ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BESARAN DENDA SEWA-MENYEWA MOBIL YANG JATUH TEMPO PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BESARAN DENDA
SEWA-MENYEWA MOBIL YANG JATUH TEMPO PADA
PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH
KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN

Skripsi
Oleh :
Farosdak
NIM : C02210042

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah
(Muamalah)
Surabaya
2015

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BESARAN DENDA
SEWA-MENYEWA MOBIL YANG JATUH TEMPO PADA
PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH
KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN


SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh
Farosdak
NIM. C02210042

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Farosdak NIM. C02210042 ini telah diperiksa dan

disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 16 Januari 2015
Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Warjiyati. MH.
NIP. 196808262005012001

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan, yang berjudul “Analisis
Hukum Islam Terhadap Besaran Denda Sewa-menyewa Mobil Yang Jatuh
Tempo Pada Persewaan Mobil Di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan”. Penelitian ini untuk menjawab dua pertanyaan: yaitu
Bagaiman praktek penentuan besaran denda pada sewa-menyewa mobil yang
jatuh tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan?
Dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan Besaran Benda Sewamenyewa Mobil Yang Tatuh Tempo Di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan?
Penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan

metode yang telah ditentukan. Dalam analisis ini, penulis menggunakan pola
pikir induktif yang berarti menggunakan pola pikir yang berpijak pada teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan faktafakta tentang penerapan akad ija>
rah dengan tambahan denda. Pola pikir ini
rah dan ta’zi>
r kemudian dikaitkan dengan fakta di
berpijak pada teori-teori ija>
rah dengan tambahan denda pada Analisis
lapangan tentang penerapan akad ija>
Hukum Islam Terhadap Besaran Denda Sewa-menyewa Mobil Yang Jatuh
Tempo Pada Persewaan Mobil Di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa dalam prakteknya, akad ija>
rah yang
rah di mana
ada di Persewaan Mobil ini terdapat 2 akad. Pertama, adalah akad ija>
pihak persewaan menyediakan barang sewaan yaitu mobil kepada para penyewa.
Dalam Hukum Islam hal ini diperbolehkan. Kedua, memberikan denda kepada
penyewa jika terlambat dalam mengembalikan barang sewaan yaitu mobil.
Menurut Hukum Islam status dalam praktiknya diperbolehkan. Dikarenakan

penerapan denda ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab dan
disiplin bagi setiap penyewa yang terlambat mengembalikan barang sewaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis Pada Persewaan
Mobil Di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan,
penulis dapat memberikan saran kepada pihak persewaan agar memberikan
penjelasan terlebih dahulu kepada si penyewa tentang pengambilan denda ketika
terlambat mengembalikan mobil sewaan dan meberikan pelayanan yang lebih
baik dan ramah kepada si penyewa.

vii 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial. Berbagai kegiatan dan kesibukan
melibatkan antara satu dengan yang lainnya. Manusia tidak dapat

bertahan hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lain. Sudah menjadi
ketetapan Allah SWT bahwa manusia tidak mungkin mampu memenuhi
kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan manusia yang lain. Oleh karena
itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada manusia untuk melakukan
transaksi penukaran dalam bidang muamalah baik dalam jual beli, sewa
menyewa, maupun kegiatan muamalah lainnya.
Dan dalam hal ini, dibutuhkan aturan untuk mengatur transaksi
tersebut. Dan dalam agama Islam aturan tersebut telah ada dalam hukum
syari’at sebagai berikut:
1. Fiqh ibadah, sebagai aturan dalam interaksi antara manusia dengan
Allah.
2. Fiqh muamalat, sebagai aturan dalam hal interaksi manusia satu
dengan manusia yang lain dalam hal kegiatan ekonomi.
Dalam bermuamalah manusia harus memperhatikan aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Untuk memenuhi
kebutuhannya, manusia diberi kebebasan dalam berhubungan dengan
manusia lain, karena kebebasan merupakan unsur dasar manusia dalam


 



 

mengatur dirinya dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Namun
kebebasan manusia ini tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh
kebebasan manusia lain. Oleh karenanya dalam pergaulan hidup, tiap-tiap
orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga diperlukan
sikap saling toleransi agar tidak terjadi konflik yang menyebabkan
manusia akan kehilangan peluang untuk memenuhi kebutuhanya.1
Hubungan antara manusia diatur dalam masalah muamalah,
kegiatan yang masuk dalam ruang lingkup muamalah diantaranya adalah
tolong-menolong. Merupakan hal yang sangat

diperlukan dalam

kehidupan masyarakat untuk menunjang hidupnya. Oleh karena itu Islam
mengajarkan agar umatnya saling tolong-menolong. Sebagaimana firman
Allah SWT (QS. al-Maidah: 2) sebagai berikut:
ِْ ‫ َوَـ َ َﺎوُﻮﺒ ََﻰ ﺒِْ ﱢﱪ َوﺒ ـ ْﻘﻮ ٰى َوَﻻ َـ َ َﺎوُﻮﺒ ََﻰ‬...

...‫ﺒﻹ ِْﰒ َوﺒْ ُ ْﺪ َو ِﺒن‬
َ
Artinya:“……dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan…”.2
Pada hakekatnya manusia telah diberi keleluasaan untuk
bermuamalah. Namun, keleluasaan tersebut
menghalalkan

semua

cara.

Untuk

bukan berarti dapat

menjamin

keselarasan


dan

keharmonisan antara sesama dibutuhkan adanya kerelaan dalam
bermuamalah. Dalam konsep Islam muamalah merupakan cerminan nilai
di bidang muamalah, hukum muamalah bersumber dari al-Qur’an, as                                                            
1
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, cet. II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 1.
2
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Mizan Bunaya Kreativa,
2011), 107.


