View of PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

8
PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Fitri Nasution *
* STAI Muara Bulian Jambi
fitrinassution21@gmail.com
Abstract
The presence of teens as young generation has its own
meaning and significance in the eyes of society and the
nation of Indonesia. Each of their achievements have
resonance sizable and appreciated quite extensive, so
wherever he is always getting a room for expression. The
enthusiasm of the young people receive at least motivated
by several things. First, teens have a role and value of
strategic and significant in determining the future of the
nation. Second, the existence of adolescence as a symbol
of progressiveness, pioneer, and determines the direction
of the dynamics of a nation. Third, teenagers a prototype
(prototype) is ideal as the next generation. Because he still
has the passion, determination ideals, assertiveness, as

well as consistency and a clear vision. For that teens
should always be directed to things that are positive,
taught to be responsible and be a private firm, teenagers
who know and understand about the negative and positive
of each technology, so as to take positive and has a filter
to abstain from taking things -things negative of each
service provided. Education is one of the vehicles is the
right to shape the character of the child / adolescent more
specifically on Islamic Education. With the education of
values in adolescents being taught in schools, it is
expected to be able to give birth to generations of
intelligent and berakhlkul karimah so that it can be selfdefense for young people to not commit acts that are
contrary to law and religion.
Kehadiran remaja sebagai generasi muda memiliki arti
tersendiri dan makna di mata masyarakat dan bangsa
Indonesia. Setiap prestasi mereka memiliki resonansi yang

235

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247


cukup besar dan dihargai cukup luas, sehingga di mana
pun ia selalu mendapatkan ruang untuk berekspresi.
Antusiasme anak muda menerima setidaknya termotivasi
oleh beberapa hal. Pertama, remaja memiliki peran dan
nilai strategis dan signifikan dalam menentukan masa
depan bangsa. Kedua, keberadaan remaja sebagai simbol
progresif, pelopor, dan menentukan arah dinamika
bangsa. Ketiga, remaja prototipe (prototype) sangat ideal
sebagai generasi penerus. Karena ia masih memiliki
gairah, tekad cita-cita, ketegasan, serta konsistensi dan
visi yang jelas. Untuk itu remaja harus selalu diarahkan
ke hal-hal yang positif, diajarkan untuk bertanggung
jawab dan menjadi perusahaan swasta, remaja yang tahu
dan mengerti tentang negatif dan positif dari setiap
teknologi, sehingga dapat mengambil positif dan memiliki
filter untuk menjauhkan diri dari mengambil hal -hal
negatif dari setiap layanan yang disediakan. Pendidikan
merupakan salah satu kendaraan adalah hak untuk
membentuk karakter anak / remaja lebih khusus pada

pendidikan Islam. Dengan pendidikan nilai-nilai pada
remaja yang diajarkan di sekolah-sekolah, diharapkan
dapat melahirkan generasi karimah cerdas dan berakhlkul
sehingga dapat membela diri bagi orang-orang muda
untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan
dengan hukum dan agama .
Keywords: Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Remaja
Pendahuluan
Di era globalisasi atau pada millennium ke-3 (Tiga) dari
proses kehidupan manusia, tepatnya berada pada abad ke-21, yang
bukan saja merupakan abad baru, melainkan juga juga peradaban
baru. Hal ini dikarenakan betapapun bangsa kita mengalami krisis
moneter, ketidakstabilan politik, bangsa Indonesia telah mengalami
restrukturisme global dunia yang sedang berjalan yang ditandai
dengan berbagai perubahan dalam semua aspek kehidupan, baik di
Negara maju apalagi di Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Hal ini senada dengan pendapat Hamzah B Uno sebagai
berikut.
“Masalah krisis yang amat kompleks dan membawa
tantangan berat bagi masyarakat bangsa Indonesia menyadarkan kita

betapa sistem pendidikan yang dilakukan selama ini belum mampu
membentuk pribadi yang tangguh serta mengembangkan pemikiran
yang kreatif untuk memecahkan persoalan krisis ekonomi. Bahkan,

