SPREAD LAPORAN TAHUNAN KPPU 2015

DAFTAR ISI

PENGANTAR

5

PROFIL ANGGOTA KPPU

6

PENEGAKAN HUKUM

12
17

KAJIAN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBIL ALIHAN
24
MERGER DAN AKUISISI 2015
KERJASAMA DAN KOORDINASI ANTAR LEMBAGA

ADVOKASI DAN SOSIALISASI

32

INTEGRITAS DAN LOYALITAS TANPA BATAS
KANTOR PERWAKILAN DAERAH
LAMPIRAN

28

36

41

46

3
Laporan Tahunan 2015

PENGANTAR

Tahun 2015 telah berlalu, tidak terasa periode satu tahun ini berjalan.
Pengabdian satu tahun penuh yang penuh jalan terjal sungguh berarti.
Sungguh tidak kami sadari, sesungguhnya KPPU telah banyak memberikan
kredit positif, mengabdi kepada Pertiwi, penuh selama 16 tahun ini.
Laporan tahunan, catatan kinerja, atau istilah apapun yang dipakai,
seyogyanya diposisikan dan dijadikan evaluasi atas keberadaan KPPU di
dalam penegakan hukum persaingan usaha yang berliku ini.
Tahun 2016 juga merupakan sebuah episode yang berat bagi KPPU sebagai
sebuah lembaga yang telah berusia 16 tahun. Berbagai ujian melanda,
semoga menjadi pembelajaran tersendiri agar di kemudian hari, lembaga ini
makin dipercaya publik.
Sejak awal pendirian lembaga ini, telah banyak aktifitas yang kami lakukan
untuk membuktikan komitmen pelaksanaan undang-undang persaingan
usaha yang efektif. Berbagai manfaat kebijakan persaingan juga telah
terbukti mampu membuka peluang bagi tumbuhnya kegiatan usaha di
Indonesia.
Kesejahteraan rakyat, itulah fokus utama dari segala tindakan kami. Manfaat
keberadaan kami, telah dirasakan secara langsung maupun tidak langsung
oleh masyarakat. Kita mungkin ingat kisah reformasi sektor penerbangan di
awal tahun 2000an yang telah menjadi bukti nyata arti pentingnya kebijakan

persaingan di negara ini pada periode awal implementasinya.
Tentu, dalam perjalanan lembaga ini kami mengakui bahwa KPPU haruslah
dinamis dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Itulah yang
mendorong kami untuk terus melakukan perbaikan, baik pada tataran sistem
hukum acara, kebijakan, maupun instrumen kelembagaan. Perubahan,
bukanlah suatu faktor yang menakutkan bagi kami. Perubahan adalah energi
untuk maju.
Di masa mendatang, menjadikan kebijakan persaingan sebagai suatu prinsip
yang dianut secara luas oleh setiap kebijakan di bangsa ini, adalah target
utama kami. Kepatuhan pelaku bisnis atas aturan persaingan usaha juga
akan terus ditingkatkan. Untuk itu, berbagai upaya strategis telah kami
gariskan.
Tujuannya hanya satu, kesejahteraan rakyat. Kami akan terus bergerak
bersama menuju tujuan tersebut.
Akhir kata, semoga apa yang dilakukan KPPU ini bisa semakin mendekatkan
kita pada mimpi mewujudkan Indonesia yang bebas dari kartel. Sembari tak
bosan-bosannya kami terus mengajak semua pihak untuk bergandengan
tangan, menyatukan barisan.

5

Laporan Tahunan 2015

PROFIL ANGGOTA KPPU

Ketua KPPU
Dr. Muhammad Syarkawi Rauf, SE., ME.
Muhammad Syarkawi Rauf saat ini
merupakan Ketua KPPU. Lulusan Fakultas
Ekonomi Universitas Hassanudin Makassar
ini pernah menjabat sebagai Chief
Economist Bank BNI Makassar. Ia juga aktif
sebagai dosen tetap di Fakultas Ekonomi
Universitas Hassanuddin (UNHAS) dan
secara rutin memberi pendampingan
kebijakan pembangunan di sejumlah
daerah. Syakawi meraih gelar doktor
ekonomi di Universitas Indonesia pada
tahun 2008 melalui disertasi “International
Risk Sharing dan Integrasi Keuangan: Studi
Empiris di Negara ASEAN”.


Wakil Ketua KPPU
R. Kurnia Sya’ranie, S.H., M.H.
R. Kurnia Sya’ranie, saat ini merupakan
Wakil Ketua KPPU. Ia merupakan salah
satu “pendiri KPPU”, dan telah aktif di
lembaga ini sejak awal pendiriannya di
tahun 2000. Karirnya diawali di
Departemen Perindustrian RI, hingga
bertransformasi ke Departemen
Perindustrian dan Perdagangan RI, dan
bahkan pernah menduduki jabatan
struktural di bidang hukum. Lulusan
Universitas Diponegoro dan Magister
Hukum Universitas Indonesia ini juga telah
menduduki berbagai
posisi penting di Sekretariat KPPU,
seperti Sekretaris Jenderal serta Direktur
Penyelidikan dan Penegakan Hukum.
7

Laporan Tahunan 2015

Anggota KPPU
Ir. Muhammad Nawir Messi, M.Sc.
M. Nawir Messi telah menjadi Komisioner KPPU
selama dua periode dari tahun 2006 hingga nanti
2017, setelah aktif sebagai Direktur Eksekutif
KPPU pada tahun 2001. Selain aktif di KPPU,
Nawir yang juga salah satu pendiri Institute for
Development of Economics and Finance (INDEF)
ini, pernah duduk di Dewan Maritim Indonesia
dan menjabat di Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Manajemen (LPEM-UI), serta terlibat dalam
berbagai proyek di organisasi donor internasional
seperti ILO, USAID, dan the WorldBank. Pria
kelahiran Makassar lulusan Australian National
University dan Universitas Hasanuddin Makassar
ini, juga masih aktif di dunia pendidikan.

Anggota KPPU

Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S.
Tresna P. Soemardi telah menjadi Komisioner
KPPU sejak 2006, dan pernah memimpin
KPPU pada tahun 2008 dan 2010. Prof. Tresna
yang juga merupakan salah satu Guru Besar
di Universitas Indonesia ini, sangat aktif di
lingkungan kampus dengan menjabat berbagai
posisi strategis di badan usaha universitas. Tresna
merupakan doktor lulusan di Ecole Centrale de
Paris, setelah menimba ilmu di bidang teknik di
ITB Bandung dan bidang ekonomi di Universitas
Indonesia.

Anggota KPPU
Dr. Sukarmi, S.H., M.H.
Sukarmi merupakan salah satu Komisioner
KPPU selama dua periode, dan pernah menjabat
Wakil Ketua KPPU di tahun 2011. Memperoleh
gelar doktor hukum dari Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Bandung. Sukarmi juga telah menjadi

pengajar tetap pada Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya Malang sejak tahun 1991. Ia pernah
aktif sebagai peneliti pada berbagai pusat
studi di kampusnya, dan pernah menjabat di
Keanggotaan Kajian Amandemen UUD 1945,
Pimpinan Lembaga Riset Perbankan Daerah,
dan Koordinator Magister Kenotariatan Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang.

