KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN SEBARAN IKTIOPLANKTON DILAUTARAFURA [Abundance, composition, and distribution ofichthyoplankton in Arafura Sea]
Jurna/ lktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN SEBARAN IKTIOPLANKTON
DILAUTARAFURA
[Abundance, composition, and distribution ofichthyoplankton in Arafura Sea]
Karsono Wagiyo
Balai Riset Perikanan Laut
ABSTRACT
Study was conducted in Arafura Sea in 2006. The area was divided to four sub-areas; namely West of Aru Island, East of Aru Island,
West of Mapi and Mimika, and Tanjung Dolak. In the west of Aru Island we found 26 families of ichthyoplankton, in which the
dominant were Clupeidae, Labridae, and Teraponidae. Larvae abundance was mean 204 individuals/1000 m', ranged from 16 ind./
1000 m' to 1138 ind./1000 m3 • Eggs abundance mean 119/1000 m', ranged from 9 eggs /1000 m' to highest 590 eggs /1000 m'.
Sub area East of Aru Island we found 24 families, in which dominant were Balistidae, Engraulidae, and Scaridae. Abundance of larvae
mean 1126 ind/1000 m', varied from 15 ind/1000 m' to 3,844 ind/1000 m'. Mean abundance of eggs was 188 eggs/1000 m', varied
from 9 eggs/1000 m' to 532 eggs/1000 m3 • Sub area West Mapi and Mimika was found 24 families, in which the dominant are
Engraulidae, Scaridae, and Clupeidae. Mean of larvae abundance 12.008 ind./1000 m', ranged from 13 ind./1000 m' to 39,356 ind./
I 000 m'. Mean abundance of eggs was I 05 eggs/ 1000 m', ranged from 0 /1000 m' to 731 eggs /1000 m3 • Sub area Tanjung Dolak
was found 21 families, in which the dominant were Scianidae, Kyphosidae, and Clupeidae 16.35 %. Mean abundance of larva 1025
ind./1000 m', was least 3 ind./1000 m' and highest 6072 ind./1000 m3 • Mean abundance of eggs 33 /1000 m', which it varied from
0 /1000 m' to 149 eggs /1000 m'.
Key words: Ichthyoplankton, Arafura Sea, abundance, composition, and distribution.
PENDAHULUAN
LautArafura terletak di daerah kawasan tropis
yang bersifat semi tertutup. Laut Arafura merupakan
laut yang subur, cocok sebagai habitat bagf berbagai
jenis biota perairan, sehingga memiliki sumberdaya
perikanan yang besar. Semenjak tahun 1970 ekploitasi
sumberdaya di Arafura dilakukan secara intensif.
Dampak yang timbul adalah makin menurunnya
sumberdaya dan kerusakan habitat (Anonimous, 2005).
Dalam rangka estimasi stok sumberdaya di Laut
Arafura, telah banyak dilakukan kajian. Parameter yang
dikaji umumnya mengenai biomassa dan
keanekaragaman pada tingkat rekrutmen. Sumberdaya
ikan yarig dominan di Laut Arafura dari komunitas
pelagis adalah Clupeidae dan dari komunitas demersal
adalah Leiognathidae. Data yang diperoleh tidak
memberikan informasi tentang dae~h
dan musim
pemijaban. Stok yang dihasilkan merupakan stok
sesaat yang tidak menggambarkan stok basil interaksi
dengan lingkungan, serta tidak dapat digunakan untuk
prediksi stok yang akan datang.
Informasi tentang iktioplankton di perairan
Laut Arafura belum banyak. Kajian stok yang
dilengkapi dengan studi iktioplankton (tingkat prerecruitment) dapat memberikan data stok yang lebih
komprehensif. Studi iktioplankton (telur dan larva)
sangat diperlukan untuk kajian stok (Vazvuez et a/.,
2006). Khusus di daerah tropis data iktioplankton
masih langka, sehingga informasi ini sangat diperlukan
(Soewito, 1987). Menurut Westhaust (2002) studi larva
berguna untuk prediksi stok, melindungi dan
memperkaya lingkungan serta ekploitasi yang
optimum. Menurut Unesco (1975) studi larva
memberikan informasi mengenai area dan musim mijah,
kelimpahan stok absolut, dan interaksi subsequent
yang dapat mempengaruhi stok.
BAHANDANMETODE
Survai dilakukan pada bulan November 2006
dengan menggunakan KM Bawal Putih. Area meliputi
perairan Arafura yang dibedakan menjadi empat sub
area yaitu; Perairan Barat Kepulauan Aru, Perairan
. Tirnur Kepulauan Aru, Perairan Barat Mapi- Mirnika,
dan Perairan Tanjung Dolak. Penentuan stasiun
sampling dilakukan secara cluster-random sampling.
Pengambilan sampel iktioplankton
menggunakan bongo net, yang mempunyai mata jaring
500 Jlm dan diameter mulut jaring 0,60 m. Bongo net
ditarik horisontal dengan kecepatan 0 - 3,2 knot selama
15 men it pada kedalaman I 0 m. Air yang masuk bongo
net diukur dengan flow meter yang terpasang pada
mulut bongo net. Untuk mengetahui volume air
75
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
tersaring, terlebih dahulu dicari faktor kalibrasi
kesetaraan putaranflow meter denganjarak penarikan.
Jarak penarikan pada setiap sampling diketahui
dengan mengalikan faktor kalibrasi dengan jumlah
putaran flow meter. Volume air tersaring dihitung
berdasarkan isi silinder. Sampel yang diperoleh
dimasukkan ke dalam wadah plastik yang mempunyai
volume I liter. Supaya tidak rusak, sampel diawetkan
dengan formalin 4 % dan-iktioplankton hasil sortir
diawetkan dengan alkohol 70 %. Jumlah yang
terkumpul sebanyak 65 botol.
Morfolog-i- conteh larva-dilihat dengan
stereo-mikroskope. Kenampakan morfologi dan ciriciri spesiflk bagian-bagian tubuh larva diidentiflkasi
dengan buku panduan dari Leis and Rennis (1983),
Leis and Tmski (I 989), dan Leis and Carson-Ewart
(2000).
HASILDANPEMBAHASAN
Jarak penarikan, volume airtersaring
dan jumlah sam pel
Rata-rata jarak penarikan dari 65 kali
pengambilan sampel adalah 938,41 m, yang terpendek
92,91 m dan terpanjang 1998,49 m. Jarak penarikan
antar stasiun berbeda walaupun lama penarikan sama
disebabkan kecepatan kapal sulit dibuat sama antara
satu stasiun dengan stasiun lainnya. Rata-rata volume
air tersaring 265, I9 m\ yang terkecil 26,26 m 3 dan
terbesar 564,71 m 3 • Variasi volume air tersaring antar
stasiun selain dipengaruhi oleh jarak penarikan, juga
oleh kecepatan arus dan arah penarikan terhadap arah
arus.
