JDIH Murung Raya

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA
NOMOR tB ramlN 20A7
TENTANG
PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM
DI KABUPATEN MURLING RAYA
BUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang

: a. bahwa Kabupaten Murung Raya memiliki sumberdaya

mineral dan batu
baru yang cukup besar untuk ditambang dan dimanfaatkan sehingga

merupakan kontribusi pendapatan daerah, guna menunjang pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan kemasyarakatan;

b.

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 17
ayat (2) huruf a, Pemerintahan Daerah Kabupaten Murung Raya

memperoleh kewenangan untuk pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya alan
dan sumberdaya lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b tersebut perlu
ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya tentang Pengelolaan
Usaha Pertambangan Umum di Kabupaten Murung Raya;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2831);

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3209);

3.

Undang-Undang Nomor 23 Tahtur 1997 tentang Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambatran Lembaran Negara
Nomor 3699);

4

Undang-Undang Nomor

Negara

4l

Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3888);


5.

Undang-undang Nomor 05 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya
dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran
Negara Tahun 2002 Nomor 1 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 41 80);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 45a$;
82

7.


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentarrg Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 443$;

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor l l Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor l4l, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4154);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan (Lembaran Negara
Tahun 1973 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3003);


Nomor 27 Tahttn 1980 tentang Penggolongan Bahan
Galian (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3174);

10. Peraturan Pemerintah

ll.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor a3l4);

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah

Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara / Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4738);

13. Peraturan Pemerintah

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran

NegaraNomor

4741),;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 02 Tahun 2003 tentang
Kewenangan Kabupaten Murung Raya sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2003 Nomor 02 Seri E);

Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 03 Tahun 2003
tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Murung Raya (Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2003

Nomor 03 Seri D);

16. Peraturan

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN MURT'NG RAYA
dan

BUPATI MUR{.]NG RAYA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA TENTANG
PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI KABUPATEN
MURUNG RAYA

83

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan

1.

2.
3.

1

:

Daerah, adalahKabupaten Murung Raya.
Pemerintah Daerah, adarah pemerintah Kabupaten Murung
Raya.


Bupati, adalah Bupati Murung Raya.

4.

Dinas, adalah Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten
Murung Raya.

5.

Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Murung Raya.

6'

Bahan galian, adalah unsur-unsur kimi4 mineral-mineral,
bijih-bijih dan segala macam batuan
termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan
au* ii Kabupaten Murung Raya.

'


Konservasi
' adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana bagi sumber daya y?g tidak dapat dip".uurru*i
menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas, nilaidan keanekaragamannya

7

di Kabupaten Murung Raya.

8'

Usaha Pertambangan Umum, adalah segala kegiatan pertambangan
selain minyak dan gas bumi,
serta bahan radioaktif; yang meliputi p"ny"iidit u, ,rir,r*, eksplorasi,
efsploitasi,
pengolahan/pemumian, pengangkutan dan penjualan di Kabupaten
Murung Raya.


9'

Penyelidikan Umum, adalah penyelidikan secara geologis atau geofisik
di daratan, perairan dan
dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk mJmbuat peta geologi umum
ataupun memetakan
tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya di Kabuput"" rt*urig Raya.

10' Eksplorasi, adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih
teliti /
seksama adarryadan sifat letakan bahan galian.

11. Eksploitasi, adalah usaha pertambangan

di Kabupaten Murung Raya dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.

12. Pengolahan dan Pemumian, adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk
memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian itu.

13. Pengangkutan, adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengolahan dan pemumian
bahan galian dari dan ke daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/peirurnian di ifubupaten
Murung Raya.

14. Penjualan, adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan
galian di Kabupaten Murung Raya.

15' Reklamasi, adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki, mengembalikan kemanfaatan atau
meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan sesuai dengan
peruntukannya.

16. Jaminan Reklamasi, adalah dana yang disediakan oleh perusahaan pertambangan sebagai jaminan
untuk melakukan reklamasi di bidang pertambangan umum di Kabupaten Murung Raya
17. Izin Usaha Pertambangan di singkat IUP, adalah wewenang yang diberikan kepada badan hukum
atau perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan di Kabupaten Murung Raya.