Anggota KPPU
Saidah Sakwan, M.A.
Saidah Sakwan merupakan Komisioner KPPU
yang berasal dari kalangan politisi. Beliau pernah
menjabat sebagai Anggota DPR pada tahun
2004-2009 dan aktif di Partai Kebangkitan
Bangsa. Mantan aktivis lulusan magister hukum
di Universitas Islam Jakarta ini, juga pernah aktif
di pemerintahan sebagai Staf Khusus Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan.


Anggota KPPU
Kamser Lumbanradja, MBA
Kamser Lumbanradja, merupakan Komisioner
KPPU yang mewakili suara pelaku usaha. Ia aktif
di kepengurusan KADIN Indonesia sebagai Ketua
Lembaga Mediasi dan sebagai Senator di Junior
Chamber International. Kamser juga pernah
menginisasi pendirian beberapa perusahaan
di berbagai bidang seperti konstruksi dan
pertambangan. Pria kelahiran Samosir, Sumatera
Utara ini, merupakan lulusan Master of Business
Administration di Institut Manajemen Prasetya
Mulia di tahun 1988.
9
Laporan Tahunan 2015

Anggota KPPU
Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D.
Chandra Setiawan Komisioner KPPU yang
juga Rektor President University untuk periode

2012-2016 dan mantan Rektor Institut Bisnis
dan Informatika Indonesia (iBii) ini, memiliki
gelar Doktor di dua bidang yang berbeda, yakni
bidang Manajemen Pendidikan di Universitas
Negeri Jakarta (UNJ), dan bidang Keuangan
Islam di Universitas Putra Malaysia (UPM).
Chandra sangat aktif di bidang kemanusiaan, dan
menginisiasi Konferensi Indonesia untuk Agama
dan Perdamaian (ICRP), serta pernah ditunjuk
sebagai Duta Perdamaian oleh Interreligious
and International Federation for World Peace di
Bangkok, Thailand pada tahun 2001. Terakhir,
Chandra terpilih sebagai Komisioner pada Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di
2002-2007.

Anggota KPPU
Drs. Munrokhim Misanam, MA. Ec. Ph.D.
Munrokim Misanam meraih gelar PhD dari
Rensselaer Polytechnic Institute di New York,

USA. Sebelumnya, ia mengenyam pendidikan
di bidang ekonomi Universitas Islam Indonesia
dan Master of Art dari Ohio State University.
Munrokhim boleh dibilang telah lama mendalami
substansi persaingan usaha, khususnya dengan
keterlibatannya sebagai salah satu asisten peneliti
Komisioner USFTC dan menjadi salah satu ahli
economics of regulations and antitrust. Pernah
menduduki jabatan Ketua Program Pascasarjana
Fakultas Ekonomi (FE) UII periode 2006-2010,
Munrokhim juga aktif sebagai konsultan di
sejumlah lembaga nasional dan internasional.

11
Laporan Tahunan 2015

PENEGAKAN HUKUM

Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah
hadir lebih dari 15 tahun untuk memberantas
praktek persaingan usaha yang melanggar
dan tidak sejalan dengan Undang- Undang
Nomor 5 Tahun 1999. Namun, beberapa
tahun terakhir Visi dan Misi KPPU tidak hanya
soal penegakan hukum tetapi fokus pada
tindakan pencegahan dan penindakan dalam
rangka mengubah tindakan dan perilaku
dari berbagai elemen agar lebih memahami

terkait persaingan usaha yang sehat. Meskipun konsentrasi lebih mengedepankan pada
pencegahan, tetapi tidak meninggalkan tugas dan wewenang KPPU untuk melakukan
tindakan penegakan hukum. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 bahwa
tugas dan wewenang KPPU dalam penegakan hukum meliputi penerimaan laporan,
pengawasan, penyelidikan, pemberkasan, pemeriksaan perkara, putusan dan litigasi.

Jumlah Laporan Sepanjang Tahun 2015
Laporan yang masuk melalui KPPU Jakarta dan KPD tahun periode 2015 berjumlah 136
laporan digambarkan sebagaimana grafik di bawah ini:

Nasional, 70

Makassar,
18

Balikpapan,
11

Surabaya,
9

Medan,
17

batam,
11

Jumlah Laporan dari Pusat dan KPD

Dari 136 laporan, sebanyak 66 laporan (49%) merupakan laporan tender dan sisanya
sebanyak 70 laporan (51%) adalah laporan non tender. Jumlah perkara tender mengalami
penurunan porsi dibandingkan tahun lalu yang dinilai mendominasi sekitar 56%.

Dari total 136 laporan tersebut, tindak lanjut yang masuk ke tahap penyelidikan sebanyak
22 laporan, sedang diproses sebanyak 18 laporan dan laporan yang dihentikan sebanyak
96 laporan karena dinilai tidak layak.

Perkara Inisiatif
Selain melalui laporan, perkara yang ditangani KPPU juga berasal dari insiatif/kebijakan.
Dalam hal ini Unit Perkara Inisiatif sepanjang tahun 2015 telah melakukan 10 penelitian,
dimana 7 diantaranya dilanjutkan ke tahap Penyelidikan dan 3 masih dalam tahap
penelitian perkara inisiatif.
13
Laporan Tahunan 2015

Dari 10 Penelitian Perkara Inisiatif tersebut terdiri dari 2 terkait pengadaan/lelang dan 8 terkait
non tender.

Sementara dari 8 penelitian non tender tersebut, termasuk 2 di dalamnya adalah terkait
keterlambatan
an pemberitahuan atas merger.

Perkembangan Penyelidikan
Berdasarkan data bahwa sepanjang tahun 2015, dari total 84 penyelidikan, sebagian
besar yang ditangani adalah penyelidikan terkait tender yakni sebanyak 52 penyelidikan
y
y adalah non tender.
sementara 32 p
penyelidikan
lainnya

Perkembangan Perkara
Selain itu, terdapat 11 perkara yang masuk ke tahap perkembangan perkara sesuai
dengan Peraturan Komisi Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara,
diantaranya:
• 3 perkara dalam tahap Pemeriksaan
• 2 perkara dalam tahap Pemeriksaan
• 4 perkara dalam tahap Perpanjangan
• 2 perkara dalam tahap Musyawarah Majelis Komisi
Dalam kurun waktu 2007 hingga 2015 ini, KPPU juga telah mengeluarkan 199 putusan
komisi, sebagaimana digambarkan pada grafik berikut :
PUTUSAN K OMIS I
50
45
40

Jumlah

35
30
25
20
15
10
5
0

2007

2008

27

48

20092
32

010
37

2011
13

2012
91

2013

2014

21

92

2015

Tahun Perkara

15
Laporan Tahunan 2015

Jumlah Putusan Komisi Tahun 2007 - 2015

Pada tahun ini, terdapat 2 putusan komisi yang dibacakan, yaitu:
1. Perkara Nomor 01/KPPU-L/2015
Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait 5 (lima)
Paket Tender pada Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara,
Tahun Anggaran 2013
2. Perkara Nomor 02/KPPU-L/2015
Dugaan Pelanggaran Pasal 22 undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait
Pelelangan 4 (empat) Paket Pekerjaan di Lingkungan Satker Pelaksanaan Jalan
Nasional Provinis Kepulauan Riau ULP Balai Besar Pelaksanaan Kalan Nasional II
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun Anggaran 2014.