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 236

yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di
masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar,
dan perampasan hak milik orang lain terjadi dimana-mana. Apakah
ini ciri peradaban global? Dari sudut pendidikan, tampaknya ada
indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas, menandakan
belum berhasilnya lembaga pendidikan.”1
Pendidikan Agama Islam menempati posisi yang sangat
strategis dalam pembangunan nasional, khususnya dalam upaya
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan agama Islam dapat
menjadi sarana pendidikan keimanan, ketakwaan yang tercermin
dalam ketaatan beribadah dan tingkah laku atau akhlak karimah
dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Namun fakta dilapangan sampai saat ini ternyata kekerasan

yang melibatkan para pelajar masih saja marak, yang sadis adalah
tawuran antara siswa SMP 79 dengan SMP 269 Jakarta yang
menelan korban jiwa terjadi pada tanggal 12 september 2011
kemarin. Belum lagi siswa yang telah terjerumus dalam dunia hitam
narkoba dan seks bebas. Ini bukti bahwa Pendidikan Agama Islam
yang seharusnya menciptakan generasi penerus bangsa yang shaleh
baik personal maupun social masih belum optimal. Hal ini ditandai
dengan beberapa indikator seperti yang terjadi di sekitar lingkungan
kita semakin maraknya kenakalan remaja.
Maka wajar kemudian jika banyak kritik yang bermunculan
kepada pendidikan Islam. Diantara kritiknya menganggap
Pendidikan Agama Islam hanya berkutat pada masalah kognitif yang
menggiring pelajar masuk dalam pusaran ruang hampa tanpa makna.
Para pelajar hanya “dicekokin” arti kejujuran tapi tidak bersikap jujur
dalam kehidupan sehari-hari, mereka hanya diajari arti perdamaian
tapi suka tindak kekerasan. Dunia pendidikan belum sampai pada
ranah psikomotorik dan afektif.
Maka untuk menjawab segala persoalan yang mencuat
kepermukaan tersebut perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh di
dalam Pendidikan Agama Islam agar dapat mengidentifikasi segala

penyakit dan tentu nantinya tepat dalam memberikan obat. 2
Upaya-upaya yang selama ini hampir seluruhnya diarahkan
dalam meningkatkan standar akademis, pada akhir-akhir ini semakin
dirasakan kepincangannya. Kecemasannya yang sangat mendalam
terhadap diperolehnya nilai-nilai buruk anak-anak dalam sejumlah
mata pelajaran, dikejutkan lagi oleh kecemasan lain yang lebih besar
1

Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 31.
2
Syafrizal, Smart Kids Media Komunikasi Guru PAI SD, (Jakarta :
Kementerian Agama RI, 2011) , hlm.8.

237

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

lantaran banyak kasus siswa yang justru tidak berkaitan dengan nilainilai akademis tersebut, misalnya bagaimana seorang siswa dengan
mudah tega membunuh teman dekatnya sendiri. Kekurangan lain

yang menimbulkan kecemasan lebih besar tersebut adalah tingginya
emosi dari pelajar. Kekurangan baru berupa tingginya emosi yang
dapat menimbulkan akses-akses negatif lebih besar ketimbang
rendahnya standar akademis justru belum dipertimbangkan dalam
kurikulum sekolah yang baku.
Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap emosi terlihat
dari banyaknya peristiwa-peristiwa kekerasan dikalangan siswa,
meningkatnya kekacauan masa remaja dan beberapa akses prilaku
negatif lainnya. Seperti penahanan kaum remaja karena terlibat
kasus narkoba, laju pembunuhan anak muda meningkat, laju bunuh
diri kaum remaja. Masih banyak kecenderungan meningkatnya
perilaku-prilaku negatif dan kriminal yang meresahkan.3
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengahtengah masyarakat hanya akan berhasil apabila ada kerja sama dan
dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga.
Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang
berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah bergabung
dalam bagian-bagian yang melakukan hubungan yang harmonis.
Terutama hubungan antara guru dan orang tua siswa.4
Melalui permasalahan tersebut diambil beberapa
permasalahan yang sekaligus menjadi rumusan masalah dalam

