PROS Devinta L, Susanti PH, Yohanes M eksplorasi kualitas beberapa fulltext

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PEN PIDlKAN SAINS UKSW

EKSPLORASI KUALITAS BEBERAPA PRODUK PASTA GIGI
DITINJAU DARI KADAR FLUORIDA (F)
Devinta Lestari, Susanti Pudji Hastuti, Yohanes Martono
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Kristen Satya Wacana,
,//. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711-Jawa Tengah
xandre_pino@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian tentang kualitas beberapa produk pasta gigi ditinjau dari kadar fluorida (F ) telah selesai
dilakukan sejak bulan Oktober 2009-April 2010 bertempat di Laboratorium Kimia Dasar dan
Laboratorium Kimia Lingkungan, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah : pertama, menentukan kadar fluorida berbagai jenis produk
pasta gigi anak dan dewasa yang beredar di masyarakat, serta membandingkan dengan baku mutu SNI
(Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi
anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34.
Kedua, menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan beberapa parameter pendukung.
Sampel yang diteliti adalah berbagai merek pasta gigi (anak maupun dewasa) dalam jenis pasta maupun
gel. Pengukuran kadar fluorida dilakukan dengan menggunakan prinsip kolorimetri metoda SPADNS

dengan instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240). Paramater
pendukung seperti kadar besi total dan fosfat diukur dengan menggunakan instrumen spektrofotometer
(HACH DR/2000), sedangkan pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi. Untuk menentukan
keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan parameter pendukung dilakukan analisa Korelasi
Berganda Pearson menggunakan program SPSS Statistics 17.0.
Berdasarkan hasil, maka diperoleh kesimpulan yaitu : kadar fluorida dalam pasta gigi anak berkisar antara
366,67-439,05 mg/L dan kadar fluorida pasta gigi dewasa berkisar antara 336,67-446,67 mg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu, kadar fluorida yang terdapat baik dalam pasta gigi anak dan dewasa
masih berada di bawah kisaran kadar fluorida yang ditetapkan. Kadar fluorida berkorelasi positif dengan
parameter suhu, pH, dan besi.
Kata kunci: kualitas produk, pasta gigi, fluorida.

PENDAHULUAN
Dewasa ini, tuntutan masyarakat terhadap produk kosmetik tidak hanya sekedar mementingkan
kuantitas tetapi juga kualitas produk yang beredar di lingkungan masyarakat. Produk yang
berkualitas tentunya hams memenuhi standar yang telah ditetapkan, tidak hanya dalam produksi
melainkan dalam setiap mata rantainya. Salah satu produk kosmetik yangpopuler di masyarakat
adalah pasta gigi atau yang sering dikenal dengan sebutan odol.
Saat ini, penggunaan pasta gigi sudah mempakan bagian dari proses menyikat gigi yang
mempakan kebiasaan mutlak dan diperlukan bagi kesehatan khususnya gigi. Dengan adanya

pasta gigi, masyarakat dapat menyikat gigi lebih bersih sehingga terhindar dari kuman-kuman
penyakit di mulut (Andriewongso, 2008). Gigi mempakan salah satu organ tubuh yang penting
bagi pencernaan makanan tahap awal dan berperan dalam komunikasi. Fungsi lainnya yang tak
kalah penting adalah dari segi estetika wajah (Anonim, 2009; Harshanur, 1991). Oleh karena
peran gigi yang sangat penting, maka tak heran apabila penggunaan pasta gigi terns mendapat
perhatian dihampir seluruh lapisan masyarakat.

