MIKROBA SALURAN NAFAS 28 Maret
Lindawati Alimsardjono Departemen Mikrobiologi Kedokteran
Anatomi dan Fisiologi :
Saluran nafas :
- Saluran nafas atas
- Saluran nafas bawah
Mucociliary Escalator :
- Mucus – sel goblet
- Silia – 1.000 x per menit
- Kerusakan gerakan silia infeksi
- – Infeksi virus
- – Merokok
Normal : steril
- Sel mastoid
- Telinga tengah
- Sinus •
Trachea
- Bronchi
Flora normal :
- Nasal cavity
- Nasopharynx • Pharynx Mikroba :
- Aerob
• Fakultatif anaerob
Flora normal dari sistim respiratorius :
- Staphylococcus • Corynebacterium • Moraxella • Haemophilus • Bacteriodes
Mikroba Penyebab Infeksi Saluran Nafas :
- Bakteri • Virus • Jamur
Infeksi Saluran Nafas :
- Infeksi saluran nafas atas
- Infeksi saluran nafas bawah
Infeksi saluran nafas atas :
- Kepala dan leher
- >>> : tidak enak, tetapi tidak mengancam
hidup dan sembuh tanpa terapi sekitar 1
minggu • Beberapa : minor komponen saluran nafas
atas, tapi mengenai kulit, paru, sistim saraf, atau bagian lain dari tubuh
Infeksi saluran nafas bawah :
- Dada • Sistim saluran nafas bawah biasanya steril, terproteksi dengan baik dari kolonisasi mikroorganisme
- Kadang patogen dapat lolos dari pertahanan tubuh dan menyebabkan
Struktur yang terlibat dalam infeksi saluran nafas atas :
- Conjunctiva conjunctivitis
- Nasolacrimal atau saluran airmata dacryocystitis
- Telinga bagian tengah otitis media
• Bagian yang terisi udara dari kepala, sinus dan
sel udara mastoid sinusitis dan mastoiditis
Struktur yang terlibat dalam infeksi saluran nafas bawah :
- Pita suara atau larynx laryngitis (hoarseness/ parau)
• Windpipe atau trachea 2 bronchi bronchitis
(infeksi atau merokok)- Bronchioles bronchiolitis
- Alveoli • Inflamasi paru pneumonitis pneumonia
Infeksi saluran nafas :
- Bakteri • Virus • Jamur
Infeksi bakteri pada saluran nafas atas :
- Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
- Diphtheria • Pinkeye, Earache, dan Sinus Infections
Infeksi virus pada saluran nafas atas :
- Common cold
- Adenoviral pharyngitis
Infeksi bakteri pada saluran nafas bawah :
- Pneumococcal pneumonia
- Klebsiella pneumonia
- Mycoplasmal pneumonia
- Whooping cough (Pertussis)
- Tuberculosis
Infeksi virus pada saluran nafas bawah :
- Influenza • Respiratory Syncytial Virus Infection • Hantavirus Pulmonary Syndrome
Infeksi jamur pada saluran nafas bawah :
- Valley Fever (Coccidioidomycosis)
- Spelunkers’ disease (Histoplasmosis)
Corynebacterium diphtheriae
- Genus : Corynebacterium • Morfologi :
- – Batang Gram positif
- Sifat :
- – Aerobik dan fakultatif anaerob
- – Tumbuh baik pada medium yang mengandung darah atau serum
- Penyebab : difteri
- Pewarnaan Neisser : granula metakhromatik
Streptococcus pyogenes
- Family : Streptococcaceae • Genus : Streptococcus • Morfologi :
- – Kokus Gram positif, rantai
- Sifat :
hemolisa
- Penyebab : sore throat, pharyngitis
Streptococcus pneumoniae
- Family : Streptococcaceae • Genus : Streptococcus • Morfologi :
– Diplokokus Gram positif, lancet, berkapsul
- Sifat :
hemolisa
– Uji kepekaan Optochin : zona hambat (+)
Klebsiella pneumoniae
- Family : Enterobacteriaceae • Genus : Klebsiella • Morfologi :
- – Batang Gram negatif
- Sifat :
- – Fakultatif anaerob
- – Koloni mukoid
Mycoplasma pneumoniae
- Tidak mempunyai dinding sel
- Medium perbenihan :
- – Kaya dengan komponen yang tidak dapat disintesis mikroba tersebut
- Penyebab : pneumonia
Bordetella pertussis
• Penyebab : Whooping cough = batuk rejan =
batuk 100 hari- Morfologi :
- – Batang Gram negatif
- Sifat :
- – Strict aerob
- – Suhu optimal tumbuh : 35-36C – 3 hari
Mycobacterium tuberculosis
- Family : Mycobacteriaceae • Genus : Mycobacterium • Morfologi :
- – Batang tahan asam (merah : Z.N.)