Basil resampling dari 65 kali pengambilan
sampel, telah diidentifikasi-jumlah sample menurut sub
area adalah Perairan Barat Kepulauan Aru, Perairan
Timur Kepulauan Aru, Perairan Barat Mapi-Mimika
telah disortir dan diidentifikasi 9 botol dan .Perairan
Tanjung Dolak I 0 botol/stasiun.
Kelimpahan dan sebaran iktioplankton
Iktioplankton terbesar pada semua sub area
yang tertiil.ggi pada sub area perairan sebelah barat
Mapi- Mimika (Gambar I).
a. Perairan Barat Kepulauan Aru
Kelimpahan larvae rata-rata 204 iil.d!I 000 m3 ,
yang terkecil I6 ind/1 000 m 3 pada stasiun I dan
terbesar I.I3 8 ind/ 1000 m3 pada stasiun 9. Kelimpahan
telur rata-rata 119 butir/ I 000 m3 , yang terkecil 9 butir I
1000 m 3 pada stasiun 2 dan terbesar 590 butir /1000 m3
pada stasiun 9. Gabungan keiimpahan telur dan larva
menunjukkan kelirnpahan iktioplankton terkecil28 iil.dl
1000 m 3 pada stasiun 2 dan terbesar I. 728 iil.d/1 000 m3
pada stasiun 9, dengan rata-rata 323 ind/I 000 m3 •
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masiil.g-masiil.g stasiun tercantum pada Gambar 2. Ada
kecenderungan makiil. ke selatan kelimpahan telur dan
r+· . ..
jl..;•,
2
''"if'·'/··
I
I
I
...1
J.
!1
I
I
• I
•
I
1
j+- t'anjwig Dolak
. . -il.!_.lULLJO.J '-- - .....1 I
I
1~.5"BT
"6 °
5
jI e 0
I
I
i
I
I
I
132..5"BT 1_33.5"BT 1;w5'BT 13!;.5"BT 1:)6.5"BT 137:5_"BT 138.5"BT 139.5"BT 140.5"BT
Gambar I. Sebaran kelimpahan gabungan larva dan telur
76
Jurnal Jktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
larva makin besar. Kelimpahan larva di sebelah selatan
terjadi karena dua kemungkinan. Pertarna, arus dari utara
membawa telur dan larva ke selatan (transport
iktioplankton). Pergerakan arus yang terus menerus
menuju satu arab dari utara- selatan, kemudian melemah
pada bagian selatan dan bertemu dengan arus dari
tenggara, menyebabkan telur dan larva mengumpul dan
melimpah pada bagian selatan. Pada kemungkinan ini,
larva lebih melimpah dibandingkan telur (karena fase
larva lebih lama dibandingkan telur). Kedua, area
sebelah selatan merupakan daerah pemijahan. Hal ini
didukung oleh komposisi kedua fase iktioplankton
(telur dan larva) pada stasiun 9, yang sama-sama
mempunyai kelimpahan lebih tinggi daripada lokasi
lainnya. Rasio antara jumlah telur dan larva tertinggi
(1,53) pada stasiun 6 dan terendah (0,14) pada stasiun
7. Setlement larva diduga pada stasiun 6.
."'
2000
t::
1800
c;;-
1600
E 1400
8 1200
:t:
"C 1000
·o
:§.
c
I'll
.c
I'll
c.
E
'ii
l&:
800
....t:
600
400
200
0
2
3
4
5
6
Stasiun
7
8
9
Gambar 2. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan barat Kepulauan Aru
2
3
Stasiun
4
5
6
7
8
9
DUlidentified
II Pelajik
II Demersal
Gambar 3. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan barat Kepulauan Aru
Pola s"ebaran berdasarkan komunitas ikan
dewasa, makin kearah selatan, ada kecenderungan
larva dari ikan pelajik komposisinya makin besar
(Gambar 3). Secara beurutan komposisi larva dari
ikan pelajik dari yang tertinggi adalah stasiun 9, 5,
dan 7.
b. Perairan Tim ur Kepulauan Aru
Kelimpahan larvae rata-rata 1126 ind/1 000
3
m , yang terkecil 15 ind/1 000 m3 pada stasiun 8
dan terbesar 3.844 ind/1 000 m3 pada stasiun 1. Pada
stasiun 1 larva lebih besar daripada stasiun lainnya
disebabkan pada lokasi ini ada pertemuan massa
air dari bagian utara Laut Arafura yang terbawa
arus menuju selatan dan massa air dari tenggara
Laut Arafura yang terbawa arus ke arab barat laut.
Di sini kedua arus tertahan oleh hambatan
Kepulauan Aru. Rata-rata kelimpahan telur 188
butir/1 000 m 3 , yang terkecil 9 butir /1000 m 3 pada
stasiun 5 dan terbesar 532 butir /1000 m 3 pada
stasiun 9. Pada stasiun gabungan kelimpahan telur
dan larva menunjukkan kelimpahan iktioplankton
terkecil 183 ind/1 000 m3 pada stasiun 8 dan terbesar
4.166 ind/IOOO m 3 pada stasiun I, rata-rata 1.261
ind/1000 m 3 • Jika melihat suhu pada stasiun yang
melimpah pada kisaran suhu 28,1-27,1 oc dan
salinitas 33,5-34 ppt sama untuk semua sub area
(Wijopriono et al., 2006).
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masing-masing stasiun tercantum pada Gambar 4.
Pola sebaran kelimpahan iktioplankton di Perairan
Timur KepulauanAru serupa dengan Perairan Barat
Kepulauan Aru, bedanya pada komposisi antara
telur dan larva. Pada Timur Kep. Aru, lokasi di
sebelah Utara mempunyai komposisi telur dengan
larva lebih tinggi dibandingkan bagian sebelah
selatan. Rasio antara jumlah telur dan larvae
tertinggi (11 ,25) pad a stasiun 8 dan terendah (0,02)
pada stasiun 5. Settlement larva diduga pada lokasi
stasiun.8.
Pola sebaran berdasarkan komunitas ikan
dewasa, makin kearah utara larva dari ikan demersal
komposisinya makin besar (Gambar 5). Agregasi larva
ikan demersal tertinggi pada stasiun 8 dan terendah
pada stasiuri 9.
77
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
El Telor
4500
• Larva
4000
0 Gabung
3500
'[3000
8 2500
:!:
"C
.E 2000
c
.l!
ll
~
1500
E 1000
500
0
2
3
4
5
Stasiun
7 .