Kegiatan Litigasi 2015
Dari kegiatan litigasi di tahun 2015 terdapat 35 output upaya hukum terkait perkara yang
diproses oleh KPPU diantaranya sebanyak 15 keberatan terhadap putusan KPPU, 17 putusan
kasasi, dan 3 putusan yang dilakukan peninjauan kembali. Secara keseluruhan terhitung
sejak tahun 2002 – 2015 maka komposisi jumlah putusan menang/kalah di Pengadilan
Negeri dan Mahkamah Agung sebagai berikut:

MA

PN

KETERANGAN

Kasasi

Keberatan

PK

Jumlah

%

Jumlah

%J

umlah

%

MENANG

74

57%

80

73%

58

7%

KALAH

55

43%

30

27%

-1

3%

KAJIAN INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN

KPPU tidak hanya melakukan tindakan
penegakan hukum, untuk mengurangi
bahkan diharapkan menghentikan tindakan
pelanggaran terhadap persaingan usaha
yang dampaknya sangat besar pada kondisi
ekonomi negara ini, langkah efektif adalah
melalui pencegahan. Hal ini juga menjadi salah
satu tugas KPPU dalam mengawasi beberapa
sektor strategis nasional. Terutama menjelang
diimplementasikannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN pada akhir Desember 2015.
17
Laporan Tahunan 2015

Sektor Strategis Nasional
Beberapa sektor strategis nasional yang diawasi KPPU mencakup energi, pangan,
keuangan, logistik, kesehatan dan pendidikan.
1. Sektor Energi, meliputi:
- Industri Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Jenis Ron 92 khususnya di wilayah
Jabodetabek
- Tata Kelola Gas Bumi
- Pengangkutan LPG 3 Kg yang disediakan oleh PT Pertamina Marketing Operation
Region VI dari Balikpapan, Kalimantan Timur ke Tarakan, Kalimantan Utara
- Penelitian tentang pembedaan jenis bahan bakar minyak dan penetapan margin
paling rendah dan margin paling tinggi pada harga jual di titik serah jenis bahan
bakar minyak umum.
2. Sektor Pangan, meliputi :
- Analisis komoditas pangan strategis
- Analisis kebijakan HPP gula
- Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Komoditas Kelapa Sawit (Penerapan IPOP)
- Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Day Old Chick (DOC) dan Daging Ayam
3. Sektor keuangan, meliputi :
Kegiatan inti Sektor Keuangan pada tahun 2015 terdiri dari 3 (tiga) kajian yaitu :
- Monitoring Deteksi Perilaku Kolusif Pada Industri Perbankan di Indonesia
- Monitoring Asuransi Mobil Penumpang
- Kajian Industri dan Kebijakan Pemerintah terkait Fee Brokerage
4. Sektor logistik
Kegiatan inti Sektor logidtik pada tahun 2015 terdiri dari 4 (empat) kajian yaitu :
- Kajian Dampak Penetapan Tarif Batas Bawah dalam Industri Penerbangan
- Kajian Dampak Penetapan Tarif Batas Bawah dalam Industri Taksi di Indonesia
- Kajian Kinerja Pasar Jasa Penerbangan di Indonesia
- Kajian Industri Kepelabuhanan di Indonesia
- Kajian Industri terkait Kargo Udara khususnya Regulated Agent di Indonesia
5. Sektor kesehatan
KPPU melakukan monitoring di sector kesehatan terkait:
- Penyelenggaraan Vaksin Meningitis
- Penetapan Mitra Penyedia Layanan Klaim Kacamata oleh BPJS dalam Program
JKN dan FGD Pada Sektor Kesehatan Terkait Penetapan Mitra Penyedia
Fasilitas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Nasional
- Posisi Dominan Perusahaan Third Party Administrator (TPA) dalam sektor
layanan Asuransi Kesehatan
6. Sektor pendidikan
- Peran Persaingan Usaha Yang Sehat dalam Industri Perbukuan
- Implementasi Persaingan Usaha Yang Sehat dalam industri Perbukuan.

Analisis Komoditas Pangan Strategis
Di Tahun 2015, beberapa daerah sempat mengalami gejolak kelangkaan pangan dan KPPU
khusus menyoroti beberapa komoditas pangan penting yang disinyalir terdapat persaingan
usaha tidak sehat di dalamnya, diantaranya:
1. Beras
Persaingan Usaha komoditas beras ditandai oleh struktur pasar yang imperfect
competition. Kebijakan tata niaga beras yang membatasi pelaku usaha di sisi hulu, perlu
disertai dengan intervensi harga di setiap jejaring distribusi beras. Intervensi harga di sisi
hilir diperlukan untuk mencegah perilaku anti persaingan yang ditandai oleh tingginya
harga beras di tingkat pengecer.
2. Daging Sapi
KPPU mensinyalir, kebijakan tata niaga impor daging sapi merupakan salah satu
penyebab terdistorsinya pasar daging sapi di Jabodetabek. KPPU mengusulkan 3 (tiga)
kebijakan untuk mengatasi persoalan komoditas daging sapi, yaitu:
a. Pemberlakuan tata niaga daging sapi dari hulu ke hilir;
b. Kebijakan intervensi harga oleh negara dalam sistem distribusi; dan
c. meregulasi secara ketat peran importer.
3. Ayam
Permasalahan industri ayam terletak pada tidak berdaya saingnya peternak kecil dalam
persaingan penjualan hasil peternakan ayam. Kebijakan yang diperlukan dalam industri
ayam adalah memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada peternak kecil.
4. Garam
KPPU melihat dari sisi perilaku industri garam, beberapa pelaku dapat menekan
harga beli di tingkat petani. Harga garam di tingkat petani selalu berada di bawah HPP.
Kebijakan industri garam yang diperlukan adalah dengan melakukan pendekatan
komprehensif lintas instansi untuk mendorong penyerapan garam produksi dalam
negeri, baik garam konsumsi maupun garam industri.
5. Gula
Tidak kompetitifnya pabrik gula diupayakan melalui kebijakan perdagangan yang
hanya memberikan perlindungan di sisi hulu, dengan tata niaga yang tidak utuh ini
menimbulkan potensi perilaku persaingan usaha tidak sehat ditingkat pedagang
dimana pasarnya oligopolis. Akibat dari bentuk pasar tersebut pelaku dapat menekan
harga pembelian gula di tingkat petani, sementara harga jual ke konsumen lebih tinggi
akibat posisi yang kuat dalam perdagangan gula.
6. Kedelai
Kebijakan yang diberlakukan justru mendorong impor kedelai lebih banyak dilakukan.
Bea masuk impor kedelai mencapai 0%, yang berarti tidak ada tarif barrier. Potensi
persaingan usaha tidak sehat dalam industri kedelai terutama pada pelaku usaha
pengimpor kedelai dikuasai oleh beberapa pelaku usaha saja.
7. Jagung
Hal yang harus diperhatikan adalah fakta bahwa manajemen persediaan jagung
Indonesia belum sejalan dengan kebutuhan pabrik pakan. Pabrik pakan butuh pasokan
sepanjang tahun, yang akhirnya harus diimbangi oleh manajemen penyimpanan
persediaan dari jagung lokal yang dipanen dalam 2 kali setahun. Dengan cara seperti
itu, seharusnya tidak ada lagi alasan impor meningkat : kualitas jagung lokal sangat baik
dan harga juga sekarang jauh lebih kompetitif. Sebagai penyerap terbesar (63%) industri
pakan ternak berpotensi berperilaku oligopsoni pada pasar jagung Indonesia.
19
Laporan Tahunan 2015

