B1J011100 9.

I.

PENDAHULUAN

Ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.) merupakan spesies asli Indonesia
yang ditemukan di Waduk P.B. Soedirman, Kabupaten Banjarnegara (Rukayah &
Wibowo, 2010). Ikan spesies asli merupakan spesies ikan yang menghuni wilayah
perairan Indonesia yang sesuai dengan habitatnya secara alami (Kolar & Lodge,
2001). Ikan palung digemari masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan
mengandung protein tinggi yaitu sebesar 31-33%, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai ikan konsumsi (Erlania et al., 2011).
Ikan palung merupakan sasaran utama penangkapan ikan di Waduk P.B.
Soedirman (Rukayah & Wibowo, 2010). Penangkapan yang dilakukan secara terusmenerus akan berdampak pada penurunan populasi ikan (Wargasasmita, 2005).
Penurunan populasi ikan dapat mempengaruhi struktur populasi. Perubahan pada
struktur populasi dapat dilihat dari ukuran ikan, jumlah hasil tangkapan, dan habitat
ikan (Khalifa, 2011). Penurunan populasi mengakibatkan sebagian besar ikan-ikan
yang ada di waduk akan mengalami kepunahan apabila tidak dilakukan pengelolaan
ikan secara tepat (Jubaedah, 2004). Pengelolaan ikan palung membutuhkan berbagai
informasi. Informasi terkait dengan struktur populasi ikan palung di Indonesia
terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian.
Struktur populasi berfungsi sebagai salah satu strategi dalam memprediksi

kondisi populasi dalam suatu lokasi (Budimawan et al., 2013). Pengetahuan tentang
rasio kelamin, kelompok umur, pertumbuhan, laju mortalitas, laju eksploitasi, dan
hasil per rekruitmen relatif suatu spesies dibutuhkan untuk menjelaskan struktur
populasi (Aswar, 2011). Menurut Khalifa (2011) parameter yang termasuk dalam
struktur populasi ikan diantaranya adalah sebaran ukuran panjang, pertumbuhan, laju
mortalitas, laju eksploitasi, dan hasil per rekruitmen relatif.
Pertumbuhan populasi adalah pertambahan jumlah ikan dalam populasi

bio.unsoed.ac.id

secara eksponensial untuk waktu tertentu. Penambahan individu dan komposisi kelas
umur ikan merupakan sasaran kelimpahan sumberdaya ikan sepanjang tahun
(Budimawan et al., 2013). Laju pertumbuhan yang cepat menunjukkan kelimpahan
makanan dan kondisi habitat yang sesuai (Moyle & Cech, 2004 dalam Tutupoho,
2008). Pendugaan pertumbuhan ikan dapat diduga dengan menganalisis data ukuran
panjang atau bobot pada ikan yang memiliki umur berbeda (Nikolsky, 1963).

1

Mortalitas merupakan jumlah individu yang hilang selama satu interval

waktu. Mortalitas dibedakan atas dua kelompok yaitu mortalitas alami (M) dan
mortalitas penangkapan (F). Mortalitas alami disebabkan oleh faktor alam,
Sedangkan mortalitas penangkapan disebabkan oleh faktor penangkapan yang terjadi
pada periode waktu tertentu (Ricker, 1975).
Laju eksploitasi menunjukkan besarnya jumlah kelimpahan ikan. Nilai laju
eksploitasi diperoleh dari perbandingan antara nilai laju mortalitas penangkapan
dengan nilai laju mortalitas total. Gejala over eksplotasi dapat ditandai dengan
menurunnya hasil tangkapan per upaya penangkapan (Gulland, 1971). Over
eksploitasi dapat diakibatkan oleh over fishing. Over fishing merupakan kondisi laju
mortalitas telah menurunkan kapasitas suatu populasi dalam jangka panjang untuk
mencapai Maximum sustainable Yield (MSY) atau mencapai tangkapan maksimum
yang lestari (Prasetya, 2010).
Pendugaan kelimpahan hasil per rekruitmen relatif (Y/R’) merupakan salah
satu model yang biasa digunakan sebagai dasar strategi pengelolaan perikanan
(Sparre & Venema, 1999). Model hasil per rekruitmen relatif meliputi usaha untuk
mengatur kematian yang disebabkan oleh penangkapan, peningkatan produktivitas
alami, dan percepatan pengembangan teknologi kelimpahan agar bernilai ekonomis
(Nikolsky, 1963). Model ini tergolong praktis karena hanya beberapa parameter yang
dibutuhkan, diantaranya adalah koefisien laju pertumbuhan, mortalitas total, panjang
maksimum ikan, laju eksploitasi, dan ukuran panjang ikan terkecil (Aswar, 2011)

Waduk P.B. Soedirman telah mengalami perubahan kualitas air yang
disebabkan oleh sedimentasi. Proses sedimentasi di Waduk P.B. Soedirman
mengalami peningkatan, yakni prosentase volume waduk terisi sedimen sejak tahun
1989 sebesar 2,28 % hingga tahun 2006 sebesar 49,91 %. Sedimentasi ini
diakibatkan oleh laju erosi yang terjadi pada DAS Merawu yaitu sebesar 10,23
mm.tahun-1, DAS Serayu yaitu sebesar 4,12 mm.tahun-1, dan di luar DAS Merawu

bio.unsoed.ac.id

dan Serayu yaitu sebesar 2,7 mm.tahun-1 (Wulandari, 2007). Perubahan kualitas air
akibat sedimentasi berdampak pada penurunan kualitas air di waduk (Wulandari et
al., 2010). Pengkajian struktur populasi dan kualitas air di Waduk P.B. Soedirman
dibutuhkan untuk menunjang upaya pengelolaan sumberdaya ikan palung, agar
tercipta penangkapan yang lestari.

2

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1.


Bagaimana struktur populasi ikan palung yang meliputi sebaran ukuran panjang,
pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil per rekruitmen relatif di lokasi inlet,
tengah, dan outlet Waduk P.B. Soedirman

2.

Bagaimana kondisi kualitas air di Waduk P.B. Soedirman

3.

Parameter kualitas air manakah yang berpengaruh terhadap jumlah ikan palung
di lokasi inlet, tengah, dan outlet Waduk P.B. Soedirman.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:
1.

Mengetahui struktur populasi ikan palung yang meliputi sebaran ukuran
panjang, pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil per rekruitmen relatif di lokasi
inlet, tengah, dan outlet Waduk P.B. Soedirman


2.

Mengetahui kondisi kualitas air di Waduk P.B. Soedirman

3.

Menentukan parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap jumlah ikan
palung di lokasi inlet, tengah, dan outlet Waduk P.B. Soedirman.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

informasi bagi pembangunan perikanan dan pengelolaan sumberdaya perikanan,
khususnya pelestarian ikan palung H. macrolepidota (C.V.) pada perairan Waduk
P.B. Soedirman.

bio.unsoed.ac.id

3