6
8
9
sebaran iktiopli:mkton di lokasi ini, kelimpahannya
merata pada semua stasiun hanya ada satu lokasi yaitu
stasiun 8 yang mempunyai kelimpahan rendah
dibandingkan Iokasi Iainnya. Pad a lokasi ini arah arus
berputar searah jarum jam, sehingga menyebabkan
lokasi bagian tengah yaitu stasiun 5 mempunyai
kelimpahan telur dan larva tertinggi. Pada stasiun 9
plankton rendah tetapi kelimpahan telur Iebih tinggi
dibadingkan stasiun lainnya, sehingga lokasi ini
diduga merupakan area pemijahan.
Rasio antarajumlah telur dan larva tertinggi
(0, 77) pada stasiun 8 dan terendah (0,005) pada stasiun
2. Setlement larva diduga terjadi lebih banyak di
Gambar 4. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
erairan Timur Kepula~n
Aru
45000 ,r.,--:T:-cel0- ,- ,
40000
100
•Larvae
CGabung
35000
r>
80
E 30000
0
0
ED
~
:a
....
40
J
....-..
c
.c 15000
20
...-."""
co
c.
.§ 10000
::.::
1
2
3
4
5
Stasiun
6
7
8
...,
,........
~
Gi
0
5000
9
0 Ulidentified
• Pelajik
&Demersal
Gambar 5. Sebaran larva menurut komunitas ikan
de was a di Perairan Timur Kepulauan Aru
c. Perairan Barat Mapi-Mimika
Lokasi ini mempunyai kelimpahan larva
tertinggi dibandingkan tiga sub area lainnya.
Kelimpahan larvae rata-:rata 12.008 ind/1 000 m3 , yang
terkecill3 ind/1000 m 3 pada stasiun 8 dan terbesar
39.356 ind/1000 m 3 pada stasiun 5. Kelimpahan telur
rata-rata 105 butir/1 000 m3 , yang terkecil 0 butir /1000
m3 pada stasiun 4 dan 5, terbesar 731 butir 11000 m3
pada stasiun 9. Gabungan kelimpahan telur dan larva
menunjukkan kelimpahan iktioplankton terkecil23 ind/
1000 m 3 pada stasiun 8 dan terbesar 39.356 ind/1000
m3 pada stasiun 5.
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masing-masing stasiun tercantum pada Gambar 6. Pola
78
25000
§. 20000
2
34
56
Staslun
78
9
Gambar 6. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan barat Mapi-Mimika
100
00
J:
al
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
D Uid:rlified
Sasim
• PE!cjik
lii!Brasal
Gambar 7. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan barat Mapi-Mimika
Jurnal /ktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
stasiun 8. Sebaran larva berdasarkan komunitas ikan
dewasa, agregasi larva ikan pelajik lebih besar pada
stasiun yang berada di bagian tengah (Gambar 7).
agregasi larva ikan pelajik cenderung lebih besar pada
stasiun yang berada di bagian Selatan (Gambar 9).
100
d. Perairan Tanjung Dolak
Rata-rata kelimpahan larva 1.025 ind/1000
m3 , yang terkecil 3 iiid/1000 m 3 pada stasiun 6, dan
terbesar 6.072 ind/1000 m3 pad a stasiun I. Rata-rata
kelimpahan telur 33 butir/1 000 m3 , yang terkecil 0 butir
/1000 m3 pada stasiui14, terbesar 149 butir /1000 m3
pada stasiun 9. Gabungan kelimpahan telur dan larva
menunjukkan kelimpahan iktioplankton terkecil 7 ind/
1000 m3 pada stasiun 6 dan terbesar 6.107 ind/1 000 3 •
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada masingmasing stasiun tercantum pada Gambar 8. Pola sebaran
larva menunjukkan kelimpahan iktioplankton lebih
tinggi pada perairan bagian utara Tanjung Dolak.
Bagian tengah perairan mempunyai kelimpahan
· iktioplankton lebih rendah dibandingkan bagian utara
dan selatan.
m
BTelor
•Larvae
7000
DGabung
6000
~50
0
g
,:c 4000
:S
.
li3000
z:.
1:1.
.5
2000
a;
~
1000
2
4
6
00
80
70
60
50
~
!f10
0
2
3
4
5
6
7
8
9 10
a Ulidentified
Stasiun
•Pel;:jik
Ell Demersal
Gam bar 9. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan Tanjung Dolak
Secara umum kelimpahan iktioplankton di
Arafura lebih tinggi dibandingkan di Togian 3-92 ind/
1000 m 3 {Taufik et a/. 2005), dan lebih rendah
dibandingkan pada estuaria di New Zealand 3-12000
ind/ m 3 (Roper, 1986) dan di Teluk Tunisia 7-250 ind/
I 0 m2 (0- I 529 ind/1 0 m~.
Di estuaria Bengkalis 3 I -143
ind!I 000 m3 (Wagiyo, 200 I).
Kelimpahan telur dan kelimpahan larva
berbeda antar lokasi disebabkan telur ada yang
demersal, sedangkan larvae bersifat pelagik. Menurut
Grimes andKingford (I996) kepadatan larva tinggi di
suatu ternpat karena ( 1) lokasi merupakan tempat mijah,
(2) adanya arus eddy/pertemuan mass a air, (3) shelter
water bodies dan dekat lokasi dikelilingi barrier.
10
Stasiun
Gambar 8. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan Tanjung Dolak
Massa air di sebelah Utara Tanjung Dolak
· bergerak dari utara-timur laut, di bagian selatan
bergerak dari timur - tenggara. Suhu perairan pada
lokasi dengan kelimpahan iktioplankton tinggi berkisar
27,1-28,6 °C dansalinitas 33,5-34 ppt.
Rasio antara jumlah telur dan larva tertinggi
(1.04) pada stasiun 7 dan terendah (0,0) pada stasiun
4. Settlement larva tertinggi diduga pada stasiun 7.
Sebaran larva berdasarkan komunitas ikan dewasa,
Komposisi larva
a. Perairan Barat Kepulauan Aru
Pada perairan sebelah barat Aru didapatkan
26 familia; tiga familia dominan berturut-turut adalah
Clupeidae 36,19%, Labridae 12,22% dan Teraponidae
11,74 % (Gambar 10). Clupeidae merupakan ikan
pemijah pelagis (Leis and· Trinski, 1989), area
pemijahan di daerah pantai. Ikan Clupeidae merupakan
ikan neritik, populasinya banyak dijumpai di daerah
pantai. Pengelompokan larva berdasarkan komunitas
ikan dewasa adalah: demersal81 %, pelajik 18 %, dan
bel urn teridentifikasi I %(Gam bar II). Dominasi ikan
79
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
demersal menunjukkan perairan sebelah barat Aru
b. Perairan Timur Kepulauan Aru
adalah habitat ikan demersal. Komposisi iktioplankton
berdasarkan model pemijahan yang dominan adalah
tipe pelajik 83 %, demersal2% dan tidak diketahui 15
Pada perairan sebelah Timur Aru didapatkan
24 familia; tiga familia dominan berturut-turut adalah
Balistidae 26,91 %, Engraulidae 13,15 %, dan Scaridae
% (Gambar II). Rendahnya tipe pemijahan demersal,
diduga karena kondisi dasar perairan sudah mengalami
degradasL Ikan tipe pemijah bentik membutuhkan
sarana untuk menempelkan telumya pada sesuatu
benda di dasar perairan. Semakin baik kondisi dasar
perairan semakin ·banyak henda untuk menempelkan
telur bagi ikan pemijah bentik.