84

18.

di singkat KP, adalah wewenang yang diberikan kepada badan untuk
pertambangan
melaksanakan usaha
umum di Kabupaten Murung Raya.
Kuasa Pertambangan

19. Kontrak Karya di singkat KK, adalah suatu perjanjian pengusahaan pertambangan umum antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Perusahaan Swasta Asing atau Patungan Swasta Asing
dengan Nasional yang berbadan hukum Indonesia di Kabupaten Murung Raya.

20. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara di singkat PKP2B, adalah suatu perjanjian
pengusahaan pertambangan batubara antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Perusahaan
Swasta Asing atau Patungan Swasta Asing dengan Nasional yang berbadan hukum Indonesia di
Kabupaten Murung Raya.

2t.

Surat Izin Pertambangan Rakyat Daerah disingkat SIPRD, adalah wewenang yang diberikan untuk
melaksanakan pertambangan rakyat di Kabupaten Murung Raya.

Rakyat, adalah usaha pertambangim rrmum yang dilakukan oleh masyarakat
setempat dengan peralatan sederhana sampai menengah, dan bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat setempat dalam mengusahakan bahan galian dalam rangka turut
serta membangun daerah di bidang pertambangan umum di Kabupaten Murung Raya.

22. Pertambangan

23. Wilayah Pertambangan, adalah wilayah/lokasi yang ditetapkan dalam pemberian wewenang untuk
melalnrkan kegiatan usaha pertambangan umum di Kabupaten Murung Raya.
24.

Wilayah Proyek, adalah suatu wilayah kegiatan yang berada

di luar wilayah lzin

Usaha

Pertambangan untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan di Kabupaten Murung Raya.

25. Waste, adalahtanah/batuan yang berada di atas lapisan (overburden), diantara (interburden), atau
di sekeliling bahan galian di Kabupaten Murung Raya yang ikut tergali tetapi tidak dimanfaatkan.
26. Jasa Pertambangan, adalah kegiatan usaha jasa penunjang yang berhubungan dengan kegiatan
usaha pertambangan umum di Kabupaten Murung Raya.
27. Pembinaan, adalah segala sesuatu yang mencakup pemberian, pengarahan, petunjuk, bimbingan,

pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan pengelolaan pertambangan

di

Kabupaten

Murung Raya.
28. Pengawasan, adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tegaknya peraturan perundangundangan agar pengelolaan pertambangan di Kabupaten Murung Raya sesuai dengan ketentuan
perufldang-undangan yang berlaku.
29. Pengendalian, adalah segala usaha yang mencakup kegiatan pengaturan, penelitian, konservasi dan
pemanfaatan kegiatan penambangan di Kabupaten Murung Raya untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana demi menjaga kesinambungan ketersediaan dan mutunya maupun konservasi
bahan galian.

PIT atau disebut Inspektur Tambang disingkat IT, adalah
pegawai Dinas Pertambangan dan Energi yang ditunjuk/diangkat sebagai Pelaksana Inspeksi
Tambang di daerah dan bertugas melaksanakan pengawasan keselamatan kesehatan kerja dan
lingkungan hidup atau usaha pertambangan umum di Kabupaten Murung Raya.

30. Pelaksana lnspeksi Tambang disingkat

31.

Kepala Teknik Tambang, adalah seseorang yang memimpin dan bertanggungjawab atas
terlaksananya serta ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang
meniadi tanggungjawabnya di Kabupaten Murung Raya.

32. Penyidik Pegawai Negeri Sipil disingkat PPNS, adalah pegawai negeri sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pertambangan di Kabupaten Murung Raya.

85

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

(1)

Pengelolaan usaha pertambangan umum dalam peraturan daerah ini adalah pengelolaan untuk
pengusahaan bahan galian golongan strategis (A) dan golongan vital (n).

(2)

Golongan trategis (A), terdiri dari :
a. bitumen padat, aspal; dan
b. antrasit, batubara, batubara mud4 gambut, nikel, kobalt, timah.