Koordinasi Lintas Instansi dalam Rangka Pembuatan Roadmap Kebijakan dalam
Sektor Pangan pada Komoditas Beras
Beras merupakan komoditas vital bagi masyarakat Indonesia dengan angka konsumsi
beras per kapita per tahun rata-rata mencapai 110-114 kg (BPS 2015). Oleh karena itu,
harga beras menjadi salah satu instrumen penting dalam menciptakan ketahanan pangan
nasional. Pada kenyataannya, kondisi harga beras di Indonesia terus berubah (tidak stabil).
Selain itu, terdapat kecenderungan harga beras untuk terus merangkak naik.
Grafik 1. Harga Beras Periode Januari 2012 – Januari 2015
Beras Umum (Kg)

Beras Termurah (Kg)

Sumber. Badan Pusat Statistik

Sementara, jumlah permintaan dan produksi beras dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Komoditi Beras
TAHUN
31,89

2001

28,44
32,54

2002

29,72
32,95

2003

30,2
37,18

2004

29,7
34,22

2005

30,5
34,55

2006

30,9
32,37

2007

31,39
38,31
37,1

2008

36,37
38

2009

35,5

2010

39

2011

36,5
39,55

2012

37,5

Produksi (juta Ton)
Konsumsi ( Juta ton)

40
71,3

2013

Sumber : Bappenas dan Kementan (data diolah)

Berdasarkan hasil kajian dan analisa KPPU bahwa struktur industri beras adalah imperfect
competition, sedangkan pada level pengecer adalah monopolistic competition. Berdasarkan
jalur distribusi beras, gambaran struktur industri beras adalah sebagai berikut :

PETANI
Imperfect Competition
PENGUMPUL / PENEBAS
Imperfect Competition
PENGUSAHAN / HULLER
Imperfect Competition
PED BESAR / GUDANG
Imperfect Competition
GROSIR
Imperfect Competition
PENGECER
Monopolistic
KONSUMEN

21
Laporan Tahunan 2015

Saat ini sedang dilakukan penataan tata niaga serta pengendalian bahkan penghentian impor
sebagai sumber pasokan. Konsep ini dilakukan dengan menjaga pasokan sama persis dengan
permintaan. Konsep tata niaga seperti ini dapat mendorong penguasaan setiap wilayah
distribusi oleh pelaku usaha tertentu. Akhirnya pelaku usaha leluasa melakukan eksploitasi
pasar melalui harga tinggi. Permasalahan utama dari kebijakan tata niaga beras seperti ini,
terletak pada validitas neraca beras Indonesia. Apabila data tidak valid, dan terjadi kekurangan
pasokan maka dipastikan pasar akan bergejolak.

Saran dan Pertimbangan KPPU di Berbagai Sektor
Sepanjang tahun 2015, KPPU juga telah menyampaikan beberapa saran dan pertimbangan
kepada Pemerintah, diantaranya:
1. Surat saran Nomor 2/K/I/2015 tanggal 12 Januari 2015 perihal saran dan
pertimbangan
KPPU terkait Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pengelolaan Sampah di Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS) Regional Nambo, yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat.
2. Surat Saran Nomor 4/K/I/2015 tertanggal 16 Januari 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Penetapan Institusi Penerbit Kartu Izin Usaha Mikro
Kecil (IUMK), yang ditujukan kepada Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah RI.
3. Surat Saran Nomor 13/K/II/2015 tertanggal 5 Februari 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Penetapan Pihak Ketiga dalam Pelaksanaan Tindakan
Karantina, yang ditujukan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian
4. Surat Saran Nomor 14/K/II/2015 tertanggal 5 Februari 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Kebijakan Pelaksanaan Uji dan Sertifikasi Kompetensi,
yang ditujukan kepada Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi
5. Surat Saran Nomor 85/K/V/2015 tertanggal 26 Mei 2015 perihal Saran
Pertimbangan terkait Perwali Medan Nomor 17 Tahun 2014, yang ditujukan kepada
Walikota Kota Medan
6. Surat Saran Nomor 89.2/K/V/2015 tertanggal 26 Mei 2015 perihal Saran
Pertimbangan KPPU terkait Kebijakan Impor Gula Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam tahun 2012, yang ditujukan kepada Gubernur Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam
7. Surat Saran Nomor 116/K/VI/2015 Tertanggal 30 Juni 2015 perihal Saran
Pertimbangan KPPU terkait Perda Kabupaten Pasaman Barat Nomor 5 Tahun 2014,
yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten Pasaman Barat
8. Surat Saran Nomor 122/K/VII/2015 Tertanggal 3 Juli 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU Tentang Penyelenggaraan Apotek Waralaba di Kabupaten
Bantul, yang ditujukan kepada Bupati Bantul
9. Surat Saran Nomor 140/K/VIII/2015 tertanggal 18 Agustus 2015 perihal Saran
Pertimbangan KPPU Terkait Surat Keputusan Gubernur (SK) Provinsi NTT No. 274/
KEP/HK/2014, yang ditujukan kepada Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur
10. Surat Saran Nomor 146/K/VIII/2015 tertanggal 27 Agustus 2015 perihal Saran
Pertimbangan terkait Moratorium Pemberian Izin PPIU, yang ditujukan kepada
Menteri Agama RI

11. Surat Saran Nomor 188/K/X/2015 tertanggal 28 Oktober 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU tentang Penyelenggaraan Apotek Waralaba di Kabupaten
Wonosobo, yang ditujukan kepada Bupati Wonosobo
12. Surat Saran Nomor 187/K/X/2015 tertanggal 28 Oktober 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Pengaturan Importasi dn Distribusi Perdagangan Bahan
Berbahaya, yang ditujukan kepada Menteri Perdagangan RI
13. Surat Saran Nomor 253/K/XI/2015 tertanggal 30 November 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Keberatan Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanah Bumbu No.6 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Jasa Survey di Wilayah Kab.
Tanah Bumbu, yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
14. Surat Saran Nomor 260/K/XII/2015 tertanggal 7 Desember 2015 perihal Saran dan
Pertimbangan KPPU terkait Kesepakatan Sembilan Belas (19) Pengusaha Lembaga
Penyiaran Berlangganan melalui Kabel di Provinsi Riau, yang ditujukan kepada
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Riau.