1 0,18 % (Gambar 12). Pengelompokan larvae
berdasarkan pada komunitas dewasa adalah: demersal
63 %, pelajik 34% dan tidak diketahui 3% (Gambar
13 ). Dominasi ikan demersal menunjukkan daerah
Timur Kepulauan Aru adalah habitat ikan demersal.
Komposisi iktioplankton berdasarkan model
U nidentlfied
D .1 8
A m m o d y tid a e
S y n o d o n I id 1 e
0.2~
Unidentified
T t r 1 p on ld I 1
" ·~
· •·•
Sillaginldae
1 1 .7 4
Sp,yUtllldtt
0.24
S • rn n ld a·a
8111a glnldtt
0.24
Sclanldae
2.69
S trrankl&t
S c a rid a •
s ,:Ia !IId ••
s c:
P s e u doc h ro m··td a e
ro!Tibklae
P l_e u ron e c tid a 1
N o cIa lh ld • e
Po m ec entrld• t
~
M onacanlhldae
2.20
Nac telhldtt
Ne m lpl•rld&e
luljanldae
onar; • nlhldle
L e io g n a I h ld a e
Lutjanldee
labridae
Lethrlnldee
Lelggnllhldee
Llbrkl••
K 't pho•ldle
K y ph o a ld a
F"""'""""""'""""-·
Gobldae
Holoc.•nlrldee
C y n.o Jil Jo a ld a a
Gon~'(c:h!.•
Engr1u lldldee
c
11
tu • .., • •
Cltlngldlll
I
H a • m u lid • e
12.22
E ngraulidldae
'=~!"15al:DiE;se
)
37.16
C lu p e ld a •
C a rang ld a a
9.71
Sothldae
8 DUIIdll
26.9 1
B IIIIiS lid a I
Au Ia eta mid Ill
A ulostom ldae
.:_-~
o.ao
Ac:1nlhurlde1
1
o.aa
3D.DD
Gambar 10. Komposisi larva berdasarkan famili di
perairan sebelah barat Aru
Habitat
deM.asa
15
20
25
30
Gam bar 12. Komposisi larva berdasarkan famili
Habitat
mijah
Gambar 11. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah di perairan sebelah barat
Aru
80
10
Gambar 13. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah
Jurnal Jktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
pemijahan yang dominan adalah tipe pelajik 66 %,
demersal31 %dan tidak diketahui 3% (Gambar 13).
c. Perairan Barat Mapi- Mimika
Pada perairan sebelah Barat Mimika
didapatkan 24 familia; tiga familia dominan berturutturut adalah Engraulidae 33,79 %, Scaridae 24,12%
dan Clupeidae 23,08% (Gambar 14). Pengelompokan
larvae berdasarkan komunitas dewasa adalah demersal
51%, pelajik 48 %, dan belum teridentifikasi I %
(Gambar 15). Dominasi ikan demersal menunjukkan
daerah perairan Barat Mapi-Mimika adalah habitat ikan
demersal. Komposisi iktioplankton berdasarkan model
pemijahan yang dominan adalah tipe pelajik 95 %,
demetsal3 %, dan tidak diketahui 2% (Gambar 15).
UnidentWied iil2.32
Trigellidae
0.08
Tetraodontidae
0.08
Synodontidae
0.04
Soleinidae
0.25
berdasarkan komunitas dewasa adalah demersal 76
%, pelajik 24 %dan belum teridentifikasi 0% (Gambar
17). Dominasi ikan demersal menunjukkan daerah
adal!ih habitat ikan demersal. Komposisi iktioplankton
berdasarkan model pemijahan yang dominan adalah
tipe pelajik 87 %, demersal2 %dan tidak diketahui 13
% (Gambar 17)
Sctanldae !10.95
Scaridae
24.12
Pseudochrorridae illil2.45
~lynertida
0.54
0.04
Monacanthidae
0.37
Gambar 15. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah di perairan Barat Mapi-
Mimika
Sillaginidae lim!1.87
Aatycephalidae
Uidaiifie:::l
Luijanidae
0.33
Unldontllled
Lethrinldae
0.04
T r lc h lu r ld a a
Leiognathidae lliil2.32
Tetraodontldae
Labrldae lii12.20
S lila g In ld a e
S cIa n ld a e
Kyphosldae ili!l2.08
Scar ld a e
0.04
Gonorynchldae
0.31
Pomacentrldae
0.50
Cynoglosldae
N o c ta lh ld a e
Engrautididae
33.79
Cklpeldae
N em lp te rid a e
23.08
Carangidae
l u tja n ld a e
0.21
Lelognathldae
Labrldae
Bothidae . . 2.24
Ba6stidae
K y ph o e ld a e
0.04
Gobldae
0
10
20
Persentase
30
40
C y n o g lo s ld a e
Colla/En g r a u lid ld a e
Gambar 14. Komposisi larvae berdasarkan famili di
perairan Barat Mapi-Mimika
Ctupaldae
s·.o 3
C a rang ld a e
Bothldae
0.63
A r lid a e
d. Perairan Tanjung Dolak
Pada perairan di sekitar Tanjung Dolak
didapatkan21 famili, tiga famili dominan berturut-turut
adalah Sciaenidae 19,81 %, Kyphosidae 18,87 %dan
Clupeidae 16,35% (Gambar 16). Pengelompokan larvae
Acanthurldae
1 2 .5 8
0.31
0 .0 0
10.00
20.00
30.00
Persentase
Gambar 16. Komposisi larvae berdasarkan famili di
sekitar Tanjung Dolak
81
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
Leis, J.M. and B.M.Carson-Ewart. 2000. The larvae of
llidentified
Pel~ik
Demersal
Hcbtat
Hctlltat
deoAasa
rrijah
Gambar 17. Komposisi berdasarkan habitat dewasa ·
dan habitat mijah di sekitar Tanjung Dolak
KESIMPULANDAN SARAN
Kelimpahan iktioplankton di Laut Arafura
tinggi dibandingkan area lainnya di Indonesia (Laut
Jawa dan Teluk Tomini ). Hal ini menggambarkan bahwa
kondisi haQitat Laut Arafura masih dapat mendukung
perkembangan sumberdaya perikanan.
Mengingat berbagai penelitian terdahulu
menyatakan bahwa kondisi habitat (fisik, kimiawi dan
biologis) perairan sudah mengindikasikan adanya
kerusakan habitat, seb.elum terlambat perlu
secepatnya diambil kebijakan untuk menjaga
ke1estarian sumberdaya Laut Arafura.