(3)

Golongan vital (B), terdiri dari :
a. besi, mangaan, molibden, khrom, wollram, vanadium, titan;
b. bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan;
c. yitnum, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya;
d. benillium, korundum,zircon, kristal kwarsa; dan
e. yodium, brom, khlor, belerang.

BAB III

MLAYAH PERTAMBANGAN
Pasal

(1)

-?

Bupati berwenang menetapkan wilayah pertambangan umum di daerah.

(2) Bupati dapat menentukan wilayah

yang tertutup untuk kegiatan usaha pertambangan umum di

daerah setelah melalui kajian dan pertimbangan seca.ra menyeluruh.

BAB IV
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 4

(1)

Bupati mempunyai wewenang dan bertanggungjawab dalam membina dan mengendalikan usaha
pertambangan umum di daerah.

(2)

Kewenangan sebagaimana dimaksud padaayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Dinas.
Pasal 5

(l)

Wewenang dan tanggungfawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) meliputi :
a menjamin terlaksananya usaha pertambangan umum yang dilaksanakan oleh pemegang IUP
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
b membina dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan usaha pertambangan umum yang telah
memiliki IUP;
c melakukan penertiban kegiatan usaha pertambangan umum yang tidak memiliki IUP;
d menerbitkan dan mencabut IUP;
e melakukan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan usaha pertambangan umum sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat;
g memberikan izin peninjauan lokasi;
h memberikan dan mencabut izin penimbunan bahan bakar minyak dalam wilayah usaha
pertambangan umum;
i memberikan dan mencabut izin usaha jasa pertambangan umum;
j memberikan dan mencabut izin gudang bahan peledak;
k. memberikan dan tidak memberikan rekomendasi pembelian, pengangkutan dan penggunaan
bahan peledak;
86

(2)

Pelaksanuuul kewenangan dan tanggunqlawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) huruf d,
huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, truruFl dan huruik dilakukan
oleh dupati setelah mendapat
pertimbangan dari Tim Teknis Kabupaten yang memeriksa
kelengtupun persyaratan dalam
berkas

permohonan yang bersangkutan.

(3)

Ketentuan susunan Tim Teknis dan kelengkapan persyaratan sebagaimana
dimaksud padaayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal

5 ayat (l) huruf b,
Pemerintah Kabupaten mengalokasikan dana 5% (lima persen)
dari dana Iuran Tetap dan Iuran
Produksi bagian Pemerintah Daerah dan dianggarkan oatam arrgg*- pendapatan
dan Belanja
Daerah.

(2)

Perubahan besarnya persentase alokasi dana untuk melaksanakan pembinaan
sebagaimana ayat (1)
diatas di tetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan

DpRD.

(3)

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (l) huruf
e dilaksanakan pada semua
tahapan usaha pertambangan sampai dengan pasca tambang yang mencakup
aspek-aspek :
a. eksplorasi;

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

penerapan standar pertambangan; dan

k.

jasa pertambangan;

eksploitasi/produksi;
pemasarar/penjualan;
keselamatan dan kesehatan kerja;

lingkungan hidup;
konservasi bahan galian;
keuangan, investasi, barang modal;
tenaga kerja;
penggunaan produksi dalam negeri;

(4) Pelaksanaan Pengawasan langsung dilapangan terhadap aspek produksi dan

pemasaran,

konservasi, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan-hidui dilakukan secara berkaia
6 (enam) bulan sekali.

(5)

Pelaksanaan pengawasan terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
dilaksanakan oleh inspektur tambang daerah sesuai dengan peraturan perundang-undang-an yang
berlaku.

(6)

Pelaksanruul pembinaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
berpedoman sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

dan

lingkungan

(7) Tata cara

pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan beserta pelaporannya
berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan y*g b"rtaku.

(8)

Pengawasan tenaga kerjq barang modal, jasa pertambaflgan, pelaksanaan pengguna produksi
dalam negeri, penerapan standar pertambangan, investasi, divestisi, dan keuangu.t ditak rkan tiap
1 tahun sekali.

87

BAB V
PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM
Bagian Pertama
Perizinan
Pasal 7

(1)

Usaha pertambangan umum hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat IUP.

