tahun 2000, berikut Peraturan Pelaksanaannya.
Sehubungan
dengan
adanya
perkembangan-perkembangan
dimaksud, Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1997 telah ditinjau kembali dan
diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2002.
Dengan terus berkembangnya dunia usaha perbankan, Pemerintah
Daerah dituntut untuk melakukan langkah rasional menyangkut penataan
sistem menajerial operasional PD. BPR, agar dapat menunjang kelancaran
kegiatan usaha sehingga mendorong menciptakan sistem perbankan yang
sehat, efisien, tangguh dan mampu bersaing dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas, Sehingga Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2002 pun
telah ditinjau kembali diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun
2004 tentang Organisasi Tatakerja Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat (PD.BPR) Kuningan.

34

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengganti Peraturan
Daerah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Organisasi Tatakerja Perusahaan
Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Kuningan.
Penggantian ini dilakukan sehubungan dengan berlakunya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank
Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah, yang sekaligus mencabut :

II

1.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Pedoman Pengelolaan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat;

2.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2000 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat

3.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2000 tentang Direksi
dan Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

4.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2000 tentang
Pegawai Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat;

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal ini menjelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam
Peraturan Daerah ini dengan maksud untuk menyamakan pengertian
tentang istilah itu sehingga dengan demikian dapat dihindari
kesalahpahaman dalam penafsirannya.
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas

35

Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas

36

Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas

37

Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas

38

Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup Jelas

39

Pasal 62
Cukup Jelas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2010 NOMOR 28
SERI E

40