tulisan ini. Adapun rumusan masalahnya meliputi : Pertama apakah
yang dimaksud dengan kenakalan remaja? Kedua, apakah yang
dimaksud dengan pendidikan, apakah upaya yang dapat dilakukand
dalam mengatasi kenakalan remaja? Dengan ketiga rumusan masalah
ini maka diharapkan dapat memberi jawaban secara umum terhadap
permasalahan-permasalahan lain yang berada di sekitar tema
tersebut.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah
metode deskriptif analitis, maksudnya menggambarkan atau
melukiskan tentang kenakalan remaja sebagai dampak dari kegagalan
pendidikan, melalui berbagai peraturan dan literature. Adapun
analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yang tidak
membutuhkan angka-angka.

3

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Al-Fabeta, 2009),

4


Ibid hlm.3.

hlm.98.

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 238

Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Berkenaan
dengan tanggung jawab ini, maka pendidikan agama di sekolah
berarti : Suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk
mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama.
Pemberian pengaruh pendidikan agama disini mempunyai arti ganda,
yaitu pertama sebagai salah satu sarana agama (dakwah Islamiah)
yang diperlukan bagai pengembangan kehidupan keagamaan, kedua
sebagai salah satu sarana pendidikan nasional untuk meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. 5
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang dilalui
peserta didik dengan lingkungan dan sepanjang hayat. Pada
hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya

interaksi dengan lingkungan. Pendidikan agama adalah merupakan
usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan pesatuan nasional. Sedangkan
Pendidikan Agama Islam mempunyai pengertian sebagai usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati,
dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujutkan persatuan nasional.
Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam didasarkan pada falsafah hidup
ummat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu
Negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan
dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ada
tiga kategori pendidikan Islam yaitu dasar pokok, dasar tambahan
dan dasar operasional. Dasar pokok pendidikan Islam yaitu AlQur’an dan As-Sunnah. Dasar tambahan yaitu meliputi perkataan,
perbuatan dan sikap para sahabat serta ijtihad maslahah mursalah,

sedangkan dasar operasional pendidikan Islam yaitu dasar yang
terbentuk sebagai aktualisasi dasar ideal. Yang terdiri dari enam
dasar yaitu dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasar politik,
dasar psikologis, dan dasar fisiologis.
Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu
firman Allah dan Sunnah Rasullulah SAW. Kalau pendidikan
diibaratkan bangunan, Al-Quran dan Hadistlah yang menjadi
5

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta : Bumi Aksara,2011), hlm.172

239

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

fundamennya. Al-Qur'an adalah sumber kebenaran dalam Islam,
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Al-Quran dijadikan sebagai
dasar Pendidikan Agama Islam yang pertama dan utama karena ia
memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT
menciptakan manusia”. 6
Dasar pendidikan Islam harus bersumber kepada Al-Qur’an
dan hadist, hal ini untuk mencegah atau mengantisipasi agar tidak
terjadi penyimpangan
materi pelajaran yang diajarkan pada
Pendidikan Agama Islam.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan memiliki kesamaan arti dengan ghayaf, andaf,
maqasid (dalam bahasa Arab) dan goal, purpose, aim (dalam bahasa
Inggris) yang berarti arah atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan
pendidikan yaitu arah yang ingin dicapai oleh suatu instansi
pendidikan. Tahap-tahap tujuan pendidikan Islam yaitu menjadi
hamba Allah, mengantarkan subjek didik menjadi khalifah di bumi
Allah untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
baik individu maupun masyarakat. Tujuan umumnya adalah
pendidikan diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan
kepribadian manusia menyeluruh melalui latihan jiwa, intelek, jiwa
rasional. Perasaan dan penghayatan lahir. Sedangkan tujuan
khususnya adalah memperkenalkan kepada generasi muda akan
akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara
melaksanakan dengan betul, menanamkan rasa cinta Al-Qur’an,
membersihkan jiwa dari sifat tercela dan lainnya. Tujuan sementara
pendidikan Islam yaitu tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. Aspek tujuan pendidikan Islam yaitu
ranah kognitif, afektif, performance, psikomotorik, dan ranah
konatif.7
Ditinjau dari segi pengajaran agama Islam bahwa tujuan
pengajaran agama Islam ialah agar anak didik memiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan agama dan kebudayaan Islam sehingga
dapat membentuk dirinya menjadi hamba Allah untuk mencapai
keridhaan Allah swt dalam kehidupan dunia dan akhirat.8
Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai suatu usaha pasti mengalami permulaan
dan mengalami kesudahannya, Ada pula usaha terhenti karena
6