(2) Setiap usaha pertambangan

umum baru dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IUP dari
bupati atau gubernur kalimantan tengah bila wilayahnya lintas kabupaten.

(3)

(4)

Kegiatan usaha pertambangan umum sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi
penyelidikan umum;
eksplorasi;
eksploitasi;
pengolahan dan pemurnian;
pengangkutan; dan
penjualan;

:

a.
b.
c.
d.
e.
f.

IUP dapat diberikan kepada

a.
b.
c.
d.
e-

:

perusahaan negara;
perusahaan daerah;

koperasi;
perusahaan swasta nasional; dan
perorangan;

(5)

Untuk kegiatan usaha pertambangan umum sampai tahap eksplorasi dapat juga diberikan kepada
instansi pemerintah yang ditunjuk, dalam bentuk IUP penugasan

(6)

IUP diberikan untuk satu jenis bahan galian dan mineral pengikutnya,

(7) Pada satu wilayah yang sama dapat

diberikan IUP untuk bahan galian yang berbeda. setelah
mendapat persetujuan dari pemegang IUP terdahulu.
Bagian Kedua
T ata Cara

Memperoleh lzin Usaha Pertambangan
Pasal

I

(1) Bagi pemohon yang mengajukan permohonan IUP, terlebih dahulu wajib

mengajukan

permohonan pencadangan wilayah pertambangan kepada bupati sesuai kewenangannya.

(2) Setelah mendapatkan persetujuan

pencadangan wilayah pertambangan, pemohon mengajukan
permohonan [UP secara tertulis kepada bupati dengan melampirkan persyaratan yang diperlukan.

(3) Permohonan IUP penyelidikan umum

dan eksplorasi harus dilampiri dengan :
a. peta wilayah pertambangan yang menunjukan batas-batas titik koordinat yang jelas;
b. status tanah atau wilayah yang bersangkutan.

(4) Permohonan IUP Eksploitasi harus disampaikan

dengan :
peta wilayah pertambangan yang menunjukan batas-batas
status tanah atau wilayah yang bersangkutan;

titik koordinat yang jelas;
a.
b.
c. proposal pembinaan masyarakat di sekitar lokasi tambang; dan
d. dokumen AMDAL danlatau UKLruPL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
88

(5) Apabila pemohon sudah yakin akan potensi yang ada di wilayah yang dimohon, maka pemohon
dapat langsung mengajukan permohonan IUP Penyelidikan Umum atau dapat juga langsung
memohon IUP Eksplorasi, seandainya belum yakin maka dapat diberikan Surat Keterangan Ijin
Peninjauan (SKIP}

(6) Bentuk dan syarat-syarat permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(2), ayat (3) dan

ayat(4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Luas Wilayah

Pasal9

(l)

Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu wilayah IUP penyelidikan umum maksimal 5.000
(lima ribu) hektar.

(2)

Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu wilayah IUP eksplorasi maksimal 2.000 (dua ribu)
hektar.

(3) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu wilayah IUP eksploitasi maksimal 1.000

(seribu)

hektar.
Bagian Keempat

Wilayah Izin Usaha Pertambangan
Pasal 10

(1)

Wilayah IUP sebagai dimaksud pasal 9 wajib di batasi oleh garis - garis yang sejajar dengan garis
lintang, garis bujur dan menggunakan sistim geografis Datum Geodesi Nasional 1995.

(2) Wilayah lain yangdi gunakan sebagai penunjang kegiatan

usaha pertambangan

di luar wilayah

IUP harus mendapat izindan bupati.

(3)

Ketentuan lebih lanjut tentang batas wilayah IUP diatur dengan keputusan bupati.
Pasal l1

(1)

Jumlah wilayah IUP yang dapat diberikan kepada badan atau perorangan paling banyak 5 (lima)
wilayah.