23
Laporan Tahunan 2015

PENGGABUNGAN,
PELEBURAN DAN
PENGAMBILALIHAN
MERGER DAN
AKUISISI 2015

Pada tahun 2015 KPPU mengalami penurunan
jumlah notifikasi dibanding tahun 2014.
Penurunan ini dapat dijelaskan dengan
perlambatan ekonomi yang terjadi di sebagian
besar negara dunia serta pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar amerika.

merger akuisisi konsultasi total
2010

-

3

-

3

2011

-

43

-

43

2012

1

34

1

36

2013

1

69

-

70

2014

1

53

5

59

2015

3

34

-

37

*per november 2015

NOTIFIK ASI 2010 - 2015
100
90
80

Jumlah

70
60
50
40
30
20
10
0

2010

2011

2012

2013

2014

2015

TAHUN
merger

akuisisi

konsultasi

telko 5

property 1

jasa 1

transportasi 1

pertambangan 3

manufaktur 5

konstruksi 2

perkebunan 8

energy 2

MERGER DAN AKUISISI 2015

Pada tahun 2015 KPPU mengalami penurunan jumlah notifikasi dibanding tahun 2014.
Penurunan ini dapat dijelaskan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di sebagian besar
negara dunia serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika.
Terdapat 37 notifikasi merger dan akuisisi di tahun 2015 dengan total asset mencapai lebih
dari Rp. 1.337.311.309.722.470. Sektor perkebunan dan finance merupakan sektor industri yang
25
Laporan Tahunan 2015

paling banyak melakukan transaksi merger dan akuisisi. Agresifitas pelaku usaha dibidang
keuangan dan perkebunan dalam kegiatan merger dan akuisisi tidak hanya terjadi pada tahun
ini tetapi juga terjadi pada tiga tahun terakhir. Fenomena ini menunjukan industri perkebunan
dan keuangan mengarah ke pertumbuhan yang positif. Jika dilihat dari asal pelaku usaha yang
melakukan notifikasi, pada tahun ini notifikasi didominasi oleh pelaku usaha asing. Merger
dan akusisi yang dilakukan pelaku usaha asing terhadap pelaku usaha asing adalah sebanyak
13 notifikasi. Sementara merger dan akuisisi pelaku usaha asing terhadap pelaku usaha lokal 6
notifikasi. Selanjutnya antar pelaku usaha lokal terdapat 17 notifikasi. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa ekonomi Indonesia sudah terkait dengan ekonomi global.

Regulasi Terkait Merger Akuisisi
Pembahasan amandemen Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 di Dewan Perwakilan
Rakyat mengambil salah satu poin penting yaitu perubahan sistem pengawasan merger
akuisisi dari sebelumnya post-notification menjadi pre-notification. Perubahan ini penting
dengan tujuan efektifitas fungsi KPPU sebagai lembaga pengawasan persaingan usaha
dan memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha dalam kegiatan merger akuisisi.
Dengan mengubah sistem pengawasan merger akuisisi maka KPPU harus dapat
melaksanakan kegiatan pre-notifikasi dengan cepat dan tepat, sehingga para pelaku
usaha tidak terlalu terbebani dengan adanya kewajiban melaporkan kepada KPPU rencana
merger akuisisi mereka untuk mendapatkan penilaian KPPU apakah merger akuisisi
dapat menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

27
Laporan Tahunan 2015

KERJASAMA DAN
KOORDINASI ANTAR
LEMBAGA

Kerja Sama Dalam Negeri
Pembangunan jejaring dengan lembaga lain
direalisasikan oleh Biro Hukum, Humas,
dan Kerja Sama pada bagian Kerja Sama
Dalam Negeri melalui pengembangan kerja
sama dengan para pemangku kebijakan dan
kepentingan(stakeholder) baik di hulu dan di hilir.
Sampai dengan tahun 2015 tercatat telah
terbentuk 37 (tiga puluh Tujuh) kerjasama
diantaranya:

1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2014)
2. Pemerintah Provinsi Jawa Barat (2014)
3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur (2014)
4. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (2014)
5. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (2013)
6. Pemerintah Provinisi Sumatera Utara (2014)
7. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2015)
8. Universitas Airlangga (2014)
9. Universitas Andalas (2013)
10. Universitas Brawijaya (2014)
11. Universitas Diponegoro (2014)
12. Universitas Gadjah Mada (2014)
13. Universitas Hasanuddin (2013)
14. Universitas Islam Indonesia (2011) dan pembaharuan di 2015
15. Universitas Padjadjaran (2013)
16. Universitas Sam Ratulangi (2013)
17. Universitas Sumatera Utara (2012)
18. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (2014)
19. Universitas Mulawarman (2015)
20. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayathullah (2015)
21. Nadhatul Ulama (2010)
22. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2015)
23. Badan Pengawas Pasar Modal (2003)
24. Badan Pusat Statistik (2003)
25. Departemen Komunikasi dan Informatika (2006)
26. Kementerian Dalam Negeri (2013)
27. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (2013)
28. Otoritas Jasa Keuangan (2014)
29. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(2010)
30. Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (2013)
31. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan (2014)

32. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2015)
33. Jaksa Agung Republik Indonesia(2013)
34. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (2006)
35. Komisi Pemberantas Korupsi (2014)
36. Polisi Republik Indonesia (2010), dilakukan pembaharuan di tahun 2015
37. Pelaksanaan Nota Kesepahaman KPPU dengan Polri (2011) dilakukan pembaharuan di
tahun 2015.

29
Laporan Tahunan 2015

Tahun 2015, Perhatian Penuh pada Kerja Sama Kawasan ASEAN
Tahun 2015 merupakan tahun maha penting bagi implementasi hukum dan kebijakan
persaingan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Tahun ini merupakan injury
time bagi pencapaian target kebijakan persaingan di ASEAN, khususnya target promosi
kebijakan persaingan melalui pembentukan hukum persaingan nasional di seluruh Negara
kawasan. Tahun ini, 3 (tiga) Negara ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Myanmar, dan
Laos telah mengesahkan hukum persaingan usaha nasionalnya dan melengkapi 6 (enam)
Negara yang telah lebih dahulu mengimplementasikannya.
Telah banyak peranan KPPU dalam perkembangan kebijakan persaingan usaha di ASEAN,
khususnya dalam mewujudkan berbagai komitmen sebagaimana target di ASEAN
Economic Community Blueprint. Hasil tersebut antara lain meliputi tersusunnya Regional
Guideline on Competition Policy and Law (CPL), Regional Handbook of CPL for Business,
Regional Guideline on Core Competencies, ASEAN Competition Conference, AEGC Web