Ramayulis, Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2007),hlm.12
7
Ibid .hlm.132
8
Zakiah Daradjat, Op Cit. hlm.157

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 240

sesuatu kendala sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha itu belum
dapat disebut berakhir. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir
kalau tujuan akhir telah tercapai.
Sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama
Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu : pertama, untuk menumbuh
kembangkan rasa keimanan yang kuat, kedua, menanamkan
kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, dan ketiga,
menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar
sebagai anugerah Allah swt.9
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam memuat ajaran tentang tata hidup
yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, maka pengajaran
Agama Islam, sebenarnya harus berarti pengajaran tentang tata hidup
yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia
dalam menjalani kehidupannya di di dunia dan untuk menyiapkan
kehidupan sejahtera dunia dan akhirat. Dengan demikian berarti
bahwa ruang lingkup pengajaran agama Islam itu luas sekali yang
meliputi seluruh aspek kehidupan.
Apabila dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya
pendidikan agama Islam yang umum dilaksanakan terdiri dari
sejumlah mata pelajaran. Adapun mata pelajaran tersebut adalah a)
Pengajaran keimanan, b) Pengajaran akhlak, c) Pengajaran ibadat, d)
Pengajaran fiqih, e)Pengajaran ushlul fiqih, f)
Pengajaran qira’at
Qur’an, g) Pengajaran ilmu tafsir, h) Pengajaran hadist”.10
Pengertian Kenakalan Remaja
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata kenakalan
berasal dari kata “nakal” yang artinya adalah suka berbuat tidak baik,
suka mengganggu dan suka tidak menurut. Sedangkan pengertian
kenakalan adalah sifat nakal, perbuatan nakal, perbuatan tidak baik
dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.11
Remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan
emosional.12 Dapat diketahui bahwa kenakalan siswa adalah tindakan
atau prilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik.

9

Ibid.hlm.174
Zakiah Daradjat, Op.Cit.hlm 68
11
Anonim, Jakarta : Balai Pustaka, 1987, hlm.980
12
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah,(
JokJakarta : Buku Biru, 2012), hlm.38
10

241

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

Penyebab Terjadinya Kenakalan remaja
Sebagaimana kita ketahui bahwa kanakalan merupakan
penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilainilai moral, nilai-nilai sosial, nilai-nilai lihur agama, dan beberapa
segi penting yang terkandung di dalamnya, serta norma-norma
hukum yang hidup dan tumbuh di dalamnya baik hukum tertulis
maupun hukum tidak tertulis. Semua prilaku yang menyimpang bagi
siswa itu akan menimbulkan dampak pada pembentukan citra diri
siswa dan aktualisasi potensinya.
Menurut Zakiah Darajat sebab-sebab terjadinya kenakalan
remaja yang paling menonjol antara lain:
a. Kurangnya Pendidikan Agama, Yang dimaksud dengan
didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan
secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi
yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai
dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan
membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang
baik.
b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan. Alangkah
banyaknya orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara
mendidik anak. Mereka menyangka bahwa apabila telah
memberikan makanan, pakaian dan perawatan kesehatan
yang cukup kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Dan
ada pula yang menyangka bahwa mendidik anak dengan
keras, akan menjadikannya orang baik dan sebagaianya.
Sesungguhnya yang terpenting dalam pendidikan si anak,
adalah kesuluruhan perlakuan-perlakuan yang diterima oleh
si anak dari orang tuanya, di mana dia merasa disayangi,
diperhatikan dan diindahkan dalam keluarganya. Disamping
itu ia harus merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang
tua ia diperlakukan adil diantara saudara-saudaanya, ia
merasa aman dan tentram, tanpa rasa ketakutan akan
dimarahi, diolok atau dibanding-bandingkan dengan saudarasaudaranya yang lain. Kurangnya komunikasi antara guru dan
siswa.Komunikasi antara guru dan siswa sangat
mempengaruhi prilaku siswa, siswa yang merasa nyaman
pada guru, pasti akan merasa betah di sekolah dan berpikir
untuk melakukan tindakan yang menyimpang.
c. Kurangnya pemahaman tentang peserta didik dan kebutuhan
peserta didik”.13

