Ekspor Kopi Di Pasar Internasional

  

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

Drs. Jusmer Sihotang, M.Si

  Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen

  

ABSTRACT

  This research aims to analyze factors that influenced export of Indonesian coffee in international market. This research employs multiple linier regression with Ordinary Least Square (OLS) by SPSS v.22 using secondary time series data from 1998-2012.

  The OLS result shown that production of Indonesian coffee, price of Indonesian coffee in international market and IDR/USD exchange rate have positive impact to the export of Indonesian coffee, while domestic demand of Indonesian coffee and volume of Vietnam’s export coffee (competitor) have negative impact. All independent variables can properly and simultaneously significant explain the diversity of Indonesia’s coffee exports; however individually, only coffee production and demand for Indonesia coffee in the domestic market effect significantly the export of Indonesian coffee. Indonesia’s coffee exports is elastic on the production of coffee, but inelastic to the coffee demand in the domestic market.

  This studi indicated that the increased of coffee production to the certain extent still will be followed by the increasing of exports of Indonesian coffee; and this can be occurred only if Indonesian coffee able to improve their competitiveness in the international market.

  

Keywords: Indonesian coffee, export, production, export price, IDR/USD exchange rate,

international market

1. Pendahuluan

  Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam subsektor perkebunan yang memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, antara lain sebagai sumber perolehan devisa, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan maupun dalam bisnis perkopian. Berdasarkan data BPS selama periode 2008-2012, nilai ekspor komoditas primer subsektor perkebunan rata-rata adalah US$ 25.021,92 juta, dimana pangsa nilai ekspor kopi mencapai 3,9 persen berada pada peringkat keempat setelah minyak sawit, karet, dan kakao dengan pangsa masing-masing sebesar 56,8 persen, 28,4 persen, dan 5,2 persen.

  Pada pasar internasional, posisi Indonesia cukup strategis yaitu menempati peringkat ketiga sebagai negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia setelah Brasil dan Vietnam (House of Infographics, 2013). Namun demikian, setelah Brasil ada tiga negara lainnya menghadapi persaingan yang ketat dan saling berganti-ganti peringkat sebagai produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia, yaitu Vietnam, Indonesia, dan Colombia.

  Perspektif peran dan peringkat ekspor kopi Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, memberi petunjuk bahwa sampai sekarang dan diperkirakan juga pada masa yang akan datang, pengelolaan subsektor perkebunan kopi memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Bahkan pada pasar internasional, kopi merupakan komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak mentah. Namun demikian upaya pengembangan komoditas kopi masih dihadapkan pada beberapa masalah, baik yang bersumber dari tatanan pasar internasional maupun dari tatanan pasar domestik.

  Pada tatanan pasar internasional, harga yang fluktuatif nampaknya adalah merupakan ciri yang terus berkelanjutan karena dipengaruhi oleh gejolak produksi kopi dunia. Jika dilihat dari sisi permintaan, konsumsi kopi dunia cenderung mengalami peningkatan yang cukup tinggi sehingga ICO menghimbau negara-negara produsen kopi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi untuk mengatasi masalah ketatnya pasokan dan meningkatnya konsumsi kopi dunia (Anonymous, http://resalxperak.blogspot.com/).

  Data BPS selama tahun 2007-2012 memberi informasi bahwa volume ekspor kopi Indonesia (kopi biji, kopi instan, dan kopi olahan lainnya) cenderung berfluktuasi, dimana pada tahun 2007 adalah 335,7 ribu ton, naik menjadi 518, 1 ribu ton pada tahun 2009, kemudian turun menjadi 440,2 ribu ton pada tahun 2010 dan menjadi 353,7 ribu ton pada tahun 2011, dan akhirnya naik lagi menjadi 520,3 ribu ton pada tahun 2012. Fluktuasi volume ekspor tersebut ternyata seirama dengan perkembangan luas areal dan produksi kopi. Dengan fluktuasi yang demikian, peringkat Indonesia sebagai produsen dan pengekspor kopi terbesar ketiga di dunia masih bisa terancam tanpa diimbangi dengan strategi peningkatan produksi, sebab produksi yang fluktuatif menjadi kendala dalam mempertahankan kestabilan volume ekspor.

  Mengingat bahwa produksi kopi Indonesia masih berorientasi ekspor, maka upaya-upaya untuk meningkatkan pangsa pasar perlu diupayakan secara terus-menerus. Pertanyaannya adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi volume ekspor kopi Indonesia? Lebih spesifik faktor- faktor apakah yang menjadi pendorong maupun penghambat volume ekspor kopi Indonesia?

