Development Of Temperamen Instruments (Carita) In Buddhis Perspective Based On The Visuddhimagga (Study On Students Of Religious Higher Education Buddha Indonesia)
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis Berdasar Kitab Visuddhimagga (Studi Pada Mahasiswa Perguruan Tingggi Keagamaan Buddha Indonesia)
Kemanya Karbono
STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten email:akarbono@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen alat ukur klasifikasi tempera- men (carita) yang valid dan reliabel. Proses pengujian melalui dua tahap, yakni secara teoritis dan empiris. Pengujian empiris melibatkan 103 mahasiswa dari 6 Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha di Indonesia. Teknik pengambilan sampling menggunakan metode simple random sampling. Validasi empiris dan pengukuran model dikonfirmasi menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel
8.80. Reliabilitas instrumen diukur dengan Construct Reliability (CR) dan Varian Ex- traced (VE). Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen temperamen (carita) terdiri dari enam dimensi, yaitu: (1) Ragacarita (serakah); (2) Dosacarita (benci); (3) Moha- carita (bodoh) dengan; (4) Saddhacarita (yakin); (5) Buddhicarita (pandai); (6) Vitak- kacarita (spekulatif).
Kata Kunci: pengembangan instrumen, temperamen (carita), visuddhimagga
Development Of Temperamen Instruments (Carita) In Buddhis Perspective Based On The Visuddhimagga (Study On Students Of Religious Higher Education Buddha Indonesia)
Abstract
This study aims to develop a valid and reliable instrument of temperament (carita). The testing process through two stages, namely theoretically and empirically.The empirical test involved 103 students from 6 Buddhist Religious Universities in Indonesia. Sam- pling technique using simple random sampling method. Empirical validation and model measurements were confirmed using Confirmatory Factor Analysis (CFA) with the help of Lisrel 8.80 software. Instrument reliability is measured by Construct Reliability (CR) and Varian Extraced (VE). The results showed that the instrument of temperament (carita) consists of six dimensions, namely: (1) Ragacarita (greedy); (2) Dosacarita (hate); (3) Mohacarita (stupid) with; (4) Saddhacarita (sure); (5) Buddhicarita (clever); (6) Vitakkacarita (speculativ
Keywords: development of instruments, temperament (carita), visuddhimagga
Pendahuluan
dapkan pada situasi tertentu. Usaha untuk memahami manusia dengan menggolongkan
Manusia dilahirkan berbeda adalah temperamen ke dalam tipe-tipe tertentu su- ketentuan hukum alam dan menjadi suatu re- dah dilakukan sejak dulu kala, hal tersebut di-
alitas yang tak terbantahkan. Dari sekian ban- anggap sebagai cara yang efektif untuk lebih yak perbedaan, temperamen menjadi salah memahami karakteristik manusia. Salah satu satu yang menjadi perhatian. Hal tersebut contoh ahli yang familiar dalam pengklasifi- didasarkan atas asumsi bahwa temperamen kasian temperamen adalah Hippocrates, ia cenderung menentukan cara berpikir, bertin- membaginya ke dalam empat kelompok ber- dak, dan merasa. Dengan mengenali temper- dasarkan segi kejiwaan yaitu: kholeris, mel- amen seseorang, maka dapat diperkirakan ankolis, phlegmatis, dan sanguis.
bagaimana reaksi orang tersebut jika diha-
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono
Dimasa kontemporer penggolongan temperamen banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Dunia pendidikan misalnya,
menggunakannya sebagai instrumen untuk memahami peserta didik sehingga pendidik
mampu memperlakukan siswa sesuai kead- aannya dengan memberikan treatmen yang tepat sehingga kemajuan dalam belajar ter-
capai. contoh lain adalah bidang kesehatan mental atau psikologi. Ketika memberikan konseling, seorang psikolog akan meresep-
kan saran untuk memecahkan masalah men- tal pasiennya dengan menyesuaikan karak-
teristik pribadinya. Dalam keagamaan Buddha, peng- golongan temperamen sudah digunakan oleh Sang Buddha lebih dari 2500 tahun yang lalu. Teori buddhis tentang temperamen muncul
dalam teks Visuddhimagga. Teks ini men- yajikan klasifikasi temperamen sebagai alat yang berguna untuk menyesuaikan inter- vensi bagi individu tertentu untuk mencapai
manfaat maksimal dalam kehidupan spiritual, menentukan gaya hidup berkaitan dengan tempat tinggal, pakaian, dan makanan. Na- mun yang paling menonjol adalah digunakan
untuk menentukan objek meditasi agar se- seorang sukses dalam menjalankan praktik
meditasi. Manfaat terakhir masih banyak di- gunakan diberbagai tempat retreat meditasi, hanya saja penentuan subjek meditasi ber- dasar jenis tempramen diputuskan oleh pem-
bimbing meditasi senior. Penentuan tersebut didasarkan pada pernyataan bahwa seorang
guru yang telah mencapai penembusan ba- tin akan mengetahui temperamen dan ob- jek meditasi yang sesuai, orang yang belum mencapai penembusan harus menanyai mu- ridnya (Buddhaghosa, 1996: 68).
Istilah kepribadian dan temperamen seringkali digunakan untuk merujuk per- bedaan perilaku individu yang relatif stabil. Meskipun batasan antara kepribadian dan temperamen kabur, makna kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Wundt (1903) men- definisikan temperamen sebagai reaktivitas
emosional dari kebiasaan individu. Sedang- kan McDougall (1923) lebih menekankan
faktor fisiologis dan biokimia, ia menyatakan bahwa reaksi psikomotor khas seorang in-
dividu sebagai milik temperamen (Angleit- ner, Alois & Rainer Riemann, 1991: 192). Dalam pandangan Alport (1937) temperamen didefinisikan sebagai gejala karaktersitik dari sifat emosi individu, termasuk kerentanan untuk stimulasi emosional, kekuatan dan ke- cepatan bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas mood, serta bergantung pada faktor konstitusional,
yang karenanya terutama berasal dari ketu- runan. Dalam publikasi yang lebih baru, Buss
dan Poley mendefinisikan temperamen seba- gai karaktersitik yang sebagian besar adalah cara gaya berperilaku dalam situasi sosial
(Angleitner, Alois & Rainer Riemann, 1991: 195). Dari berbagai definisi temperamen yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disintesis- kan bahwa temperamen adalah karaketrsitik sifat emosi seseorang yang relatif tetap (bi- asanya faktor genetik) terdapat di dalam ke- pribadian dan watak dan berkaitan erat den- gan determinan biologik atau fisiologik yang dapat mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran.
