DETEKSI SIKLUS OVULASI WANITA DENGAN MONITORING SUHU BASAL TUBUH

  

DETEKSI SIKLUS OVULASI WANITA DENGAN MONITORING SUHU

BASAL TUBUH

1 2 1,2,3

Diah Risqiwati* , Nurimalita

  Universitas Muhammadiyah Malang Kontak Person :

  Diah Risqiwati, Nurimalita *1 *2 e-mail: risqiwati@umm.ac.id , nurimalita@umm,ac,id

  

Abstrak

Suhu basal tubuh adalah suhu yang dicapai oleh tubuh ketika istirahat atau tidur atau tidak

sedang melakukan aktivitas apapun. Biasanya untuk mendapatkan suhu basal tubuh dilakukan

pengukuran dipagi hari setelah bangun tidur. Suhu basal tubuh ini digunakan untuk menentukan kapan

wanita mulai memasuki masa ovulasi, hal ini memberi kemudahan kepada pasangan yang

menginginkan kehamilan ataupun tidak. Mikrokontroler merupakan suatu sistem pengendali berukuran

mikro, yang dapat digunakan bersamaan dengan alat elektronik lainnya. Keunggulan yang dimiliki

mikrokontroler yaitu sebagai suatu sistem kendali. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan

membangun alat monitoring pengukuran suhu basal tubuh wanita dengan menggunakan mikrokontroler

ESP8266 dan sensor MLX90614. Rangkaian tersusun atas rangkaian sensor suhu MLX90614,

mikrokontroler ESP8266 dan web server untuk memproses data. Berdasarkan hasil pengujian yang diuji

pengambilan suhu tubuh pada dua siklus secara berulang-ulang diketahui ada penurunan suhu dari hari

sebelumnya yang menandakan mulai memasuki masa subur.dengan nilai rata-rata sebesar 0.76

  C.

  Kata kunci: Suhu Basal Tubuh, Ovulasi, Mikrokontroler, Sensor, Web Server

1. Pendahuluan

  Menghitung masa subur tidak hanya dengan melihat siklus menstruasi saja, ada banyak cara untuk menentukan masa subur seorang wanita salah satunya dengan mengukur suhu tubuh basal. Suhu basal tubuh adalah suhu yang dicapai oleh tubuh ketika istirahat, tidur atau tidak sedang melakukan aktivitas apapun. Untuk mendapatkan hasil terbaik mengukur suhu tubuh dilakukan pada pagi hari, setelah bangun tidur dengan catatan tidak melakukan kegiatan apapun dengan waktu yang sama.

  Pengukuran dan pencatatan suhu basal tubuh digunakan untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau masa ovulasi sehingga bisa digunakan sebahai perencanaan kehamilan. Diperlukan termometer basal untuk mengukur suhu tubuh yang diletakkan pada lidah bagian bawah dan menutup mulut ketika masa pengukuran berlangsung selama beberapa menit [1].

  Pengecekan suhu basal tubuh wanita banyak dilakukan secara manual dan terkadangan sulit dilakukan dikarenakan harus mencatat suhu tubuh mereka sendiri setiap hari dan menganalisa kenaikannya setiap hari. Pencatatan manual biasanya dilakukan ketika masa menstruasi terjadi. Pada 10 hari dari hari pertama menstruasi, secara berkala akan dicatat suhu tubuh dari hari ke hari, dan diusahakan pencatatan dilakukan pada jam yang sama. Penelitian sebelumnya (Kim Hwan Jeong dkk) dilakukan estimasi siklus menstruasi dengan menggunakan metode Covarian Stationary Time Series

  

Analysis dengan Suhu Basal Tubuh, dengan metode ini dilakukan analisa siklus temperature suhu tubuh

untuk memprediksi siklus menstruasi selanjutnya[3], namun belum dapat mendeteksi masa ovulasi.

  Penelitian yang dilakukan ini dapat mendeteksi penurunan suhu basal tubuh yang terjadi sehingga dapat diketahui kapan masa ovulasi dari wanita tersebut dan dapat digunakan untuk merencanakan kehamilan.

  Pada penelitian Monitoring Suhu Basal Tubuh Wanita dengan Menggunakan Infrared

  

Temperature Sensor dengan Mikrokontroller ESP8266 ini diharapkan nantinya dapat memantau secara

real time dan berkala ketika melakukan pengukuran suhu basal tubuh setiap harinya, monitoring

  tersebut dapat dilihat melalui handphone Android oleh siapapun yang terhubung dalam jaringan yang sama dengan jaringan sistem mikrokontroller[5][6]. Untuk mendukung scalability maka digunakan teknologi web service sebagai solusi pertukaran data[2]. Pengukuran suhu basal tubuh akan direkam

  V - 1 secara otomatis dan data suhu tubuh akan diolah menggunakan komputasi agar dapat dideteksi suhu minimum saat ovulasi. Outputnya adalah berupa peringatan bahwa wanita tersebut telah memasuki masa ovulasi dengan karakteristik penurunan suhu sampai 0.5 derajat Celcius atau bahkan lebih. Data akan disimpan dan diolah pada web server yang dapat diakses dengan menggunakan sistem

  android [4].