67

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSfV

Sejak dulu produk odol atau pasta gigi erat sekali kaitannya dengan kandungan fluorida yang
tak bisa dipungkiri merupakan salah satu zat yang dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan
kesehatan gigi. Cara keija fluorida secara umum untuk mencegah teijadinya karang gigi oleh
karena fluorida yang berikatan dengan struktur gigi dapat mengurangi kelarutan email oleh
pengaruh asam, menurunkan permeabilitas permukaan email dan menghambat fermentasi
karbohidrat oleh mikroofganisme rongga mulut (Finn, 1973 dalam Wahluyo, 2003).
Secara sistemik fluorida sangat dibutuhkan dalam perkembangan gigi pada masa mineralisasi
gigi agar email menjadi lebih tahan terhadap karang (Newbrun, 1989; Stookey, 1993).
Sebenamya fluorida bisa dikonsumsi dari makanan dan minuman (Sharma and Shamsh, 2004;

Darmawan, 2007). Namun, fluorida yang terkandung dalam pasta gigi akan lebih efektif karena
kandungannya yang tinggi dan berkontak langsung dengan gigi (Darmawan, 2007). Sejalan
dengan hal tersebut, muncul berbagai kontroversi mengenai penggunaan fluorida pada pasta
gigi. Beberapa orang atau perusahaan menganggap bahwa penggunaan fluorida aman,
sedangkan beberapa lainnya menganggap fluorida tidak meningkatkan kesehatan gigi tetapi
mungkin menyebabkan gigi rusak (Anonim, 2004).
Kebutuhan fluorida berada di antara 0,7 hingga 0,9 mg/L (part per milion) (Anonim1, 2008).
Oleh karena itu terlepas dari kontroversi yang berkembang, pemberian fluorida dalam pasta gigi
tentu tidak boleh berlebihan. Hal ini dikarenakan, kelebihan fluorida (fluorosis) dapat
menyebabkan sel-sel gigi mati sehingga gigi menjadi rapuh. Gigi anak yang kelebihan fluorida
umumnya ditandai dengan timbul bercak putih dan coklat pada gigi. Fluorida yang berlebihan
dapat membuat seseorang menderita keracunan, kerapuhan tulang (osteoporosis), kerusakan hati
dan ginjal (Anonim1, 2008; Anonim4, 2001 dalam Sanoto, 2005; Darmawan, 2007; Pratiwi,
2009).
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan semakin banyak beredamya produk pasta gigi anak
dan dewasa yang memberikan banyak pilihan kepada konsumen, maka persoalan mengenai
kualitas produk pasta gigi yang memenuhi standar baku kandungan fluorida sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kadar fluorida berbagai jenis produk pasta gigi anak dan dewasa yang
beredar di masyarakat, serta membandingkan dengan baku mutu SNI (Standar

Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998
(pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34.
2. Menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan beberapa parameter
pendukung.
BAHANDAN METODA
Bahan dan Piranti
Bahan
Sampel yang diteliti adalah berbagai merek pasta gigi (anak maupun dewasa) dalam jenis pasta
maupun gel. Pengukuran kadar fluorida dan parameter pendukung dilakukan di Laboratorium
Kimia Dasar dan Laboratorium Kimia Lingkungan, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Bahan kimia yang digunakan adalah HNOj (derajat pro-analysa (PA), E-Merck, Germany);
H2O2 (PA, E-Merck, Germany); Buffer pH 7 (PA, E-Merck, Germany); Larutan standar fluorida
(dalam H2O) 100 mg/L (E-Merck, Germany); indikator fenolftalein; dan air suling/akuades.
Reagen spektrofotometer yang digunakan adalah FerroVer Iron Reagent Powder (HACH,
Gennany); SPADNS Reagent (HACH, Germany); dan PhosVer 3 Phosphate Powder (HACH,
Germany).
Piranti
68


PROSIDINGSEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW

Alat yang digunakan yaitu spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240),
spektrofotometer (HACH DR/2000), pH-meter (Hanna Instrument 9812), neraca analitis
(Mettler H80), cawan porselin, almari asam, pemanas listrik (hot plate), buret, termometer
raksa, oven, cawan petri, sentrifuge, spatula, dan peralatan gelas (erlenmeyer, pipet tetes, pipet
volume, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, dan beaker glass).
Metoda
Preparasi Sampel
a. Pengeringan Sampel (Oyewale, 2005)
Sejumlah sampel dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105oC sampai massa konstan
diperoleh dalam pendinginan di dalam desikator.
b." Digest! Sampel (Oyewale, 2005 yang dimodifikasi)
Sampel yang telah dikeringkan (1 gram) dimasukkan dalam cawan porselin dan
direndam dalam 5 mL HNOj pekat selama 24 jam pada almari asam. Setelah itu,
dipanaskan pada temperatur 50° C dengan menggunakan hot plate dalam almari asam.
Setelah dipanaskan ± 2 jam, ditambahkan lagi 5 mL HNOj pekat dan beberapa tetes
H2O2. Pemanasan dilanjutkan sampai tidak terbentuk lagi gas kecokelatan nitrogen
oksida dan dihasilkan larutan yang bening. Larutan didinginkan, lalu disaring dan fdtrat

dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambah akuades hingga garis tera.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Lima mL akuades dicampur dengan 1 mL reagen SPADNS, kemudian dilakukan scanning
menggunakan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) untuk menentukan panjang
gelombang maksimum. Pengukuran dilakukan pada daerah panjang gelombang 350-700 nm.
Pembnatan Kurva Standar
Sepuluh seri kadar larutan standar Fluorida yaitu : 0,2 mg/L; 0,4 mg/'L; 0,6 mg/L; 0,8 mg/L; 1
mg/'L; 1,2 mg/L; 1,4 mg/L; 1,6 mg/L; 1,8 mg/L dan 2 mg/L (masing-masing dibuat dalam
volume 10 ml) disiapkan. Dari masing-masing kadar diambil 5 mL larutan kemudian
ditambahkan 1 mL reagen SPADNS ke dalam setiap tabung reaksi, diaduk hingga homogen
kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu kamar. Absorbansi masing-masing larutan
diukur dengan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) pada panjang gelombang 550
nm (panjang gelombang maksimum setelah dilakukan scanning).
Aplikasi Metoda untuk Analisa Fluorida Sampel
5 mL sampel hasil digesti ditambahkan dengan 1 mL reagen SPADNS kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer (UV-Vis Mini Shimadzu U-1240) pada panjang
gelombang 550 nm. Nilai absorbansi sampel hasil pengukuran digunakan untuk menghitung
konsentrasi sampel menggunakan rumus hukum Lambert-Beer.
Penentuan Data Pendukung
a. Pengukuran Kadar Air (Sudarmadji dkk., 1997)

Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya,
kemudian dioven pada suhu 102oC selama 3 jam. Cawan dan sampel didinginkan dalam
desikator hingga mencapai suhu ruang kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulang
dengan lama pengovenan 1 jam sampai dicapai berat konstan.
b. pH dan suhu (Oyewale, 2005 yang dimodifikasi)
Sejumlah sampel ditimbang 1 gram dan dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur
100 mL. pH larutan diukur dengan menggunakan piranti Hanna Instrument (HI 9812),
dan suhu larutan diukur dengan menggunakan termometer raksa.
c. Penentuan Alkalinitas (Alaerts dan Santika, 1987 yang dimodifikasi)
Alkalinitas sampel diukur dengan metoda titrasi menggunakan titran HC1 0,1 M dan
indikator fenolftalein. Titik akhir titrasi berwama merah jambu.
d. Penentuan Kadar Bcsi total (Fc total) (HACH, 1992)
Penentuan kadar besi total (Fe total) dilakukan berdasarkan prosedur yang terprogram
pada alat Spektrofotometer (HACH DR/2000).
e.
Penentuan Kadar Fosfat (POy1) (HACH, 1992)
Penentuan kadar Fosfat (PO.ffi dilakukan berdasarkan prosedur yang terprogram pada
alat Spektrofotometer (HAC11 DR/2000).
(D


PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSfV

Analisa Data
Data yang diperoleh (kadar fluorida) dianalisa dengan melakukan perbandingan baku mutu SNI
(Standar Nasional Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998
(pasta gigi anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri KesehatandSo. 445/Menkes/Per/V/\998
Lampiran 1#34, sedangkan untuk menentukan keeratan hubungan antara kadar fluorida dengan
parameter pendukung dilakukan analisa Korelasi Berganda Pearson menggunakan program
SPSS 17 (Santosa dan Ashari, 2005).
HASIL DAN DISKUSI
Fluorida dalam Pasta Gigi Anak dan Dewasa (Gel dan Pasta)
Hasil pengukuran kadar fluorida dalam pasta gigi anak dan dewasa (gel dan pasta) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Kisaran Kadar Fluorida dalam Pasta Gigi
Jenis
Anak

Gel
Pasta


Kisaran kadar Fluoridav (mg/L)
&
'
437,14 ± 34,76^139,05 ± 36,74
366,67 ± 127,82

Dewasa

Gel
Pasta

366,67 ± 47,58-416,19 ± 47,58
336,67 ± 76,10-446,67 ±36,74

^ ^/Iff
fluorida (mg/L)
414,29
'
407,62


Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar fluorida dalam pasta gigi anak justru
lebih tinggi dibandingkan dengan pasta gigi dewasa. Ditinjau dari kisaran kadar fluorida yang
diperoleh pada pasta gigi anak dan dewasa, berdasarkan jenisnya (gel dan pasta), pasta gigi anak
berjenis gel maupun pasta memberikan nilai kadar fluorida yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang dewasa. Pengaruh terbesar fluor dalam masa pos/-erupsi gigi teijadi pada tahuntahun pertama dan berkurang pada tahun-tahun berikutnya (Hoogendom, 1982 dalam Panjaitan
2000). Pada waktu gigi tumbuh, pengapuran enamel belum selesai dan masih sangat peka
terhadap karies. Pengapuran enamel berlangsung dari luar ke dalam melalui proses fisikokimia
yakni difusi dan pertukaran ion. Maturisasi enamel sesudah gigi erupsi terutama teijadi pada
tahun-tahun pertama sesudah gigi tumbuh (Woltgens dkk., 1978 dalam Panjaitan, 2000). Alasan
inilah yang melatarbelakangi banyak produsen pasta gigi cenderung memberikan fluorida dalam
jumlah yang lebih tinggi pada pasta gigi anak daripada dewasa.
Hasil pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa dalam pasta gigi anak, kadar fluorida terbesar
ditemukan dalam jenis pasta dan dalam pasta gigi dewasa, kadar fluorida terbesar juga terdapat
dalam pasta gigi berjenis pasta. Menurut Anonim2 (2008), pasta gigi terdiri dari 2 jenis yaitu gel
atau pasta. Perbedaan dari keduanya terletak pada kandungan air dan penggunaan bahan abrasi.
Dalam pasta gigi gel, bahan abrasi yang digunakan adalah silika sedangkan bahan abrasi yang
digunakan untuk pasta gigi berjenis pasta adalah natrium atau kalium karbonat. Jadi, pada
dasamya kadar fluorida tidak ada hubungannya dengan kondisi gel ataupun pasta.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, dibandingkan secara keseluruhan, kadar fluorida dalam
pasta gigi anak lebih tinggi (414,29 mg/L) dibandingkan dengan pasta gigi dewasa (407,62

mg/L). Menurut baku mutu, Standar Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan No.
445/Menkes/Per/V/199S Lampiran 1#34, kadar fluorida yang dipersyaratkan dalam pasta gigi
untuk orang dewasa adalah 800-1500 mg/L sedangkan bagi pasta gigi anak adalah 500-1000
mg/L. Jadi apabila dibandingkan dengan baku mutu, kadar fluorida yang ditetapkan dalam
penelitian masih berada di bawah kisaran kadar fluor yang ditetapkan di dalam baku mutu. Hasil
ini berarti pasta gigi anak dan dewasa yang beredar kemungkinan belum bisa memberikan hasil