- Sifat :
- – Obligate aerob
- Media perbenihan :
- – Medium Lowenstein Jensen (LJ)
- – Medium Middlebrook 7H9 / 7H10
- – Medium Ogawa
Legionella pneumophila
- Genus : Legionella • Penyakit :
- – Legionnaires’s disease
- – Pontiac fever
- Morfologi :
- – Batang pendek atau kokobasil Gram negatif (lemah)
- Pengecatan :
- – Metode impregnasi perak (non spesifik)
- – Specific fluorescent antibody stain - diagnostik
- Medium perbenihan :
Influenza virus
- Family : Orthomyxoviridae • 3 Tipe :
- – Influenza tipe A – Influenza tipe B – Influenza tipe C
- Nomenklatur : Tipe/asal hospes/asal geografik/nomor strain/tahun
Respiratory Syncytial Virus
- Family : Paramyxoviridae • Genus : Pneumovirus
Hantavirus
- Termasuk : Bunyavirus hewan pengerat
Coccidioides immitis
- Penyebab Coccidioidomycosis
Histoplasma capsulatum
- Penyebab : Histoplasmosis
Infeksi bakteri pada saluran nafas atas :
- Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
- Diphtheria • Pinkeye, Earache, dan Sinus Infections
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Gejala :
- Red throat, sering dengan pus dan sedikit hemoragis, pembesaran dan lunak kelenjar limfe leher
- Jarang : pembentukan abses yang melibatkan tonsil
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Masa inkubasi :
- 2 – 5 hari Agen penyebab :
- Streptococcus pyogenes – Lancefield
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Patogenesis :
- Virulensi berasosiasi dengan kapsul asam hialuronik dan protein M, keduanya menghambat fagositosis
- Protein G mengikat segmen Fc dari IgG
- Protein F untuk perlekatan mukosal
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Epidemiologi :
- Kontak langsung dan infeksi droplet
- Ingesti makanan terkontaminasi
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Prevensi dan Terapi :
- Hindari kerumunan
- Ventilasi adekuat
- Penicillin setiap hari untuk mencegah infeksi rekuren pada mereka dengan riwayat penyakit jantung reumatik
Diphtheria : Gejala :
- Sore throat
- Demam • Fatique • Malaise
• Pseudomembrane di tonsil dan tenggorok atau
di hidung
Diphtheria :
Masa inkubasi :
- 2 – 6 hari Agen penyebab :
- Corynebacterium diphtheriae – batang
Diphtheria :
Patogenesis :
- Infeksi saluran nafas atas
- Pelepasan eksotoksin dan diabsorbsi oleh aliran darah
- Toksin membunuh sel dengan mempengaruhi sintesis protein
Diphtheria :
Epidemiologi :
- Inhalasi droplet infeksius
- Kontak langsung dengan pasien atau carrier
- Kontak tidak langsung dengan barang- barang terkontaminasi
Diphtheria :
Prevensi dan Terapi :
- Imunisasi toksoid difteria – anak 6 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 4-6 tahun
- Booster setiap 10 tahun
- Terapi : antitoksin; erythromycin untuk mencegah transmisi
Infeksi virus pada saluran nafas atas :
- Common cold
- Adenoviral pharyngitis
Common cold :
Gejala :
- Scratchy throat
- Nasal discharge
- Malaise • Sakit kepala
Common cold :
Masa inkubasi :
- 1 – 2 hari Agen penyebab :
- Rhinovirus (utama) - > 100 tipe
Common cold :
Patogenesis :
- Virus melekat epitel respiratori, mulai infeksi yang menyebar ke adjacent cells
- Gerakan silia berhenti dan sel mengelupas
- Sekrasi mukus
- Reaksi inflamasi (+)
Common cold :
Epidemiologi :
- Inhalasi droplet yang terinfeksi
- Transfer mukus infeksius ke hidung atau mata oleh jari yang terkontaminasi