Dalam perspektif buddhis, tempera- men dikenal dengan nama carita. Istilah terse- but berasal dari Bahasa Pali yang merupakan
kombinasi dari kata depan ‘car’ dan akhiran ‘ta’. Menurut Pali English Dictionary, carita diartikan sebagai perilaku, temperamen, sifat atau karakter seseorang. Jika mendapat awa- lan ‘su’ atau ‘du’ maka artinya menjadi per- ilaku yang baik (sucarita ) dan perilaku tidak baik (ducarita ) yang timbul melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan (Davids & William Stede, The Pali Text Society’s Pali-English Dictionary”. www.dharma.org.ru). Tempera- men (carita ) diartikan sebagai perbuatan baik atau perbuatan jahat. Dalam pengertian lain, dapat dinyatakan bahwa carita adalah ke- cenderungan yang termanifestasi dalam se- buah kebiasaan yang sering muncul (perbua- tan baik/jahat)(Mingun, 2008: 2299).
Sedangkan Bodhi menyatakan bahwa “Temperament (carita) means personal na-
ture, the character of a person as revealed by his or her natural attitudes and conduct (tem- peramen (Bodhi, 2012: 330-331). Tempera-
men setiap orang berbeda-beda dikarenakan keragaman kamma masa lampau mereka.
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017 Dalam Vimuttimagga disebutkan ‘Melalui cara makan (bhojana), cara melihat,
bahwa ada dua penyebab temperamen (cari- dan sebagainya (dassanadito), ta) yaitu kebiasaan sebelumnya ( puddācinna) ‘Melalui jenis-jenis keadaan (mental) yang
dan elemen ( dhātudosa). Bagaimana kebi- muncul (dhammappavatti), asaan sebelumnya ( puddācinna) menjadi pe- ‘Maka temperamen dapat dikenali’. (Nana- nyebab carita? Dikatakan bahwa seseorang moli, 2011: 96). yang telah mengumpulkan perbuatan baik
dengan cara yang benar terlahir di alam sur- Visuddhimagga mengklasifikasikan
ga setelah meninggal jika terlahir kembali di temperamen menjadi enam jenis, yakni: ra- alam manusia menjadi temperamen serakah gacarita (serakah), dosacarita (benci), moha-
(ragacarita ). Jika pada kehidupan lampau carita (bodoh), saddhācarita (yakin), buddhi- banyak melakukan perbuatan pembunuhan, carita (pandai), dan vitakkacarita (spekulatif)
perbuatan kejam akan menjadi temperamen (Nanamoli, 2011: 96). Namun demikian teks kebencian (dosacarita ). Dalam kehidupan menunjukan bahwa enam jenis temperamen
masa lampau senang dengan minuman yang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga pasang memabukan akan terlahir di alam binatang sifat bertentangan untuk tiga kategori yakni
setelah meninggal jika terlahir di alam manu- mendekati/menyenangi, menghindari/mem- sia maka akan menjadi temperamen kebodo- benci, atau netral/acuh, yakni: (1) ragacarita
han (mohacarita ) (Upatissa, 1961: 57). (tamak)/ saddhācarita (yakin); (2) dosacarita Berkaitan dengan pertanyaan bagai- (benci)/buddhicarita (pandai); (3) mohacarita
manakah elemen ( dhātudosa) menjadi pe- (bodoh)/vitakkacarita (spekulatif). Dua kutub nyebab carita?. Jika elemen ekstensi dan masing-masing umumnya mewakili aspek kohesi ditingkatkan maka cenderung menjadi terampil dan tidak terampil dari setiap jenis mohacarita , jika unsur mobilitas dan panas karakter tersebut. ditingkatkan maka akan menjadi dosacarita , Istilah ragacarita dapat didefinisikan jika menyeimbangkan semua elemen maka sebagai orang yang memiliki keserakahan, cenderung menjadi ragacarita . Dengan de- orang yang memiliki sifat pribadi serakah. mikian unsur-unsur yang berbeda dapat men- Dalam diri seorang lobhacarita sering terjadi jadi penyebab perilaku/temperamen (Upatis- keadaan-keadaan seperti: munafik/inkonsist- sa, 1961: 58).
ensi ( māyā), sombong (māna), banyak keingi- Buddhaghosa dalam Visuddhimagga nan ( atricchatā), ketidakpuasaan (asantuṭṭhī),
menyatakan bahwa berdasar beberapa pern- penipu (sāṭheyya), pesolek (siṅga), pikiran yataan (mengacu pada Upatissa Thera) pe- berubah-ubah ( cāpalya).
nyebab temperamen (carita) ada empat yakni: Dosacarita adalah karakteristik se- kebiasaan sebelumnya, elemen (unsur), ke- seorang yang dominan sifat kebenciannya beradaan masa lalu, kamma dan akar terkait atau orang yang mengambil obyek dengan (hetu ). Diantara keempat penyebab tersebut kemarahan. Dalam diri seorang dosacari- YM. Buddhaghosa hanya setuju kamma dan ta sering terjadi keadaan-keadaan seperti: hetu sebagai penyebab temperamen (carita), pemarah (kodha), pendendam (upanāha), penyebab lainnya beliau menyatakan tidak meremehkan (makkha ), dengki (paḷāsa), iri ada referensi pasti dalam teks Pali (Buddhag- hati ( issā), dan kikir (macchariya). hosa, 1996: 45).
Mohacarita adalah seseorang yang Temperamen (Carita) dapat diketahui memiliki sifat pribadi khayalan serta orang
memalui berbagai cara, dalam Visuddhim- yang mengambil obyek dengan delusi, dalam agga disebutkan bahwa: “bagaimana dapat dirinya sering terjadi keadaan-keadaan se-
diketahui bahwa ‘orang ini memiliki tempera- perti: malas (thīna), lamban (midha), penuh men serakah (lobha )’ dan sebagainya”. Hal kegelisahan (uddhacca ), kekhawatiran (kuk-
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: kucca ), penuh keraguan (vicikicchā), melekat ‘Melalui sikap badan (iriyāpatha), melalui tin- (duppatinissaggita ), tidak penuh kesadaran dakan (kicca),
(asampajañña).
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono Saddhācarita adalah karakteristik se- alui tanda-tanda keprilakuan yang mencer-
seorang yang memiliki sifat penuh keyaki- minkan adanya atribut yang akan diukur, bi- nan, dalam dirinya sering terjadi keadaan- asanya disebut behavioral indicator (Azwar, keadaan seperti: murah hati (muttacāgatā), 2012: 22).
mudah percaya terhadap hal-hal yang patut Pengukuran ciri terpendam seperti dipercaya (pasādaniyesu ṭhānesu pāsado), temperamen pada responden menggunakan keinginan mengunjungi orang suci ( ariyānam stimulus yang akan ditanggapi dengan hara- dassanakāmatā), keinginan mendengarkan pan respon mencerminkan atribut yang diukur, dhamma ( saddhammamsotukāmatā), keju- hasil pengukuran tersebut akan diskor dan di- juran ( amāyāvitā), sederhana (asaṭhāta), dan tafsirkan. Hanya saja sering muncul keragu- periang (pāmojjabahulata).
an apakah instrument yang dipakai sebagai Buddhicarita mengacu pada se- stimulus itu mampu mengungkapkan dengan
seorang yang memiliki sifat pribadi cer- benar ciri yang terpendam. Seyogyanya se- das, dalam dirinya sering terjadi keadaan- belum instrumen sebelum digunakan harus keadaan seperti: Suka memiliki teman baik divalidasi sehingga hasil pengukuran melalui ( kalyānamittatā), penuh perhatian dan kesa- instrumen tersebut dipercaya, instrumen ter- daran ( satisampajaňnatā), mudah menyapa lebih dahulu dikembangkan melalui berba- ( savacassatā), terlatih dalam kewaspadaan gai pengujian, baik teoritis maupun empiris. ( jāgariyānuyogo), batin mudah tergugah Untuk menghasilkan instrumen yang valid dalam hal kebenaran ( saṁvega), memiliki dan reliabel diperlukan langkah-langkah yang kesederhanaan dalam hal makanan (bhojane sistematis dan prosedural sehingga hasilnya mattaññutatā).