  Dalam teori dasar perdagangan internasional, ekspor suatu negara adalah merupakan kelebihan penawaran domestik atau produksi barang atau jasa yang tidak dikonsumsi konsumen negara tersebut. Oleh karena konsumsi kopi di Indonesia adalah rendah, sementara produksi kopi cenderung meningkat maka dapat dipastikan bahwa selalu terjadi kelebihan produksi kopi Indonesia dan kelebihan produksi ini terutama ditujukan untuk ekspor. Dengan demikian, besar kecilnya produksi kopi akan memengaruhi volume ekspor kopi Indonesia. Kebijakan-kebijakan pengembangan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap komoditas kopinya akan berdampak kepada peningkatan volume ekspor negara tersebut, dan selanjutnya akan berdampak kepada volume ekspor kopi negara pesaingnya. Dengan demikian, peningkatan ekspor kopi pesaing Indonesia misalnya Brasil, Colombia dan Vietnam akan dapat menurunkan ekspor kopi Indonesia.

  Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mempelajari perkopian Indonesia dengan menggunakan berbagai model dan menggunakan waktu dan data pengamatan yang berbeda- beda. Namun untuk merumuskan berbagai kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan, penelitian-penelitian terdahulu perlu dilanjutkan dan dikembangkan dengan melakukan respesifikasi model dan menggunakan data pengamatan atau informasi terbaru. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu bentuk partisipasi para akademisi untuk mewujudkan arah pembangunan subsektor perkebunan seperti yang ditetapkan oleh Direktoraat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, yaitu mewujudkan perkebunan yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk kemakmuran rakyat secara berkeadilan dan berkesinambungan.

  Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di pasar internasional dan mempelajari bagaimana sifat elastisitas ekspor kopi tersebut terhadap faktor-faktor yang memengaruhinya.

2. Tinjauan Pustaka

  Ekspor (export) suatu negara adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di negara tersebut namun ditawarkan atau dijual ke pasar luar negeri. Sebaliknya impor (import) suatu negara adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di luar negeri namun ditawarkan atau dijual di pasar domestik negara tersebut. Keterkaitan ekspor dan impor kopi di pasar internasional, secara sederhana dijelaskan dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan fungsi permintaan domestik untuk kasus dua negara yang terlibat dalam perdagangan internasional sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.

  Pada Gambar 1, mula-mula dimisalkan penawaran dan permintaan kopi di pasar domestik negara A masing-masing adalah S A0 dan D A0 , sementara penawaran dan permintaan kopi di pasar domestik negara B masing-masing adalah S B0 dan D B0 . Dengan asumsi bahwa kedua negara masih menganut perekonomian tertutup (closed economy) maka tidak terjadi perdagangan kopi di pasar internasional antara kedua negara, dengan demikian keseimbangan pasar di negara A adalah E A0 , dimana harga adalah P A0 dan kuantitas adalah Q A0 , sementara keseimbangan pasar di negara B adalah E B0 , dimana harga adalah P B0 dan kuantitas adalah Q B0 .

  Harga keseimbangan P A0 yang berlaku di negara A lebih murah dibandingkan dengan harga keseimbangan P B0 yang berlaku di negara B. Untuk harga di atas P A0 , penawaran kopi di negara A lebih besar daripada permintaan kopi di negara tersebut, dengan demikian fungsi penawaran kopi S A di atas titik keseimbangan E A0 adalah merupakan fungsi kelebihan penawaran (excess supply function) di negara A. Kemudian di negara B, untuk harga di bawah P B0 , permintaan kopi lebih besar daripada penawaran kopi di negara tersebut, dengan demikian fungsi permintaan D B di bawah titik keseimbangan E B0 adalah merupakan fungsi kelebihan permintaan (excess demand ) di negara B.

  fungtion

  Jika negara A dan B menganut perekonomian terbuka (open economy), dimana kedua negara melakukan interaksi dalam perdagangan kopi pada pasar internasional dan dimisalkan bahwa biaya transportasi adalah nol, maka penawaran ekspor kopi pada pasar internasional digambarkan oleh kurva S

  X yang tak lain adalah fungsi kelebihan penawaran negara A, dan

  penawaran impor kopi digambarkan oleh kurva D M yang tak lain adalah fungsi kelebihan permintaan negara B. Interaksi penawaran dan permintaan ekspor tersebut menghasilkan keseimbangan di pasar internasional sebagaimana ditunjukkan oleh titik E W0 dengan harga dunia sebesar P W0 dan kuantitas sebesar Q W0 . Pada harga P W0 dapat dilihat bahwa negara A mengekspor kopi sebanyak Q A1 Q A2 yang sama dengan impor kopi negara B yaitu sebanyak Q B1 Q B2 dan jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh Q W0 pada pasar internasional.