- Anak menginisiasi banyak wabah dalam famili karena kurangnya perawatan sekret
Common cold :
Prevensi dan Terapi :
- Cuci tangan
- Hindari orang dengan colds dan sentuhan muka
- Tidak ada terapi umum yang dianjurkan kecuali untuk mengendalikan gejala,
Adenoviral pharyngitis :
Gejala :
- Demam • Sangat sore throat
- Batuk berat
- Pembengkakan kelenjar limfe leher
- Pus di tonsil dan tenggorok
Adenoviral pharyngitis :
Masa inkubasi :
- 5 – 10 hari Agen penyebab :
- Adenovirus - > 45 tipe
Adenoviral pharyngitis :
Patogenesis :
- Virus bermultiplikasi di sel hospes
- Terdapat destruksi sel dan inflamasi
- Tipe berbeda menghasilkan gejala berbeda
Adenoviral pharyngitis :
Epidemiologi :
- Inhalasi droplet terinfeksi
- Penyebaran dari GI tract : mungkin
Adenoviral pharyngitis :
Prevensi dan Terapi :
- Vaksin virus hidup : sebelumnya digunakan militer tidak diproduksi lagi
- Tanpa terapi, kecuali untuk mengurangi gejala
Infeksi bakteri pada saluran nafas bawah :
- Pneumococcal pneumonia
- Klebsiella pneumonia
- Mycoplasmal pneumonia
- Whooping cough (Pertussis)
- Tuberculosis
Pneumococcal pneumonia :
Gejala :
- Batuk • Demam • Menggigil • Sputum kecoklatan – degradasi darah
Pneumococcal pneumonia :
Masa inkubasi :
- 1 – 3 hari Agen penyebab :
- Pneumococcus = Streptococcus
Pneumococcal pneumonia :
Patogenesis :
- Inhalasi pneumococci berkapsul
- Kolonisasi alveoli respons inflamasi
- Plasma, darah, dan sel radang mengisi alveoli
- Nyeri akibat terlibatnya ujung saraf
Epidemiologi :
Pneumococcal pneumonia :
- Angka carrier Streptococcus pneumoniae tinggi
- Resiko pneumonia pada : alkoholism, pengguna narkotik, penyakit paru kronik, dan infeksi virus yang merusak mucociliary escalator.
Pneumococcal pneumonia :
Prevensi dan Terapi :
- Capsular vaccine tersedia – 23 antigen kapsular
- Conjugate vaccine untuk bayi
- Terapi : penicillin, erythromycin, dan lainnya
Klebsiella pneumonia :
Gejala :
- Menggigil • Demam • Batuk • Nyeri dada
Klebsiella pneumonia :
Masa inkubasi :
- 1 – 3 hari Agen penyebab :
- Klebsiella pneumoniae - enterobacterium
Klebsiella pneumonia :
Patogenesis :
- Aspirasi kolonisasi droplet mukus dari tenggorok
- Destruksi jaringan paru dan sering pembentukan abses
- Infeksi menyebab lewat darah ke jaringan
Klebsiella pneumonia :
Epidemiologi :
- Sering resisten terhadap antibiotik, dan kolonisasi individu yang meminumnya
- Klebsiella sp. Dan batang Gram negatif lainnya sering merupakan penyebab pneumonia nosokomial yang fatal
Klebsiella pneumonia :
Prevensi dan Terapi :
- Vaksin (-)
- Cephalosporin dengan aminoglycoside
Mycoplasmal pneumonia :
Gejala :
- Gradual onset of cough
- Demam • Produksi sputum
- Sakit kepala
Mycoplasmal pneumonia :
Masa inkubasi :
- 2 – 3 minggu Agen penyebab :
- Mycoplasma pneumoniae – dinding sel (-)
Mycoplasmal pneumonia :
Patogenesis :
- Sel lekat pada reseptor spesifik epitel respiratori
- Penghambatan gerakan silia dan diikuti destruksi sel
Mycoplasmal pneumonia :
Epidemiologi :
- Inhalasi droplet terinfeksi
- Sering infeksi ringan dan membantu penyebartan penyakit
Mycoplasmal pneumonia :
Prevensi dan Terapi :
- Vaksin (-)
- Hindari kerumunan di fasilitas sekolah dan militer
- Terapi : tetracycline atau erythromycin
Whooping cough (Pertussis) :
Gejala :
- Runny nose
- Beberapa hari batuk hebat dengan spasme
- Muntah • Mungkin kejang
Whooping cough (Pertussis) :