 

d.3Sebagaimana dijelaskan dalam (QS. an-Nisa’ :29)
Sunnah dan Ijtiha>
sebagai berikut:
ِ ْ‫ٰﺄَ ـﻬﺎ ٱ ِﺬ ءﺒ ُﻮﺒ َﻻ َﺄْ ُ ُﻮﺒ أَ ٰﻮَ ُ ـ ـَ ُ ِﭑ‬
ٍ ‫ٰﻄ ِ إِﻻ أَن َ ُ ﻮ َن ِ ٰﲡََﺮةً َ َـَﺮ‬

‫ﺒض ﱢ ُ ْ َوَﻻ َـ ْﻘُـ ُﻮﺒأَ ُﻔ َﺴ ُ ْ إِن ٱ ﻪَ َ ﺎ َن‬
َْ َ ْ
َ َ
ََ َ
َ
ِ
◌ۭ ً ‫ِ ُ ْ َرﺣ‬
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka-sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sesungguhnya Allah
Maha Penyayang kepadamu”.4
Dalam menjalankan suatu usaha, obyek muamalah memiliki
bidang yang sangat luas, sehingga al-Qur’an dan as-Sunnah secara
mayoritas lebih banyak berhubungan dalam bentuk global dan umum saja.
Hal ini menunjukan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia
untuk melakukan inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah yang
dibutuhkan dalam kehidupan mereka, dengan syarat bahwa bentuk
muamalah tersebut tidak keluar dari prinsip-prinsip yang ditentukan oleh
Islam.

Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh
manusia sejak dahulu sampai sekarang sejalan dengan perkembangan
kebutuhan dan pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu,
dijumpaidalam berbagai jenis dan bentuk muamalah yang beragam, yang
pada dasarnya saling melakukan interaksi sosial dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing. Laju perkembangan perekonomian semakin
                                                            
3
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perjanjian Islam), (Yogyakarta:
UII Press, 2000), 13.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya…, 84.

4


 

cepat sejalan dengan laju informasi dan teknologi yang semakin maju.
Kemajuan inilah yang menjadi tantangan baru bagi umat Islam agar tidak
ketinggalan


terhadap

perkembangan

tersebut

tanpa

melupakan

keislamannya dalam arti kemajuan ini tentu haruslah dapat didukung oleh
keimanan dan keilmuan, karena dengan itu maka seorang muslim dapat
melewati hidup ini selamat dunia dan akhirat.
Kehati-hatian haruslah dimiliki oleh seorang muslim dalam
mengikuti perkembangan zaman ini. Islam dalam upaya menjaga dan
perilaku antar umatnya telah menetapkan aturan yang dalam istilah
bahasa Indonesia disebut dengan istilah fiqh dan syari’ah. Berdasarkan
wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul.5
Dalam melakukan berbagai macam usaha tersebut, manusia harus
mempunyai kompetensi baik yang berkaitan dengan teknikal, sosial,
manajerial maupun intelektual.6 Disamping itu juga, harus memiliki
sistem manajemen yang bagus. Islam tidak menolak setiap usaha yang
memungkinkan terbentuknya organisasi yang menguntungkan.Dengan
setiap orang Islam yang melakukan aktifitasnya, berkewajiban untuk
mentaati seluruh hukum atau norma-norma. Hal ini dimaksudkan agar
tidak saling merugikan satu sama lain, juga agar tidak memakan harta
yang tidak di ridhai oleh Allah dan juga untuk memelihara kewajiban dan
ketertiban dalam hidup bermasyarakat.
                                                            
M. Hasby al-Shiddiqiy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 44.
6
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam-Perspektif Teori Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: Putra
5

Media Nusantara, 2009), 165.


 

Dalam melakukan suatu usaha, Islam hanya memberikan
ketentuan secara garis besar saja, yaitu agar dibuatlah suatu perjanjian
antara kedua belah pihak, sebab hal tersebut merupakan salah satu bentuk
muamalah yang harus dilaksanakan. Dan salah satu dari isi perjanjian
tersebut adalah pengambilan besaran denda, dan dalam melakukan
pengambilan denda tersebut, haruslah ada perjanjian sebelumnya antara
pihak yang menyewakan dan penyewa. Perjanjian ini sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar tidak terjadi kesalah pahaman
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Usaha persewaan mobil di Kelurahan Mlajah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan adalah usaha sewa-menyewa mobil,
yang mana harga sewa mobil tersebut adalah Rp 250.000,- selama 24 jam.
Untuk dapat menyewa di tempat ini, kita tidak perlu mengisi formulir,
cukup dengan menunjukan fotocopy KTP dan memberikan sepeda yang
motor kepada pihak persewaan sebagai jaminan. Sepeda motor jaminan
tersebut harus sepeda motor yang diatas tahun 2005. Di persewaan ini,
terdapat praktek penarikan denda yang diberlakukan oleh pihak
persewaan kepada penyewa apabila si penyewa terlambat mengembalikan
mobil sewaan tersebut, denda tersebut sebesar Rp 25.000 per jam.
Namun, penarikan denda ini tidak ada kesepakatan sebelumnya antara
pihak persewaan dengan penyewa, hanya saja pihak persewaan menarik
denda kepada penyewa ketika penyewa terlambat mengembalikan mobil


 

sewaan tersebut.7 Dari uraian tersebut, terdapat penyimpangan yaitu,
pada akad ijarah dalam hal syarat dan rukun ijarah yaitu ijab dan qabul
tentang penarikan denda yang tidak dikatakan pada sebelumnya yang
terjadi pada praktek persewaan mobil yang ada di Kelurahan Mlajah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
Persoalan-persoalan yang telah dipaparkan di atas membuat
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut menurut
pandangan Hukum Islam mengenai praktek sewa-menyewa mobil di
Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis
mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan
dapat muncul dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:
1.

