Index of /ProdukHukum/kehutanan SK 164 IV KKH 2009

KEPUTUSAN
DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
Nomor : SK.164/ I V-KKH/ 2009
TENTANG
PENETAPAN RENCANA PRODUKSI REPTI L HI DUP HASI L PENANGKARAN
TAHAP KEDUA (PERI ODE JULI – DESEMBER) TAHUN 2009
DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM,
Menimbang

: a. bahwa berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 447/ Kpts-I I / 2003 tentang Tata Usaha
Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan
Satwa Liar, dalam rangka menjamin keefektifan pengendalian
pemanfaatan spesimen tumbuhan dan satwa liar hasil
penangkaran maka ditetapkan batasan jumlah hasil penangkaran;
b. bahwa untuk batasan jumlah hasil unit usaha penangkaran reptil
hidup disebut juga dengan Rencana Produksi Reptil Hidup Hasil
Penangkaran, merupakan salah satu dasar dalam pemberian izin
pemanfaatan untuk kepentingan peredaran di dalam negeri dan
atau ke luar negeri (ekspor) kepada masing-masing unit usaha
penangkaran reptil hidup;

c. bahwa berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.15/ I V-SET/ 2009 Tanggal 11
Februari 2009 telah ditetapkan Rencana Produksi Reptil Hidup
Hasil Penangkaran Tahap Pertama (Periode Januari-Juni) Tahun
2009 yang berakhir sampai dengan 30 Juni 2009;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c di atas, maka perlu ditetapkan
Rencana Produksi Reptil Hidup Hasil Penangkaran Tahap Kedua
(Periode Juli - Desember) Tahun 2009 dengan Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

Konservasi


2.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang
diperbaiki dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan
Satwa Buru;

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa;

5.


Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom;

7.

Peraturan Pemerintah
Perlindungan Hutan;

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;


9.

Keputusan Presiden Republik I ndonesia Nomor 43 Tahun 1978
tentang Pengesahan Convention on I nternational Trade in
Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CI TES);

Nomor

45

Tahun

2004

tentang

10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 104/ Kpts-I I / 2003 tentang
Penunjukan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Selaku Otoritas Pengelola (Management Authority) CI TES di
I ndonesia;

11. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/ Kpts-I I / 2003 tentang
Penandaan Spesimen Tumbuhan dan Satwa Liar;
12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/ Kpts-I I / 2003 tentang
Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran
Tumbuhan dan Satwa Liar;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/ Menhut-I I / 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan,
sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/ Menhut-I I / 2005;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 19/ Menhut-I I / 2005
tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar;
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P. 02/ Menhut-I I / 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Konservasi Sumber Daya Alam;

MEMUT USKAN:

Menetapkan


: KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERLI NDUNGAN HUTAN DAN
KONSERVASI ALAM TENTANG PENETAPAN RENCANA PRODUKSI
REPTI L HI DUP HASI L PENANGKARAN TAHAP KEDUA (PERI ODE JULI
- DESEMBER) TAHUN 2009.

KESATU

: Menetapkan Rencana Produksi Reptil Hidup Hasil Penangkaran Tahap
Kedua (Periode Juli - Desember) Tahun 2009 kepada unit usaha
penangkaran reptil hidup sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KEDUA

: Rencana Produksi Reptil Hidup Hasil Penangkaran sebagaimana pada
Amar KESATU merupakan batas maksimal jenis dan jumlah spesimen
reptil hidup yang dapat dimanfaatkan dari hasil setiap unit usaha
penangkaran reptil untuk kepentingan peredaran di dalam negeri dan
atau ke luar negeri selama periode Juli – Desember 2009.


KETI GA

: Jenis spesimen reptil hidup masing-masing unit usaha penangkaran
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan peredaran di dalam
negeri dan atau ke luar negeri sebagaimana pada Amar KEDUA,
adalah jenis-jenis reptil hidup yang tercantum dalam I zin
Penangkaran Reptil serta I zin Pengedar Dalam Negeri Reptil Hasil
Penangkaran untuk peredaran dalam negeri atau I zin Pengedar Luar
Negeri Reptil Hasil Penangkaran untuk peredaran luar negeri.

KEEMPAT

: Dalam pelaksanaan pemanfaatan peredaran di dalam negeri dan
atau ke luar negeri sebagaimana pada Amar KETI GA, masing-masing
unit usaha penangkaran reptil hidup berkewajiban untuk :
1. Mentaati ketentuan peraturan dan undang-undang yang berlaku;
2. Melakukan regenerasi indukan minimal 15 % dari produksi reptil
hidup hasil penangkaran;
3. Menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala UPT KSDA
setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal PHKA cq

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Otoritas
Keilmuan cq Pusat Penelitian Biologi - LI PI .

KELI MA

: Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan tanggal 31
Desember 2009, dan mempunyai daya laku surut terhitung mulai
tanggal 1 Juli 2009.
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Jak ar t a
: 31 Agustus 2009

DI REKTUR JENDERAL
TTd.

I R. D A R O R I , MM
NI P. 19531005 198103 1 004


Salinan Keputusan ini disampaikan kepada yth :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA;
2. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati;
3. Kepala Pusat Penelitian Biologi - LI PI ;
4. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara;
5. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat;
6. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur;
7. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta;
8. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah;
9. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali;
10. Ketua Asosiasi Pengusaha Penangkar Reptil Pet I ndonesia (APPREPI NDO);
11. Unit Usaha Penangkar Yang Bersangkutan.