(2) Bupati berdasarkan

berbagai pertimbangan teknis dan ekonomis dapat memberikan perizinan
kepada pemegang izin yang sudah ada, berupa luas wilayah IUP atau jumlah wilayah IUP
melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 7l ayat (1) peraturan daerah
ini.
Bagian Kelima
Masa Berlakunya Izin Usaha Pertambangan

Pasal 12

(1)

Izin usaha pertambangan penyelidikan umum diberikan oleh bupati untuk jangka waktu
tahun. dapat diperpanjang

{2)

Izin

I

1 (satu)

(satu) tahun lagi.

usaha pertambangan eksplorasi diberikan bupati untuk jangka waktu paling lama

tahun.
E9

3 (tiga)

-

(3)

Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebanyak
2 (dua) kali, setiap kali perpanjangan untuk jangka waktu I (satu) tahun.

'

(4)

Apabila pemegang ILIP Eksplorasi menyatakan sudah siap meningkatkan usaha pertambangan ke
tahap eksploitasi, Bupati dapat memberikan perpanjangan IUP eksplorasi paling lama 3 (tiga)
tahun untuk pembangunan fasilitas eksploitasi.

(5)

IUP Eksploitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (a) diberikan oleh Bupati untuk jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) tahun.

(6)

Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), sebanyak
2 (dua) kali dan setiap kali perpanjangan untuk jangka waktu l0 (sepuluh) tahun.
Pasal 13

(l)

Bupati memberikan IUP pengolahan dan pemurnian untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) tahun.

(2)

Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (l), dapat diperoleh sebanyak
2 (dua) kali, setiap kali perpanjangan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
Pasal 14

(1)

Bupati memberikan IUP pengangkutan dan IUP penjualan untuk jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) tahun.

(2)

Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud padaayat (1), setiap kali perpanjangan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun.

Pasal 15

-

Permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13 dan
Pasal 14, diajukan oleh pemohon secara tertulis kepada Bupati pada waktu 6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa berlakunva.
Pasal

16 ,'-

(1)

Untuk menjamin terlaksananya usaha pertambangan, Bupati berwenang menetapkan uang
jaminan kesungguhan sebagai bukti kesanggupan dan kemampuan dari pemegang IUP.

(2)

IUP tidak dapat dipergunakan semata-mata sebagai unsur permodalan dengan pihak ketigaBagian Keenam
Penugasan Pertambangan

Pasal 17

{1). IUP

Penugasan dapat diberikan kepada Instansi Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam rangka
penelitian bahan galian, hanya sampai tahapan eksplorasi.

(2)

Ketentuan pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

Bagian Ketujuh
Pertambangan Rakyat

Pasal 18

{1)

-.

Didalam wilayah Kabupaten, Bupati menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat.
90

(2)

Setiap orang dan koperasi yang memenuhi syarat, berhak melakukan
kegiatan Usaha
pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat.

(3)

Setiap orang dan koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebelum melakukan kegiatan

usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan
raiiyat,

wajibmemititi irin d*i

B6u;

Pasal 19

(1)

usaha pertambangan rakyat tidak diberikan kepadabadan
hukum lain selain perorangan dan
koperasi.

@

Ketentuan rinci mengenai pertambangan rakyat ditetapkan
dengan peraturan Bupati.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 20

(1)

Pemegang IUP berhak untuk melakukan kegiatan
kegiatan dimaksud dalam pasal T-

(2)

Pemegang IUP berhak untuk meningkatkan usahanya ke
tahap berikutnya dengan mengajukan
permohonan tertulis kepada Bupati dan memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan.

(3)

Pemegang IUP eksplorasi danlatau IUP eksploitasi berhak
memiliki bahan galian yang tergali
setelah memenuhi kewajiban membayar iurartetap dan
iuran eksplorasi / eksploitasi.

(4)

di dalam wilayah IUp nya sesuai

tahapan

Pemegang IUP diberikan prioritas untuk melakukan pembangunan
sarana yang diperlukan bagi

pelaksanaan usaha pertambangan.

Pasal2l

(l)

Apabila terdapat suatu keadaan memaksa yang tidak dapat
diperkirakan lebih dahulu, sehingga
pekerjaan dalam suatu wilayah IUP terpaksa Jihentikan'r.t*#uryu
utu, ,"uugian, maka Bupati
dapat menetapkan tenggang waktu / moratorium atas permintaan
dari pemegang IUp yang
bersangkutan.