  Berdasarkan model di atas, apabila terjadi perubahan permintaan, penawaran, dan harga kopi atau apabila terjadi perubahan faktor-faktor ekonomi di dalam suatu negara, maka akan berdampak kepada negara lainnya yang terlibat dalam perdagangan kopi di pasar internasional. Sebagai ilustrasi, seandainya terjadi peningkatan produktivitas kopi di negara A, maka penawaran kopi di pasar domestik negara A naik dari S A0 menjadi S A1 , sehingga keseimbangan pasar bergeser ke titik E A1 dan harga kopi di negara A turun dari P A0 menjadi P A1 . Oleh karena harga P A1 lebih rendah daripada harga P W0 di pasar internasional, maka secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara A untuk mengekspor kopi ke pasar internasional sehingga penawaran ekspor kopi meningkat sebagaimana ditunjukkan pergeseran kurva penawaran ekspor dari S

  X menjadi S X1 ,

  keseimbangan di pasar internasional bergeser ke titik E W1 sehingga harga turun dari P W0 menjadi P W1 . Penurunan harga kopi di pasar internasional direspon oleh negara B dengan meningkatkan permintaan impor kopi menjadi Q B3 Q B4 dengan jumlah yang sama dengan peningkatan penawaran ekspor negara A yaitu sebesar Q A3 Q A4 . Kenaikan ekspor dan impor kopi tersebut pada pasar internasional ditunjukkan oleh peningkatan volume perdagangan kopi di pasar internasional menjadi Q W1 .

  Berdasarkan Gambar 1, dapat dikatakan bahwa ekspor kopi suatu negara adalah merupakan kelebihan penawaran domestik. Mengingat masih rendahnya konsumsi kopi di dalam negeri, dapat dipastikan bahwa selalu terjadi kelebihan produksi kopi di dalam negeri dan kelebihan produksi ini akan di ekspor ke pasar internasional. Dengan demikian, besar kecilnya produksi kopi suatu negara akan memengaruhi volume ekspor kopi negara tersebut. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan pengembangan yang dilakukan oleh negara pesaing Indonesia terhadap komoditas kopinya akan berdampak kepada peningkatan volume ekspor negara tersebut, dan selanjutnya akan dapat berdampak negatif kepada volume ekspor kopi Indonesia.

  Teori ekspor barang dapat dikembangkan dari teori dasar penawaran atas suatu barang. Pada pasar produk dan pasar faktor yang bersaing sempurna, penawaran atas suatu produk adalah merupakan fungsi dari harga produk dan harga faktor. Namun dalam teori dasar penawaran atas suatu barang disebutkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap penawaran, antara lain adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain, biaya faktor produksi, teknologi produksi, jumlah penjual, perkiraan penjual akan masa depan, tujuan perusahaan, pajak dan subsidi, pengaruh-pengaruh khusus) (Sihotang, 2013; Case, 2007; Samuelson, 2004; Koutsoyiannis, 1994).

  Kurs valuta asing merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Penurunan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan berakibat pada naiknya kemampuan dolar untuk membeli barang yang lebih banyak yang dihasilkan Indonesia. Apabila nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika akan berakibat pada kemampuaan dolar yang menurun dalam perolehan barang dengan nilai rupiah. Menurut Mankiw (2008), jika kurs riil suatu negara tinggi maka harga barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan harga barang-barang domestik relatif lebih mahal, sehingga ekspor neto akan menurun. Sebaliknya, jika kurs riil suatu negara rendah maka harga barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan harga barang-barang domestik relatif lebih murah, sehingga ekspor neto akan meningkat.