DAFfARPUSTAKA
Anonimous. 2005. Sumberdaya kawasan Laut Arafura
dan Laut Timor. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan-united development Program.
Arafura and Timor Seas expert Forum.
Grim~s,
L._B. and M.J. Kingford. 1996. How riverine
plumes of difference size influence fish larval
do they enhance recruitment. Mar:. Fres~w.
Res.41: 191-208.
Leis, J.M. imd D.S. Rennis. 1983. The larvae ofIndo-
Pacific Coral ReefFishes. New South Wales
University Press and University of Hawaii
Press. Sydney. Honolulu.
Leis, J.M. and T. Tmski.l989. The larvae of IndoPacific shorefishes. New SouthWales
University Press.
82
Indo-Pacific Coastal Fishes. An Identification
guide to marine fish larvae. Fauna Malesiana
Handbook 2.Brill.
Roper, D.S.1986. Occurrence and recruitment offish larvae
in a Northern New Zealand Estuary. &tuarine,
Coastal and ShelfScience, 22: 705-717.
Soewito. 1987. Fish larvae a/the Banda Sea, (Indonesia).
I: Scrombidae. Fellowship Progress Report No.3,
June-November 1987. Development Centre for
Fishing Technology (BPPI), Directorate General
ofFisheries,.Semarang, Indonesia.
Taufik, M., Suwarso dan Nurwiyanto. 2005. Distribusi
kelimpahan iktioplankton di Teluk Tomini dan
Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 11 (6):. 73-83.
Unesco. 1975. Ichthyoplankton. Unesco Technical
Papt;:rs in Marine Science 20. Report of the
CICAR Ichthyoplankton Workshop. Mexico
City, 17-26 July 1974.
Vazvuez, E.G, P. Alvarez, P. Lopes, N. Karaiskou, J.
Perez, A. Tela, J .L. Martinez, L. Gomes and C.
Triantaphyludis. 2005. PCR. SSCP.ofthe 16S
rRNA gene, Simple Methodology for Species
identification offish eggs and larvae. In MP.
Olivar and J.J. Govoni (Eds.). Recent
advances in the study offzsh eggs and larvae.
Scientia Marina 70S2, October 2006, 13-21
Barcelona (Spain).
Wagiyo, K. 2001. Spawning site and larval distribution
ofterubuk in the Bengkalis Region ofRiau
Province Indonesia. Proceedings of the
International TerubukConference. Sarawak,
Malaysia. 11-12 September2001. p.168-176.
Westhaus-Ekau, P.2002. Early life history offish. Series
course on the sea and its resources. 16-21
September 2002. Jenderal Soedirman
University. Faculty ofBiology. Purwokerto.
Wijopriono, B. Sadhotomo, Suprapto, Wedjatmiko, K.
Wagiyo, K. Amri, Herlisman, M. Natsir, A.
Priatna, Nurwiyanto, N. Hendriyatna. 2006.
Riset biodiversity sumberdaya ikan,
ekologi perairan dan sistem perikanan di
Laut Banda dan Arafura. Balai Riset
Perikanan Laut.
KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN SEBARAN IKTIOPLANKTON
DILAUTARAFURA
[Abundance, composition, and distribution ofichthyoplankton in Arafura Sea]
Karsono Wagiyo
Balai Riset Perikanan Laut
ABSTRACT
Study was conducted in Arafura Sea in 2006. The area was divided to four sub-areas; namely West of Aru Island, East of Aru Island,
West of Mapi and Mimika, and Tanjung Dolak. In the west of Aru Island we found 26 families of ichthyoplankton, in which the
dominant were Clupeidae, Labridae, and Teraponidae. Larvae abundance was mean 204 individuals/1000 m', ranged from 16 ind./
1000 m' to 1138 ind./1000 m3 • Eggs abundance mean 119/1000 m', ranged from 9 eggs /1000 m' to highest 590 eggs /1000 m'.
Sub area East of Aru Island we found 24 families, in which dominant were Balistidae, Engraulidae, and Scaridae. Abundance of larvae
mean 1126 ind/1000 m', varied from 15 ind/1000 m' to 3,844 ind/1000 m'. Mean abundance of eggs was 188 eggs/1000 m', varied
from 9 eggs/1000 m' to 532 eggs/1000 m3 • Sub area West Mapi and Mimika was found 24 families, in which the dominant are
Engraulidae, Scaridae, and Clupeidae. Mean of larvae abundance 12.008 ind./1000 m', ranged from 13 ind./1000 m' to 39,356 ind./
I 000 m'. Mean abundance of eggs was I 05 eggs/ 1000 m', ranged from 0 /1000 m' to 731 eggs /1000 m3 • Sub area Tanjung Dolak
was found 21 families, in which the dominant were Scianidae, Kyphosidae, and Clupeidae 16.35 %. Mean abundance of larva 1025
ind./1000 m', was least 3 ind./1000 m' and highest 6072 ind./1000 m3 • Mean abundance of eggs 33 /1000 m', which it varied from
0 /1000 m' to 149 eggs /1000 m'.
Key words: Ichthyoplankton, Arafura Sea, abundance, composition, and distribution.
PENDAHULUAN
LautArafura terletak di daerah kawasan tropis
yang bersifat semi tertutup. Laut Arafura merupakan
laut yang subur, cocok sebagai habitat bagf berbagai
jenis biota perairan, sehingga memiliki sumberdaya
perikanan yang besar. Semenjak tahun 1970 ekploitasi
sumberdaya di Arafura dilakukan secara intensif.
Dampak yang timbul adalah makin menurunnya
sumberdaya dan kerusakan habitat (Anonimous, 2005).
Dalam rangka estimasi stok sumberdaya di Laut
Arafura, telah banyak dilakukan kajian. Parameter yang
dikaji umumnya mengenai biomassa dan
keanekaragaman pada tingkat rekrutmen. Sumberdaya
ikan yarig dominan di Laut Arafura dari komunitas
pelagis adalah Clupeidae dan dari komunitas demersal
adalah Leiognathidae. Data yang diperoleh tidak
memberikan informasi tentang dae~h
dan musim
pemijaban. Stok yang dihasilkan merupakan stok
sesaat yang tidak menggambarkan stok basil interaksi
dengan lingkungan, serta tidak dapat digunakan untuk
prediksi stok yang akan datang.