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Vitakkacarita adalah karakteristik se- Azwar (2012) menyatakan bahwa alur kerja
seorang yang memiliki sifat spekulatif, dalam dalam penyusunan skala psikologis yang dirinya sering terjadi keadaan-keadaan seper- merupakan langkah dasar proses pengem- ti: banyak bicara ( bhassabahulatā), perencana bangan instrumen terdiri dari beberapa lang- ( rattim dhūmayānā), gagal menyelesaikan tu- kah, yakni: gas ( anavaṭṭhitakiccatā), gelisah (hurahuram
dhāvanā), suka berkumpul (gaṇārāmatā), ak- (1) melakukan identifikasi tujuan ukur; (2) membatasi kawasan domain ukur ber- tif (divāpajjalanā), dan bosan melakukan hal dasarkan konstruk yang didefinisikan oleh yang bermanfaat (kusalānuyoge).
teori yang dipilih; (3) mengoperasionalkan aspek ke dalam bentuk indikator keperilakuan;
Dalam praktik meditasi buddhis jenis (4) menuangkan indikator-indikator keper- Samatha Bhavana yang memiliki 40 jenis ilakuan beserta dimensi ke dalam kisi-kisi
objek, seorang meditator harus memahami atau blue print, sebelum menentukan metode penskalaan; (5) tahap penulisan item, dalam
satu objek yang sesuai dengan temperamen- tahap ini harus memperhatikan kaidah-kaidah nya (carita ) sendiri sehingga ia dapat meraih penulisan yang telah ditentukan; (6) review
pertama dilakukan oleh peneliti, review kedua hasil yang optimal. Proses penentuan objek dilakukan oleh para ahli (expert judgement)
meditasi yang sesuai dengan temperamen untuk meloloskan item dalam tahap evalu- meditator akan lebih praktis dan efektif jika asi kualitatif. Hanya item yang dinyatakan
valid yang boleh diujicobakan secara empirik ada instrumen yang valid dan reliabel. Namun di lapangan; (7) mengestimasi reliabilitas;
demikain, bukanlah perkara mudah untuk me- (8) melakukan validasi konstruk; (9) kompilasi final yaitu merakit instrumen dengan tampilan
nyusun sebuah instrumen pengklasifikasian menarik. temperamen. Temperamen merupakan se-
buah psychological concept yang dirumuskan Instrument yang dikembangkan harus secara hipotetik untuk menjelaskan fenom- memenuhi unsur validitas dan reliabilitas. ena psikologis yang nampak pada perilaku Validitas mengacu pada sejauh mana hasil manusia. Atribut psikologis lebih abstrak dan pengukuran suatu instrumen dapat ditafsir- batasannya tidak selalu dapat diterima dan kan terhadap atribut yang diukur. Salah satu
diberlakukan secara umum. Pengukuran ter- validitas yang harus terpenuhi dalam sebuah hadap atribut psikologis dapat dilakukan mel- instrumen adalah validitas konstruk. Allen &
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017 Yen, dalam Azwar (2013: 45) menyatakan analisis faktor.
bahwa validitas konstruk adalah validitas yang Secara umum analisis faktor dibagi menunjukan sejauh mana hasil tes mampu menjadi dua bagian yakni analisis faktor ek- mengungkap suatu trait atau suatu konstrak ploratori (Exploratory Factor Analysis) dan teoretik yang hendak diukurnya. Naga (2013: analisis faktor konfimatori (Confirmatory Fac- 321) menyatakan bahwa validitas konstruk tor Analysis ). Heck dalam Supranto men- mirip dengan validitas isi dan wajah, jika va- guraikan analisis konfirmatori sebagai pen- liditas isi memperhatikan materi di dalam alat dekatan validasi konstruk/konsep (approach ukur, maka validitas konstruk memperhati- to construct validation) artinya, kesimpulan kan atribut konstruk di dalam alat ukur. Untuk mengenai konsep yang tidak terlihat dapat pemeriksaan validitas konstruk dapat diguna- dibuat berdasar pada analisis faktor konfirm- kan beberapa metode yakni, metode konver- atori (Supranto, 2010: 255-256). Salah satu gensi, metode diskriminan, dan dapat meng- program yang dapat digunakan dalam pen- gunakan analisis faktor.
dekatan dengan Confirmatory Faktor Analysis Istilah reliabilitas mempunyai berba- (CFA) adalah Struktural Equation Modeling
gai nama, namun gagasan pokok yang ter- (SEM), softwarenya LISREL (Latan, 2013: kandung dalam konsep reliabilitas adalah 1). Dalam penelitian ini tipe SEM yang digu- sejauh mana hasil suatu proses pengukuran nakan adalah tipe CB-SEM. Menurut Bollen dapat dipercaya (Abdullah), 2007: 7). Tinggi dan Long, ada lima proses yang harus diana- rendahnya reliabilitas sesungguhnya tidak lisis dalam CB-SEM, yaitu: spesifikasi model, dapat diketahui secara pasti, namun dapat identifikasi model, estimasi model, evaluasi diestimasi. Berbagai teknik estimasi telah model, dan respesifikasi model (Latan, 2013: dikembangkan oleh para ahli dengan tujuan 42-54).
memberikan indikasi akurasi dan kecermatan Penelitian berkaitan dengan tema hasil ukur, salah satu indikator adanya akurasi temperamen (carita) pernah dilakukan oleh
dan kecermatan adalah koefisien reliabilitas Nicholas T. Van Dam, Anna Brown, Tom B. (Uno, Hamzah. B, Herminanto Sofyan, dan I Mole, Jake H. Davis, Willoughby B. Britton, Made Candiasa, 2001: 141).