  Dalam teori pasar ada dua jenis elastisitas yang sering dibahas, yaitu elastisitas penawaran dan elastisitas permintaan. Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar respon para pembeli terhadap perubahan salah satu dari variabel yang memengaruhi permintaan atas suatu barang dan jasa, ceteris paribus. Elastisitas penawaran mengukur seberapa besar respon para penjual terhadap perubahan salah satu variabel yang mempengaruhi penawaran atas suatu barang dan jasa, ceteris paribus. Konsep elastisitas sangat penting dan sangat banyak diaplikasikan dalam ilmu ekonomi, yaitu untuk analisis sensitivitas perubahan permintaan atau penawaran suatu barang atau jasa sebagai akibat dari perubahan faktor-faktor yang memengaruhinya (Sihotang, 2013).

  Jika dimisalkan bahwa Y adalah merupakan fungsi dari X atau ditulis Y = f (X), dimana Y adalah variabel tidak bebas, dan X adalah variabel bebas, maka rumus menghitung koefisien elastisitas dapat ditulis sebagai berikut:

  E (YX) = a (X/Y) * E (YX) = elastisitas variabel tidak bebas Y terhadap variabel bebas X a = koefisien dugaan dari variabel bebas X

  X = rataan variabel bebas X Y = rataan variabel tidak bebas Y

  Penelitian yang dilakukan Hanani (2010), menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal (yaitu luas areal, produktivitas dan permintaan kopi domestik) dan faktor eksternal (yaitu ekspor kopi negara-negara produsen utama: Brasil, Colombia dan India). Sementara itu, penelitian Widayanti (http://wacana.ub.ac.id) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia adalah harga ekspor kopi (harga FOB), harga kopi dalam negeri nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan penawaran kopi tahun t-1. Harga ekspor kopi berhubungan negatif dengan kuantitas ekspor kopi Indonesia dengan elastisitas penawaran ekspor terhadap harga ekspor sebesar 2,04. Harga kopi dalam negeri berhubungan positif dengan kuantitas ekspor kopi Indonesia, hal ini kemungkinan adalah karena permintaan kopi dalam negeri yang masih sangat rendah sehingga walaupun harga kopi di dalam negeri meningkat, aktivitas ekspor tetap dilakukan. Faktor-faktor lain yang berpengaruh positif terhadap kuantitas ekspor kopi adalah nilai tukar rupiah dan penawaran kopi tahun t-1.

  Berbeda dengan hasil penelitian Widayanti, ternyata hasil penelitian Ardhiyani (2007) menunjukkan bahwa hanya peubah ekspor kopi pada periode sebelumnya yang berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia sedangkan peubah harga kopi di pasar Internasional, GDP USA, dan harga teh tidak berpengaruh nyata. Meskipun demikian sebagian besar variabel mempunyai perilaku yang sesuai dengan ekspektasi kecuali harga teh.

  Lebih spesifik, hasil penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa variabel harga kopi dunia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat dengan elastisitas -0,30. Sedangkan variabel harga teh dunia, dan variabel konsumsi kopi Amerika dan jumlah penduduk Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat dengan elastisitas 0,51 ; 0,87 dan 2,08.

  Raharjo (2013) melakukan penelitian tentang analisis penentu ekspor kopi Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PDB riil, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga ritel kopi negara pengimpor memiliki pengaruh yang positif terhadap volume permintaan ekspor kopi Indonesia, sementara krisis moneter tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia. Tanda positif koefisien regresi harga ritel kopi negara pengimpor tidak sesuai dengan teori permintaan.

  Retnandari (1991), menyatakan bahwa sebagai tanaman tahunan dan tanaman tabungan penting bagi petani kecil, kopi mempunyai elastisitas penawaran yang rendah. Petani tidak dapat segera langsung merespon perubahan harga yang terjadi. Pada saat harga tinggi, petani berusaha merawat kebun kopinya secara intensif, namun hasilnya tidak dapat diperoleh pada saat itu juga. Sementara pada saat harga rendah atau turun, petani tidak berhenti untuk berproduksi. Pernyataan Retnandari didukung oleh hasil studi yang dilakukan Jos de Vries (1975) dalam Spillane (1990) yang menemukan bahwa koefisien elastisitas penawaran atas harga dari beberapa negara produsen dalam jangka pendek adalah Brasil 0,20, Colombia 0,03, Amerika Selatan lainnya 0,06, Amerika Utara dan Amerika Tengah 0,03, dan untuk Asia 0,10.

