statistik kop05 03 narasi

PENGERTI AN DAN BATASAN
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
b. Perkoperasian adalah sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
c. Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi
yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
d. Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi serta tercatat dalam buku daftar anggota.
e. Rapat Anggota Tahunan ( RAT) adalah rapat anggota koperasi yang pelaksanaannya sesuai dengan AD/ ART koperasi.
f. Manager adalah orang yang di angkat oleh pengurus untuk mengelola usaha koperasi.
g. Karyaw an adalah orang yang dipekerjakan koperasi baik dalam menangani organisasi maupun usaha dan mendapatkan gaji
dari koperasi.
h. Modal Sendiri adalah modal yang menanggung resiko (modal equity) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok,
simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
i.

Modal Luar adalah modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank/ lembaga keuangan,
penerbitan obligasi/ surat berharga dan sumber-sumber lainnya.

1

j.


Volume Usaha adalah total nilai penjualan/ pendapatan barang dan jasa pada tahun buku yang bersangkutan.

k. Sisa hasil Usaha ( SHU) adalah pendapatan koperasi yang di peroleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku, yang bersangkutan.

SUMBER DAN CARA PENGUMPULAN DATA

Data dalam buku ini bersumber dari laporan Dinas/ Badan/ I nstansi yang membidangi pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (KUKM) seluruh I ndonesia, yang merupakan hasil konfirmasi terakhir pada bulan Juni 2005. Disisi lain, untuk
memberikan kelengkapan informasi tentang keberadaan koperasi di seluruh I ndonesia, Hasil survey BPS juga kami sertakan guna
memberikan gambaran yang lebih komprehensif terhadap peran koperasi dalam kehidupan perekonomian masyarakat khususnya
masyarakat usaha kecil dan menengah (UKM). Dalam proses pengumpulan data koperasi, Bagian Data telah menyampaikan format
baku data dan informasi yang diperlukan kepada dinas / lembaga yang membidangi KUKM di seluruh I ndonesia, selanjutnya dari
data yang diterima diolah dan disajikan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan data peran koperasi, kami kutip dari hasil survey
Usaha Terintegrasi Badan Pusat Statistik (SUSI -BPS) tahun 2001 dan 2002 .

2

PERAN KOPERASI SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN ALTERNATI F


Keberadaan koperasi dalam kehidupan ekonomi masyarakat hingga saat ini terbukti masih diperlukan, utamanya dalam
rangka mendorong laju pertumbuhan unit – unit usaha kecil dan menengah yang pada umumnya masih menjadi sandaran hidup
masyarakat kecil. Hasil Survei Usaha Tertintegrasi (SUSI ) Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2001 , menunjukkan bahwa
dari 14.660.645 usaha kecil dan menengah ( UKM) yang tidak berbadan hukum, tercatat

2.131.810

UKM yang

memanfaatkan pinjaman dalam upaya mendukung proses pengembangan usahanya. Sumber – sumber permodalan yang
tersedia bagi UKM dikategorikan dalam perbankan, koperasi, lembaga keuangan non bank, modal ventura, perorangan, keluarga /
famili, dan lain-lain. Dari total UKM yang memanfaatkan pinjaman, sumber pinjaman yang berasal dari lain-lain masih menduduki
posisi teratas dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan permodalan UKM yaitu sebanyak 639.688 UKM atau 30,01
persen, koperasi mampu memberikan pelayanan kepada 84.037 UKM atau 3,94 persen, selebihnya adalah dari sumber perorangan
sebanyak

605.191 UKM atau 28,39 persen; perbankan sebanyak

361.688 UKM atau 16,97 persen; keluarga/ famili sebanyak


350.419 UKM atau 16,44 persen; lembaga keuangan non bank sebanyak 74.785 UKM atau 3,51 persen dan modal ventura
sebanyak 16.002 UKM atau 0,75 persen.