dan Judson A. Brewer dengan judul “Devel- Wahyu
opment and Validation of the Behavioral Ten- bahwa untuk mengestimasi reliabilitas data dencies Questionnaire”. Dalam penelitian
Widhiarso
menyatakan
hasil pengukuran yang bersifat multidimen- tersebut dikembangkan instrumen berupa si dapat menggunakan koefisien reliabili- kuesioner berdasarkan kategori temperamen tas komposit McDonald (Widhiarso, 2015). menurut persepktif buddhis dan mengait- Dalam penelitian ini untuk mengestimasi kannya dengan taksonomi dan kecenderun- reliabilitas data hasil pengukuran meng- gan perilaku. Instrumen yang dikembangkan gunakan koefisien reliabilitas komposit Mc- berupa kuesioner tertutup, preferensi untuk Donald yang diberi nama Construct Reliabil- item dimodelkan menggunakan Latent Class ity (CR) yang juga disebut koefisien Omega Analysis dengan melakukan dua kali uji coba. (ω). Koefisien reliabilitas ini berbasis pada Sampel pada uji coba pertama berjumlah 394 analisis faktor konfirmatori yang merupakan dan uji coba kedua 504 responden. Kuesioner bagian dari Structur Equation Modeling (SEM). berisi sejumlah pernyataan tentang kecend- Abdullah menyatakan, untuk mendapatkan erungan yang dimiliki orang. Responden di- reliabilitas instrumen pada menu pemodelan haruskan memilih opsi jawaban paling benar SEM dapat dihitung berdasarkan factor load- dan tidak benar untuk tiga pilihan atas sebuah ing dan measurement error yang didapat dari pernyataan. Hasil akhir diperoleh instrumen second order CFA. Rumus yang digunakan uji
13 blok yang merupakan kuesioner psikolo- reliabilitas adalah rumus Construct Reliability gis yang valid dan reliabel secara historis ber- (CR) dan Variance Extracted (VE) (Abdullah, dasarkan kecenderungan perilaku yang diberi
2007: 35). Untuk pemeriksaan validitas dan nama Behavioral Tendencies Questionnaire. reliabilitas instrumen dapat menggunakan
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono
Metode
pengukur kategorisasi temperamen (carita) dalam perspektif buddhis berdasar Kitab Visu-
Prosedur ddhimagga yang valid dan reliable. Prosedur Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan instrument dalam penelitian
Research and Development yang berusaha ini adalah sebagai berikut: menghasilkan produk berupa instrument
Menetapkan
Menyusun
Menentukan
Membuat draf
variabel
definisi
spesifikasi alat
Uji Coba II
Validasi pakar Jika
Uji daya Beda
Revisi & Uji
Revisi kemudian
(analisis diperlukan
dilanjut Uji
Coba Empiris
validasi panelis
konstruk CFA
Analisi data
Revisi dan
Instrumen Baku
Jika diperlukan
Gambar 1. Prosedur Pengembangan Instrumen
Proses pengujian dalam penelitian sebanyak 100-200. Tahap pengujian empiris ini melalui dua tahap, yakni pengujian se- melibatkan 103 mahasiswa Perguruan Tinggi cara teoritis dan empiris. Pengujian teoritis Keagamaan Buddha (PTKB) baik negeri mau- dilakukan oleh pakar (expert judgement) dan pun swasta di Indonesia terutama di Pulau panelis. Validasi pakar dianalisis secara kuali- Jawa, yaitu: (1) STAB Syailendra Semarang, tatif sedangkan validasi panelis diuji secara (2) STAB Negeri Raden Wijaya, Wonogiri, (3) kuantitatif menggunakan koefisien validitas isi STAB Maha Prajna Jakarta, (4) STAB Nalan- Aiken’s V untuk validasi butir dan reliabilitas
da, Jakarta, (5) STAB Dutavira, Jakarta, dan antarrater diuji menggunakan rumus Hoyt. (6) STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.
Pengujian empiris melalui analisis statistik menggunakan Structural Equation Modeling
(SEM). Pengukuran Untuk mengkategorisasikan tempera- Subjek Penelitian
men (carita ) digunakan instrumen berupa Jumlah sampel yang dijadikan re- kuesioner, yang terdiri dari enam dimensi dan
sponden untuk pengujian empiris dalam pe-
34 indikator. Berikut adalah blue print alat nelitian mengikuti apa yang disarankan oleh ukur kategorisasi temperamen (carita) Loehlin dalam Latan yang menyatakan bahwa
untuk SEM sampel yang dibutuhkan adalah
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017
Tabel 1 Blue Print Alat Ukur Kategorisasi Temperament (Carita)
DIMENSI
INDIKATOR
NOMOR BUTIR PERNYATAAN
(-)
A. Ragacarita 1. Munafik/inkonsistensi(Sātheya) 1 2,3
2. Sombong (Māna)
3. Banyak Keinginan (Atricchatā)
4. Ketidakpuasaan (Asantutthī)
5. Penipu (Sātheya)
6. Pesolek (Siňga)
B. Dosacarita 7. Pemarah (Kodha)
8. Pendendam (Upanāha)
9. Bersyukur (Makkha)
10. Meremehkan (Palasa)
11. Iri Hati(Issā)
12. Kikir (Macchariya)
C. Mohacarita 13. Malas (Thina)
14. Lamban (Middha)
15. Penuh Kegelisahan (Uddhacca)
16. Penuh Keraguan (vicikicca )
17. Melekat (Duppatinissaggita)
18. Tidak Penuh Kesadaran
D. Saddhacarita19. Murah Hati (Muttacāgatā)
20. Mudah Percaya
Pasādaniyesuthānesu pasādo) (
21. Keinginan mengunjungi orang suci
Ariyānandassana Kāmatā) (
22. Keinginan Mendengarkan dhamma
Saddhammamsotukāmatā) (
23. Kejujuran (Amāyāvitā)
24. Sederhana (Assatthata)
25. Periang (Pāmojjabahulatā)
E. Buddhicarita 26. Mudah Bergaul (Kalyānamittatā)
27. Penuh perhatian dan kesadaran
Satisampajaňnatā) (
28. Mudah menyapa (Savacassatā)
29. Memiliki usaha benar
Jāgariyānuyogo) (
30. Memiliki kemendesakan (Saṁvega) 88,89,90,91
F. Vittakacarita 31. Banyak bicara (Bhassabahulata)
33. Gagal menyelesaikan tugas
34. Pikiran Gelisah (Hurahuramdhavana) 103,104
Validitas melihat nilai factor loading. Sebelum analisis Analisis statsistik digunakan pada
dengan CFA, dilakukan seleksi butir dengan tahap validasi empiris dan pengukuran mod- uji daya beda (daya diskriminasi) mengguna- el dikonfirmasi menggunakan Confirmatory
kan formula koefisien korelasi product momen Factor Analysis (CFA) dengan bantuan soft- Pearson yang kemudian dikoreksi dengan ware Lisrel 8.80. Validitas butir diukur dengan Item Correlated Total Correlation. Item yang
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono
memiliki daya beda memuaskan diseleksi Hasil
lanjut untuk tabulasi menggunakan second order CFA untuk mengkonfirmasi kesesua- Pengujian Teoritis ian konstruk teori yang dijadikan acuan dalam
1. Validasi Melalui Expert Judgement pengembangan instrumen dengan data em- Validasi teoritis melibatkan dua orang piris (kelayakan model/Goodness of Fit).