  Dalam kaitannya dengan ekspor kopi Indonesia, Sihotang (1996) menemukan elastisitas jangka pendek ekspor kopi robusta Indonesia ke Amerika Serikat responsif terhadap perubahan harga sendiri dan harga ekspor kopi arabika Indonesia masing-masing dengan koefisien elastisitas 1,01 dan -1,24, namun tidak responsif terhadap perubahan produksi, nilai tukar, maupun tingkat bunga. Kemudian elastisitas jangka pendek ekspor kopi robusta Indonesia ke wilayah MEE hanya responsif terhadap harga ekspor kopi arabika dan produksi kopi robusta Indonesia masing- masing dengan koefisien elastisitas 1,16 dan 2,15, namun tidak responsif terhadap perubahan harga sendiri, nilai tukar, dan tingkat bunga. Selanjutnya, elastisitas jangka pendek ekspor kopi robusta Indonesia ke Jepang hanya responsif terhadap perubahan harga ekspor kopi arabika Indonesia dengan koefisien elastisitas -1,10, namun tidak responsif terhadap perubahan harga sendiri, produksi, nilai tukar, maupun tingkat bunga. Untuk jenis kopi arabika ternyata elastisitas jangka pendek eskpor kopi arabika Indonesia tidak responsif terhadap perubahan harga sendiri, harga ekspor kopi arabika Indonesia, produksi, nilai tukar, dan tingkat bunga.

3. Metodologi Penelitian

  3.1 Data dan Sumber Data

  Penelitian ini menggunakan data sekunder deret waktu (time series) selama 15 tahun atau selama periode tahun 1998 - 2012. Selain untuk kepentingan kriteria ekonometrika yaitu untuk memperbanyak contoh pengamatan, periode tersebut diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana perkembangan ekspor dan permintaan kopi Indonesia pasca krisis moneter 1988.

  Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah ICO (International Coffee

  

Organitation). AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia), BPS (Badan Pusat Statistik), Kementerian

  Pertanian Republik Indonesis, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Bank Indonesia dan berbagai laporan yang telah dipublikasikan oleh instansi yang relevan dengan penelitian ini.

  3.2 Spesifikasi Model dan Metode Pendugaan Model

  Spesifikasi model ekspor kopi dalam penelitian ini dirumuskan dengan asumsi bahwa volume ekspor kopi Indonesia di pasar internasional dipengaruhi oleh faktor ekonomi domestik, faktor ekonomi yang berkaitan dengan pasar internasional, dan faktor daya saing dengan negara eksportir utama. Faktor ekonomi domestik dianalisis dengan menggunakan variabel produksi kopi Indonesia dan variabel permintaan kopi Indonesia. Faktor ekonomi internasional dianalisis dengan menggunakan variabel harga ekspor kopi Indonesia dan variabel kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sementara faktor daya saing dengan negara eksportir utama dianalisis dengan menggunakan variabel volume ekspor kopi Vietnam sebagai salah satu produsen pesaing utama untuk jenis kopi robusta di pasar internasional. Dengan demikian spesifikasi model persamaan regresi ekspor kopi Indonesia di pasar internasional dirumuskan sebagai berikut:

  XCI t = a + a

  1 QCI t + a

  2 DCD t + a

  3 PCW t + a

  4 ERD t + a

  5 XCV t + U (t = 1,..., n)

  dimana:

  XCI t = volume ekspor kopi biji Indonesia pada tahun ke-t (000 ton), QCI t = produksi kopi biji Indonesia pada tahun ke-t (000 ton), DCD t = permintaan kopi biji Indonesia di pasar domestik pada tahun ke-t (000 ton), PCW t = harga rata-rata ekspor kopi biji Indonesia di pasar internasional pada tahun ke-t

  (US$/ton), ERD t = nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tahun ke-t (Rp/US$ 1),

  XCV t = volume ekspor kopi biji Vietnam pada tahun ke-t (000 ton), dan U = peubah pengganggu

  Secara teoretis, tanda koefisien regresi yang diharapkan (hipotesis) dari model persamaan regresi ekspor di atas adalah: a

  1 , a 3 , a 4 > 0; dan a

2 , a

5 < 0.

  Model persamaan regresi di atas diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan pengolahan data menggunakan software program SPSS (Statistik Package for Social Science for

  

Windows 22.0 ). Metode OLS mempunyai beberapa keunggulan yaitu secara teknis sangat mudah

  dalam penarikan interpretasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Linier Unbiased .

