Etika Birokrasi Dalam Mewujudkan Prinsip Pemerintahan Yang Baik. ( Suatu Studi di Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan ). | Tarumingkeng | JURNAL EKSEKUTIF 2687 4959 1 SM

Etika Birokrasi Dalam Mewujudkan Prinsip Pemerintahan Yang Baik.
( Suatu Studi di Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan ).
Oleh
Sofny Tarumingkeng
090813028
ABSTRAKSI
Aparatur pemerintah tentu mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting
dan menentukan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan guna mencapai tujuan dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik. Proses penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat
berlangsung dengan efisien dan efektif bila didukung oleh manusia-manusia pelaksananya
yang memiliki kualitas, terutama pada aparat pemerintah sebagai pelaksana utamanya.
Birokrasi sebagai suatu sistem pengorganisasian aparatur negara dengan tugas yang
sangat luas dan kompleks sangatlah diperlukan dalam pengendalian operasi manajemen
pemerintahan, namun kinerja birokrasi dan rutinitas kegiatan pejabat dan aparat birokrasi
sering menyebabkan masalah baru. Etika penting dalam birokrasi. Pertama, masalah yang
ada dalam birokrasi semakin lama semakin komplek. Kedua, keberhasilan pembangunan
yang telah meningkatkan dinamika dan kecepatan perubahan dalam lingkungan birokrasi.
Pemerintah memiliki pola perilaku yang wajib dijadikan sebagai pedoman atau kode etik
berlaku bagi setiap aparaturnya. Sangat dibutuhkan Etika dari para aparat ketika
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga bisa berdampak pada
penyelenggaraan Pemerintahan dan pelayanan publik yang baik.

Kata Kunci : Etika, Birokrasi, Pemerintahan yang baik
PENDAHALUAN
Pemerintah belakangan ini sedang giat melakukan berbagai agenda reformasi
birokrasi dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan yang produktif, efisien, efektif, dan
ekonomis. Untuk itu Pemerintah telah menyiapkan berbagai instrumen peraturan pemerintah
dan kebijakan lainnya terkait dengan pedoman penyelenggaraan reformasi birokrasi. Salah
satu instrumen tersebut antara lain dengan telah dikeluarkannya PP No. 53 Tahun 2010
tentang Disiplin PNS sebagai pengganti PP No. 30 Tahun 1980. Seperti yang telah kita
ketahui bersama bahwa

ruh

dan semangat yang diusung dalam penerbitan peraturan

pemerintah disiplin pegawai ini adalah dalam rangka mewujudkan PNS yang handal,
Profesyonal, dan bermoral sebagai penyelenggarah pemerintahan yang menerapkan prinsipprinsip kepemerintahan yang baik (good governance).
Etika birokrasi berkaitan erat dengan moralitas dan mentalitas aparat birokrasi dalam
melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri yang tercermin dalam fungsi pokok
pemerintahan: fungsi pelayanan, pengaturan/regulasi dan fungsi pemberdayaan masyarakat.
Etika penting dalam birokrasi.

Melihat realita yang terjadi saat ini, masih banyak aparat di lapangan yang etika
kerjanya perlu dipertanyakan, tapi penyebab hal ini tentu saja tidak semata

mata buruknya

moral si aparat, melainkan masih banyak unsur utama lain yang membentuknya. Banyak
contoh kasus mengenai kinerja etika kerja aparat di lapangan yang sudah menjadi rahasia
umum. Etika kerja di sini merupakan ekspresi spontan yang dilakukan pegawai terhadap
segala sesuatu yang terkait dengan pekerjaannya yang sesuai dengan ajaran dan pandangan
moral yang dimiliki aparat.
Kecamatan Maesaan merupakan Kecamatan yang belum lama ini di mekarkan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti, yang menjadi masalah dalam penyelenggaraan Pemerintahan di
Kecamatan Maesaan yaitu tentang masalah Etika. Aparat sering tidak Profesonal dalam menjalankan
tugas mereka, ketidak seriusan dari para aparat ketika menjalankan tugas membuat pelayanan di
kecamatan ini menjadi lamban. sangat dibutuhkan Etika dari para aparat ketika menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya, sehingga bisa berdampak pada penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik yang baik.