(2)

Dalam hal wilayah IUP berada pada lintas Kabupaten, Bupati
memberikan pertimbangan kepada
Gubernur' sebelum Gubernur mengeluarkan kepuiusan mengenai
tenggang waktu / moratorium.

(3)

Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan Bupati
harus mengeluarkan keputusan diterima
atau ditolaknya permintaan tenggang waktu / moratorium
sebagaimuiu ai-ut.ud pada ayat (l).

(4) Dalam

tenggang waktu / moratorium sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), hak dan kewajiban
pemegang IUP tidak berlaku.

Pasal22

(1) Bupati dapat memberikan tenggang waktu penundaan / penghentian
sementara kegiatan

usaha
Pertambangan
permintaan pemegang 1ur y*g oiseuautan oleh
karena keadaan yang
-atas.
menghalang-halangi kegiatan usaha tersebut yang terjaii dalam
wakru lebih dari 6 (enam) bulan.

(2) Dalam

pemberian tenggang waktu p_lr_rrndaan / penghentian
sementara kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemeg*g 1ur wajib rneluiasi tanggung
.lawau keuangannya kepada
Pemerintah Kabupaten.

91

Pasal23

(1)

Pemegang IUP diwajibkan menyampaikan laporan, mengenai hasil penyelidikan danlatau
perkembangan kegiatan yang telah dilakukan kepada Bupati secara berkala setiap 3 (tiga) bulan
sekali.

t2)

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang IUP wajib menyampaikan
laporan akhir kegiatan / tahunan kepada Bupati mengenai perkembangan pekerjaan yang telah
dilakukan.

(3)

Pemegang IUP wajib membayar iuran tetap kepada IUP penyelidikan urnrun, eksplorasi,
eksploitasi dan perpanjangannya setiap tahun sesuai luas wilayah pentahapannya, dengan
besaran tarif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4)

Pemegang IUP eksplorasi wajib membayar iuaran eksplorasi sesuai ketentuan tarif yang berlaku.

(5)

Pemegang IUP eksploitasi wajib membayar iuran eksploitasi / produksi atas hasil produksi yang

diperoleh sesuai ketentuan tarif yang berlakuPasal24
Pembayaran Iuran Tetap dan Iuran Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3), ayat (4)
dan ayat (5) disetorkan langsung ke kas negara dan bukti setor di sampaikan kepada Bupati dengan
tembusan kepada Menteri Energi dan SumberDaya Mineral.
Pasal 25

-

(1)

Dalam rangka turut mempercepat pembangunan di wilayah Kabupaten Murung Raya maka
setiap IUP yang dikeluarkan oleh Bupati wajib menyetor sumbangan pihak ketiga.

(2)

Besarnya sumbangan pihak ketiga seperti dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal26

(1)

Pemegang IUP sebelum melakukan kegiatan harus terlebih dahulu memberitahukan kepada
kepala dinas selaku inspektur tambang kabupaten.

(2)

Pemegang IUP pada tahap eksploitasi / produksi diwajibkan untuk menyampaikan laporan sesuai
ketentuan yang berlaku dan disahkan oleh Kepala Dinas atas nama Bupati.

(3)

Pemegang IUP eksploitasi / produksi diwajibkan menyampaikan rencana kerja dan anggaran
biaya setiap awal tahun dan disahkan oleh kepala dinas atas rulma bupati.

(4)

Pemegang IUP eksploitasi / produksi diwajibkan menyampaikan laporan rencana tahunan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku dan disahkan oleh kepala
dinas atas nama bupati.

(5)

Pemegang IUP Eksploitasi paling lambat 6 (enam) bulan setelah di tetapkan surat keputusan IUP
nya harus menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan pematokan batas wilayahnya dengan
suatu berita acarayang di sampaikan kepada bupati.

(6)

Pemegang IUP tahap eksplorasi dan eksploitasi wajib mempunyai kepala teknik tambang /
kepala teknik tambang yang disetujui oleh kepala inspektur tambang kabupaten.