13

hlm. 40

Zakiah Daradjat, . Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992,

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 242

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Adapun jenis kenakalan remaja menurut Zakiah Daradjat
adalah :
a. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru. Hal seperti ini
biasanya terjadi pada kalangan siswa, dia tidak segan-segan
menentang apa yang dikatakan oleh orang tua dan gurunya
bila tidak sesuai dengan jalan pikirannya. Lari atau bolos dari
sekolah.
b. Sering berkelahi.Sering berkelahi merupakan salah satu dari
gejala kenakalan siswa. Siswa yang perkembangan emosinya
tidak stabil yang hanya mengikuti kehendaknya tanpa
memperdulikan orang lain, yang menghalanginya itulah
musuhnya.
c. Cara berpakaian. Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki
oleh para siswa, meniru orang lain atau bintang pujaannya
yang sering di lihat di TV atau pada iklan-iklan baik dalam
hal berpakaian atau tingkah laku, walaupun itu tidak sesuai
dengan keadaan dirinya yang penting baginya adalah
mengikuti mode zaman sekarang.
d. Membolos pada jam sekolah.
e. Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan
orang lain. Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat di
golongkan pada pelanggaran hukum sebab kenakalan ini
menganggu ketentraman dan keamanan masyarakat di
antaranya adalah: mencuri, menodong, kebut-kebutan,
minum-minuman keras, penyalah gunaan narkotika,
membaca buku-buku porno”.14
Kenakalan atau kerusakan yang bersifat a-moral dan asosial
tersebut diatas merupakan kelakuan siswa yang menggelisahkan para
orang tua, guru dan masyarakat secara umum. Yang menjadi
tanggung jawab kita selaku pendidik sekarang adalah bagaimana cara
mengarahkan para siswa dan dengan jalan apa serta mampukah kita
bertanggung jawab atas semua hal tersebut.
Prosedur-Prosedur Pengendalian atau
Upaya Perbaikan
Tingkah Laku
Untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang telah
menyimpang dari peraturan atau tata tertib sekolah maka harus ada
usaha yang sistematis dan terencana, dalam hal ini ada beberapa
prosedur yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a. Memperkuat tingkah laku bersaing.Dalam usaha mengubah
tingkah laku yang tak diinginkan, diadakan penguatan
14