expert, yakni Bhikkhu Santacitto, P.hD pakar dalam bidang buddhis studies dan Waluyo,
Reliabilitas M.Pd ahli dalam bidang pengembangan isnt- Rumus yang digunakan uji reliabilitas rumen. Pakar memberikan penilaian terhadap adalah rumus Construct Reliability (CR) dan kesesuaian butir mengukur indikator dengan Variance Extracted (VE). Nilai reliabilitas kon- lima alternatif pilihan, dari sangat tepat sam- struk (CR) yang disarankan adalah ≥ 0,7, se- pai sangat tidak tepat. Jumlah butir perny- dangkan ukuran kelayakan variance extracted ataan dalam draft instrumen yang divalidasi (VE) disarankan ≥ 0,5 (Hendryadi & Suryani, sebanyak 109 butir hasil pengembangan dari 2014: 18). Untuk mengetahui hubungan antar
34 indikator. Selain itu, ahli juga diminta agar variabel digunakan structural model fit, yaitu memberikan masukan terkait draft instrumen untuk menguji signifikansi dari koefisien esti- awal yang kemudian dianalisis secara kuali- masi. Nilai t value > 1,96 (alpha 0,05) dapat tatif.
dinyatakan bahwa hubungan antar variabel Hasil telaah pakar pertama mem- signifikan. Uji coba akan direncanakan dua berikan beberapa masukan antara lain: 1)
kali namun jika dalam uji coba pertama sudah penulisan bahasa Pali harus sesuai dengan mendapatkan instrumen valid dan reliabel tanda baca; 2) penambahan beberapa indi-
maka uji coba kedua tidak dilakukan. kator (dari 34 indikator menjadi 40 indikator). Indikator yang ditambahkan yaitu:
Tabel 2. Penambahan Indikator Hasil Expert Judgement
Dimensi
Indikator
Ragacarita Pikiran Berubah-ubah (Cāpalya) Mohacarita
Kekhawatiran (Kukkucca)
Saddhacarita
Sederhana (Asaṭhāta)
Buddhicarita Sederhana dalam hal makan (Bhojane Mattaññutatā)
Vitakkacarita Suka berkumpul (Gaṇārāmatā) Aktif (Divāpajjalanā
Hasil telaah pakar kedua (Bapak Validasi oleh Panelis Waluyo, M.Pd) memberikan beberapa masu- Validasi teoritis dilanjutkan melalui kan antara lain: 1) perbaikan kalimat dalam penilaian kepada 15 orang panelis yang ber definisi operasional; 2) perbaikan kalimat kenan memvalidasi, terdiri dari dosen pendidi- dalam butir penyataan yang efektif; 3) penam- kan agama Buddha, romo pandita, dan guru bahan kolom untuk pernyatan yang favorable pendidikan agama Buddha (SD, SMP, SMA/ dan unfavorable; 4) kesalahan dalam penge- SMK). Panelis dimintakan menilai kesesuaian tikan. Setelah mendapat masukan dari kedua antara butir dengan indikator dengan alter- pakar, draft instrumen direvisi yang selan- natif pilihan dari sangat tepat sampai sangat jutnya dimintakan validasi kepada panelis. tidak tepat.
Jumlah butir pernyataan untuk divalidasi oleh Pemeriksaan validitas butir yang di- panelis berjumlah 112 butir hasil dari pengem- lakukan oleh panelis menggunakan indeks bangan 40 indikator.
validitas Aiken. Butir dipertahankan (butir valid) jika nilai V ≥ 0.2. Hasil analisis Indeks Kecocokan Aiken ada 19 indikator yang me-
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017 miliki nilai V < 0,2 yaitu antara 0,17 sampai gukuran yang dalam hal ini adalah mengukur
0,18. Nomor butir yang memiliki nilai Indeks temperamen (carita). Data hasil uji empiris Kecocokan Aiken <0,2 secara bertutut-turut yang diambil dari 103 mahasiswa PTKB akan yaitu nomor butir: 12,17,28,30,34,39,45,46,4 dianalisis menggunakan Confirmatory Fac- 8,53,65,69,71,73,80,82,95,102, dan 111.
tor Analysis (CFA) dengan bantuan software Pengujian reliabilitas antarrater (r^11) Lisrel 8.80, namun sebelum dianalisis dengan
menggunakan rumus Hoyt, berikut adalah CFA terlebih dahulu dilakukan seleksi butir hasil penghitungan reliabilitas antarrater ber- menggunakan uji daya beda. dasarkan Rumus Hoyt:
r RJK b − RJK e 0 . 973044 − 0 . 214598
Uji Daya Beda
11 = RJK
Pengujian daya diskriminasi item di-
lakukan dengan cara menghitung koefisien Total ada 93 butir yang dinyatakan korelasi antara distribusi skor butir dengan valid dari 112 butir yang divalidasi secara te- distribusi skor skala itu sendiri, penghitungan oritik oleh panelis. Namun demikian, karena tersebut akan menghasilkan koefisien kore- indikator dari instrumen yang dikembangkan lasi item total (r_ix). Formulasi korelasi yang berjumlah 40 indikator, maka hanya dipilih digunakan untuk penghitungan daya beda
b 0 . 973044
80 butir instrumen yang valid. Setiap indika- sebagai bentuk validitas item dalam peneli- tor dipilih 2 butir valid sebagai instrumen yang tian ini menggunakan formula koefisien kore- akan diuji coba untuk pengujian empiris ke- lasi product moment Pearson dan Corrected pada responden.
Item Total Correlation. Item dikatakan valid jika terjadi korelasi yang kuat dengan skor
Pengujian Empiris totalnya (Priyanto, 2009: 119). Berdasarkan Pengujian empiris dilakukan dengan hasil analisis ada 32 butir yang memiliki daya tujuan untuk mengetahui validitas instrumen beda tidak memuaskan. Di bawah ini adalah apakah benar-benar mengukur apa yang se- tabel rekapitulasi hasil uji daya beda butir in- harusnya diukur sesuai dengan tujuan pen- strumen temperamen (carita) yang tidak me-
gukuran yang dalam hal ini adalah mengukur muaskan sebelum dan sesudah dikoreksi:
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji daya Beda yang Tidak Memuaskan
NO.