2. Metode Penelitian

  Pengecekan suhu basal tubuh wanita banyak dilakukan secara manual dan terkadangan sulit dilakukan dikarenakan harus mencatat suhu tubuh mereka sendiri setiap hari dan menganalisa kenaikannya setiap hari. Pencatatan manual biasanya dilakukan ketika masa menstruasi terjadi. Pada 10 hari dari hari pertama menstruasi, secara berkala akan dicatat suhu tubuh dari hari ke hari, dan diusahakan pencatatan dilakukan pada jam yang sama. Lalu pada 10 hari tersebut dicari suhu yang paling maksimal, dan ditarik titik 0.05 – 0.1 derajat celcius diatas suhu maksimumnya. Dari titik tersebut akan ditarik sebuah garis yang dinamakan Cover Line (garis suhu). Suhu saat terjadi ovulasi biasanya lebih rendah dibanding suhu saat menstruasi. Suhu saat menstruasi sebesar 36.00 derajat celcius, terjadi selama 8 hari. Suhu setelah menstruasi berkisar antara 36.1-36.3 derajat celcius. Suhu saat ovulasi, biasanya 35.8 derajat celcius. Suhu setelah ovulasi, biasanya 36.4-36.7 derajat celcius. Jika suhu setelah ovulasi bertahan di angka 36.4-36.7 derajat celcius selama 18 hari, dan melewati tanggal menstruasi, mungkin saja terjadi kehamilan. Deteksi dilakukan bila diketahui nilai minimum suhu badan tubuh sebelum terjadi kenaikan suhu tubuh kembali.

  2.1 Arsitektur Sistem

  Arsitektur sistem ini terdiri dari sensor MLX90614 mengambil data dengan memancarkan sinyal gelombang inframerah yang diarahkan ke objek anggota tubuh telinga untuk menangkap suhu tubuh yang dikeluarkan. Kemudian data yang didapat dikirimkan ke android dengan menggunakan media transmisi wifi ESP8266 dan suhu ditampilkan diaplikasi android kemudian penyimpanan data suhu akan disimpan pada webserver. Hasil pengukuran suhu yang disimpan pada server dapat dilihat pada history pengukuran berupa grafik pada android dengan akses koneksi internet. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Arsitektur Sistem

  2.2 Flowchart Alur Sistem Flowchart menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses

  (instruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program. Pada sistem ini flowchart menjelaskan bagian

  

input , proses dan output dari sistem, Proses untuk mendapatkan nilai suhu yaitu dimulai dari sensor

  MLX90614 yang mengambil nilai suhu dengan memancarkan sinar inframerah. Input berasal dari android berupa data pengguna ketika melakukan login dengan memasukkan username dan password, kemudian data input berasal dari sensor MLX90614 yang nantinya di jadikan nilai data suhu dan diproses oleh mikrokontroler yaitu ESP8266 dalam penelitian ini, dan jika nilai sudah didapat maka mikrokontroler akan mengirimkan data untuk ditampilkan pada sistem Android dan nilai data akan disimpan pada sistem database. Adapun rancangan flowchart alur sistem di bawah ini:

  V - 2 SENTRA 2017

  V - 3

Gambar 2.2 Flowchart Alur Sistem RangkaianGambar 2.3 Flowchart Alur Sistem AndroidGambar 2.4 Flowchart Alur Sistem Server

  Pada Gambar 2.2 merupakan flowchart alur sistem rangkaian yang menjelaskan sensor

  

MLX90614 dihubungkan dengan mikrokontroller ESP8266 yang dikoneksikan dengan aplikasi android

  dan server untuk digunakan dalam pengambilan data suhu pada objek. Setelah data tersebut ditangkap dengan media gelombang inframerah maka data akan ditampilkan pada sistem android.

  Pada Gambar 2.3 merupakan flowchart alur sistem android yang menjelaskan alur kerja sistem pada android yang diawali dengan register pengguna apabila belum memiliki akun. Kemudian pengguna diharuskan login untuk mengakses beberapa menu pada aplikasi android. Ada beberapa menu diantara nya adalah menu hitung subur yang digunakan untuk mengetahui kapan memasuki masa subur dalam bentuk kalender, menu suhu tubuh untuk digunakan menampilkan hasil yang dilakukan pengukuran suhu basal dari rangkaian mikrokontroller dan menu grafik untuk menampilkan hasil data pegukuran dalam bentuk grafik.