Ibid, Hlm 43

243

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

tingkah laku yang diinginkan misalnya dengan kegiatankegiatan kerjasama, membaca dan bekerja disatu meja untuk
mengatasi kelakuan-kelakuan menentang, melamun dan hilir
mudik.
b. Ekstingsi. Ekstingsi dilakukan dengan meniadakan peristiwaperistiwa penguat tingkah laku.
c. Satiasi. Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang
melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga siswa menjadi
lelah atau jera
d. Perubahan Lingkungan Stimuli.Beberapa tingkah laku dapat
dikendalikan oleh perubahan kondisi
stimuli yang
mempengaruhi tingkah laku.
e. Hukuman. Untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman
hendaknya di terapkan di kelas dengan bijaksana”.15
Dari prosedur-prosedur diatas tidak akan lengkap atau
sempurna tanpa adanya penanaman nilai-nilai agama pada diri
siswa, dan guru harus dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi
siswa-siswi sehingga siswa merasa ada figur yang pantas untuk
ditiru.
Tata tertib sekolah adalah keniscayaan, namun tata tertib ini
harus dibuat untuk ditegakkan secara disiplin dan konsisten. Menurut
Prof Agus Soejanto, adanya peraturan-peraturan itu tiada lain untuk
menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga kelangsungan
hidup social itu dapat dicapai. Kewajiban anggota baru bagi
kelompok social adalah menyesuaikan diri terhadap peraturanperaturan tersebut. Sehingga setiap pelanggaran akan menyakibatkan
gangguan bagi anggota kelompok. Diharapkan dari upaya penegakan
tata tertib sekolah ini, dalam diri remaja akan lahir kesadaran untuk
kembali ke jalur yang benar, jalur yang mengantarkan kepada
kesuksesan lahir dan batin dunia dan akhirat.16
Kiat-kiat dalam Menangani Kenakalan Remaja di Sekolah
a. Keteladanan,
b. Pendekatan Agama dan Kesehatan
c. Optimalisasi Pendidikan Moral dan Budi
d. Pendekatan Psikologi yang humanis dan persuasive
e. Bimbingan dan Konseling
f. Tata tertib sekolah
g. Komisi disiplin
h. Kerjasama sekolah, orang tua, dan lingkungan
15

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.216
16
Ma’mur Jamal Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di
Sekolah, Jokjakarta : Buku Biru.2012), hlm.188

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 244

i. Pembekalan aspek hukum
j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang
menyenangkan
k. Menggunakan tindakan-tindakan prefentif
l. Mengisi waktu luang remaja dengan tindakan yang
posisitif”.17
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya
kerja sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan
yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses
pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan,
sebaliknya layanan bimbingan disekolah perlu dukungan dan bantuan
guru-guru lain. Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru harus
melaksanakan kegiatan bimbingan yaitu sebagai berikut :
a. Proses belajar menjadi lebih efektif, apabila bahan-bahan
yang dipelajari siswa dikaitkan langsung dengan tujuan
pribadi siswa
b. guru memahami siswa dan masalah-masalah yang
dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat
memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan belajar
siswa
c. guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau
kesulitan siswa secara lebih nyata. Karena guru mempunyai
kesempatan untuk bertatap muka dengan para siswa, maka
guru akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak
tentang keadaan siswa yang menyangkut masalah pribadi
siswa”. 18
Hubungan Kerja Sama Guru PAI dengan Orang Tua
Dalam dunia pendidikan guru PAI memiliki peran penting
dalam membimbing siswa untuk menjadi siswa yang baik, siswa
yang patuh terhadap aturan, yang suka mengukir prestasi, Namun
peran ini tidak mudah untuk dilaksanakan dan merupakan beban
yang berat karena tidak semua siswa bisa atau mau menjadi yang
seperti yang diharapkan, contohnya ada siswa yang tidak mau belajar
dengan aktif, dan yang merokok. Ketika hal ini terjadi guru harus
bekerjasama dengan orang tua untuk memberikan bantuan bimbingan
kepada siswa, karena guru bukanlah satu-satunya pembimbing siswa,
dan bukanlah orang yang harus disalahkan ketika siswa menjadi
nakal. Orang tua dan guru harus memiliki hubungan dalam konteks
antara lain :

17

Ibid, Hlm.178
Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta,
2000), hlm.111
18