Masa inkubasi :
- 7 – 21 hari Agen penyebab :
- Bordetella pertussis – batang Gram
pertussis menyebabkan kematian sel epitel dan peningkatan cAMP
Whooping cough (Pertussis) : Patogenesis :
• Kolonisasi pada permukaan saluran nafas atas
dan sistim tracheobronchial- Gerakan silia lambat
- Toksin yang dilepaskan oleh Bordetella
Whooping cough (Pertussis) :
Epidemiologi :
- Inhalasi droplet terinfeksi
- Anak lebih besar dan dewasa – gejala ringan
Whooping cough (Pertussis) :
Prevensi dan Terapi :
- Acellular vaccine, untuk imunisasi bayi dan anak
- Erythromycin : efektif bila diberikan sebelum mulai batuk dengan spasm, mengeliminasi Bordetella pertussis
Tuberculosis :
Gejala :
- Demam kronik
- BB
- Batuk • Produksi sputum
Tuberculosis :
Masa inkubasi :
- 2 – 10 minggu Agen penyebab :
- Mycobacterium tuberculosis - BTA
Tuberculosis :
Patogenesis :
- Kolonisasi alveoli respons inflamasi;
- Ingesti oleh makrofag organisme survive kelenjar limfe, paru dan jaringan tubuh lainnya
- Basil tuberkel multiplikasi
Tuberculosis :
Epidemiologi :
- Inhalasi organisme airborne
- Infeksi latent dapat reaktivasi
Tuberculosis :
Prevensi dan Terapi :
- Vaksinasi BCG
- Tuberculin (Mantoux) test – deteksi infeksi
- Terapi kasus dini
- Terapi orang muda dengan tes positif dan
Tuberculosis :
Prevensi dan Terapi :
- 2 atau lebih OAT
Legionnaires’ disease :
Gejala :
- Nyeri otot
- Demam • Batuk • Nafas pendek
Legionnaires’ disease :
Masa inkubasi :
- 2 – 10 hari Agen penyebab :
- Legionella pneumophila – bakteri Gram
Patogenesis :
Legionnaires’ disease :
- Organisme multiplikasi dalam fagosit; dikeluarkan dengan sel yang mati; nekrosis sel sepanjang alveoli; inflamasi, dan membentuk mikroabses
Legionnaires’ disease :
Epidemiologi :
- Awal terutama dari kontaminasi air hangat dengan mikroorganisme lain, sperti yang dijumpai pada sistim AC
Legionnaires’ disease :
Prevensi dan Terapi :
- Hindari aerosol air yang terkontaminasi
- Bersihkan dan disinfeksi alat pelembab secara teratur
- Terapi : erythromycin dan rifampin
Infeksi virus pada saluran nafas bawah :
- Influenza • Respiratory Syncytial Virus Infection • Hantavirus Pulmonary Syndrome
Influenza :
3 tipe :
- Tipe A • Tipe B • Tipe C
Influenza :
Gejala :
- Demam • Nyeri otot
- Kurang energi
- Sakit kepala
- Sore throat
Influenza :
Masa inkubasi :
- 1 – 2 hari Agen penyebab :
- Virus influenza - orthomyxovirus
Influenza :
Patogenesis :
- Infeksi epitel respiratori
- Sel dirusak dan virus dilepaskan untuk menginfeksi sel lain
- Infeksi bakterial sekunder akibat kerusakn mucociliary escalator
Influenza :
Epidemiologi :
- Antigenic drift dan antigenic shift
Influenza :
Prevensi dan Terapi :
- Vaksin : 80-90% efektif
- Amantidine dan Rimantadine – efektif mencegah influenza tipe A, bukan tipe B • Neuraminidase inhibitor – efektif untuk virus A dan B
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Gejala :
- Runny nose
- Batuk • Demam • Wheezing
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Masa inkubasi :
- 1 – 4 hari Agen penyebab :
- RSV – paramyxovirus yang memproduksi
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Patogenesis :
- Epitel respiratori dan respons inflamasi menutup bronchioles, menyebabkan bronchiolitis
- Pneumonia akibat inflamasi bronchiolar dan alveolar, atau infeksi sekunder
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Epidemiologi :