Portal, dan ASEAN Strategic Plans on Competition Policy 2015-2019.
Tahun ini, KPPU memfasilitasi kunjungan diskusi tentang implementasi hukum dan
kebijakan persaingan secara terpisah bagi dua Negara ASEAN, yakni Laos dan Myanmar.
Kunjungan pemerintah Laos ke KPPU dilaksanakan pada 8 Juni 2015, sedangkan
kunjungan pemerintah Myanmar dilaksanakan pada 5 Oktober 2015. Kedatangan mereka
ke KPPU adalah dalam rangka mengetahui hukum persaingan usaha di Indonesia dan
metode implementasinya.
Selain kunjungan tersebut, KPPU turut memberikan masukan atas berbagai konsultasi
informal yang diajukan oleh pemerintah Thailand dan Malaysia terhadap persaingan usaha
di Indonesia. Secara khusus, terdapat kecenderungan pada tahun 2015 bahwa KPPU selalu

dimintakan pandangannya pada berbagai kegiatan internasional terkait persaingan usaha
di ASEAN dan arah serta kebijakannya di masa depan. Kegiatan tersebut antara lain meliputi
East Asia Conference on Competition Policy, ASEAN Competition Conference, Workshop
on Best Practices ona Regional Cooperation Framework among ASEAN Competition
Authorities, dan Essec Seminar on the Future of Competition Law and Policy in the ASEAN
Countries: Issues and Challenges yang dilaksanakan di berbagai Negara seperti Vietnam
dan Singapura. Ini tentu saja menunjukkan pengakuan internasional atas pentingnya
peranan KPPU dalam menentukan arah dan kebijakan strategis bagi kebijakan persaingan
di kawasan.
Sejalan dengan komitmen tersebut, KPPU juga turut menyelenggarakan berbagai kegiatan
kawasan di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kemampuan otoritas persaingan
usaha di ASEAN dalam mengimplementasikan hukum dan kebijakan persaingannya.
Tahun ini,

KPPU telah menyelenggarakan paling tidak 4 (empat) kegiatan regional di Indonesia, yaitu:
1. Workshop on Competition Issues in Manufacturer-Distributor-Retailer Restraints:A
Comparison and Hypothetical Application of Different Approaches In ASEAN
Member States & U.S.;
2. Workshop on Developing Institutional Aspects of Core Competencies in CPL;
3. Investigation Skills Workshop: Gathering Evidence Effectively and Ethically; dan
4. Regional Workshop on Economic Analysis for Competition Law Enforcement and
Advocacy.
Dalam hal pengembangan kapasitas dan memperkuat kelembagaan, KPPU memperoleh
fasilitas perkuatan kompetensi staf, salah satu aspek yang diperkenalkan bagi internal
adalah investigasi forensik (forensic investigation) dengan mendatangkan pakar persaingan
dari United States Federal Trade Commission (US-FTC). Dalam wadah yang dinamakan
Workshop on Forensic Data Collection and E-Discovery tersebut, substansi investigasi
di KPPU dapat ditingkatkan pada analisa forensik, khususnya terkait teknis investigasi
menggunakan data digital.
31
Laporan Tahunan 2015

ADVOKASI
DAN SOSIALISASI

Implementasi Pojok Persaingan Usaha
Setelah didirikan pada tahun 2014, maka
pada tahun 2015 Pojok Persaingan
Usaha di Universitas Padjadjaran mulai
dimplementasikan. Untuk meningkatkan
internalisasi hukum dan kebijakan/ekonomi
persaingan usaha sebagai bidang ilmu yang
wajib atau penting di kalangan mahasiswa dan
akademisi. Selain itu, keberadaan pojok tersebut
juga diharapkan mampu meningkatkan peran
serta kalangan mahasiswa dan akademisi untuk
turut berperan serta dalam upaya pencegahan
hukum atau advokasi kebijakan persaingan
usaha.

Terkait hal tersebut, KPPU telah mengadakan kegiatan secara rutin dengan menggelar diskusi,
pelatihan, sampai dengan pelaksanaan forum jurnalis tentang hukum persaingan usaha.
Diantaranya berbagai Diskusi tentang persaingan usaha yang digelar dengan peserta yang
terdiri dari mahasiswa maupun dosen.

33
Laporan Tahunan 2015

Jakarta International Competition Forum (JICF)
Dalam menorehkan tinta emas bagi diakuinya kebijakan persaingan sebagai salah
satu aspek penting dalam program pembangunan nasional, serta guna meningkatkan
pengarusutamaan persaingan usaha, KPPU resmi menyelenggarakan Jakarta International
Competition Forum (JICF) pada tanggal 9 Juni 2015 sebagai forum multi-stakeholder bagi
dari dalam dan luar negeri. Forum pertama yang dilaksanakan pada 10 Juni 2015 dengan
tema besar “Competition Policy in Responding to Indonesia’s Economic Challenges” ini, turut
menghadirkan berbagai pejabat otoritas persaingan dan pakar persaingan usaha di berbagai
Negara dan organisasi internasional. Forum dua tahunan tersebut, diresmikan oleh Wakil
Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla, dan menghadirkan berbagai Menteri Kabinet Kerja dalam
menyampaikan pandangannya atas aspek-aspek tertentu dalam hukum, kebijakan, dan
kelembagaan persaingan usaha. Mitra wicara internasional dari berbagai Negara seperti
Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Perancis, dan Laos turut hadir dan berkontribusi dalam
kegiatan tersebut. Diharapkan forum ini akan semakin meningkatkan adaptasi hukum
persaingan usaha internasional di Indonesia dan sebaliknya.

Pengembangan Materi Persaingan Usaha bagi Pengadilan
Boleh jadi penegak hukum (hakim) paham akan perkara pidana maupun perdata tetapi
dalam hal ini hakim belum sepenuhnya memahami hukum persaingan usaha. Untuk itu,
KPPU berkerjasama dengan Mahkamah Agung rutin menyelenggarakan pelatihan bagi
para hakim di seluruh Pengadilan Negeri di daerah setiap tahunnya. Hal ini bertujuan
untuk menyamakan persepsi bagi implementasi hukum persaingan antar penegak hukum
terkait terutama mengenai definisi persaingan usaha dan dan tindakan pelanggaran yang
dilakukan oleh pelaku usaha.

35
Laporan Tahunan 2015

INTEGRITAS DAN
LOYALITAS TANPA
BATAS

Profesionalitas, Integritas Dan Kompetensi
Kami
Jika melihat jejak langkah KPPU selama lebih
dari 15 tahun ke belakang, ibarat sebuah
perjalanan panjang bisa dikatakan bahwa KPPU
melalui berbagai rintangan terjal sepanjang
jalan. Demi mencapai tujuan harus beberapa
kali mengubah strategi agar tiba di garis
akhir. Namun, optimis usaha membuahkan
hasil bahwa Sekretariat pun dibekali berbagai
kemampuan untuk menjadi prajurit tangguh
melawan musuh dan berbagai rintangan.
Beberapa tahun terakhir, KPPU berdiri dengan
pegawai yang masih bertahan sejumlah 320
pegawai yang tersebar di pusat maupun kantor

perwakilan daerah. Angka ini adalah nilai kecil jika dibandingkan tugas besar yang diemban
KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan usaha, satu-satunya lembaga tanpa tanding di
negeri ini. Mengingat jumlah sumber daya yang terbatas, maka Sekretariat pun harus dibekali
kemampuan luar biasa melawan mafia bisnis.
Hingga tahun 2015, keterbatasan jumlah Investigator yang dimiliki KPPU merupakan salah
satu tantangan yang belum teratasi. Namun, dengan keterbatasan tersebut, terbukti KPPU
tetap memiliki kuku dan gigi macan bahwa banyak pelaku usaha yang dihukum dan beberapa
perkara yang dimenangkan hingga ke tahap Pengadilan Negeri bahkan Mahkamah Agung.
Pengembangan kemampuan dan kompetensi Sumber Daya Manusia Sekretariat KPPU
sebagai unit pendukung Tugas Komisi harus senantiasa dievaluasi dan di desain secara
aplikatif, terutama bagi Investigator yang terkait dengan teknik intelijen dan investigasi. Untuk
itu, KPPU mengikutsertakan Investigator dalam Pelatihan Teknik Intelijen dan Investigasi
(Penyelidikan) oleh Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Pelatihan tersebut
diharapkan menjadi bagian penting dalam upaya untuk secara progresif, simultan dan secara
terus menerus menyempurnakan desain program pengembangan kapabilitas dan kompetensi
Sumber Daya Manusia Sekretariat KPPU dalam kegiatan intelijen dan investigasi penegakkan
hukum persaingan usaha agar lebih efisien dan efektif.