Informasi tentang iktioplankton di perairan
Laut Arafura belum banyak. Kajian stok yang
dilengkapi dengan studi iktioplankton (tingkat prerecruitment) dapat memberikan data stok yang lebih
komprehensif. Studi iktioplankton (telur dan larva)
sangat diperlukan untuk kajian stok (Vazvuez et a/.,
2006). Khusus di daerah tropis data iktioplankton
masih langka, sehingga informasi ini sangat diperlukan
(Soewito, 1987). Menurut Westhaust (2002) studi larva
berguna untuk prediksi stok, melindungi dan
memperkaya lingkungan serta ekploitasi yang
optimum. Menurut Unesco (1975) studi larva
memberikan informasi mengenai area dan musim mijah,
kelimpahan stok absolut, dan interaksi subsequent
yang dapat mempengaruhi stok.
BAHANDANMETODE
Survai dilakukan pada bulan November 2006
dengan menggunakan KM Bawal Putih. Area meliputi
perairan Arafura yang dibedakan menjadi empat sub
area yaitu; Perairan Barat Kepulauan Aru, Perairan
. Tirnur Kepulauan Aru, Perairan Barat Mapi- Mirnika,
dan Perairan Tanjung Dolak. Penentuan stasiun
sampling dilakukan secara cluster-random sampling.
Pengambilan sampel iktioplankton
menggunakan bongo net, yang mempunyai mata jaring
500 Jlm dan diameter mulut jaring 0,60 m. Bongo net
ditarik horisontal dengan kecepatan 0 - 3,2 knot selama
15 men it pada kedalaman I 0 m. Air yang masuk bongo
net diukur dengan flow meter yang terpasang pada
mulut bongo net. Untuk mengetahui volume air
75
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
tersaring, terlebih dahulu dicari faktor kalibrasi
kesetaraan putaranflow meter denganjarak penarikan.
Jarak penarikan pada setiap sampling diketahui
dengan mengalikan faktor kalibrasi dengan jumlah
putaran flow meter. Volume air tersaring dihitung
berdasarkan isi silinder. Sampel yang diperoleh
dimasukkan ke dalam wadah plastik yang mempunyai
volume I liter. Supaya tidak rusak, sampel diawetkan
dengan formalin 4 % dan-iktioplankton hasil sortir
diawetkan dengan alkohol 70 %. Jumlah yang
terkumpul sebanyak 65 botol.
Morfolog-i- conteh larva-dilihat dengan
stereo-mikroskope. Kenampakan morfologi dan ciriciri spesiflk bagian-bagian tubuh larva diidentiflkasi
dengan buku panduan dari Leis and Rennis (1983),
Leis and Tmski (I 989), dan Leis and Carson-Ewart
(2000).
HASILDANPEMBAHASAN
Jarak penarikan, volume airtersaring
dan jumlah sam pel
Rata-rata jarak penarikan dari 65 kali
pengambilan sampel adalah 938,41 m, yang terpendek
92,91 m dan terpanjang 1998,49 m. Jarak penarikan
antar stasiun berbeda walaupun lama penarikan sama
disebabkan kecepatan kapal sulit dibuat sama antara
satu stasiun dengan stasiun lainnya. Rata-rata volume
air tersaring 265, I9 m\ yang terkecil 26,26 m 3 dan
terbesar 564,71 m 3 • Variasi volume air tersaring antar
stasiun selain dipengaruhi oleh jarak penarikan, juga
oleh kecepatan arus dan arah penarikan terhadap arah
arus.
Basil resampling dari 65 kali pengambilan
sampel, telah diidentifikasi-jumlah sample menurut sub
area adalah Perairan Barat Kepulauan Aru, Perairan
Timur Kepulauan Aru, Perairan Barat Mapi-Mimika
telah disortir dan diidentifikasi 9 botol dan .Perairan
Tanjung Dolak I 0 botol/stasiun.
Kelimpahan dan sebaran iktioplankton
Iktioplankton terbesar pada semua sub area
yang tertiil.ggi pada sub area perairan sebelah barat
Mapi- Mimika (Gambar I).
a. Perairan Barat Kepulauan Aru
Kelimpahan larvae rata-rata 204 iil.d!I 000 m3 ,
yang terkecil I6 ind/1 000 m 3 pada stasiun I dan
terbesar I.I3 8 ind/ 1000 m3 pada stasiun 9. Kelimpahan
telur rata-rata 119 butir/ I 000 m3 , yang terkecil 9 butir I
1000 m 3 pada stasiun 2 dan terbesar 590 butir /1000 m3
pada stasiun 9. Gabungan keiimpahan telur dan larva
menunjukkan kelirnpahan iktioplankton terkecil28 iil.dl
1000 m 3 pada stasiun 2 dan terbesar I. 728 iil.d/1 000 m3
pada stasiun 9, dengan rata-rata 323 ind/I 000 m3 •
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masiil.g-masiil.g stasiun tercantum pada Gambar 2. Ada
kecenderungan makiil. ke selatan kelimpahan telur dan
r+· . ..
jl..;•,
2
''"if'·'/··
I
I
I
...1
J.
!1
I
I
• I
•
I
1
j+- t'anjwig Dolak
. . -il.!_.lULLJO.J '-- - .....1 I
I
1~.5"BT
"6 °
5
jI e 0
I
I
i
I
I
I
132..5"BT 1_33.5"BT 1;w5'BT 13!;.5"BT 1:)6.5"BT 137:5_"BT 138.5"BT 139.5"BT 140.5"BT
Gambar I. Sebaran kelimpahan gabungan larva dan telur
76
Jurnal Jktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
larva makin besar. Kelimpahan larva di sebelah selatan
terjadi karena dua kemungkinan. Pertarna, arus dari utara
membawa telur dan larva ke selatan (transport
iktioplankton). Pergerakan arus yang terus menerus
menuju satu arab dari utara- selatan, kemudian melemah
pada bagian selatan dan bertemu dengan arus dari
tenggara, menyebabkan telur dan larva mengumpul dan
melimpah pada bagian selatan. Pada kemungkinan ini,
larva lebih melimpah dibandingkan telur (karena fase
larva lebih lama dibandingkan telur). Kedua, area
sebelah selatan merupakan daerah pemijahan. Hal ini
didukung oleh komposisi kedua fase iktioplankton
(telur dan larva) pada stasiun 9, yang sama-sama
mempunyai kelimpahan lebih tinggi daripada lokasi
lainnya. Rasio antara jumlah telur dan larva tertinggi
(1,53) pada stasiun 6 dan terendah (0,14) pada stasiun
7. Setlement larva diduga pada stasiun 6.
."'
2000
t::
1800
c;;-
1600
E 1400
8 1200
:t:
"C 1000
·o
:§.
c
I'll
.c
I'll
c.