PEMBAHASAN
A. Profesionalisme kerja


Untuk tercapainya suatu tujuan yang diinginkan dalam suatu pekerjaan tentunya pekerja
tersebut harus memiliki kualitas atau skil yang dimilikinya dalam bidang tertentu. Begitu juga
dalm suatu instansi atau kantor kita harus memiliki pegawai yang mempunyai pengalaman,
Kualitas serta Skill dalam bidang-bidang tertentu, maka itulah yang disebut PofesIonalisme
kerja.
Ciri-ciri Profesionalisme:
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi. Dalam suatu instansi atau kantor sangat dubutuhkan pegawai yang memiliki
ketrampilan yang tinggi dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam instansi atau kantor
tersebut. Di instansi tersebut juga pasti memerlukan peralatan yang di butuhkan seperti
komputer dan peralatan lainnya, dan untuk mengoprasikan alat-alat itu tentunya harus
digunakan oleh orang-orang yang tau atau yang mahir dalam menggunakan peralatan
tersebut .
Menurut Camat Maesaan,

memang benar keterampilan sangat penting bagi

setiap pegawai, namun yang terjadi di kantor kecamatan disini mereka belum terampil

dalam melaksanakan tugas mereka, seringkali mereka nanti bekerja ketika sudah didesak
untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka, bahkan kebanyakan pegawai di sini
masih kurang paham tentang pekerjaan yang akan mereka laksanakan. kalau kemahiran
dalam mengoperasikan komputer, rata-rata pegawai di kantor kecamatan Maesaan
sudah memiliki kemahiran dalam mengoperasikan komputer karena para pegawai di sini
seringkali kalau datang ke kantor sering membawa Laptop sendiri, jadi saya rasa mereka
sudah mempelajari bagai mana menggunakan peralatan komputer yang ada di kantor
Camat Maesaan .

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka
di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan. Tercapainya suatu tujuan dalam instansi atau kantor, di
karenakan para pegawai memiliki kecerdasan dan memiliki ilmu atau tingkat pendidikan
yang baik, bahkan memiliki pengalaman dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sekcam, para pegawai disini ratarata berpendidikan sarjana (strata 1), dan bahkan pegawai di sini kebanyakan sudah
lama bekerja di kantor kecamatan maesaan, namun kalau kita tidak memiliki ilmu yang
sesuai dengan pekerjaan kita saya rasa pasti kurang maksimal. Hal ini yang terjadi di
kantor di kecamatan maesaan, penempatan pegawai di setiap bidang tidak sesuai dengan
disiplin ilmu yang mereka miliki, ya saya rasa itu yang kurang karena walaupun mereka
memiliki ilmu ataupun gelar yang tinggi namun tidak sesuai dengan Job yang ada, pasti

pekerjaan mereka tidak akan maksimal .
B. Disiplin Kerja Pegawai
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan
oleh dan mutu Profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin dari para anggotanya. Bagi
aparatur pemerintahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan,
kesungguhan dalam

menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam

arti

mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan
masyarakat.
Jenis-jenis pelanggaran yang di langgar oleh para pegawai di kantor kecamatan
Maesaan adalah :
1. Pelanggaran tentang ketentuan jam kerja.
Berdasarkan wawancara dengan Plt Sekretaris Kecamatan Maesaan Ibu JN, mengenai
ketentuan jam kerja, memang setiap hari ada pegawai yang datang ke kantor sudah lewat

waktu yang di tentukan, yang sebenarnya jam masuk kantor 07.30 WITA, namun ada

pegawai yang datang jam 8 dan 9, dan bahkan ada yang pulang sebelum waktunya pada
jam 17.30 . ini sangat berdampak pada efisiensi kinerja dari Instansi Pemerintah ini.
2. Tidak Masuk Kantor
Dari hasil wawancara dengan bapak OM, beliau mengatakan saya sering melihat di
kantor kecamatan seperti kekurangan pegawai, setiap kali pergi ke kantor kecamatan
maesaan saya hanya melihat sedikit pegawai saja . Kemudian peneliti juga
mewawancarai pak Camat untuk mengetahui mengapa pegawai di kantor Kecamatan
Maesaan kurang, dan pak Camat langsung merespon pertanyaan Peneliti, beliau
mengatakan memang setiap hari ada saja pegawai yang tidak masuk kantor ada yang
punya alasan karena ada urusan Pribadi ataupun tanpa alasan yang jelas . Secara
otomatis sikap seperti ini mencerminkan pegawai itu sendiri belum menyadari akan
kewajibannya sebagai abdi negara.
3. Pelaksanaan tugas yang tidak efisien
Dari hasil wawancara dengan Kasie Pengawasan dan Ketertiban Ibu DS, mengatakan, di
kantor ini telah ditetapkan target untuk penyelesaian setiap tugas yang telah diberikan
kepada setiap staf dan pegawai, tetapi kebanyakan mereka menunda-nunda pekerjaan.
Sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam memasukkan laporan
4. Pakaian ( Seragam )
Berdasarkan Peraturan Kedinasan yang ada di Kab. Minahasa Selatan, setiap Pegawai
Negeri Sipil wajib memasang Atribut-atribut Misalnya Lambang Minsel, Lambang Dinas,

dan Papan Nama PNS. Namun banyak pegawai di kantor kecamatan Maesaan yang
ditemui memakai Seragamnya tidak memakai Logo/Lambang Dinas, Papan Nama, Logo
Minsel. Hal ini karena kurangnya kesadaran dari Pegawai itu sendiri.
C. Tanggung Jawab dalam Melaksanakan Tugas

Dalam menjalankan tugasnya, seorang aparatur harus menghindarkan diri dari
anggapan

saya sekedar

melaksanakan

perintah atasan

sebagai wujud rasa tanggung

jawabnya atas pekerjaan. Jadi dalam hal ini ada rasa kepedulian yang tinggi dari aparatur
terhadap keberhasilan dari suatu pekerjaan. Karena pabila dalam menjalankan suatu tugas
atau pekerjaan seorang aparatur hanya berprinsip sekedar menjalankan suatu perintah atasan,
maka bukan tidak mungkin pekerjaan itu tidak akan sempunah hasilnya.

Berdasarkan wawancara dengan bapak RT, mengatakan

pegawai di kantor

kecamatan Maesaan sebagian besar melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung
jawab, meskipun dengan perbandingan yang kecil dengan pegawai yang kurang
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya .
Berdasarkan wawancara dengan Informan, masih sangat diperlukan dari pegawai yang
ada di kantor Kecamatan Maesaan untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan baik, dengan tingkat
pelayanan yang prima kepada masyarakat dan dapat mewujudkan Pemerintahan yang baik
(Good Governance).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan mengenai Etika Birokrasi dalam
mewujudkan Prinsip Pemerintahan yang baik (Good Governance) di Kantor Kecamatan
Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan, maka Peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
-

Pegawai di kantor kecamatan Maesaan ternyata belum sepenuhnya menjalankan tugas

mereka secara Profesional, sehingga berdampak pada penyelenggaraan pemerintahan
pada instansi yang bersangkutan.

-

Disiplin begitu penting dalam mewujudkan Pemerintahan yang baik, namun yang
terjadi di kantor kecamatan Maesaan ternyata disiplin belum juga sepenuhnya di

jalankan karena ternyata masih banyak pegawai yang melanggar aturan-aturan yang
telah di buat di kantor kecamatan Maesaan sehingga berdampak pada pelayanan
terhadap masyarakat.
-

Rasa tanggung jawab haruslah dimiliki setiap aparatur Pemerintah, dan yang terjadi di
kantor kecamatan Maesaan para pegawai memiliki rasa tanggung jawab dalam
menjalankan tugas, meskipun masih ada sebagian kecil yang tidak memiliki rasa
tanggung jawab dalam bekerja.