- Epidemi setiap tahun selama bulan dingin
- Penyebaran oleh anak yang agak besar dan dewasa yang sehat yang sering mempunyai gejala ringan
- Tanpa imunitas akhir
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Prevensi dan Terapi :
- No vaccine
- Pencegahan dengan injeksi antibodi monoklonal
- Tidak ada terapi antiviral yang memuaskan
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Gejala :
- Demam • Nyeri otot
- Muntah • Diare • Batuk
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Masa inkubasi :
- 3 hari – 6 minggu Agen penyebab :
- Sin Nombre dan related hantavirus dari
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Patogenesis :
- Antigen virus terletak dalam dinding kapiler paru; inflamasi
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Epidemiologi :
- Zoonosis populasi tikus
- Umumnya : tidak ada penyebaran antar manusia
Hantavirus Pulmonary Syndrome : Prevensi dan Terapi :
- Hindari kontak dengan hewan pengerat
- Tutupi jalan masuk ke tempat persediaan makanan di rumah
- Ventilasi yang baik
- Hindari debu
Infeksi jamur pada saluran nafas bawah :
- Valley Fever (Coccidioidomycosis)
- Spelunkers’ disease (Histoplasmosis)
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
- Orang yang terpapar debu dan tanah, seperti petani terinfeksi, tapi hanya 40% yang memberikan gejala
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Gejala :
- Demam, batuk, nyeri dada, hilang selera makan dan BB;
- Jarang : nodul yang nyeri pada ekstremitas, nyeri sendi;
- Kadang : kulit, membrana mukosa, otak,
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Masa inkubasi :
- 2 hari – 3 minggu Agen penyebab :
- Coccidioides immitis – fungus dimorfik
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Patogenesis :
- Setelah masuk dalam paru, arthrospora berkembang jadi sphere yang matur dan mengeluarkan endospora yang masing-2 berkembang menjadi sphere yang lain; respons inflamasi merusak jaringan; hipersensitivitas terhadap antigen fungal
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Epidemiologi :
- Inhalasi spora Coccidioides immitis dengan debu dari tanah yang ditumbuh organisme
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Prevensi dan Terapi :
- Metode kontrol debu seperti tanaman rumput dan pengairan
- Terapi : Amphotericin B dan Fluconazole
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
- Seperti Coccidioidomycosis • Biasanya jinak
- Kadang mirip TB
- Jarang • Bentuk serius : AIDS atau imunodefisiensi
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Gejala :
- Gejala Respiratori ringan
- Jarang : demam, nyeri dada, batuk, chronic sores
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Masa inkubasi :
- 5 - 8 hari Agen penyebab :
- Histoplasma capsulatum – fungus dimorfik
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Patogenesis :
- Inhalasi spora, berubah jadi fase yeast, multiplikasi dalam makrofag; bentuk granuloma; penyakit menyebar pada individu dengan AIDS atau imunodefisiensi lainnya
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Epidemiologi :
- Fungus lebih senang tumbuh dalam tanah terkontaminasi oleh kotoran burung atau kelelawar, terutama di USA
- Distribusi setitik pada banyak negara lain di seluruh dunia
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Prevensi dan Terapi :