70

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW

yang efektif dalam fungsinya untuk mempertahankan email terhadap karang gigi dan menjaga
agar struktur gigi lebih kuat sehingga terhindar dari kerusakan (karies). Walaupun demikian,
menurut Anonim1 (2008), kekurangan fluorida di Indonesia sangat jarang terjadi. Hal ini
dikarenakan di dalam air minum juga mengandung fluorida.
Fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40-50% pada gigi susu (Murray and Rugg-gun
cit. Linanof dalam Angela. 2005). Menurut Rachmatiah (2004) dalam Sanoto (2005), kadar
fluorida pada sumber air di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan mencapai 0,3
mg/L. Pada dasamya kadar optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7-1,2
ppm. Namun dalam kasus karies gigi, keiidakoptimalan jumlah fluor dalam air (secara alami)
dapat ditutupi dengan keberadaan fluorida dalam pasta gigi.
Keeratan Hubungan antara Kadar Air, Suhu, pH, Fosfat (PO^), dan Besi total (Fe total)
dengan Kadar Fluorida (F )
Untuk menentukan keeratan hubungan antara F" dengan beberapa parameter pendukung
dilakukan analisa Korelasi Berganda Pearson menggunakan program SPSS Statistics 17.0 tahun
2008. Adapun Tabel hasil korelasi disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Korelasi Berganda Pearson
Koefisien Korelasi
Kadar Air
Suhu
pi
PH
Fluorida
PO^
Fe total
Keterangan :

Fluorida

0,874**
0,569
Bermakna pada 5%
Bermakna pada l0o

0,726*

Pada Tabel 2 tampak bahwa semua keluaran yang dikorelasikan membenkan nilai positif. Nilai
kadar air mempengaruhi kandungan fosfat, semakin tinggi kadar air semakin tinggi pula kadar
fosfat. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu. akan mengakibatkan
nilai pH, fluorida dan besi juga semakin tinggi. Pasta gigi mengandung sejumlah komponan
yang bersifat basa. Pada suhu yang tinggi, baik besi maupun fluorida memberikan kelarutan
yang tinggi pula. Korelasi paling erat (tingkat kepercayaan 99%) teijadi antara nilai pH dan nilai
fluorida, dimana semakin tinggi nilai pH, nilai fluorida juga semakin tinggi.
Karies dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan plak gigi dan dapat diperberat oleh makanan
mengandung karbohidrat. Bakteri plak akan meragikan gula dan menghasilkan asam organik
dengan pH rendah; suasana asam akan menyebabkan terjadinya kemsakan enamel yang 95% di
antaranya adalah hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya demineralisasi dan karies
(Prijantojo, 1996). Asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai mencapai pH 5. Untuk
menjaga agar gigi terhindar dari karies, pasta gigi tentunya harus bersifat menetralkan suasana
asam tersebut. Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (6-7)
sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies. Selain itu kehadiran fluorida dalam pasta
gigi juga ditujukan untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisma bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil
apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: CaU)(P04)6.(OH)2 + F —«
Cau,(P04)6.(0HF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehihgga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang
perbaikan dan penghentian lesi karies.
Data pada Tabel 2 juga menunjukkan semakin tinggi nilai Fe, akan dimungkinkan semakin
tinggi pula kadar fluorida dalam sampel pasta gigi. Menurut Anonim (2010), kehadiran Fe
bersama-sama dengan fluorida juga turut berperan dalam menjaga agar gigi tidak rusak akibat
71