3

Pada tahun 2002 dibandingkan tahun 2001, hasil survei menunjukkan adanya perubahan dimana sumber permodalan
koperasi tercatat mampu memberikan pelayanan kepada

101.025 UKM atau mengalami peningkatan sebesar

20,21 persen; Perorangan sebanyak 742.326 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 22,66 persen; keluarga/ famili sebanyak
413.174 UKM atau mengalami peningkatan sebesar

GAMBAR-1. SUMBER-SUMBER PERMODALAN YANG MELAYANI UKM TIDAK
BERBADAN HUKUM DAN UKM YANG DILAYANI TAHUN 2001 & 2004

17,91 persen; lembaga keuangan non bank sebanyak

800.000

700.000
600.000

persen;

perbankan

sebanyak

385.383

UKM

atau

UNIT

82.962 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 10,93

500.000

400.000
300.000
200.000

mengalami peningkatan sebesar 6,55 persen dan sumber

100.000
0

permodalan

lainnya sebanyak

661.629

Perbankan

UKM atau

mengalami peningkatan sebesar 3,43 persen. Sedangkan


Koperasi

Lembaga
Keuangan
Non Bank

Modal
Ventura

Perorangan

Keluarga/Fa
miliy

Lainnya

TAHUN 2001

361.688


84.037

74.785

16.002

605.191

350.419

639.688

TAHUN 2002

385.383

101.025

82.962


7.972

742.326

413.174

661.629

sumber permodalan yang berasal dari modal ventura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hingga mencapai

50,18 persen yaitu dari 16.002 UKM menjadi 7.972 UKM .

4

Dengan mengacu pada gambaran di atas, menunjukkan bahwa manfaat koperasi dalam mendukung aktivitas perekonomian
masyarakat di seluruh indonesia masih sangat diperlukan dan perlu terus dipacu agar dapat berkembang dan berperan dalam
mendorong

aktivitas perekonomian


daerah. Secara rinci peran koperasi sebagai lembaga keuangan alternatif disajikan pada

tabel-1.

Untuk lebih dapat memperjelas peran dan gambaran koperasi secara nasional, perlu diketahui tentang keberadaan koperasi
sampai akhir tahun 2004 baik dari aspek kelembagaan maupun aspek usahanya. Untuk itu akan diuraikan pada pokok bahasan
selanjutnya.

PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPERASI SECARA NASI ONAL PERI ODE 2003- 2004

Kelembagaan Koperasi periode 2003 – 2004 mengalami perkembangan secara signifikan dengan laju perkembangan rata –
rata sebanyak 7.549 unit atau 6,13 persen. Empat propinsi dengan perkembangan jumlah koperasi terbesar pada periode yang
sama adalah :

™ Propinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 234 unit atau sebesar 13,23 persen;
™ Maluku Utara sebanyak 74 unit atau sebesar 12,09 persen;
™ Gorontalo sebanyak 68 unit atau sebesar 12,04 persen dan
™ Bali sebanyak 241 unit atau sebesar 11,56 persen.


5

GAMBAR-2. JUMLAH KOPERASI AKTIF DAN TIDAK AKTIF
TAHUN 2003 & 2004 (dalam unit)

Total Kop
123.181

Total Kop
130.730

periode

yang

secara

nasional,

tercatat


persen. Namun demikian ditinjau dari rincian per

29.381

37.328

93.800

93.402

propinsi, ada beberapa propinsi yang mengalami
perkembangan
signifikan.
jumlah

TH 2003

sama

untuk

mengalami penurunan sebanyak 398 unit atau 0,42

Kop. Tidak Aktif
Kop. Aktif

Perkembangan jumlah koperasi aktif

TH 2004

keaktifan

Empat

propinsi

koperasi
dengan

yang

cukup

pertumbuhan

koperasi aktif terbesar adalah propinsi

Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 18,22 persen atau
sebanyak 258 unit yang selanjutnya disusul oleh

propinsi Sumatera Selatan sebesar 12,78 persen atau 304 unit; DKI Jakarta sebesar 11,06 persen atau 356 unit dan Bali
sebesar 10,35 persen atau 203 unit. Sedangkan perkembangan jumlah koperasi tidak aktif secara nasional tercatat
sebanyak 7.947 unit atau 27,05
propinsi

Kalimantan

persen. Propinsi

dengan

perkembangan

jumlah

koperasi tidak aktif

terbesar

adalah

Timur dengan total jumlah koperasi tidak aktif sebanyak 245 unit atau 207,63 persen yang selanjutnya

disusul oleh Sumatera Utara sebanyak 1.360 unit atau 89,18 persen; Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebanyak 737 unit
arau 77,91 persen dan Jawa Timur sebanyak 1.799 unit atau 53,18 persen. Gambaran rinci perkembangan jumlah koperasi,
koperasi aktif dan koperasi tidak aktif disajikan pada tabel – 2.