STATUS BUTIR
r_ix Sebelum dikoreksi r_ix Setelah dikoreksi
0.2 Tidak Memuaskan 6 0.158
0.2 Tidak Memuaskan 7 0.192
0.2 Tidak Memuaskan 10 0.078
0.2 Tidak Memuaskan
0.2 Tidak Memuaskan 15 -0.111
13 0.1 -0.017
0.2 Tidak Memuaskan 17 0.065
0.2 Tidak Memuaskan 19 0.164
0.2 Tidak Memuaskan 22 0.181
0.2 Tidak Memuaskan 26 0.086
0.2 Tidak Memuaskan 28 0.106
0.2 Tidak Memuaskan 29 0.198
0.17 0.2 Tidak Memuaskan 34 0.106
0.2 Tidak Memuaskan 40 -0.01
0.2 Tidak Memuaskan 41 -0.041
0.2 Tidak Memuaskan 43 0.066
0.2 Tidak Memuaskan 46 0.036
0.2 Tidak Memuaskan 48 0.017
0.2 Tidak Memuaskan 50 -0.024
0.2 Tidak Memuaskan 51 0.034
0.2 Tidak Memuaskan 54 0.052
0.2 Tidak Memuaskan 55 -0.047
0.2 Tidak Memuaskan 57 -0.27
0.2 Tidak Memuaskan 60 -0.064
0.2 Tidak Memuaskan 61 0.022
0.2 Tidak Memuaskan 63 0.047
0.2 Tidak Memuaskan 66 0.061
0.2 Tidak Memuaskan 67 -0.114
0.2 Tidak Memuaskan 69 0.026
0.2 Tidak Memuaskan 72 0.108
0.2 Tidak Memuaskan 76 0.089
0.2 Tidak Memuaskan
0.2 Tidak Memuaskan
32 butir yang memiliki daya beda rendah aan yang terlalu ‘vulgar’ seperti itu. Karena didroop karena butir tersebut tidak mampu responden tidak mengungkapkan kondisi membedakan individu yang memiliki dan sesungguhnya yang ada pada dirinya be- tidak memiliki atribut yang diukur. Meskipun rakibat saat data dianalisis secara empiris demikian, semua indikator memiliki wakil menggunakan ujibeda, butir tersebut menjadi butir yang valid. Dimensi Ragacarita yang tidak mampu membedakan antara responden terdiri dari 14 butir hasil pengembangan dari yang memiliki karakter sombong atau tidak.
7 indikator, ada 5 butir yang tidak valid yaitu Dimensi Dosacarita yang terdiri dari 12 butir butir no 3,6,7,10,13. Contoh butir yang tidak hasil pengembangan dari 6 indikator, ada 5 valid dari dimensi Ragacarita yaitu butir no butir yang tidak valid. Contoh butir valid dari
3 hasil pengembangan indikator sombong dimensi Dosacarita adalah butir no 16 yang (māna), dengan pernyataan “Saya merasa merupakan pengembangan indikator pema- lebih superior dibanding orang lain dalam rah (Kodha) dengan pernyataan “Saya mu- banyak hal”. Analisis mengapa butir ini tidak dah tersinggung untuk hal sepele sekalipun”. valid ditengarai karena responden cenderung Butir tersebut jelas mencerminkan dari sikap tidak mengakui jika ditanya dengan pernyat- pemarah (kodha) karena bentuk asli dari
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017 pemarah adalah keadaan seseorang yang ‘berasap di malam hari’. Ini sebenarnya men-
tidak mampu menanggung objek atau keingi- gacu kepada orang yang selalu berpikir un- nan meninggalkan objek (keengganan yang tuk merencanakan sesuatu. Jadi pikirannya
berlebihan). selalu berasap. Dalam konteks ini, meskipun Hasil uji beda dimensi Mohacarita berencana itu hal yang terkadang baik dilaku- ada 4 butir yang tidak valid total 14 butir hasil kan, ini bukan kualitas positif. pengembangan 7 indikator. Contoh butir tidak valid dimensi Mohacarita adalah no 34 dari
2. Uji Validitas Konstruk Menggunakan indikator kekhawatiran (kukkucca) dengan
Second Order Confirmatory Factor pernyataan ‘”aya sulit fokus ketika menger-
Analysis (CFA). jakan sesuatu karena perasaan khawatir”. Setelah dilakukan uji daya beda, 48
Butir ini tidak valid lebih karena konstruksi butir yang memilik uji daya beda memuaskan butir yang bermakna ganda sehingga tidak digunakan untuk uji validitas konstruk. Uji va- valid, bisa saja responden tidak fokus tapi bu- liditas konstruk menggunakan second order kan karena khawatir tapi karena sebab lain. confirmatory factor analysis. Hanya 40 butir Dimensi Sadhacarita ada 5 butir yang tidak yang dikutsertakan dalam uji validitas kon- valid. Contoh butir yang tidak valid adalah struk (setiap indikator diambil satu butir yang nomor 48 dari indikator senang mendengar- memiliki daya beda paling memuaskan). Imp- kan Dhamma (Saddhammamsotukāmatā) likasi dari hal tersebut adalah adanya peruba- dengan pernyataan ‘Saya senang melakukan han pengkodean indikator.
sharing Dhamma (Dhammasakacca), butir ini Proses pengujian pada second order tidak valid karena memang kurang mewakili CFA dilakukan melalui dua jenjang yakni:
indikator. Dalam dhammasakacca meskipun (1) analisis dari dimensi ke indikator-indika- ada mendengarkan Dhamma namun dalam tornya. Dalam penelitian ini menguji enam kegiatan tersebut lebih mengarah kepada dis- dimensi ke indikatornya yang berjumlah 40 kusi Dhamma secara aktif yang tidak hanya indikator; (2) analisis dari konstruk laten ke mendengarkan. Dimensi Buddhicarita ada 5 dimensinya, dalam hal ini adalah analisis dari butir yang tidak valid dari total 12 butir hasil konstruk temperamen/carita (C) ke konstruk pengembangan 6 indikator. Contoh butir valid dimensinya.