E
'ii
l&:
800
....t:
600
400
200
0
2
3
4
5
6
Stasiun
7
8
9
Gambar 2. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan barat Kepulauan Aru
2
3
Stasiun
4
5
6
7
8
9
DUlidentified
II Pelajik
II Demersal
Gambar 3. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan barat Kepulauan Aru
Pola s"ebaran berdasarkan komunitas ikan
dewasa, makin kearah selatan, ada kecenderungan
larva dari ikan pelajik komposisinya makin besar
(Gambar 3). Secara beurutan komposisi larva dari
ikan pelajik dari yang tertinggi adalah stasiun 9, 5,
dan 7.
b. Perairan Tim ur Kepulauan Aru
Kelimpahan larvae rata-rata 1126 ind/1 000
3
m , yang terkecil 15 ind/1 000 m3 pada stasiun 8
dan terbesar 3.844 ind/1 000 m3 pada stasiun 1. Pada
stasiun 1 larva lebih besar daripada stasiun lainnya
disebabkan pada lokasi ini ada pertemuan massa
air dari bagian utara Laut Arafura yang terbawa
arus menuju selatan dan massa air dari tenggara
Laut Arafura yang terbawa arus ke arab barat laut.
Di sini kedua arus tertahan oleh hambatan
Kepulauan Aru. Rata-rata kelimpahan telur 188
butir/1 000 m 3 , yang terkecil 9 butir /1000 m 3 pada
stasiun 5 dan terbesar 532 butir /1000 m 3 pada
stasiun 9. Pada stasiun gabungan kelimpahan telur
dan larva menunjukkan kelimpahan iktioplankton
terkecil 183 ind/1 000 m3 pada stasiun 8 dan terbesar
4.166 ind/IOOO m 3 pada stasiun I, rata-rata 1.261
ind/1000 m 3 • Jika melihat suhu pada stasiun yang
melimpah pada kisaran suhu 28,1-27,1 oc dan
salinitas 33,5-34 ppt sama untuk semua sub area
(Wijopriono et al., 2006).
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masing-masing stasiun tercantum pada Gambar 4.
Pola sebaran kelimpahan iktioplankton di Perairan
Timur KepulauanAru serupa dengan Perairan Barat
Kepulauan Aru, bedanya pada komposisi antara
telur dan larva. Pada Timur Kep. Aru, lokasi di
sebelah Utara mempunyai komposisi telur dengan
larva lebih tinggi dibandingkan bagian sebelah
selatan. Rasio antara jumlah telur dan larvae
tertinggi (11 ,25) pad a stasiun 8 dan terendah (0,02)
pada stasiun 5. Settlement larva diduga pada lokasi
stasiun.8.
Pola sebaran berdasarkan komunitas ikan
dewasa, makin kearah utara larva dari ikan demersal
komposisinya makin besar (Gambar 5). Agregasi larva
ikan demersal tertinggi pada stasiun 8 dan terendah
pada stasiuri 9.
77
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
El Telor
4500
• Larva
4000
0 Gabung
3500
'[3000
8 2500
:!:
"C
.E 2000
c
.l!
ll
~
1500
E 1000
500
0
2
3
4
5
Stasiun
7 .
6
8
9
sebaran iktiopli:mkton di lokasi ini, kelimpahannya
merata pada semua stasiun hanya ada satu lokasi yaitu
stasiun 8 yang mempunyai kelimpahan rendah
dibandingkan Iokasi Iainnya. Pad a lokasi ini arah arus
berputar searah jarum jam, sehingga menyebabkan
lokasi bagian tengah yaitu stasiun 5 mempunyai
kelimpahan telur dan larva tertinggi. Pada stasiun 9
plankton rendah tetapi kelimpahan telur Iebih tinggi
dibadingkan stasiun lainnya, sehingga lokasi ini
diduga merupakan area pemijahan.
Rasio antarajumlah telur dan larva tertinggi
(0, 77) pada stasiun 8 dan terendah (0,005) pada stasiun
2. Setlement larva diduga terjadi lebih banyak di
Gambar 4. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
erairan Timur Kepula~n
Aru
45000 ,r.,--:T:-cel0- ,- ,
40000
100
•Larvae
CGabung
35000
r>
80
E 30000
0
0
ED
~
:a
....
40
J
....-..
c
.c 15000
20
...-."""
co
c.
.§ 10000
::.::
1
2
3
4
5
Stasiun
6
7
8
...,
,........
~
Gi
0
5000
9
0 Ulidentified
• Pelajik
&Demersal
Gambar 5. Sebaran larva menurut komunitas ikan
de was a di Perairan Timur Kepulauan Aru
c. Perairan Barat Mapi-Mimika
Lokasi ini mempunyai kelimpahan larva
tertinggi dibandingkan tiga sub area lainnya.
Kelimpahan larvae rata-:rata 12.008 ind/1 000 m3 , yang
terkecill3 ind/1000 m 3 pada stasiun 8 dan terbesar
39.356 ind/1000 m 3 pada stasiun 5. Kelimpahan telur
rata-rata 105 butir/1 000 m3 , yang terkecil 0 butir /1000
m3 pada stasiun 4 dan 5, terbesar 731 butir 11000 m3
pada stasiun 9. Gabungan kelimpahan telur dan larva
menunjukkan kelimpahan iktioplankton terkecil23 ind/
1000 m 3 pada stasiun 8 dan terbesar 39.356 ind/1000
m3 pada stasiun 5.
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada
masing-masing stasiun tercantum pada Gambar 6. Pola
78
25000
§. 20000
2
34
56
Staslun
78
9
Gambar 6. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan barat Mapi-Mimika
100
00
J:
al
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
D Uid:rlified
Sasim
• PE!cjik
lii!Brasal
Gambar 7. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan barat Mapi-Mimika
Jurnal /ktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
stasiun 8. Sebaran larva berdasarkan komunitas ikan
dewasa, agregasi larva ikan pelajik lebih besar pada
stasiun yang berada di bagian tengah (Gambar 7).
agregasi larva ikan pelajik cenderung lebih besar pada
stasiun yang berada di bagian Selatan (Gambar 9).
100
d. Perairan Tanjung Dolak
Rata-rata kelimpahan larva 1.025 ind/1000
m3 , yang terkecil 3 iiid/1000 m 3 pada stasiun 6, dan
terbesar 6.072 ind/1000 m3 pad a stasiun I. Rata-rata
kelimpahan telur 33 butir/1 000 m3 , yang terkecil 0 butir
/1000 m3 pada stasiui14, terbesar 149 butir /1000 m3
pada stasiun 9. Gabungan kelimpahan telur dan larva
menunjukkan kelimpahan iktioplankton terkecil 7 ind/
1000 m3 pada stasiun 6 dan terbesar 6.107 ind/1 000 3 •
Sebaran kelimpahan telur dan larva pada masingmasing stasiun tercantum pada Gambar 8. Pola sebaran
larva menunjukkan kelimpahan iktioplankton lebih
tinggi pada perairan bagian utara Tanjung Dolak.
Bagian tengah perairan mempunyai kelimpahan
· iktioplankton lebih rendah dibandingkan bagian utara
dan selatan.
m
BTelor
•Larvae
7000
DGabung
6000
~50
0
g
,:c 4000
:S
.
li3000
z:.