Kepastian Kelembagaan Belum Menemukan Titik Terang
Salah satu arah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk operasionalisasi
dari program Nawa Cita sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 yaitu penguatan investasi. Penguatan investasi ditempuh melalui dua pilar
kebijakan, dimana pilar yang pertama adalah menciptakan iklim investasi dan iklim usaha
yang lebih berdaya saing, baik di tingkat pusat maupun daerah yang dapat meningkatkan
efisiensi proses perijinan, meningkatkan kepastian berinvestasi dan berusaha di Indonesia,
serta mendorong persaingan usaha yang lebih sehat dan berkeadilan.
Adapun salah satu strategi yang ditempuh melalui peningkatan persaingan usaha yang
sehat melalui pencegahan dan penegakan hukum persaingan usaha dalam rangka
penciptaan kelembagaan ekonomi yang mendukung iklim persaingan usaha yang sehat,
penyehatan struktur pasar serta penguatan sistem logistik nasional yang bertujuan untuk
menciptakan efisiensi yang berkeadilan, melalui:
• Reposisi dan penguatan kelembagaan KPPU;
• Pencegahan dan penegakan hukum terhadap praktek anti persaingan usaha yang
sehat (seperti: monopoli dan kartel) yang mendistorsi pasar;
• Pengawasan yang dititikberatkan pada komoditas pangan, energi, keuangan,
kesehatan dan pendidikan, serta infrastruktur dan logistik;
• Peningkatan harmonisasi kebijakan pemerintah agar sejalan dengan prinsip
persaingan usaha yang sehat;
• Pengawasan kemitraan antara usaha besar, menengah, kecil dan mikro.
Namun, posisi KPPU tidak sebesar dan sekuat perannya bahwa KPPU memiliki berbagai
keterbatasan akibat kelembagaan yang dinilai belum jelas. Ketidakjelasan status tersebut
berimplikasi pada banyak hal, diantaranya kedudukan KPPU yang kurang legitimate
secara hukum terutama terkait dengan proses pengumpulan alat bukti dan koordinasi

37
Laporan Tahunan 2015

dengan lembaga penegak hukum. Selain itu, Pegawai KPPU saat ini sebagian besar
adalah pegawai honorer yang hanya berhak mendapatkan honorarium (bukan gaji) dari
Pemerintah. Status kepegawaian “honorer” yang sering dipersepsikan tidak bersifat mapan/
jangka panjang, secara psikologis juga menimbulkan kecenderungan pragmatisme yang
tinggi pada pegawai dan jauh dari nilai-nilai idealisme yang sungguh berdampak negatif
bagi KPPU yang memiliki peran sangat strategis. Dampak lainnya adalah kesulitan dalam
penerapan sistem karir dan remunerasi selayaknya organisasi profesional lainnya. Pada saat
ini KPPU belum memiliki kewenangan sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian dan masih
memberlakukan sistem imbal jasa dengan basis honorarium, bukan gaji berikut variabelnya
(tunjangan-tunjangan).
Kondisi tersebut telah dijalani selama 15 tahun berjalan, dan pada era ini nampak nyata
Ketua KPPU di akhir periode ketiga sangat bersemangat dan optimis agar KPPU harus
bangkit dan menjemput kepastian yang telah lama ditunggu. Sepanjang tahun 2015,
KPPU telah berulang kali melakukan audiensi dan koordinasi dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia untuk
mencari solusi atas nasib kelembagaan KPPU.

Keterbukaan Informasi Bagi Publik
Salah satu pelaksanaan kewajiban terhadap KPPU terhadap Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, maka KPPU mengorganisasikan dan melaksanakan
kegiatan pengelolaan dalam pelayanan informasi serta pelayanan publik yang cepat,
mudah dan wajar di lingkungan KPPU berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 131.1/KPPU/Kep/X/2014 tentang Organisasi Pengelola
Informasi dan Dokumentasi di Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Meskipun terhitung
baru dalam mengaplikasikan PPID dan belum memiliki struktur keterbukaan informasi
yang sempurna, tetapi tahun 2015 KPPU mendapat penilaian dan evaluasi dari Komisi
Informasi Pusat (KIP) sebagai salah satu lembaga publik yang masuk dalam nominasi
untuk kategori Lembaga Non Struktural dalam Penganugerahan Pemeringkatan
Keterbukaan Informasi Publik pada Badan Publik Tahun 2015. Berdasarkan hasil
penilaiannya, yang menitikberatkan pada aspek pengelolaan informasi dan dokumentasi,
Komisi Informasi Pusat pada hari Selasa, tanggal 15 Desember 2015 telah menempatkan
KPPU pada peringkat keempat untuk kategori Lembaga Non Struktural. Selanjutnya
KPPU berkomitmen untuk melakukan upaya terbaik guna menjamin hak publik
untuk mendapatkan informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hal ini menjadi sesuatu yang penting dilakukan oleh KPPU sebagai bagian
upaya menghadirkan suatu lembaga pengawas persaingan usaha yang terbuka dan
bertanggungjawab.

KPPU Pertahankan Kewajaran Laporan Keuangan
Tahun 2015 KPPU kembali menerima opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
terhadap Laporan Keuangan KPPU Tahun Anggaran 2014. Hal ini merupakan keempat
kalinya KPPU memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) setelah sebelumnya
penghargaan ini diperoleh pada tahun 2010, 2012 dan 2013. Sertifikat WTP diserahkan
langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Senin
(2/10) lalu pada acara Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah 2015 di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan Jakarta. Opini WTP

ini menjadi bukti komitmen KPPU dalam penggunaan APBN secara wajar. Diharapkan
prestasi menjadi motivasi bagi KPPU untuk lebih meningkatkan kinerjanya di masa
mendatang.

Anugerah BMN Award Untuk KPPU
Sebagai salah satu lembaga yang dibiayai oleh APBN, KPPU mempunyai concern
yang cukup tinggi terhadap pengelolaan barang milik negara (BMN). Berbagai upaya
dilakukan oleh KPPU untuk menjamin optimalisasi penggunaan dan pengelolaan BMN
yang berada di dalam lingkungan kerjanya.
Hal tersebut pada akhirnya membuahkan hasil dengan diraihnya penanugerahan
Barang Milik Negara (BMN) Award dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
Kementerian Keuangan.
KPPU memperoleh juara kedua dalam kategori penghargaan tetap, dalam utilisasi BMN,
pada kelompok Kementerian/Lembaga dengan 1 (Satu) sampai dengan 10 (Sepuluh)
satuan kerja (satker). Penganugerahan ini diberikan kepada kementerian/lembaga (K/L)
yang dinilai baik dalam memiliki kinerja pengelolaan BMN.