  Estimator)

  Dalam penelitian ini digunakan tiga kriteria untuk menguji apakah model persamaan regresi baik digunakan sebagai alat penduga. Pertama, kriteria ekonomika digunakan untuk mengetahui apakah parameter-parameter dari model persamaan regresi yang diduga bermakna atau tidak bermakna yang dapat diketahui dari apakah parameter-parameter tersebut sesuai dengan harapan teoretis atau tidak. Kedua, kriteria statistik digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi yang diajukan memuaskan atau tidak memuaskan dengan

  2

  menggunakan koefisien determinasi (R ), uji pengaruh secara individual dengan menggunakan uji-t, dan uji pengaruh secara simultan dengan menggunakan uji-F. Ketiga, kriteria ekonometrika digunakan untuk mengetahui apakah model yang diajukan memuaskan atau tidak memuaskan, yaitu apakah bebas atau tidak bebas dari pelanggaran asumsi model regresi linear klasik dengan

  collinearity statistics (Tolerance dan VIF), dan (2) uji masalah otokorelasi (autocorrelation) dengan menggunakan uji d-statistik (uji D-W).

4. Hasil dan Pembahasan

  Hasil pendugaan model persamaan regresi ekspor kopi Indonesia di pasar internasional disajikan pada Tabel 1. Ekspor kopi Indonesia di pasar Internasional berhubungan positif dengan produksi kopi Indonesia (QCI t ), harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional (PCW t ), dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (ERD t ). Sebaliknya ekspor kopi Indonesia di pasar internasional berhubungan negatif dengan permintaan kopi Indonesia di pasar domestik (DCD t ) dan volume ekspor kopi Vietnam (XCV t ). Berdasarkan kriteria ekonomi, semua tanda (sign) koefisien variabel-variabel bebas adalah memuaskan karena sesuai dengan harapan teoretis.

  Tabel 1. Hasil Pendugaan Fungsi Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional

Konstanta/ Koefisien t-statistik Signifikansi Collinearity Koefisien

Variabel Bebas Regresi Statistics Elastisitas

  Tolerance

  VIF

  • - - - (const
  • 18,017 -0,145 0,888 QCI t 1,018* 5,122 0,001 0,383 2,608 1,720

  DCD t -0,966* -6,058 0,000 0,615 1,626 -0,649 PCW t 0,002 0,122 0,906 0,424 2,357 0,008

  ERD t 0,003 0,229 0,824 0,670 1,493 0,073

  XCV t -0,041 -0,574 0,580 0,231 4,320 -0,093 F-statistik

  0,001 = 12,253

  

XCI t = – 18,017 + 1,018 QCI t – 0,966 DCD t + 0,002 PCW t + 0,003 ERD t – 0,041 XCV t

  2

  (R = 0,872; d-statistik (DW) = 2,025; N = 15; *koefisien signifikan pada taraf α = 1%)

  Sumber: diolah dari data penelitian, data deret waktu 1998-2012

  Hubungan antara variabel sebagaimana disebut di atas memberi petunjuk bahwa ekspor kopi Indonesia akan mengalami peningkatan apabila terjadi peningkatan dalam produksi kopi Indonesia, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sebaliknya ekspor kopi Indonesia di pasar internasional akan mengalami penurunan apabila terjadi peningkatan dalam permintaan kopi Indonesia di pasar domestik dan peningkatan volume ekspor kopi Vietnam. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah surplus produksi kopi di Indonesia, jika tidak dapat diatasi melalui peningkatan ekspor kopi di pasar internasional dapat juga diatasi dengan melakukan upaya-upaya peningkatan preferensi masyarakat Indonesia terhadap konsumsi kopi di pasar domestik. Tanda negatif koefisien volume ekspor kopi Vietnam menunjukkan bahwa sebagai negara yang sama-sama menghasilkan kopi robusta, maka Indonesia dan Vietnam bersaing dalam ekspor kopi di pasar internasional. Dengan demikian, pembuat kebijakan yang terkait dengan perkopian di Indonesia harus senantiasa mengantisipasi kebijakan peningkatan ekspor kopi yang dilakukan oleh negara pesaing karena hal itu dapat berdampak negatif terhadap ekspor kopi Indonesia.

  Semua variabel bebas dalam model ternyata dapat dengan baik menjelaskan keragaman ekspor kopi Indonesia di pasar internasional sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien

  2

  determinasi (R ) yang tinggi yaitu sebesar 0,872. Hal ini berarti sebesar 87,2 persen keragaman variabel tidak bebas (ekspor kopi Indonesia) dapat dijelaskan oleh semua variabel bebas (yaitu produksi kopi Indonesia, permintaan kopi Indonesia di pasar domestik, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan volume ekspor kopi Vietnam), sedangkan sisanya sebesar 22,8 persen lagi dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model persamaan regresi.