  Pada Gambar 2.4 merupakan flowchart alur sistem server yang menjelaskan alur kerja sistem pada server yang menerima inputan dari android kemudian disimpan pada database server. Apabila ada perintah untuk menampilkan data suhu hasil pengukuran maka server akan mengirimkan data suhu pada android untuk ditampilkan berupa grafik.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Hasil pengujian alat mikrokontroller Basalmometer ini diujikan kepada wanita yang sedang haid dengan mengambil nilai suhu basal tubuh yang diukur dengan menggunakan Aplikasi Basalmometer. Pengukuran yang dilakukan selama 2 siklus dimulai dari hari pertama haid setiap harinya sampai diperoleh beberapa data suhu. Data yang menandakan mulai memasuki masa ovulasi dilihat dengan data suhu pertama kali dari pengukuran yang mengalami penurunan ≥ 0.5 C dari suhu sebelumnya. Data dapat dilihat pada Tabel 3.1 yang terjadi penurunan suhu pada hari ke-9 disiklus bulan Agustus dan pada hari ke-9 disiklus bulan September.

  V - 4 SENTRA 2017

  V - 5

  15

  28 Agustus 2016

  17

  36.69 sehat

  27 Agustus 2016

  16

  36.23 sehat

  26 Agustus 2016

  36.62 sehat

  18

  25 Agustus 2016

  14

  36.61 sehat

  24 Agustus 2016

  13

  35.65 sehat

  23 Agustus 2016

  12

  36.70 sehat

  29 Agustus 2016

  22 Agustus 2016

  22

  04 September 2016

  24

  36.55 sehat

  03 September 2016

  23

  36.65 sehat

  02 September 2016

  36.64 sehat

  36.63 sehat

  01 September 2016

  21

  36.77 sehat

  31 Agustus 2016

  20

  36.65 sehat

  30 Agustus 2016

  19

  35.63 sehat

  11

Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian No.

  36.30 sehat

  3

  36.21 haid

  13 Agustus 2016

  2

  36.23 haid

  12 Agustus 2016

  1

  11 Agustus 2016

  36.25 haid

  35.94 sehat

  10 Agustus 2016

  22

  1 Elin

  Nilai Suhu Keterangan

  Tgl. Pengukuran

  Usia Hari ke -

  Nama Pengguna

  14 Agustus 2016

  4

  35.61 sehat

  36.30 haid

  21 Agustus 2016

  10

  35.82 selesai haid

  20 Agustus 2016

  9

  36.60 selesai haid

  19 Agustus 2016

  8

  18 Agustus 2016

  15 Agustus 2016

  7

  36.23 haid

  17 Agustus 2016

  6

  36.24 haid

  16 Agustus 2016

  5

  36.21 haid

  36.75 sehat V - 6 SENTRA 2017

  25

  35.80 sehat

  36.65 sehat

  22 September 2016

  13

  35.83 sehat

  21 September 2016

  12

  20 September 2016

  23 September 2016

  11

  35.77 sehat

  19 September 2016

  10

  35.89 sehat

  18 September 2016

  14

  36.52 sehat

  36.63 sehat

  18

  C. Maka dari dua siklus tersebut dapat diambil rata – rata penurunan suhu sebesar

  35.69 sehat Dari hasil pengujian data siklus yang pertama pada saat memasuki masa ovulasi suhu tubuh mengalami penurunan sebesar 0.78 C dan dari data siklus kedua suhu tubuh mengalami penurunan sebesar 0.74

  28 September 2016

  19

  36.67 sehat

  27 September 2016

  36.67 sehat

  15

  26 September 2016

  17

  36.70 sehat

  25 September 2016

  16

  36.72 sehat

  24 September 2016

  9

  17 September 2016

  05 September 2016

  08 September 2016

  10 September 2016

  1

  36.43 sehat Siklus pada bulan September

  09 September 2016

  29

  36.58 sehat

  28

  2

  36.79 sehat

  07 September 2016

  27

  36.72 sehat

  06 September 2016

  26

  36.76 sehat

  36.21 haid

  11 September 2016

  8

  36.30 haid

  36.33 sehat

  16 September 2016

  7

  36.27 haid

  15 September 2016

  6

  14 September 2016

  36.20 haid

  5

  36.29 haid

  13 September 2016

  4

  36.25 haid

  12 September 2016

  3

  0.76 C,yang artinya bahwa pada uji pengguna selama 2 siklus berturut turut terjadi penurunan suhu tubuh secara tiba-tiba di kisaran 0.76 C dan mulai saat itulah terjadinya masa ovulasi.