Saran
Dengan mengacu pada pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis

mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
-

Dengan melihat kenyataan semakin rapuhnya kepercayaan pada masyarakat terhadap
aparatur pemerintah di era reformasi ini, maka revitalisasi moral harus di mulai dari
sisi individual aparatur pemerintah itu sendiri. dengan moral dan perilaku yang etis
yang di mulai dari perilaku aparatur secara individu, maka tentunya akan berdampak
pada kualitas pelayanan aparatur pada masyuarakat secara umum sehingga akan dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

-

Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah etika Birokrasi
dan di dalam pengembangannya tidak semata-mata mengondoktarnasikan apa yang
boleh atau tidak boleh dikerjakan seseorang aparatur pemerintah, tetapi lebih dari pada
itu ialah upaya yang terus menerus dilakukan untuk meningkatkan profesyonalisme
aparatur itu sendiri agar tindakan dan perilakunya mencerminkan ethical reflecsion
yang bermanfaat bagi penyempurnaan pelayanan kepada masyarakat dan dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik ( Good Governance ).


DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin, Birokrasi,(Ahli bahasa M. Rusli dan Totok Daryanto), Yogyakarta, Tiara
Wacana Yogya, 1999
Agus Dwiyanto (ed). 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Gadja mada University Press
Agus Dwiyanto, 2003. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.
Blau, Peter.M dan Meyer, Marshall. W. 2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Batinggi,
A.
1999.
Manajemen
IPEM 4429 Universitas Terbuka.

Pelayanan

Umum,

Materi

Pokok:

Castles, Lance, Nurhadiantono Suyano. 1986. Birokrasi Kepemimpinan dan Perubahan
Sosial di Indonesia, Surakarta : Hapsara.
Keraf, A.S., 1991. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur.
Yogyakarta: Kanisius
Mas oed, Mochtar. 1994. Politik, Birokrasi dan Pembangunan. Edisi I. Yogyakarta ;
Pustaka Pelajar.
Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Santoso, Priyo Budi. 1993. Birokrasi Pemerintah Orde Baru. Cetakan I. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Sarundajang S.H., Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah, 2005
Soeprapto , Riyadi. 2003. Etika Birokrasi Pemerintahan dan Akuntabilitas Sektor Publik.
Malang: Riyaji Press.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance. Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi. Surabaya: Insan Cendekia.

Dokumen yang terkait

PERAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA “SUATU STUDI DI KANTOR KECAMATAN AMURANG, KABUPATEN MINAHASA SELATAN | Piay | JURNAL EKSEKUTIF 3202 5983 1 SM

0 0 17

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) | Umboh | JURNAL EKSEKUTIF 2983 5550 1 SM

0 0 13

Kinerja Aparatur Pemerintah Dalam Pelayanan E-KTP di Kantor Kecamatan (Suatu Studi di Kantor Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa) | Udi | JURNAL EKSEKUTIF 2692 4969 1 SM

0 0 10

PERAN APARATUR PEMERINTA DALAM PELAYANAN E-KTP (Suatu Studi Di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan) | ridel | JURNAL EKSEKUTIF 2674 4933 1 SM

0 0 11

PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) | Egeten | JURNAL EKSEKUTIF 2673 4931 1 SM

0 0 10

Etika Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi | Liando | JURNAL EKSEKUTIF 15100 30307 1 SM

0 0 11

PERAN CAMAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Suatu Studi di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) | Manengkey | JURNAL EKSEKUTIF 16326 32730 1 SM

0 2 11

ETIKA PEMERINTAHAN DALAM MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG PROFESIONAL DAN BERSIH (Suatu Studi di Kantor Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan) | Maindoka | JURNAL EKSEKUTIF 15633 31361 1 SM

0 1 11

PERAN LURAH DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BAIK SUATU STUDI DI KELURAHAN SAGERAT KECAMATAN MATUARI KOTA BITUNG | Rantepasang | JURNAL EKSEKUTIF 15430 30967 1 SM

1 1 11

PATOLOGI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA (suatu studi di Badan Kepegawaian Daerah) | Mantiri | JURNAL EKSEKUTIF 17170 34594 1 SM

0 1 6