Sewa-menyewa dalam Hukum Islam.

2.

Hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa mobil.

3.

Implementasi Hukum Islam terhadap pengambilan denda.
Kiranya perlu penulis membatasi pembahasan mengenai masalah

dalam penelitian ini agar penulisan ini lebih terarah pada ruang
lingkupnya dan permasalahannya.
1.

Menjelaskan hal yang berkaitan dengan praktek penentuan besaran
denda pada persewaan mobil yang jatuh tempo di Kelurahan
Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.

                                                            
7

Hasil wawancara dengan bapak Yorda (pemilik usaha sewa-menyewa mobil) di Kelurahan
Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, 5 juli 2012.


 

2.

Analisis Hukum Islam terhadap besaran denda sewa-menyewa
mobil yang jatuh tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan.

C.

Rumusan Masalah
Proses perumusan masalah merupakan tahapan paling penting
dalam sebuah proses penelitian. Sehingga permasalahan yang menjadi
pokok bahasan menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik
perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.

Bagaiman Praktek Penentuan besaran denda pada sewa-menyewa
mobil yang jatuh tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan?

2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan besaran
denda sewa-menyewa mobil yang jatuh tempo di Kelurahan Mlajah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan?

D.

Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti
sehingga terlihat jelas kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari penelitian yang telah ada. Dan dari hasil
penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis maka diperoleh
penelitian yang sama antara lain:


 

Skripsi

yang

ditulis

Ari

Rachmawati

mahasiswi

jurusan

Muamalah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang berjudul Analisis

Hukum Islam Terhadap Praktek Usaha Persewaan Mobil di Dusun Buaran
Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo yang menerangkan
bahwa, praktek usaha persewaan mobil di Dusun Buaran Keboguyang
Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo dilihat dari segi akad perjanjian
tidak menyimpang dari prinsip dan dasar hukum Islam. Dalam usaha
persewaan adanya syarat-syarat yang dicantumkan mengenai uang sewa
yang dicantumkan pihak penyewa diawal perjanjian.Jika dilihat dari
subyek, sewa-menyewa tidak bertentangan karena kedua belah pihak
telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan hukum Islam.Adapun dari
segi obyek sewa yaitu tidak dijelaskan sampai kapan atau berapa lama
obyek tersebut mampu digunakan oleh pihak penyewa. Dalam rukun dan
syarat sah sewa yaitu manfaat barang dalam hak yang mubah bukan
keharaman. Jadi, praktek usaha persewaan mobil di Dusun Buaran
Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo sudah sesuai dengan
syari’at Islam.8
Disamping itu skripsi yang ditulis oleh Ruwiyati dengan
judul:“Studi Akad Ija>
rah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan

PJTKI (PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo)”menerangkan bahwa
perjanjian itu hanya antara TKI dengan pimpinan PJTKI PT. Amri
                                                            
8

Ari Rachmawati, “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Persewaan Mobil di Dusun Buaran
Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
2012).


 

Margatama cabang Ponorogo tanpa disertakan pihak majikan, sehingga
terdapat cacat dari objek sewa-menyewa, karena tidak dilihat langsung
oleh penyewa. Selain itu bentuk perjanjian kerja tertulis yang seharusnya
menjadi hak bersama tidak diberikan pihak PJTKI kepada para TKI.9
Kemudian ada juga skripsi dengan judul: ”Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Sistem dan Mekanisme Persewaan DVD/VCD di Rental Odiva
Surabaya”

yang disusun oleh Wiwik Endang Purwati menjelaskan

tentang persewaan DVD/VCD dengan

memakai sistem pulsa atau

deposit berupa kartu member (anggota) sebagai alat transaksinya.
Mekanisme persewaan DVD/VCD di Rental Odiva adalah para penyewa
wajib mempunyai kartu member (anggota) yang dikeluarkan Rental
Odiva, jika tidak mempunyai kartu member maka penyewa tidak bisa
menyewa DVD/VCD.10
Penelitian yang saya lakukan terletak pada praktek penerapan
denda pada sewa-menyewa yang dilakukan oleh pihak persewaan, dan
saya melakukan penelitian tersebut di satu tempat yaitu, di Kelurahan
Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan. Sehingga jelasa
bahwa penelitian saya ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan orang lain tentang sewa-menyewa.

                                                            
Ruwiyati, “Studi Akad Ijarah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan PJTKI PT. Amri
Margatama Cabang Ponorogo” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).
10
Wiwik Endang Purwati, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem dan Mekanisme Persewaan
DVD/VCD di Rental Odiva Surabaya” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).

9

10 
 

E.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui praktek penentuan besaran denda sewamenyewa mobil yang melewati jatuh tempo di Kelurahan Mlajah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.

2.

Untuk mengetahui analisis Hukum Islam terhadap praktek
penentuan besaran denda sewa-menyewa mobil yang melewati
jatuh tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
hukum pengambilan denda sewa-menyewa, khususnya dalam
sewa-menyewa mobil dan diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
b. Memberikan

sumbangan

pemikiran

bagi

pengembangan

pemahaman studi Hukum Islam mahasiswa Fakultas Syariah pada
umumnya dan mahasiswa Jurusan Muamalah pada khususnya.