  

AG U ST US 2 0 1 6

  37

  36.8

  36.6

  36.4

  36.2

  36

  35.8

  35.6

  35.4

  35.2

  35

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Gambar 3.1 Grafik Data Pengukuran siklus ke-1

  Pada Gambar 3.1 merupakan data hasil pengukuran pada siklus pertama dibulan Agustus 2016 yang dilakukan pengguna setiap harinya dalam bentuk grafik untuk melihat secara detail penurunan dan kenaikan suhu yang terjadi saat pengukuran.

  S E P T E M B ER 2 0 1 6

  36.80

  36.60

  36.40

  36.20

  36.00

  35.80

  35.60

  35.40

  35.20

  35.00

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  15

  16

  17

  18

  19 Gambar 3.2 Grafik Data Pengukuran Siklus ke-2

  Pada Gambar 3.2 merupakan data hasil pengukuran pada siklus kedua dibulan September 2016 yang dilakukan pengguna setiap harinya dalam bentuk grafik untuk melihat secara detail penurunan dan kenaikan suhu yang terjadi saat pengukuran.

  V - 7 V - 8 SENTRA 2017

Tabel 3.2 Data Hasil Pengujian Perbandingan dengan Termometer Digital

  36.4

  0.1 9 18-Sep-16

  37.4

  37.6

  0.2 10 19-Sep-16

  34.8

  34.9

  0.1 11 20-Sep-16

  35.9

  35.9 12 21-Sep-16

  36.0

  36.2

  0.2 13 22-Sep-16

  36.4 14 23-Sep-16

  37.1

  37.8

  37.8 15 24-Sep-16

  38.5

  38.5 16 25-Sep-16

  37.6

  37.7

  0.1 17 26-Sep-16

  37.5

  37.7

  0.2 18 27-Sep-16

  36.6

  36.8

  0.2

  37.2

  38.1 8 17-Sep-16

  Pada Tabel 3.2 merupakan hasil pengujian pengukuran suhu dengan cara membandingkan nilai keakuratan suhu dengan menggunakan termometer digital. Pada data pengambilan suhu didapat rata- rata error sebesar 0.094444 .

  36.0

  Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, penulis membuat beberapa kesimpulan yaitu:

  1. Sistem ini dirancang dengan menggunakan ESP8266 sebagai mikrokontroller, rangkaian sistem mikrokontroller ESP8266 dapat bekerja dengan baik atau sesuai dengan rencana awal sehingga perangkat pendukung lainnya juga dapat bekerja dengan baik sesuai dengan hasil pengujian

  2. Sensor MLX90614 setelah dilakukan pengujian, sensor dapat bekerja sesuai dengan perencanaan awal yaitu sensor dapat mengambil data suhu basal tubuh dan juga sensor mengirimkan data ke mikrokontroler ESP8266.

  3. Dari hasil perhitungan penurunan suhu basal tubuh ketika memasuki masa ovulasi diperoleh rata- rata sebesar 0.76 C

  4. Dari hasil pengujian suhu tubuh sensor, ketika dibandingkan dengan Termometer Digital terdapat rata-rata error sebesar 0.094 C

  Referensi

  [1] Girsang, Bina Melvia. 2014. “Pengukuran Suhu Basal Tubuh (SBT) Sebagai Metode Kontrasepsi Mandiri dan Penilaian Ovulasi pada Wanita Usia Subur di Desa Sngai Rambutan”. Universitas Sriwijaya.

  [2] Jose, Deepa V., Lakshmi, Priya C., G. Priyadarshi., Monisha, Singh. 2015. “Challenges and Issues in Android App Development- An Overview”. [3] Kim, Hwan Jeong dkk . 2016. “Journal of Medical and Bioengineering Vol 5, No. 1”. [4] Ma, Li., Lei, Gu., Jin, Wang. 2014. “Research and Development of Mobile Application for Android Platform”. International Journal of Multimedia and Ubiquitos Engineering. Vol.9. 187-198. [5] MLX90614 Family Single and Dual Zone Infrared Termometer in TO-39. 2013. Melexis

  (Microelectronic Integrated Systems)

  Nama Pengguna Usia Hari ke - Tgl. Pengukuran Nilai Suhu (ᵒC ) Error (ᵒC) Basalmometer Termometer Digital

  Elin

  22 1 10-Sep-16

  36.1

  38.1

  0.1 2 11-Sep-16

  35.7

  35.7 3 12-Sep-16

  42.6

  42.7

  0.1 4 13-Sep-16

  36.1

  36.1 5 14-Sep-16

  36.3

  36.3 6 15-Sep-16

  36.0

  36.4

  0.4 7 16-Sep-16

4. Kesimpulan

  [6] Yuni N. Ni Putu, Jesi Pebralia, et al. 2015. Studi Penerapan Sensor MLX90614 Sebagai Pengukur Suhu Tinggi secara Non-kontak Berbasis Arduino dan Labview. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains.

  V - 9