39
Laporan Tahunan 2015

KANTOR
PERWAKILAN
DAERAH

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebaga
lembaga pengawas, KPPU membutuhkan upaya
besar agar mampu menyentuh berbagai lapisan
dan kepentingan di seluruh negeri ini. Untuk
itu KPPU menempatkan beberapa perwakilan
untuk memudahkan jalur koordinasi dan
komunikasi dengan masyarakat, pemerintah,
pelaku usaha dan stakeholder terkait lainnya
serta melakukan kontrol terhadap kegiatan
bisnis di daerah. Kantor Perwakilan Daerah
(KPD) merupakan perpanjangan tangan dari
KPPU yang berada di pusat. KPD pun turut
berperan besar karena banyak perkara di daerah
berawal dari pengetahuan yang rendah terhadap
persaingan usaha. Di sinilah KPD menjalankan
fungsinya dengan visi dan misi besar untuk
melakukan pencegahan dan penegakan hukum.
41
Laporan Tahunan 2015

Pada sisi pencegahan, kebijakan yang dihasilkan oleh KPPU bervariasi, seperti di KPD Surabaya
yang cukup intens melakukan diskusi dan memberikan saran pertimbangan serta selalu
dilibatkan oleh Pemprov Jawa Timur dalam setiap pembahasan rancangan Perda. Hal ini juga
merupakan follow up yang sangat positif atas MoU yang telah dijalin antara kedua belah pihak
agar saling bersinergi dan kebijakan yang dihasilkan tidak melanggar prinsip persaiangan
usaha. Adapun beberapa Raperda dan atau Perda yang telah dibahas bersama meliputi:
1. Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 4 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Rumah
Susun;
3. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tulung Agung Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Produk Unggulan Daerah;
4. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelayanan
Perizinan di Bidang Kesehatan;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.
Masuk dalam salah satu wilayah kerja KPD Surabaya, Nusa tenggara Timur (NTT) juga
mendapat perhatian khusus akibat terdapat kebijakan pemerintah setempat yang dinilai
berpotensi menyebabkan persaingan usaha tidak sehat. Dalam hal ini maka KPPU
memberikan saran pertimbangan terkait Surat Keputusan (S)K Gubernur Nusa Tenggara
Timur Nomor: 274/KEP/HK/2014 Tentang Perusahaan Pemasok Day Old Chick (DOC),
Daging/Karkas Ayam Beku, Telur Ayam Ras Segar, Telur Burung Puyuh Segar, Telur dan
Daging Ayam Olahan Serta Ternak Babi Komersial ke Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan hasil analisis KPD Surabaya bahwa isi dari SK Gubernur tersebut adalah untuk
membatasi jumlah pemasok produk ternak dan turunannya untuk seluruh wilayag NTT. Untuk
itu, Ketua KPPU memberikan rekomendasi saran dan pertimbangan kepada Gubernur NTT
sebagai berikut:
1. Menyempurnakan SK tersebut dengan membuat aturan detil terkait syarat teknis
kesehatan dan kualitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal
ini untuk membuka peluang pelaku usaha lain yang memiliki kemampuan seperti yang
dipersyaratkan;
2. Membuka akses bagi pelaku usaha yang telah memenuhi persyaratan teknis kesehatan
dan kualitas tersebut untuk memasok komoditas yang diatur ke wilayah Provinsi NTT;
3. Melakukan evaluasi berkala terkait persyaratan teknis kesehatan dan kualitas produk
setiap pelaku usaha yang telah memiliki ijin untuk mengedarkan komoditas uyang diatur
di Provinsi NTT;
4. Bilamana ditemukan indikasi adanya kartel pengaturan harga, pembagian wilayah
pemasaran, pengaturan pasokan komoditi yang diatur dan perilaku-perilaku anti
persaingan lainnya yang dilakukan oleh para pelau usaha yang memiliki ijin, dapat
melaporkan kepada KPPU untuk diproses sesuai hukum persaingan usaha yang berlaku;
5. Pemerintah Provinsi NTT dapat memanfaatkan mekanisme pemberian saran dan
pertimbangan yang dimiliki oleh KPPU untuk melakukan asistensi terkait peraturan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung dengan persaingan usaha.
Sementara dari sisi penegakan hukum, KPPU bertindak tegas terhadap para pelaku usaha
nakal di daerah. Perkara berasal dari laporan di wilayah kerja KPD Batam dan setelah melewati
tahap pemeriksaan maka ditetapkan dan dilakukan pembacaan putusan perkara di mana

KPPU menyatakan bersalah atas tindakan terlapor yang dinilai melanggar prinsip persaingan
usaha yaitu melakukan pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Perkara
tersebut meliputi:
1. Perkara Nomor 18/KPPU-L/2014 tentang Tender Pengadaan Keramba Jaring Apung High
Density Polyethylene (HDPE) di Lingkungan Pokja 7 Unit Layanan Pengadaan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2012.
2. Perkara Nomor 02/KPPU-L/2015 tentang Pelelangan 4 (empat) Paket Pekerjaan di
Lingkungan Konstruksi SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Kepulauan Riau, ULP
Balai Besar Pelaksanaan Jalan.
Komitmen KPPU juga diimplementasikan nyata melalui kesepakatan bersama yaitu kerjasama
untuk menegakkan prinsip persaingan usaha yang sehat. Kesepakatan bersama tersebut
dalam rangka peningkatan pemahaman terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di lingkungan
Pemerintah Provinsi dan untuk meningkatkan kesadaran prinsip kebijakan dan hukum
persaingan (competition awareness) di pemangku kebijakan dan kepentingan (stakeholder)
pemerintah daerah. Target KPPU untuk menggandeng kerjasama dengan pemerintah
provinsi di 7 daerah prioritas (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi
Selatan, Sumatera Utara) akhirnya terlaksana. Meskipun terhitung paling akhir dari 6 daerah
sebelumnya, Kalimantan Timur akhirnya sepakat untuk menjalin komitmen dengan KPPU.
Hal ini merupakan salah satu prestasi dari KPD Balikpapan karena tanpa koordinasi dan
komunikasi yang baik tidak mungkin kerjama tersebut dapat terlaksana. Selain itu, di waktu
dan tempat yang sama bahkan MoU KPPU dilaksanakan bersamaan dengan 2 pihak
sekaligus, bukan hanya dengan Pemprov Kalimantan Timur tetapi juga dengan pihak lembaga
pendidikan yaitu Universitas Mulawarman dimana selanjutnya sosialisasi untuk meningkatkan
pemahaman tentang persaingan usaha dilakukan di kalangan mahasiswa maupun akademisi
dan diharapkan hal ini menjadi pengembangan hukum persaingan sebagai mata kuliah wajib
di perguruan tinggi. Di wilayah Timur Indonesia, KPPU menempatkan kantor perwakilannya
yaitu KPD Makassar. Tercatat sepanjang tahun 2015 Jumlah Laporan (Laporan Resmi maupun
Surat Tembusan) yang masuk ke KPD Makassar berjumlah 26, dengan perincian sebagai
berikut :

Grafik 1 : Rekapitulasi Laporan Berdasarkan Bu