11 
 

2. Secara Praktis
a.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang lebih
jelas tentang praktek pengambilan besaran denda sewa-menyewa
mobil yang jatuh tempo.

b. Dapat memberikan informasi tambahan hukum mengenai akad

ija>
rah dengan tambahan denda.
c. Dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai penerapan akad

ija>
rah dengan tambahan denda pada Persewaan Mobil Di
Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Kabupaten
Bangkalan pada khususnya.
G.

Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul dari
penelitian ini, maka penulis menjelaskan makna sebagai berikut :
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah peraturan yang mengatur seluruh kegiatan
atau tingkah laku manusia di muka bumi yang dirumuskan dari alQur’an dan Hadith oleh para mujtahid. dan dalam hal ini, hukum yang
islam yang dibahas yaitu tentang aturan yang brhubungan dengan
persoalan persewaan.
2. Denda
Yaitu hukuman yang berupa keharusan membayar uang. Dan
dalam hal ini yaitu sanksi sebesar Rp 25.000,- per jam yang diberikan
oleh pihak persewaan kepada penyewa dikarenakan keterlambatan
penyewa dalam mengembalikan mobil.

12 
 

3. Jatuh Tempo
Yaitu sudah pada batas waktunya. Dan dalam hal ini maksudnya
adalah, apabila si penyewa terlambat dalam mengembalikan barang
sewaan

(mobil),

maka

si

penyewa

akan

dikenakan

denda.

Keterlambatan penyewa dalam mengembalikan barang sewaan
(mobil) terhitung sejak 60 menit dari waktu yang ditentukan.
4. Persewaan Mobil
Yaitu suatu usaha dalam bidang jasa yang bergerak dalam
persewaan mobil dimana penyewa memberikan imbalan berupa uang
kepada pihak pemilik persewaan.
H.

Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Merupakan data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini
guna menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yaitudata tentang
prakek pengambilan denda atas persewaan mobil yang melewati jatuh
tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a) Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat baik melalui wawancara, observasi, dan atau alat-alat

13 
 

lainnya11. Dan sumber data dalam penelitian diperoleh dari hasil
wawancara dengan pemilik persewaan mobil, serta empat pihak
penyewa yang dikenakan denda.
b) Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari keterangan-keterangan atau
pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung
melalui studi kepustakaan, dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan sumbersumber tertulis lainnya.12 Dalam penelitian ini sumber data
sekunder penulis peroleh dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini, antara lain:
1) al-Qur’an dan Terjemahnya.
2) Rachmad Syafei, Fiqh Muamalah.
3) Moh. Syaifullah Al-Aziz, Fiqih Islam Lengkap.
4) Syaikh al Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad Damasyi,

Fiqh Empat Mazhab.
5) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti pada Persewaan mobil di Kelurahan Mlajah Kecamaan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
6) Dan sumber-sumber pendukung lainnya.
                                                            
11
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek”, Cet. V. (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 87.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2008), 225.

12

14 
 

3. Teknik pengumpulan data
Kualitas data ditenukan oleh kualitas alat pengambil data, jika
alat pengambil datanya cukup reliable (dapat dipercaya) dan valid,
maka datanya akan cukup reliable (dapat dipercaya pula) dan valid
pula.13 Untuk memperoleh data yang reliable(dapat dipercaya) dan
valid penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu metode pengumpulan data dimana
dilakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data
melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan
pancaindera lainnya. Yang dimaksud dengan metode observasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun

data

penelitian

melalui

pengamatan

dan

pengideraan.14 Dalam hal ini saya datang dan menyaksikan
langsung transaksi penyewaan tersebut, mulai dari proses
pengambilan barang sewaan yaitu mobil, sampai dengan
pengembalian mobil sewaan yang telah jatuh tempo.
b. Interview (Wawancara)

Interview yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab

sepihak

yang

dikerjakan

dengan

sistematik

dan

                                                            
13
Sunadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 3, 2001), 21.
14
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), 115.

15 
 

berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.15 Dalam hal ini pihak
yang diwawancarai ialah pemilik persewaan yaitu, bapak Yordha.
Dan dan pihak penyewa yaitu, yaitu, bapak Ainur Rofiq, Muh.
Hasun, Muh. Haji dan Sunaryo
c. Dokumentasi
Dokumenasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.16 Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan
mengambil data dari dokumen yang biasa berupa tulisan, gambar
atau karya-karya monumental seseorang. Dalam hal ini, saya
meneliti kwitansi-kwitansi pembayaran.
4. Teknik pengolahan data
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang
diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna,
keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan
penelitian.17
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang
sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.18

                                                            
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi

15

UGM, 1998), 136.
M. Iqbal Hasan, Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002) 87.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif kuntitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta ,2008), 243.
18
Ibid., 245.
16

16 
 

c. Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari

penelitian

untuk

memperoleh

kesimpulan

mengenai

kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan
sebuah jawaban dari rumusan masalah.19
5. Teknik analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya

temuan

bagi

orang

lain.

Sedangkan

untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan
berupaya mencari makna (meaning).20
a.

Analisis deskriptif
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis
melalui metode deskriptif analisis yaitu dengan cara menuturkan
dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan
dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran
mengenai obyek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
yang diselidiki.21 Metode ini digunakan untuk mengetahui secara
jelas praktek penentuan pengambilan denda pada persewaan
mobil yang jatuh tempo di Kelurahan Mlajah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan.

                                                            

19

Ibid., 246.
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996), 104.
21
Moh Nazir, Metodee Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63.

20

17 
 

b.