245

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

a. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik
dengan orang tua/wali anak didik dalam rangka kerja sama
untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan
pribadi anak
b. segala kesalahfahaman yang terjadi antara guru dan orang
tua/wali anak didik, hendaknya diselesaikan dengan
musyawarah dan mufakat”.19
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mutlak harus
mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa, karena siswa berada
disekolah waktunya sangat terbatas, untuk memantau perkembangan
siswa. Baik dari segi pengetahuan, maupun sikap guru harus lebih
aktif untuk bertanya kepada orang tua tentang bagaimana kehidupan
siswa di luar sekolah namun guru juga berkewajiban untuk
memberikan laporan dan penjelasan kepada orang tua tentang
perkembangan yang dialami oleh siswa sehingga jika ada
permasalahan yang dialami oleh siswa akan lebih mudah untuk
mencari solusinya.
Keterlibatan Keluarga atau Orang tua dengan Pendidikan Anak
dalam mengatasi Kenakalan Remaja.
Peranan seorang ibu dan ayah dalam hubungan dengan
putera-puterinya tidak terbatas hanya mengasihi, melindungi dan
membesarkan secara fisik dan ekonomis, melainkan bersama-sama
ayah dan ibu juga sebagai pendidik yang harus membimbing dan
mengarahkan anak kepada kehidupan dewasa. Ayah bersama ibu
berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dunia anak dan
dunia dewasa, menghubungkan anak dengan dunia nilai dan dengan
masyarakatnya. Sehingga dengan pendidikan yang diberikan orang
tua, akan terbiasa dengan kehidupan yang penuh dengan aturan.
Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Dalam pelaksanaan
perannya sebagai pendidik, ayah dan ibu tidak sendiri. Karena
tersedia berbagai lembaga pendidikan. Namun orang tua tetap tidak
kehilangan fungsi sebagai pendidik yang harus tetap mengawasi
kelangsungan pendidikan tersebut. Hal ini disebutkan dalam
Undang-undang yang dijelaskan di dalam buku yang dikutip oleh
Sulaiman bahwa
Dalam Undang-undang tentang Sistim Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu penanggung jawab
pendidikan dasar, disamping masyarakat dan pemerintah. Disebutkan
pula di dalamnya bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan
memberikan pendidikan dasar berkenaan dengan keagamaan dan
budaya , dengan demikian diharapkan pendidikan tersebut dapat
19

Ibid, hlm.118

Peran Pendidikan agama Islam dalam mengatasi... – Fitri Nasution 246

dipandang sebagai peletak dasar pembinaan pribadi anak. Oleh
karena itu kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan
sangatlah vital, bagi kelangsungan pendidikan generasi muda
maupun bagi pembinaan bangsa pada umumnya.20
Penutup
Hubungan kerjasama antara guru Pendidikan Agama Islam
dengan orang tua dalam mengatasi kenakalan siswa sangatlah
dibutuhkan. Kendala yang dialami oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengatasi kenakalan siswa adalah kurangnya partisipasi
dan kerjasama dari sebagian orang tua siswa, lemahnya motivasi dari
dalam diri siswa dan rendahnya minat belajar, kurangnya bantuan
dari masyarakat sekitar, mudah dan murahnya akses tehnologi,
lemahnya pengawasan orang tua.
Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dan Kepala Sekolah
dalam mengatasi kenakalan siswa adalah dengan memberikan
keteladanan, memberikan pendidikan agama, melakukan pendekatan
psikologis, membuat tata tertib dan memperkecil peluang siswa
untuk melakukan pelanggaran tata tertib, melakukan kerjasama
dengan semua masyarakat sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar,
mengadakan pengawasan lebih ketat, dan menciptakan lingkungan
kelas dan sekolah yang menyenangkan sehingga membuat siswa
betah dan nyaman ketika berada di kelas dan di lingkungan sekolah.
Bibliografi
----------, (2011), Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta.
Daradjat Zakiah, (1992), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara.
Iskandar, (2009), Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial
Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta : Gaung Persada Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1987), Jakarta : Balai Pustaka
Ma’mur Jamal Asmani, (2011), Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja
di Sekolah, Jokjakarta : Diva Press.
Ramayulis, (2007), Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta : Kalam Mulia.
20

hlm.168

Soelaeman, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung : Alfabeta, 2001),

247

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 234-247

Soelaeman, (2001), Pendidikan Dalam Keluarga, Bandung : AlFabeta
Soemanto Wasty, (2006), Psikologi Pendidikan Landasan Pemimpin
Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Syafrizal, (2011), Smart kids Media Komunikasi Guru PAI SD,
Jakarta : Kementrian Agama RI.
Uno B Hamzah, (2008), Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan
Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara.