pemeriksaanstatusreproduksi

PEMERIKSAAN /
IDENTIFIKASI STATUS
REPRODUKSI SEBAGAI
TITIK AWAL UPAYA KHUSUS
SAPI INDUKAN WAJIB
BUNTING (UPSUS SIWAB)

Pendahuluan
• Pemerintah berupaya mempercepat peningkatan Populasi
Sapi/kerbau  Program UPSUS SIWAB.
• Percepatan Peningkatan Populasi dgn UPSUS SIWAB 
dilakukan melalui Sistem Manajemen Reproduksi
• Sistem Manajemen Reproduksi :
1. Pemeriksaan Status Reproduksi & Gangrep
2. Pelayanan IB dan Kawin Alam
3. Pemenuhan Semen Beku & N2 Cair
4. Pengendalian Betina Produktif
5. Pemenuhan HPT & Konsentrat

Pemeriksaan / Identifikasi Status
Reproduksi

• Kegiatan Pemeriksaan/Identifikasi Status Reproduksi 
titik awal program UPSUS SIWAB
• Pemeriksaan / Identifkasi Status Reproduksi :
Pengumpulan ternak yang terjadwal
Serentak
Terintegrasi
• Pemeriksaan / Identifkasi Status Reproduksi  dgn cara
Palpasi Rectal / USG
• Pemeriksaan / Identifkasi Status Reproduksi  dilakukan
oleh ATR / Medik Reproduksi

Pemeriksaan / Identifikasi Status
Reproduksi
• Pemeriksaan / Identifkasi Status Reproduksi utk
mengetahui :
Bunting
Tidak Bunting, Reproduksi Normal
Tidak Bunting, mengalami Gangrep
Tidak Bunting, mengalami Gangrep Permanen
• Hasil Pemeriksaan Status Reproduksi oleh ATR  bahan

rekomendasi kpd Medik Reproduksi  Dasar Penetapan
Surat Keterangan Status Reproduksi (SKSR)

PENETAPAN STATUS REPRODUKSI
BCS < 2.0

SKSR
-Bunting

Pemeriksaa
n Status
Reproduksi
Ternak

-Tidak

BCS ≥ 2.0

Anamnesa


Periksa I

bunting
(normal)

IB/KA
Bunting
Lahir

Sembuh
1.

2.

6.

Setelah 14 hari
melahirkan
Ada discharge
abnormal

3. Ada siklus estrus
abnormal
4. Estrus tidak teramati
setelah 50 hari
melahirkan
5. Dikawinkan 2 kali tidak
bunting
Setelah 2 bulan di IB
7. Sapi yang bunting lebih
dari 280 hari
8. Sapi yang mengalami
abortus, prematur atau
lahir mati

SKSR
Tidak
bunting
Gangrep

IB/KA

Bunting
Lahir
IB/KA
Bunting

Sembu

Periksa II

h
Tidak

Sembuh

SKSR

Lahir

Periksa III


Tidak
Sembu
h

(potong)
Infausta

SKSR
Infausta

(potong)

Alokasi Operasionalisasi Kegiatan
Pemeriksaan / Identifikasi Status
Reproduksi
Alokasi pada Sub Output
No.

Kabupaten


1
2
3
4
5
6
7
8
9

Paser
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Penajam Paser Utara
Balikpapan
Samarinda
Bontang
Jumlah


 

IB dan Sinkronisasi
Birahi Introduksi &
Pengembangan
723
341
2.473
1.227
532
640
473
442
91
6.942

Kawin Alam
1.249
589

4.275
2.122
919
1.106
817
766
157
12.000

Total
1.972
930
6.748
3.349
1.451
1.746
1.290
1.208
248
18.942


Rencana Aksi
• Tim Pelaksana Kabupaten/Kota, berperan sbb :
Membuat SK Tim Pelaksana
Menginventarisasi data petugas kesehatan hewan yg
berkompeten di bidang reproduksi ternak
Menetapkan wilayah sasaran kegiatan
Melakukan sosialisasi dan koordinasi kegiatan ke
kelompok ternak dan masyarakat
Menyusun jadwal kegiatan di tiap Kecamatan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan
•Tim Pelaksana Kab/Kota  Jadwal Kegiatan  bs disampaikan ke
Group Whatsapp “UPSUS SIWAB”.
•Pemetaan wilayah sasaran
 Tahap ini diawali dengan menginventarisasi populasi sapi
betina  Pemetaan  Wilayah Sasaran
•Operasionalisasi :

Penentuan diagnosa status reproduksi ternak  dilakukan oleh
tim operasional teknis

Tahap Pelaksanaan
•Operasionalisasi :
Anamnese dan pemeriksaan klinis  dasar penentuan
status reproduksi ternak  SKSR
Sapi Betina  Fase Luteal  Sinkronisasi Birahi
(Pemeriksaan Status Kebuntingan harus cermat, Evaluasi
Kegiatan GBIB 2015 terjadi aborsi di beberapa lokasi)
Lokasi / Kecamatan  minim/tidak ada Petugas
Reproduksi  diback up dari SDM Provinsi

Tahap Pelaksanaan
•Pendataan Hasil :
Data hasil kegiatan pemeriksaan Status Reproduksi  SKSR
Per tanggal 01 Maret 2017, Laporan hasil Kegiatan (SKSR)
disampaikan via iSIKHNAS
•Pertanggungjawaban :
oSurat Perintah Operasional + Form SKSR + Foto Kegiatan +
Data iSIKHNAS (per 01 Maret 2017)

Terima
Kasih

.

BIDANG KESEHATAN HEWAN

Dokumen yang terkait