Pola pikir induktif
Selanjutnya data dianalisis dengan pola pikir induktif yang
berarti pola pikir yang berpijak pada fakta yang bersifat khusus
kemudian

diteliti

dan

akhirnya

dikemukakanpemecahan

persoalan yang bersifat umum.22 Pola pikir ini berpijak pada
teori-teori ija>
rah dan hukum perdata kemudian dikaitkan pada
fakta di lapangan tentang pengambilan denda pada persewaan
mobil di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan.
I.

Sistematika Pembahasan
Agar mempermudah penulisan penelitian ini, maka perlu kiranya
untuk menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan
rincian sebagai berikut:
Bab pertama, bab ini terdiri dari deskripsi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kalian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan
gambaran secara sistematis segala yang menjadi pembahasan yang
menjadi pembahasan bab-bab berikutnya.
Bab kedua, pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori al-

Ijarah, Ta’zir yang meliputi pengertian denda, dasar hukum denda, serta
hukum pengambilan denda dalam sewa.
                                                            
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Gajah Mada University, 1975), 16.

18 
 

Baba ketiga, bab ini menjelaskan tentang data yang diperoleh
penulis dari lapangan atau objek penelitian. Adapun pembahasan data
yang pertama meliputi profil persewaan mobil di Kelurahan Mlajah
Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, keadaan geografis, dan
keadaan sosial ekonomi.Pembahasan data yang kedua meliputi praktek
sewa-menyewa pada persewaan mobil di Kelurahan Mlajah Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan, pengambilan denda pada persewaan
mobil di Kelurahan Mlajah Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
Bab keempat, pada bab ini merupakan analisis Hukum Islam dan
Hukum Perdata terhadap data yang diperoleh dan sudah dipaparkan pada
bab sebelumnya. Analisis data dimaksudkan untuk menjawab persoalan
pada rumusan permasalahan dengan mengacu pada data yang diperoleh.
Bab kelima, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan
dan rekomendasi yang diambil dari hasil analisa pada bab-bab
sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG IJA<
RAH, DENDA, DAN HUKUM
PENGAMBILAN DENDA DALAM SEWA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Ija>
rah

1. Pengertian Ija>
rah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang tidak
biasa hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu
bentuk kegiatan manusia dalam lingkup muamalah ialah sewa menyewa,
yang dalam fiqh Islam disebut ija>
rah. Ija>
rah merupakan salah satu
kebutuhan dalam kehidupan manusia di dunia ini oleh karena itu Islam
memberikan pedoman dasar untuk memenuhi kebutuhan manusia
terhadap masalah tersebut. Ija>
rah menurut bahasa, berarti "upah" atau
"ganti" atau "imbalan". Lafaz}ija>
rah mempunyai pengertian umum yang
meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu
kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu aktivitas.1
Secara terminologi, ija>
rah adalah perjanjian atau perikatan
mengenai pemakaian dan pemungutan hasil dari manusia, benda atau
binatang.2

1
2

Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), 29.
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 422.

19

20

Ija>
rah dapat juga diartikan sebagai akad pemindahan hak guna
atau manfaat atas barang atau jasa, melalui upah sewa tanpa diikuti
pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.3
Adapun pengertian ija>
rah menurut pendapat Ibn Abidin adalah

‫ﲤﺴﺸِ ُ ﺴـ ﺸ ِ ِ ِ ﺴﻮ ﺳ‬
‫ض‬

Artinya: "Memberikan kemanfaatan dengan suatu ganti pembayaran".

Menurut pendapat Imam Taqiyuddin yang dimaksud dengan ija>
rah
adalah:

ِ
‫ﻮﺚ ﺳة ﺴ ﺸ ُﻮً ﺎ ﺴﺎِﺴﺔً ِﺸﺴ ﺸﺪ ِل ﺴوﺒ ِﻹ ﺎﺴ ﺴ ِﺔ ِ ِ ﺴﻮ ﺳ‬
‫ض ﺴ ﺳُ ﺸﻮﺳم‬
‫ﺴ ﺸ ُﺪ ﺴﺴﻰ ﺴ ﺸـ ﺴ ﺴﺔ ﺴ ﺸ ُ ﺴ‬

Artinya: "Suatu perjanjian atas manfaat yang diketahui yang disengaja,
yang bisa diserahkan kepada pihak lain secara mubah dengan
ongkos yang diketahui".

Dan menurut pendapat Asy-Syarbini al-Kh}atib yang dimaksud

ija>
rah adalah

‫ﲤﺴﺸِ ُ ﺴ ﺸـ ﺴ ﺴ ﺳﺔ ِ ِ ﺴﻮ ﺳ‬
‫ض ِ ُ ُﺮﺸو ﺳﺢ‬

Artinya: "Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat".4

al-Ija>
rah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau imbalan.
al-Ija>
rah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak,
atau menjual jasa perhotelan dan lain-lain.5

rah berasal dari kata al-ajru (‫) اأجر‬
Menurut Sayyid Sabiq, al-ija>
yang berarti al-‘iwad}(‫ ) العوض‬yang artinya ganti rugi. Oleh karena itu, al-

3

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari'ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),
42.
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 114.
5
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 228.

21

s\awab (‫ ) الثواب‬yang artinya pahala dinamakan ajru (upah). Menurut
pengertian syara’, ija>
rah adalah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian. Manfaat tersebut bisa berbentuk
barang, karya, ataupun berbentuk sebagai kerja pribadi seseorang yang
mencurahkan tenaga seperti pembantu dan pekerja.6

Ija>
rah dapat diartikan sebagai jual beli jasa (upah-mengupah),
yaitu mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan
sewa-menyewa, yaitu mengambil manfaat dari barang.7 Dalam arti luas,

ija>
rah bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu
dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama
artinya dengan menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual wujud
benda itu sendiri.8
Dilihat dari segi obyeknya, akad al-ija>
rah dibagi para ulama fiqh
menjadi dua macam, yaitu:
a.

al-ija>
rah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewa-menyewa rumah,
kendaraan, pakaian dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat
yang diperbolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka ulama fiqh sepakat
menyatakan boleh dijadikan obyek sewa-menyewa.

b.

al-ija>
rah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. al-ija>
rah seperti ini menurut

6

Sayyid Sabiq, Fiqh as- Sunnah (Kuwait: Dar al-Bayan, 1968), III: 177.
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 122.
8
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997), 29.