PR OS I DING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW

kekeringan yang teijadi dalam mulut. Selain berkorelasi dengan besi dan pH, kadar fluorida
juga berkorelasi dengan suhu. Adanya peningkatan suhu akan berpengaruh terhadap kenaikan
kadar fluorida maupun besi total.
KESIMPULAN
1. Kadar fluorida dalam palita gigi anak berkisar antara 366,67-439,05 mg/L dan kadar
fluorida pasta gigi dewasa berkisar antara 336,67-446,67 mg/L.
2. Kadar fluorida yang terdapat dalam pasta gigi anak dan dewasa masih berada di
bawah kisaran kadar fluor yang ditetapkan di dalam baku mutu SNI (Standar Nasional
Indonesia) 12-3524-1995 (pasta gigi orang dewasa); SNI 16-4767-1998 (pasta gigi
anak); dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998
Lampiran 1#34.
3. Kadar fluorida berkorelasi positif dengan parameter suhu, pH, dan besi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 2004. Fluoride (Fact Sheet).
http://www.earthUfe.org.za/factsheet/fs.fluoride.htm. (diakses : 19 Maret 2009).
[2] Anonim1. 2008. Baik dan Buruk Fluoride.
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/fluoride250408.htm (diakses : 20 Maret
2009).
[3] Anonim2. 2008. Determination of Fluoride Content in Toothpaste. Oxford Instruments
Molecular Biotools Limited, USA.
[4] Anonim. 2009. Pentingkah Fluoride dalam Pasta Gigi??.
http://www.cni.co.id/winz//index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=58
&Itemid=73 (diakses : 20 Maret 2009).
[5] Anonim. 2010. Multi Vita Bets and Fluoride and Iron.
http://wuw.drugs.com mtm/inii/ti-vira-bets-and-fluoride-and-iron.html (diakses : 05 Mei
2010).
[6] Alaerts, G., dan S. S. Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional,
Jakarta.Andriewongso. 2008. Pasta Gigi. /ittp://www.andriewongso.cotn/awartike/1984-Tahukah_Anda-Pasta_Gigi (diakses : 20 Maret 2009).
[7] Angela, Ami. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.)38 (3), 130-134
[8] Darmawan, Lita. 2007. Cara Cepat Membuat Gigi Sehat dan Cantik dengan Dental
Cosmetics. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[9] HACK Company. 1992. DR/2000 Spectrophotometer Procedures Manual. USA:
HACH Company.
[10] Harshanur, Itjingningsih W. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
[11] Newbrun E. 1989. Effectiveness of water fluoridation. "Public Health Dent 49, 279289.
[12] Oyewale, A.O. 2005. Estimation of The Essential Inorganic Consituents of
Commercial Toothpaste. Scientific & Industrial Research 64, 101-107.
[13] Panjaitan, Monang. 2000. Hambatan Natrium Fluorida dan Vamish Fluorida terhadap
Pembentukan Asam Susu oleh Mikroorganisme Plak Gigi. Cermin Dunia Kedokteran
126,40-44.
[14] Pratiwi, Donna. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
[15] Prijantojo. 1996. Peranan Chlorhexidine terhadap Kelainan Gigi dan Rongga Mulut.
Cermin Dunia Kedokteran 113, 57-61.
[16] Sanoto, Herry. 2005. Kualitas Sumber Air Minum di Salatiga Ditinjau dari Kadar
Fluorida (F). Skripsi Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
[17] Santosa, Purbayu Budi., dan Ashari. 2005. Analisis Statisik dengan Microsoft Excel
dan SPSS. Yogyakarta: Andi.
72

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS UKSW

[18]

Sharma, Rajnikant and Shamsh Pervez. 2004. Study of Dental Fluorosis in Subjects
Related to a Phosphatic Fertlizer Plant Environment in Chhattisgarh State. Scientific
& Industrial Research 63, 985-988.
[19] Stookey G.K., DePaola P.F., Featherstone J.D.B., Fejerskov O., Moller I.J., Rotberg
S., Stephen K.W., Wefel J.S. 1993. A Critical Review of The Relative Anticaries
Efficacy of Sodium Fluoride and Sodium Monofluorophosphate Dentifrices. Caries
Res 27 (4), 337-360.
[20] Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analitik untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
[21] Wahluyo, Soegeng. 2003. Hubungan antara Pemakaian Pasta Gigi Berfluorida
dengan Perubahan pH Saliva Berdasarkan Intenxd Waktu pada Penderita non
Karies. Surabaya: Universitas Airlangga.

73