dari dimensi ini adalah butir no 59 dari indi- Langkah pertama dalam pengujian kator Mudah menyapa (Savacassatā) den- melalui CFA adalah menguji kesesuaian (fit) gan pernyataan “Saya sering menyapa orang model antara konsep teoritis dengan data lain terlebih dahulu”. Butir tersebut secara empirik (data hasil uji coba). Model dikatakan teoritis pun jelas mencerminkan dari sikap sesuai antara teori dengan data empirik jika mudah menyapa yang merupakan perilaku memenuhi apa yang dipersyaratkan dalam nyata dari karakter seseorang yang menun- goodness of fit. Hasil output second order jukan keramahan tanpa kesombongan. Di- CFA pertama kali terdapat Heywood cases mensi Vitakkacarita ada 5 butir tidak valid dan model belum fit dikarenakan persyaratan dari total 14 butir hasil pengembangan dari 7 Goodnes of Fit tidak terpenuhi. Hal tersebut indikator. Contoh butir yang tidak valid ada- juga nampak dalam diagram second order lah butir no 69 indikator Perencana (Rattiṃ CFA berdasarkan standard solution ada fac- Dhūmayānā) dengan pernyataan “Setiap tor loading yang kurang dari 0,5 yaitu indika- kegiatan yang saya lakukan selalu diren- tor F7 dengan nilai factorloading 0,49. Berikut canakan dengan matang”. Meskipun indikator adalah gambar diagram second order CFA Rattiṃ Dhūmayānā diterjemahkan perencana berdasar standard solution: namun secara harfiah frase tersebut berarti
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono
Gambar 2. Diagram Second Order CFA Instrumen Temperamen (Carita) Berdasar Visudhi Magga Berdasarkan
Standardized Solution
Untuk mendapatkan model yang fit lum terpenuhi sehingga perlu memodifikasi maka perlu dilakukan modifikasi model yaitu model agar diperoleh model yang fit. Modifi- dengan mengeluarkan indikator yang tidak kasi dilakukan berdasarkan saran pada mod- valid (yang mempunyai nilai factorloading < ification indicies yaitu dengan membiarkan 0,5). Setelah itu kemudian dianalisis kembali kesalahan pengukuran saling berkorelasi. dengan menggunakan second order CFA. Berikut adalah rekapitulasi dari output Lis- Setelah indikator F7 dikeluarkan ternyata rel tentang goodnes of fit setelah modifikasi model belum fitt, hal tersebut nampak pada dibandingkan dengan sebelum modifikasi kriteria persyaratan goodnes of fit model be- dengan indikator F7 didroop:
Tabel 4. Goodnes of Fit Model Sesudah Modifikasi Uji Empirik Instrumen Temperamen
(Carita) Berdasarkan Visuddhimagga
Goodnes of Fit
Cut of Value
Setelah Modifikasi Hasil Evaluasi
Absolute Fit Indices
Chi Square (χ^2)
0,00000 Tidak fit
GFI
≥0.9 gf, ≤0.9 mf
Marginal Fit
RMSEA
0.05-0.08 gf,≥0.08 mf. 0,0093 Acceptable fit
RMR
≤0.05 gf,
0,097 Marginal fit
601, 24 Semakin kecil Incremental Fit Indices AGFI
NCP
Semakin kecil baik
Fit Parsimony Fit indices PGFI
Tidak fit
Tidak fit
AIC
Semakin kecil baik
M*=1485,24 Fit S*=1560,00 I*=28497,69
3. Structural Model Fit seluruh indikator laten ((t_hitung) dibanding- Structural model fit digunakan untuk kan dengan kriteria 1,96 sebagai (t_tabel)
menguji sifgnifikansi dari koefisien estimasi dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Berikut atau untuk melihat hubungan antar konstruk adalah rekapitulasi dari nilai t-value, factor-
laten dengan indikatornya. Nilai t value dari loading, std error dan lain-lain yang akan di- 137
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017 gunakan untuk analisis struktural model fit:
Tabel 5. Rekapitulasi Instrumen Temperamen (Carita) Berdasar Visuddhimagga Pengujian Empirik
Nama
Factor Std. Error t value R^2 Konstruk
Goodnes of Fit
Variabel
Df P value Endogen
Loading
RC 1277,24 676 0,00000 A1
6,42 0,47 DC 1277,24 676 0,00000 B1
7,68 0,53 BC 1277,24 676 0,00000 E1
13,33 0,80 VC 1277,24 676 0,00000 F1
19,24 0,88 CARITA 1277,24 676 0,00000 RC
4. Pengujian Reabilitas Konsistensi Internal Extraced (VE) dengan menggunakan factor Pengujian reabilitas konsistensi in- loading dan error. Berdasarkan hasil perhi-
ternal dilakukan berdasarkan penghitungan tungan, nilai Construct Reliability (CR) dan nilai Construct Reliability (CR) dan Variance Variance Extraced (VE) melebihi nilai cut off
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono (CR ≥ 0,7 dan VE ≥ 0,5). Berikut adalah reak-
pitulasinya:
Tabel 6. Rekapitulasi Construct Reliability (CR) dan Variance
Extraced (VE)
Valid dan reliabel
Valid dan reliabel MC
DC 0,88
Valid dan reliabel SC
Valid dan reliabel
BC 0,96
Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Berdasarkan pengujian secara teoritis uddhacca dengan kukkucca meskipun kondi-
VC 0,91
dan empiris maka dapat disimpulkan bahwa si mental ini munculnya biasanya bersamaan instrumen temperamen (carita) berdasarkan namun itu adalah dua hal yang berbeda. Hal Visuddhimagga yang memenuhi kriteria valid tersebut juga sesuai dengan pernyataan dan reliabel adalah berjumlah 39 indikator. Piya Tan yang menyatakan bahwa uddhacca Satu indikator yaitu F7 tidak valid karena me- adalah sebuah keadaan agitasi mental yaitu miliki nilai factorloading < 0,5 sehingga indika- kegelisahan jiwa (yang timbul, misalnya, dari tor tersebut didroop. Rangkuman validitas dan berpikir tentang masa depan) kemudian mer- reliabilitas instrumen temperamen (carita) be- angsang kegelisahan tubuh. sedangkan kuk- radasar Visuddhimagga yang dikembangkan kucca adalah penyesalan yang muncul dari berdasarkan pengujian teortis dan empiris mengomel pada masa lalu, kenangan atau adalah validitas (factor loading antara 0,99 imajinasi (Piya Tan. 2014.).
– 1; nilai Construct Reliability: 0,99; dan nikai Validasi teoritis oleh panelis untuk Varian Extraced: 0,99 yang dapat disimpulkan validasi butir menggunakan Indeks Kecoco- bahwa instrumen yang dikembangkan adalah kan Aiken berdasarkan hasil analisis ada 19 valid dan reliabel.
butir yang didroop. Hal tersebut dilakukan ka- rena butir tersebut memiliki nilai V < 0,2 yang
Pembahasan
berarti butir tersebut tidak valid berdasarkan penilaian 15 panelis. Berdasarkan penghitun-
Validasi teoritis berdasarkan expert gan reliabilitas antarrater mengunakan rumus judgement, dapat dimpulkan bahwa kedua Hoyt nilai r^11: 0,779 itu berarti instrumen pakar banyak memberikan banyak sekali ko- temperamen (carita) yang dikembangkan me- reksi dan masukan terhadap draft instrumen. miliki keajegan.
Namun demikian secara keseluruhan hasil uji Pada tahap pengujian empiris, proses dari pakar (expert judgement) menyatakan pertama yang dilakukan yaitu dengan me-
bahwa terdapat kesesuaian antara variabel nyeleksi butir butir dengan pengujian daya dengan dimensi, dimensi dengan indikator, beda. Seleksi butir menggunakan uji daya indikator dengan butir pernyataan. Penam- beda (daya diskriminasi) dilakukan untuk bahan enam indikator dari ahli seperti tertu- mengetahui sejauh mana item mampu mem- ang pada tabel 2 di atas setelah dilakukan bedakan antara individu atau kelompok in- croscheck terhadap Kitab Visuddhimagga dividu yang memiliki dan tidak atribut yang dan Kitab Vimuttimagga memang benar. Ber- diukur. Batasan pemilihan item adalah 0,3, dasarkan analisis peneliti, ada beberapa in- namun sesuai pernyataan Azwar (2012: 83) dikator yang seharusnya dipisahkan menjadi batasan ini adalah konvensi yang artinya pe- dua, sedangkan oleh peneliti digabung, mis- neliti dapat menentukan batasan tersendiri alnya indikator penuh kegelisahan dan kekha- disesuaikan dengan karakteristik penelitian-
watiran (uddhaccakukkucca). Seharusnya nya. Batasan minimal daya diskriminasi item indikator tersebut dipisahkan, karena antar dalam penelitian ini yaitu sebesar ≥ 0.2, hal
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 2, Desember 2017
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa butir yang dikembangkan tidak terlalu banyak, kemudian batasan tersebut dianggap wajar karena penelitian ini termasuk dalam bidang psikologi pendidikan keagamaan yang tidak
mengharuskan batasan yang sangat ketat seperti pada penelitian di bidang kedokteran.