7

22

para ulama fiqh hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti
buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik.

2. Landasan Hukum Ija>
rah

Ija>
rah sesungguhnya merupakan sebuah transaksi atas suatu
rah didasarkan sejumlah keterangan almanfaat. Kebolehan transaksi ija>
Qur’an, hadith dan ijma>
’ ulama.
a. al-Qur’an
Sebagaimana firman Allah SWT (QS. az-Zukhruf: 32) sebagai
berikut:
$uΖ÷èsùu‘uρ 4 $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ’Îû öΝåκtJt±ŠÏè¨Β ΝæηuΖ÷t/ $oΨôϑ|¡s% ß⎯øtwΥ 4 y7În/u‘ |MuΗ÷qu‘ tβθßϑÅ¡ø)tƒ óΟèδr&

$£ϑÏiΒ ×öyz y7În/u‘ àMuΗ÷qu‘uρ 3 $wƒÌ÷‚ß™ $VÒ÷èt/ ΝåκÝÕ÷èt/ x‹Ï‚−Gu‹j9Ï ;M≈y_u‘yŠ
rah.10
Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. al-Baqarah 233),
sebagai berikut:
’n?tãuρ 4 sπtã$|ʧ9$# ¨ΛÉ⎢ムβr& yŠ#u‘r& ô⎯yϑÏ9 ( È⎦÷⎫n=ÏΒ%x. È⎦÷,s!öθym £⎯èδy‰≈s9÷ρr& z⎯÷èÅÊöムßN≡t$Î!≡uθø9$#uρ

8οt$Î!≡uρ §‘!$ŸÒè? Ÿω 4 $yγyèó™ãρ ωÎ) ë§øtΡ ß#¯=s3è? Ÿω 4 Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ £⎯åκèEuθó¡Ï.uρ £⎯ßγè%ø—Í‘ …ã&s! ÏŠθä9öθpRùQ$#

⎯tã »ω$|ÁÏù #yŠ#u‘r& ÷βÎ*sù 3 y7Ï9≡sŒ ã≅÷VÏΒ Ï^Í‘#uθø9$# ’n?tãuρ 4 ⎯ÍνÏ$s!uθÎ/ …çμ©9 ׊θä9öθtΒ Ÿωuρ $yδÏ$s!uθÎ/
Ÿξsù ö/ä.y‰≈s9÷ρr& (#þθãèÅÊ÷tIó¡n@ βr& öΝ›?Šu‘r& ÷βÎ)uρ 3 $yϑÍκön=tã yy$oΨã_ Ÿξsù 9‘ãρ$t±s?uρ $uΚåκ÷]ÏiΒ
rah.14

13

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya…, 310.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2001), 118.

14

25

b. As-Sunnah
Sedangkan dasar hukum yang lain terkait dengan jasa penyewaan
adalah dari hadits dari HR Ibnu Majah:

‫ﺴﺴﺮُ ُ) ﺜوﺒ‬

ِ ‫ ﺎﺴ ﺴل ﺜ ﻮ ُل‬: ‫ِ ﺒِ ِ ﺮ ﺎﺴ ﺴل‬
‫ ﺒﺴ ﺸ ﻄُﺸﻮ ﺒﺸﺴﻻ ِ ﺸـﺴﺮ ﺒﺴ ﺸ ﺴﺮُ ﺴـﺸ ﺴ ﺒﺴ ﺸن ﺴِﳚ‬.‫م‬. ‫ﺒﷲ ﺠ‬
‫ﺴ ُﺸ‬
‫ﺴ ﺸ ُ ﺴﺴ‬
( ‫ﺒ ﺎ‬

Artinya:”Dari Ibnu Umar, ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW:
Berikanlah kepada seorang buruh upahnya sebelum kering
peluhnya.15
Sedangkan dasar hukum yang lain terkait dengan jasa penyewaan
adalah dari hadits dari HR Imam Bukhari:

ِ ‫ ﺒِ ِ ﺜ ﻮ ُل‬: ‫ِ ﺒ ِ ﺎ ﺳس ﺎﺴ ﺴل‬
‫ ﺴوﺴ ﺸﻮﺴ ﺎﺴ ﺴن‬,ُ‫ ﺴوﺒﺴ ﺸ ﻰ ﺒ ِﺬ ﺸي ﺴ ﺴ ﺴ ﺸ ﺒُ ﺸ ﺴﺮ‬.‫م‬.‫ﺒﷲ ﺠ‬
‫ﺴ ﺸ ﺴ‬
‫ﺸ ﺴ ﺴ ﺴ ُﺸ‬
(‫ﺴ ﺴﺮﺒ ً ﺎ ﺴﺸ ـُ ﺸ ِﻄ ِ )ﺜوﺒ ﺒ ﺎﺜي‬

Artinya:”Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW pernah
berbekam dan memberikan kepada yang membekamnya itu
upah,
dan
sekiranya
haram
niscaya
ia
tidak
memberikannya.”(Riwayat Imam Bukhari).16


c. Landasan ijma>
Mengenai disyari'atkannya ija>
rah, umat Islam pada masa shahabat
teleh ber-ijma>
' bahwa ija>
rah dibolehkan sebab bermanfaat bagi
manusia.17
Mengenai disyariatkannya ija>
rah, semua umat bersepakat tidak
seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma>
’ ini. Sekalipun
15

Muhammad, Nashirudidin al Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah Terj. Ahmad Taufiq
Abdurraman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 420.
16
Zaki al-Din abd. A’zim al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim Terj. Syinqithy Djamaluddin,
H.M. Mochtar Zoeni (Beirut: Mizan, 2002), 567.
17
Rochmat Syafei, Fiqh Muamalah..., 124.