6

Sejalan
koperasi

aktif,

mengalami
orang

dengan

perkembangan

jumlah

perkembangan

atau

perkembangan

0,88

persen.

jumlah

adalah Lampung yaitu

jumlah

anggota

koperasi

sebanyak

240.395

Propinsi

dengan

anggota

terbesar

GAMBAR-3. JUMLAH ANGGOTA KOPERASI AKTIF
TAHUN 2003 & 2004 (dalam orang)

2003

27.282.658

sebanyak 126.821 orang

atau 18,68 persen; Sumatera Utara sebanyak

153.942 orang atau 17,68 persen; Sulawesi

2004

27.523.053

Utara sebanyak 61.235 orang atau 16,62 persen
dan Kalimantan Barat sebanyak 48.306 orang atau
16,51 persen. Disisi lain, propinsi dengan penurunan jumlah anggota terbesar adalah propinsi NAD dengan penurunan
sebanyak 287.523 orang atau 40,88 persen; Papua dengan penurunan sebanyak 55.588 orang atau 28,62 persen dan Bengkulu
dengan penurunan jumlah anggota sebanyak 22.281 orang atau 18,30 persen. Gambaran rinci perkembangan jumlah anggota
disajikan pada tabel-3.

7

Hal menarik yang menjadi catatan kami dalam menganalisis perkembangan jumlah koperasi, pertumbuhan koperasi aktif,
perkembangan koperasi tidak aktif

dan perkembangan jumlah anggota yaitu dimana 4 (empat) propinsi dengan pertumbuhan

jumlah koperasi terbesar tidak selalu diikuti menjadi propinsi dengan pertumbuhan koperasi aktif terbesar dan propinsi dengan
perkembangan jumlah anggota terbesar. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan jumlah koperasi aktif sebagian besar
disumbang oleh tumbuhnya koperasi baru, bukan dari berkembangnya koperasi tidak aktif menjadi aktif. Hal tersebut berdampak
juga pada perkembangan jumlah anggota.

Disisi lain dengan adanya otonomi daerah yang berdampak terjadinya pemekaran daerah kabupaten/ kota, sehingga
berdampak juga pada terkendalanya laporan perkembangan koperasi dari daerah. Kabupaten/ kota yang pada tahun 2003 belum
sempat melaporkan ke propinsi, pada tahun 2004 sudah dapat melaporkan, sehingga berdampak adanya peningkatan yang cukup
signifikan.

Dengan mengacu pada gambaran di atas, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap keberadaan koperasi mulai
meningkat terutama pada daerah-daerah yang memiliki potensi besar untuk berkembang. I ndikator peningkatan animo masyarakat
terhadap keberadaan koperasi juga dibarengi dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam berkoperasi, hal ini dapat terlihat
juga pada pelakasanaan RAT, dimana pada periode 2003 – 2004 pelaksanaan RAT mengalami peningkatan sebanyak 1.649

8

unit

koperasi

atau

3,69

tahun 2003 dan 2004, terjadi
unit atau

persen.

18 (delapan

peningkatan

belas ) propinsi

pelaksanaan

RAT,

dari

30

propinsi-propinsi

(tiga puluh) propinsi
tersebut

adalah

yang

melapor pada

Lampung

sebanyak 375

151,21 persen; Sumatera Barat sebanyak 258 unit
GAMBAR-4 JUMLAH KOP. AKTIF DAN KOP. AKTIF YANG TELAH
MELAKSANAKAN RAT TAHUN 2003 & 2004 (dalam unit)

atau 30,53 persen; Kalimantan Barat sebanyak 116 unit atau
28,71 persen; Nusa Tenggara Timur sebanyak 196 unit atau
28,36 persen; Bali sebanyak 269 unit atau 28,23 persen; DKI
Jakarta sebanyak