  Nilai F-statistik yang tinggi sebesar 12,253 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,001, menunjukkan bahwa pada taraf α = 1%, semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Akan tetapi, berdasarkan nilai t-statistik dan pada taraf α = 1% terdapat hanya dua variabel bebas yang secara individual berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel ekspor kopi Indonesia yaitu produksi kopi Indonesia dengan tingkat signifikansi 0,001, dan permintaan kopi Indonesia di pasar domestik dengan tingkat signifikansi 0,000. Tiga variabel bebas lainnya yaitu harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan volume ekspor kopi Vietnam secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ekspor kopi Indonesia.

  Pada Tabel 1 dalam kolom collinearity statistics ternyata semua variabel bebas mempunyai nilai nilai tolerance < 1 dan nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan ekspor kopi Indonesia di pasar internasional bebas dari masalah multikolinearitas sehingga berdasarkan kriteria ekonometrika model ini dapat digunakan sebagai model empirik yang baik dan mempunyai daya prediksi yang memuaskan.

  Dalam penelitian ini jumlah pengamatan N = 15 dan banyaknya variabel bebas termasuk konstanta k = 6, maka pada taraf α = 5% diperoleh nilai d L = 0,56 dan d U = 2,21, jadi 4 - d U = 1,79 dan 4 - d L = 3,44. Oleh karena d-statistik = 2,025, maka d L ≤ d ≤ d U dan 4-d U ≤ d ≤ 4-d L . Berdasarkan kriteria uji D-W, maka masalah otokorelasi pada model persamaan ekspor kopi Indonesia di pasar internasional sebenarnya tidak dapat disimpulkan (inconclusive). Namun karena nilai d-statistik dari model persamaan regresi yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sekitar 2, maka sebagai aturan ibu jari (rule of thumb) dapat dianggap bahwa model tersebut tidak mengalami masalah otokorelasi baik positif maupun negatif.

  Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sihotang (1996), dimana variabel harga ekspor kopi robusta Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi robusta Indonesia ke wilayah Amerika Serikat, Wilayah Eropah, Wilayah Jepang, dan wilayah negara lainnya. Demikian juga variabel harga ekspor kopi arabika Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kopi arabika Indonesia. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Raharjo (2013) dan Widayanti (2009). Raharjo menemukan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia. Bahkan Widayanti menemukan bahwa harga ekspor kopi (harga FOB) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia. Perbedaan hasil ini kemungkinan adalah karena perbedaan data yang dianalisis dan juga karena perbedaan spesifikasi model.

  Berdasarkan nilai koefisien elastisitas pada Tabel 1, diketahui bahwa ekspor kopi Indonesia bersifat elastis terhadap produksi kopi Indonesia dengan koefisien elastisitas sebesar 1,720. Hal ini berarti bahwa peningkatan produksi kopi Indonesia sebesar 10 persen akan meningkatkan ekspor kopi Indonesia sebesar 17,20 persen. Sementara itu, ekspor kopi Indonesia bersifat inelastis terhadap permintaan kopi Indonesia di pasar domestik, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan volume ekspor kopi Vietnam dengan koefisien elastisitas masing-masing sebesar -0,649; 0,008; 0,073, dan -0,093. Hasil penelitian ini dapat mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sihotang (1996) yang menemukan bahwa (1) ekspor kopi robusta Indonesia ke wilayah Eropah bersifat elastis terhadap produksi kopi robusta Indonesia dengan koefisien elastisitas sebesar 2,15, (2) ekspor kopi robusta Indonesia ke Wilayah Eropah, Wilayah Jepang, dan wilayah negara lainnya bersifat inelastis terhadap harga ekspor kopi Indonesia, dan (3) ekspor kopi Indonesia bersifat inelastis terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ke semua negara tujuan ekspor.

  Penelitian yang dilakukan Raharjo (2013), juga menunjukkan bahwa volume ekspor kopi Indonesia bersifat inelastis terhadap nilai tukar rupiah terhadap USD koefisien elastisitas sebesar 0,235. Berbeda dengan Widayanti (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa volume ekspor kopi Indonesia bersifat elastis terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan koefisien elastisitas sebesar 1,025.

5. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

  5.1 Kesimpulan

  1. Sesuai dengan harapan teoretis, ternyata ekspor kopi Indonesia di pasar Internasional berhubungan positif dengan produksi kopi Indonesia, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan berhubungan negatif dengan permintaan kopi Indonesia di pasar domestik dan volume ekspor kopi Vietnam.

  2. Variabel produksi kopi Indonesia, permintaan kopi Indonesia di pasar domestik, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan volume ekspor kopi Vietnam dapat dengan baik dan secara simultan signifikan dalam menjelaskan keragaman ekspor kopi Indonesia di pasar internasional. Akan tetapi secara individual hanya produksi kopi Indonesia dan permintaan kopi Indonesia di pasar domestik yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia.

  3. Ekspor kopi Indonesia bersifat elastis terhadap produksi kopi Indonesia, namun bersifat inelastis terhadap permintaan kopi Indonesia di pasar domestik, harga ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan volume ekspor kopi Vietnam.

  5.2 Implikasi Kebijakan

  1. Hasil penelitian bahwa produksi kopi Indonesia berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia, dan volume ekspor kopi tersebut bersifat elastis terhadap produksi kopi di Indonesia, mengindikasikan bahwa peningkatan produksi kopi sampai batas tertentu mungkin masih akan diikuti oleh peningkatan ekspor kopi di Indonesia. Oleh karena itu kebijakan pada tingkat produksi hendaknya diarahkan pada program- program intensifikasi dalam meningkatkan produktivitas dan tetap menjaga bahkan meningkatkan mutu kopi.

  2. Hasil penelitian juga memberi indikasi bahwa peningkatan ekspor kopi Vietnam sebagai salah satu pesaing berdampak negatif terhadap ekspor kopi Indonesia. Untuk itu diperlukani koordinasi AEKI dengan atase perdagangan Indonesia di luar negeri untuk meningkatkan daya saing dengan menggali potensi pasar di luar negeri, serta melakukan berbagai kerja sama dan promosi.

DAFTAR PUSTAKA

  Anggraini, D. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Tesis, Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang, http://eprints.undip.ac.id/15469/1/Dewi_Anggraini.pdf, 19 Pebruari 2014.

  Ardhiyani and Ketut. (2007). Analisis Permintaan dan Integrasi Pasar Ekspor Kopi Indonesia.

  Tesis. Fakultas Pertanian. UNIB. URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/3214, 19 Pebruari 2014. Anonymous. (2014). Makalah Permintaan dan Penawaran Kopi, http://resalxperak.blogspot.com/, 17 Pebruari 2014. Case, Karl E. dan Ray C. Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa: Y.

  Andri Zaimur, S.E. Jakarta: Erlangga. Hanani, Nuhfil, Rosihan Asmara dan Fahriyah. (2010). Persaingan Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional. jurnal-kopi-perhepi-nuhfi.pdf-Adobe Reader, 19 Pebruari 2014.

  House of Infographics. (2013). Produksi Kopi Indonesia Terbesar Ketiga Dunia, http://houseofinfographics.com/wp-content/uploads/2013/03/IG-Kopi- Final.png Koutsoyiannis, A. (1994). Modern Microeconomics. 2nd edition. London:Macmillan Press Ltd.

  Mankiw, N. Gregory. (2008). Makroekonomi. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Imam Nurmawan, S.E.

  Jakarta: Erlangga. Raharjo, Bismo Try. (2013). Analisis Penentu Ekspor Kopi Indonesia. Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

  Retnandari dan Tjokrowinoto. (1991). Kopi Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Adytia Media. Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus. (2004). Ilmu Makroekonomi. Edisi 17. Jakarta: P.T.

  Media Global Edukasi. Sihotang, J. (1996). Analisis Penawaran dan Permintaan Kopi Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  Sihotang, J., Santi R. Siahaan, Juliana L. Tobing. (2013). Pengantar Mikroekonomi. Edisi Pertama, Medan: Universitas HKBP Nommensen. Spillane, James, J. (1990). Komoditi Kopi: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.

  Yogyakarta: Kanisius. Widayanti, Sri, S. M. Kiptiyah, dan M. Iksan Semaoen. (2009). Analisis Ekspor Kopi Indonesia, Wacana Vol.

  12 No.1 Januari 2009, Universitas Brawijaya, Malang, http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/178, 17 Pebruari 2014