26

ada beberapa orang yang di antara mereka berbeda pendapat tentang
hal itu tetapi tidak dianggap.18
Adapun golongan yang tidak menyepakatinya, seperti Abu Bakar
al-Asham, Ismail Ibnu Aliah, Hasan al-Basri, al-Qasyami, Nahrawi dan
Ibnu Kaisan beralasan bahwa ija>
rah adalah jual beli kemanfaatan, yang
tidak dapat dipegang (tidak ada), sesuatu yang tidak ada tidak dapat
dikategorikan sebagai jual beli. Di dalam menjawab pandangan ulama
yang tidak menyepakati

ija>
rah tersebut, Ibnu Rusyd berpendapat

bahwa kemanfaatan walaupun tidak berbentuk, dapat dijadikan alat
pembayaran menurut kebiasaan adat.
3. Rukun dan Syarat Ija>
rah
a. Rukun Ija>
rah

rah adalah ijab
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun ija>
dan qabul, antara lain dengan menggunakan lafadz: al-Ija>
rah, al-

isti’ja>
r dan al-Ikra.
rah ada empat, yaitu:
Sedangkan menurut jumhur ulama rukun ija>
1. Pihak yang berakad, terdiri dari a>
jir (pemilik yang menyewakan
manfaat)

dan

musta’jir

(pihak

lain

yang

memberikan

sewa/penyewa).
2. Sighat akad, yaitu ijab dan qabul (serah terima) dari kedua belah
pihak.
3. Ujrah (imbalan atau upah) yang disepakati.

18

Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah,…, 123.

27

4. Ma’jur atau Obyek sewa berupa sesuatu yang bermanfaat. Dalam
perjanjian kerja yang menjadi obyek sewa berarti barang atau
tenaga kerja.19
Untuk obyek atau barang yang disewakan, di haruskan sebagai
berikut;
1)

Hendaknya barang menjadi obyek akad sewa-menyewa dan upahmengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.

2)

Hendaklah benda yang menjadi obyek sewa-menyewa dan upahmengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
kegunaannya (khusus dalam sewa-menyewa)

3)

Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah
(boleh) menurut syara’ bukan hal yang dilarang (diharamkan)

4)

Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.20 Adapun
untuk

terbentuknya akad di atas, kedua pihak yang berakad

disyaratkan berkemampuan, yaitu keduanya berakal dan dapat
membedakan. Jika salah seorang yang berakad itu gila atau anak
kecil yang belum dapat membedakan, maka akad menjadi tidak
sah. Imam Syafi’i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi,

19
20

Ibid ..., 125
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 118

28

yaitu baligh, menurut mereka akad anak kecil sekalipun sudah
dapat membedakan, dinyatakan tidak sah.21
b. Adapun syarat sahnya ija>
rah adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian sewamenyewa, maksudnya kalau di dalam perjanjian sewa-menyewa itu
terdapat unsur pemaksaan, maka sewa-menyewa itu tidak sah.
Ketentuan ini sejalan dengan bunyi surat an-Nisa’ayat 29:
šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ

$VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 Ν
ö ä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ
ja>
b qabu>
l) terhadap sesuatu yang
diperjanjikan. Adapun yang menjadi kewajiban pihak pemberi jasa atau
pekerja (a>
jir) dengan adanya hubungan hukum itu adalah:
23

Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1996), 53-54.

30

a. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan kalau pekerjaan itu
merupakan pekerjaan yang khas. Namun pekerjaan itu bisa diwakilkan
apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang umum, tetapi dengan
syarat pewakil sanggup mengerjakan pekerjaan sebagaimana yang
diperjanjikan. antara musta’jir dengan a>
jir (pihak pertama).

b. Benar-benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.

c. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun cermat dan teliti.

d. Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya untuk
dikerjakannya, sedangkan apabila bentuk pekerjaan itu berupa urusan,
maka wajib mengurus urusan tersebut sebagaimana mestinya.

e. Mengganti kerugian apabila ada barang yang rusak. Dalam hal ini
apabila kerusakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau
kelengahannya. Sedangkan hak-hak pemberi jasa atau pekerja (a>
jir)
yang wajib dipenuhi.24 Sedangkan hak-hak pemberi jasa atau pekerja

(a>
jir) yang wajib dipenuhi oleh pemberi pekerjaan atau penyewa
(musta’jir) adalah:

1. Hak untuk memperoleh pekerjaan.

2. Hak atas upah atau pembayaran sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
3. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan.

24

Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 13…, 156.