541 unit atau 23,65 persen; Gorontalo

Kop Aktif

100.000

Kop. Aktif yang telah RAT

80.000

Sulawesi Tengah

60.000

sebanyak 62 unit atau 18,08 persen; Jambi sebanyak 166 unit

40.000

atau 16,82 persen; Sumatera Utara sebanyak 301 unit atau

20.000

16,51 persen; Sulawesi Utara sebanyak 177 unit atau 16,43

-

sebanyak 37 unit atau 19,27 persen;

93.402

93.800

44.661

46.310
(49,58% )

(47,61%)

2003

2004

persen; Sumatera Selatan sebanyak 119 unit atau sebanyak
10,07 persen; Kalimantan Tengah sebanyak 60 unit atau 9,68 persen; Sulawesi Selatan sebanyak 224 unit atau 5,50 persen;
Nusa Tenggara Barat sebanyak 54 unit atau 5,16 persen; Jawa Barat sebanyak 255 unit atau 4,75 persen; Banten sebanyak 40
unit atau 2,02 persen dan Bangka Belitung sebanyak 1 unit atau 0,46 perse. Sedangkan propinsi selebihnya mengalami penurunan.
Gambarn rinci pelaksanaan RAT disajikan pada tabel-4.

9

GAMBAR-5. TENAGA KERJA KOPERASI NASIONAL
TAHUN 2003 & 2004 (dalam orang)

Dari empat indikator perkembangan
atas, keberadaan koperasi

TOTAL NAKER
288.589 Org
TOTAL NAKER
226.954 Org

diseluruh

daerah

sebagai

koperasi di

badan

diharapkan dapat

usaha

memberikan

28.841

peluang bagi

terbukanya lapangan

kerja

baru di

25.493

sebagian

anggota

masyarakat. Hal ini ditunjukkan

Manajer
Karyawan

259.748
201.461

dengan perkembangan penyerapan tenaga kerja sebagai
manager dan karyawan koperasi

periode 2003-2004

secara nasional yang mengalami peningkatan sebanyak
TH 2003

TH 2004

61.635

orang

atau

27,16

persen.

Jumlah

manajer

dilaporkan meningkat sebanyak 3.348 orang atau 13,13 persen sedangkan jumlah karyawan meningkat sebanyak 58.287 orang
atau 28,93 persen. Walaupun secara nasional terjadi peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja, namun masih terdapat
beberapa propinsi yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja seperti; Propinsi Papua dengan penurunan jumlah
penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.103 orang atau 41,02 persen; Propinsi NAD dengan penurunan jumlah penyerapan tenaga
kerja sebanyak 574 orang atau 8,78 persen dan Propinsi Riau dengan penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 981
orang atau 17,61 persen. Gambaran rinci perkembangan tenaga kerja koperasi aktif disajikan tabel-11.

10

PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI SECARA NASI ONAL PERI ODE 2003-2004

Perkembangan usaha koperasi yang dicerminkan oleh indikator keuangan koperasi seperti, modal sendiri, modal luar,
volume usaha dan sisa hasil usaha koperasi periode 2003 – 2004 memberikan gambaran perkembangan yang tidak jauh
berbeda dengan perkembangan kelembagaan. Perkembangan modal sendiri koperasi memberikan pencerminan kewajiban
anggota dalam membayar simpanan pokok dan simpanan wajib kepada koperasi. Dengan perkembangan jumlah anggota
sebanyak 240.395 orang atau 0,88 persen, modal sendiri meningkat sebesar Rp. 2.569.464,34 juta atau 27,28 persen. Propinsi
dengan perkembangan jumlah modal sendiri terbesar adalah Propinsi Sulawesi Tenggara dengan peningkatan sebesar Rp.
102.934,00 juta atau 186,91 persen; Propinsi Kalimantan Barat dengan peningkatan sebesar Rp. 76.286,74 juta atau 132,76
persen dan Propinsi Jawa Barat dengan peningkatan sebesar Rp. 1.204.667,02 juta atau 110,28 persen.