Uji daya beda dalam penelitian ini dengan ko- relasi product moment Pearson yang kemu-
dian dikoreksi dengan Corrected Item Total. Koreksi dengan Corrected Item Total dilaku- kan untuk menghindari overestimed. Sesuai
pernyataan Azwar (2012: 83) formula kore- ksi terhadap efek spurious overlap menggu- nakan Corrected Item Total Correlation. Dari
80 butir yang dikembangkan sesuai dengan tabel 3 di atas ada 32 butir yang memiliki uji daya beda tidak memuaskan, butir tersebut didroop karena dianggap tidak mampu mem-
bedakan antara individu yang memiliki atribut yang diukur dengan yang tidak memiliki.
Pengujian validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan second order
CFA. Hal tersebut dilakukan karena instrumen yang dikembangkan terdiri dari multidimensi, ini sesuai yang dinyatakan Latan (2013: 74)
jika konstruk berbentuk multidimensi maka pengujiannya menggunakan second or-
der CFA. Berdasarkan output second order CFA pertama kali terdapat Heywood cases. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan es- timasi ulang setelah menetapkan variance error dengan nilai positif kecil dan hasilnya semua tanda “WARNING” hilang. Namun de-
mikian sesuai dengan diagram second order CFA berdasarkan standardized solution sep-
erti ada pada gambar 2 di atas, ada indikator yaitu F7 yang mempunyai nilai factor loading < 0,5. Hal tersebut berarti indikator tersebut tidak valid dan harus didroop. Setelah indi- kator F7 dibuang dan memodifikasi model sesuai dengan modification indicies kemu-
dian mengestimasi ulang dengan second order CFA berdasarkan tabel Goodnes of Fit
Model pada tabel 4 diatas dan membanding- kannya dengan cut of value dapat dinyakan bahwa model telah fit. Hal tersebut dapat dili- hat pada tabel 4 diatas terdapat enam kriteria
yang memenuhi standar dan mewakili ketiga kelompok kriteria yaitu: pada kelompok Abso-
lute fit indicies yaitu nilai RMSEA 0,0093 yang berarti acceptabel fit. Pada kelompok Incre- mental fit indicies, yang memenuhi standar antara lain NFI, CFI, IFI, dan RFI dan parsi- mony fit indicies. Dan pada kelompok parsi- mony fit indicies yaitu nilai AIC bernilai positif
dan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum dimodifikasi yang berarti memenuhi standar
fit. Sesuai pernyataan Hair et al dalam Latan bahwa penggunaan 4-5 kriteria goodnes of fit sudah cukup memadai untuk menilai kelaya-
kan suatu model. Berdasarkan rekapitulasi dari nilai t-
value, factorloading, std error pada tabel 5 di atas dapat dinyatakan bahwa setelah dimodi- fikasi, seluruh indikator memiliki nilia factor loading ≥ 0,5 yang berarti semua indikator
yang dikembangkan adalah valid. Berdasar tabel 5 nampak pula bahwa semua hubun-
gan konstruk dan indikatornya signifikan. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai t-value (t-statis- tik) lebih besar dari 1,96. Seperti yang ditun-
jukan oleh indikator A2, A3, A4, A5, A6, dan A7, itu berarti bahwa masing-masing indikator adalah pembentuk konstruk dari ‘RC’ (Raga- carita) demikian pula dengan dimensi lainnya.
Uji reabilitas butir dilakukan dengan melihat nilai squared multiple correlation pada output lisrel. Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pada dimensi RC indikator A5 memiliki nilai reabilitas paling tinggi dibanding indikator lainnya yaitu 0,86. Hal tersebut berarti bahwa dimensi RC berkontribusi terhadap varaians A5 sebesar 86% sedangkan sisanya 14%
djelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ter- masuk dalam model. Penjelasan ini juga ber- laku bagi dimensi lainnya. Kontribusi konstruk
laten temperamen (carita) terhadap dimensi ragacarita (RC), dosacarita (DC), mohacarita (MC), saddhacarita (SC), buddhicarita (BC), dan vitakacarita (VC) berturut-turut sebesar 99%, 99%, 98%, 100%, 99%, dan 100%. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R^2, nampak bahwa dimensi yang paling kurang reliabel adalah mohacarita (MC) karena memiliki nilai yang paling kecil (0,98).
Pengujian reliabilitas konsistensi inter- nal dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
penghitungan nilai Construct Reliability (CR) dan Variance Extraced (VE) dengan meng-
Pengembangan Instrumen Temperamen (Carita) Dalam Perspektif Buddhis......Kemanya Karbono gunakan factor loading dan error. Semakin nakan oleh masyarakat pada umumnya untuk
besar nilai CR dan VE menunjukan bahwa menentukan jenis tempermen. Dengan meng- indikator penyusun bagi suatu konstruk laten etahui jenis temperamennya maka seseorang merupakan indikator yang handal dalam men- akan dapat mengeliminasi karakter negatif gukur konstruk laten tersebut. Berdasarkan yang sering muncul dan dapat mengembang- tabel 6 di atas terlihat bahwa nilai CR dan VE kan karakter positif yang ada dalam dirinya, berdasarkan perhitungan melebihi nilai cut off bahkan dengan mengetahui jenis tempera- (CR ≥ 0,7 dan VE ≥ 0,5), dapat disimpulkan mennya maka ia juga dapat memilih jenis bahwa seluruh indikator yang berjumlah 39 makanan, gaya pakaian, dan tempat tinggal dinyatakan reliabel. Demikian juga dengan yang sesuai temperamen. dimensi ragacarita (RC), dosacarita (DC),
mohacarita (MC), saddhacarita (SC), buddhi- Daftar Pustaka
carita (BC), dan vitakacarita (VC) semuanya reliabel. Jadi ada 39 indikator dari isntrumen Abdullah. (2007). Pemodelan Persamaan
yang dikembangkan yang memenuhi kriteria Struktural dan Paket Program Lisrel. valid dan reliabel.
Jakarta:
Universitas Prof DR Moestopo (BERAGAMA).
Kesimpulan
Angleitner, Alois & Rainer Riemann. (1991). What Can We Learn from the Berdasarkan hasil pengujian secara Discussion
Personality teoritis dan empiris dapat disimpulkan bahwa Questionnaires for the Construction instrumen temperamen (carita) dalam pers- of