31

4. Hak atas jaminan sosial. Terutama sekali menyangkut bahaya-bahaya
yang dialami oleh si pekerja dalam melakukan pekerjaan. Kemudian
yang menyangkut hak dan kewajiban penyewa atau musta’jir adalah
kebalikan dari hak dan kewajiban a>
jir /pekerja sebab sifat perjanjian
kerja itu harus timbal balik atau dengan kata lain, dengan adanya
perjanjian kerja itu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak. Bagi majikan kewajiban utamanya adalah membayar
upah kepada pekerja sebagai akibat adanya perjanjian kerja.
Kewajiban majikan yang lain berdasarkan peraturan yang ada
selain membayar upah kepada pekerja tersebut ialah bahwa majikan
sebagai akibat perjanjian kerja berkewajiban mengadakan pengaturan
pekerjaan, menetapkan tempat kerja, menentukan macam pekerjaan,
menetapkan

waktu/lamanya

pekerja

melakukan

pekerjaan,

dan

sebagainya.25

Sedangkan hak majikan dengan adanya perjanjian kerja itu adalah
menuntut pihak pekerja agar ia melakukan pekerjaan dengan baik sesuai
dengan

apa

yang

diperjanjikan.

Majikan

juga

berhak

untuk

mempekerjakan pekerja ditempat pekerjaan sesuai dengan keahlian dan
keterampilan yang dimiliki pekerja.26

25
26

Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 14
Ibid…, 15

32

5. Akibat Hukum dan Berakhirnya Ija>
rah

rah Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa akad ija>
rah
a. Sifat ija>
bersifat mengikat kedua belah pihak, tetapi dapat dibatalkan secara
sepihak apabila terdapat uzur seperti meninggal dunia atau tidak
dapat bertindak secara hukum seperti gila. Akan tetapi, jumhur ulama
berpendapat bahwa akad. Akibat Hukum dan Berakhirnya ija>
rah

rah Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa akad ija>
rah
b. Sifat ija>
bersifat mengikat kedua belah pihak, tetapi dapat dibatalkan secara
sepihak apabila terdapat uzur seperti meninggal dunia atau tidak
dapat bertindak secara hukum seperti gila. Akan tetapi, jumhur ulama
berpendapat bahwa akad ija>
rah itu bersifat mengikat, kecuali ada
cacat atau barang itu tidak dapat dimanfaatkan. Akibat perbedaan
pendapat ini dalam kasus apabila salah seorang meninggal dunia.
Menurut ulama Mazhab Hanafi apabila salah seorang meninggal
dunia, maka akad ija>
rah menjadi batal, karena manfaat tidak dapat
diwariskan kepada ahli waris. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan
bahwa manfaat itu boleh diwariskan karena termasuk harta. Oleh
sebab itu, kematian salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan
akad al-ija>
rah.27
6. Hukum dan Pembagian Ija>
rah

rah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa,
Hukum ija>
dan tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan, sebab
27

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003), 236.

33

ija>
rah termasuk jual-beli pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.
Adapun hukum ija>
rah rusak, menurut ulama Hanafiyah jika penyewa
telah mendapatkan manfaat tetapi orang yang menyewakan atau yang
bekerja dibayar lebih kecil dari kesepakatan pada waktu akad.28

Ija>
rah terbagi menjadi dua, yaitu ija>
rah terhadap benda atau
sewa-menyewa, dan ija>
rah atas pekerjaan atau upah-mengupah. Hukum
yang terkait dengan keduanya dapat diterangkan secara singkat sebagai
berikut:

a. Hukum Sewa-menyewa
Dibolehkan ija>
rah atas barang mubah, seperti rumah, kamar dan
tetapi dilarang ija>
rah terhadap benda-benda yang

lain-lain,
diharamkan.

b. Hukum Upah-mengupah
Upah-mengupah atau ija>
rah ‘ala al-a’mal, yaitu jual beli jasa,
biasanya berlaku dalam beberapa hal seperti menjahit pakaian,
membangun rumah, dan la

Dokumen yang terkait

PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL

0 12 13

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG MUKA DALAM SEWA MENYEWA MOBIL DI HIMALAYA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Uang Muka Dalam Sewa menyewa Mobil di Himalaya Tour and Travel Surakarta.

0 5 15

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UANG MUKA DALAM SEWA MENYEWA MOBIL DI HIMALAYA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Uang Muka Dalam Sewa menyewa Mobil di Himalaya Tour and Travel Surakarta.

0 2 16

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM SEWA MENYEWA DI RENTAL MOBIL TOM’S GARAGE KECAMATAN KADIPIRO Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Sewa Menyewa Di Rental Mobil Tom s Garage Kecamatan Kadipiro Surakarta.

0 3 15

PENDAHULUAN Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Sewa Menyewa Di Rental Mobil Tom s Garage Kecamatan Kadipiro Surakarta.

0 4 6

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM SEWA MENYEWA DI RENTAL MOBIL TOM’S GARAGE KECAMATAN KADIPIRO Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Sewa Menyewa Di Rental Mobil Tom s Garage Kecamatan Kadipiro Surakarta.

0 2 13

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ‘AKAD SEWA MENYEWA ALAT-ALAT PESTA PADA PERSEWAAN JK SOUND SISTEM Tinjauan Hukum Islam Terhadap ‘Akad Sewa Menyewa Alat-Alat Pesta Pada Persewaan JK Sound Sistem Di Kecamatan Donorojo-Pacitan.

0 1 17

WANPRESTASI DAN PENYELESAIANNYA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL: Wanprestasi Dan Penyelesaiannya Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Mobil ( Studi Kasus Di Wawa Rental Mobil Kabupaten Sragen).

0 2 20

SKRIPSI JAMINAN DAN SEWA MENYEWA MOBIL Jaminan Dan Sewa Menyewa Mobil (Studi Terhadap Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Rental Mobil Lepas Kunci Di Surakarta).

0 1 18

JAMINAN DAN SEWA MENYEWA MOBIL (Studi Terhadap Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Rental Mobil Lepas Jaminan Dan Sewa Menyewa Mobil (Studi Terhadap Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Rental Mobil Lepas Kunci Di Surakarta).

0 1 20