Propinsi yang mengalami penurunan modal sendiri adalah Propinsi Kalimantan Timur dengan penurunan sebesar Rp.
54.688,21 juta atau 75,98 persen; Propinsi Bengkulu dengan penurunan sebesar Rp. 27.944,37 juta atau 46,14 persen; dan
Propinsi Sulawesi Tengah dengan penurunan sebesar Rp. 104.844,00 juta atau 44,99 persen. Jika diteliti lebih jauh terhadap
data perkembangan modal sendiri koperasi, terlihat adanya indikasi perubahan dalam struktur keanggotaan yang ada, yaitu
adanya perubahan yang besar terhadap jumlah anggota yang keluar dan yang baru masuk menjadi anggota. Gambaran tersebut
terlihat pada propinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Untuk lebih jelasnya gambaran perubahan struktur modal sendiri disajikan pada tabel - 12.

11

GAMBAR-6. JUMLAH PERMODALAN KOPERASI TAHUN 2003 & 2004
(dalam Rp. juta)
TOTAL MODAL
Rp. 28.886.504 jt

Modal Luar

TOTAL MODAL
Rp. 24.359.409 jt

Dalam hal modal luar koperasi, perkembangannya
dirasakan sangat kecil, dimana pada periode yang sama
perkembangan modal luar secara nasional tercatat hanya

Modal Sendiri

mencapai 13,10 persen atau Rp. 1.957.630,20 juta. Propinsi
14.939.422

16.897.052

dengan perkembangan jumlah modal luar terbesar adalah
9.419.987

11.989.451

propinsi Jambi, yaitu sebesar Rp. 139.727,65 juta atau
87,43 persen; propinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar

TH 2003

TH 2004

Rp. 93.414,10 juta atau 79,40 persen; dan propinsi Maluku
yaitu sebesar Rp. 15.986,00 juta atau 72,92 persen. Propinsi dengan penurunan

jumlah

modal

luar

adalah

propinsi Bangka

Belitung yaitu sebesar Rp. 19.975,35 juta atau 61,04 persen; propinsi Lampung yaitu sebesar Rp. 389.915,81 juta atau 39,84
persen dan propinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar Rp. 18.734,17 juta atau 15,47 persen.

12

Disisi lain, perkembangan transaksi usaha koperasi yang dicerminkan oleh besarnya nilai volume usaha koperasi pada
periode yang sama, tercatat mengalami perkembangan sebesar 18,83 persen

atau Rp. 5.965.391,65 juta. Propinsi dengan

perkembangan volume usaha koperasi terbesar adalah propinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar Rp. 61.586,00 juta atau 92,13
persen; propinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar Rp. 188.785,44 juta atau 57,50 persen; dan propinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar
Rp. 158.173,59 juta atau 56,19 persen. Propinsi dengan penurunan jumlah volume usaha terbesar adalah propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam yaitu sebesar Rp. 250.846,83 juta atau 51,70
persen; propinsi Bangka Belitung yaitu sebesar Rp. 18.614,37 juta

GAMBAR-7. JUMLAH VOLUME USAHA DAN SISA HASIL
USAHA (SHU) KOPERASI NASIONAL TAHUN 2003 & 2004
(dalam Rp. Juta)

atau 46,00 persen dan propinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar Rp.
37.970.377
31.683.699

22.917,00 juta atau 11,51 persen.
Dari perkembangan volume usaha koperasi, perkembangan

sisa hasil usaha koperasi nasional mengalami peningkatan sebesar
2.167.152

1.871.927

15,62

persen

atau

Rp.

292.307,84

juta.

Propinsi

dengan

perkembangan sisa hasil usaha terbesar adalah propinsi Jawa Barat

2003

2004
Volume usaha

SHU

yaitu sebesar Rp. 747.654,52 juta atau 428,31 persen; propinsi

13

Sulawesi Tengah yaitu sebesar Rp. 7.281,00 juta atau 172,05 persen dan propinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar Rp. 5.905,11
juta atau 88,93 persen. Propinsi dengan penurunan jumlah sisa hasil usaha terbesar adalah propinsi Lampung, yaitu sebesar Rp.
649.757,22 juta atau 93,78 persen; propinsi Bangka Belitung yaitu sebesar Rp. 2.895,52 juta atau 76,10 persen dan propinsi NAD
yaitu sebesar Rp. 61.866,15 juta atau 74,30 persen.

14