(7)

Pemegang IUP harus memberikan kesempatan kepada inspektur tambang atau petugas yang di
tunjuk bupati untuk melaksanakan tugasnya didalam wilayah IUP yang bersangkutan.

92

wakil

Pasal2T

(1)

Pemegang IUP wajib menerapkan standar keselamatan dan kesehatan Kerja sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

@

Pemegang IUP wajib melakukan pengelolaan dan memelihara kelestarian lingkungan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Pemegang IUP eksploitasi diwajibkan menyetorkan dana jaminan reklamasi kepada pemerintah
daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 28

il)

Pemegang IUP wajib membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan pengembangan wilayah

(2)

Ketentuan pelaksanaan kewajiban membantu pengembangan wilayah dan pengembangan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati-

dan menyampaikan program kerja dan realisasi kegiatan pengembangan sosial kemasyarakatan
di sekitar wilayah usaha pertambangan.

Pasal2g

)

tl)

Pada tahun ke-3 setelah berproduksi pemegang IUP wajib memberikan sebagian sahamnya
kepada pemerintah daerah melalui perusahaan daerah.

(2)

Penetapan besaran saham sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dilakukan atas dasar
pertimbangan yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah dan pemegang IUP dan
ditetapkan dengan keputusan bupati melalui persetujuan DPRD.

BAB VII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN
DENGAN HAK TANAH
Pasal 30

(1)

Pemegang IUP wajib mengganti kerugian kepada yang berhak atas kerusakan yang terjadi diatas
tanah, di dalam atau di luar wilayah [UP sebagai akibat dari kegiatan usahanya.

{2)

Pemegang IUP eksplorasi wajib mengganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengganti lahan yang rusak karena digunakan dalam kegiatannya.

(3)

Besaran biaya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat {2) di tentukan atas dasar
musyawarah dan mufakat.

Pasal3l

(1)

Pemegang IUP wajib menyelesaikan tumpang tindih lahan dengan pihak lain sebelum kegiatan
usaha pertambangan dilaksanakan.

(2)

Penyelesaian ganti rugi dan tumpang tindih lahan dapat dilakukan terlebih dahulu secara
musyawarah, dan apabila tidak dicapai kesepakatan penyelesaian akan difasilitasi oleh bupati.

(3)

Apabila para pihak yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan dari bupati, maka
penyelesaiannya diserahkan kepada Pengadilan Negeri setempat.

(4)

Segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian ganti rugi maupun tumpang tindih lahan
dibebankan kepada pemegang IUP
Pasal32

Apabila telah diberikan IUP pada sebidang tanah yang di atasnya tidak terdapat hak tanah, maka pada
tanah tersebut tidak dapat diberikan hak tanah lain kecuali dengan persetujuan bupati.
93

BAB VIII

IZIN USAHA PERTAMBANGAN BERAKHIR
Pasal 33

(1)

Apabila setelah berakhirnya jan$a waktu pemberian IUP tidak diajukan peningkatan atau
perpanjangan oleh pemegang IUP, maka IUP tersebut dinyatakan berakhir dan segala kegiatan
usaha pertambangan harus dihentikan.

@

Pemegang IUP dapat mengembalikan IUP kepada bupati dengan menyampaikan pemberitahuan
tertulis disertai dengan alasan-alasan mengenai pengembalian tersebut.

(3)

Pengembalian IUP baru sah setelah mendapat persetujuan tertulis dari bupati.

(4)

IUP dapat dibatalkan oleh bupati meskipun masa berlakunya belum berakhir apabila pemegang
IUP tidak dapat memenuhi kewajiban seba_qlai pemilik IUP.

(5)

Pembatalan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak menghapuskan kewajiban yang
helum dipenuhi pada masa berlakunya IUP.

BAB IX
PEMINDAHAN IJIN USAHA PERTAMBAI-.IGEJ.E
Pasal 34

(1)

Pemindahan IUP hanya dapat di laksanakan dengan izin tertulis Bupati.

(2)

Tatacara dan persyaratan pemindahan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Untuk mendapatkan izin pemindahan IUP pemegang IUP harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Teknik Mineral dan Batu Bara
disertai syarat-syarat pemindahan IUP yang terdiri