1:1.
.5
2000
a;
~
1000
2
4
6
00
80
70
60
50
~
!f10
0
2
3
4
5
6
7
8
9 10
a Ulidentified
Stasiun
•Pel;:jik
Ell Demersal
Gam bar 9. Sebaran larva menurut komunitas ikan
dewasa di perairan Tanjung Dolak
Secara umum kelimpahan iktioplankton di
Arafura lebih tinggi dibandingkan di Togian 3-92 ind/
1000 m 3 {Taufik et a/. 2005), dan lebih rendah
dibandingkan pada estuaria di New Zealand 3-12000
ind/ m 3 (Roper, 1986) dan di Teluk Tunisia 7-250 ind/
I 0 m2 (0- I 529 ind/1 0 m~.
Di estuaria Bengkalis 3 I -143
ind!I 000 m3 (Wagiyo, 200 I).
Kelimpahan telur dan kelimpahan larva
berbeda antar lokasi disebabkan telur ada yang
demersal, sedangkan larvae bersifat pelagik. Menurut
Grimes andKingford (I996) kepadatan larva tinggi di
suatu ternpat karena ( 1) lokasi merupakan tempat mijah,
(2) adanya arus eddy/pertemuan mass a air, (3) shelter
water bodies dan dekat lokasi dikelilingi barrier.
10
Stasiun
Gambar 8. Sebaran kelimpahan telur dan larva di
perairan Tanjung Dolak
Massa air di sebelah Utara Tanjung Dolak
· bergerak dari utara-timur laut, di bagian selatan
bergerak dari timur - tenggara. Suhu perairan pada
lokasi dengan kelimpahan iktioplankton tinggi berkisar
27,1-28,6 °C dansalinitas 33,5-34 ppt.
Rasio antara jumlah telur dan larva tertinggi
(1.04) pada stasiun 7 dan terendah (0,0) pada stasiun
4. Settlement larva tertinggi diduga pada stasiun 7.
Sebaran larva berdasarkan komunitas ikan dewasa,
Komposisi larva
a. Perairan Barat Kepulauan Aru
Pada perairan sebelah barat Aru didapatkan
26 familia; tiga familia dominan berturut-turut adalah
Clupeidae 36,19%, Labridae 12,22% dan Teraponidae
11,74 % (Gambar 10). Clupeidae merupakan ikan
pemijah pelagis (Leis and· Trinski, 1989), area
pemijahan di daerah pantai. Ikan Clupeidae merupakan
ikan neritik, populasinya banyak dijumpai di daerah
pantai. Pengelompokan larva berdasarkan komunitas
ikan dewasa adalah: demersal81 %, pelajik 18 %, dan
bel urn teridentifikasi I %(Gam bar II). Dominasi ikan
79
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
demersal menunjukkan perairan sebelah barat Aru
b. Perairan Timur Kepulauan Aru
adalah habitat ikan demersal. Komposisi iktioplankton
berdasarkan model pemijahan yang dominan adalah
tipe pelajik 83 %, demersal2% dan tidak diketahui 15
Pada perairan sebelah Timur Aru didapatkan
24 familia; tiga familia dominan berturut-turut adalah
Balistidae 26,91 %, Engraulidae 13,15 %, dan Scaridae
% (Gambar II). Rendahnya tipe pemijahan demersal,
diduga karena kondisi dasar perairan sudah mengalami
degradasL Ikan tipe pemijah bentik membutuhkan
sarana untuk menempelkan telumya pada sesuatu
benda di dasar perairan. Semakin baik kondisi dasar
perairan semakin ·banyak henda untuk menempelkan
telur bagi ikan pemijah bentik.
1 0,18 % (Gambar 12). Pengelompokan larvae
berdasarkan pada komunitas dewasa adalah: demersal
63 %, pelajik 34% dan tidak diketahui 3% (Gambar
13 ). Dominasi ikan demersal menunjukkan daerah
Timur Kepulauan Aru adalah habitat ikan demersal.
Komposisi iktioplankton berdasarkan model
U nidentlfied
D .1 8
A m m o d y tid a e
S y n o d o n I id 1 e
0.2~
Unidentified
T t r 1 p on ld I 1
" ·~
· •·•
Sillaginldae
1 1 .7 4
Sp,yUtllldtt
0.24
S • rn n ld a·a
8111a glnldtt
0.24
Sclanldae
2.69
S trrankl&t
S c a rid a •
s ,:Ia !IId ••
s c:
P s e u doc h ro m··td a e
ro!Tibklae
P l_e u ron e c tid a 1
N o cIa lh ld • e
Po m ec entrld• t
~
M onacanlhldae
2.20
Nac telhldtt
Ne m lpl•rld&e
luljanldae
onar; • nlhldle
L e io g n a I h ld a e
Lutjanldee
labridae
Lethrlnldee
Lelggnllhldee
Llbrkl••
K 't pho•ldle
K y ph o a ld a
F"""'""""""'""""-·
Gobldae
Holoc.•nlrldee
C y n.o Jil Jo a ld a a
Gon~'(c:h!.•
Engr1u lldldee
c
11
tu • .., • •
Cltlngldlll
I
H a • m u lid • e
12.22
E ngraulidldae
'=~!"15al:DiE;se
)
37.16
C lu p e ld a •
C a rang ld a a
9.71
Sothldae
8 DUIIdll
26.9 1
B IIIIiS lid a I
Au Ia eta mid Ill
A ulostom ldae
.:_-~
o.ao
Ac:1nlhurlde1
1
o.aa
3D.DD
Gambar 10. Komposisi larva berdasarkan famili di
perairan sebelah barat Aru
Habitat
deM.asa
15
20
25
30
Gam bar 12. Komposisi larva berdasarkan famili
Habitat
mijah
Gambar 11. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah di perairan sebelah barat
Aru
80
10
Gambar 13. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah
Jurnal Jktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2007
pemijahan yang dominan adalah tipe pelajik 66 %,
demersal31 %dan tidak diketahui 3% (Gambar 13).
c. Perairan Barat Mapi- Mimika
Pada perairan sebelah Barat Mimika
didapatkan 24 familia; tiga familia dominan berturutturut adalah Engraulidae 33,79 %, Scaridae 24,12%
dan Clupeidae 23,08% (Gambar 14). Pengelompokan
larvae berdasarkan komunitas dewasa adalah demersal
51%, pelajik 48 %, dan belum teridentifikasi I %
(Gambar 15). Dominasi ikan demersal menunjukkan
daerah perairan Barat Mapi-Mimika adalah habitat ikan
demersal. Komposisi iktioplankton berdasarkan model
pemijahan yang dominan adalah tipe pelajik 95 %,
demetsal3 %, dan tidak diketahui 2% (Gambar 15).
UnidentWied iil2.32
Trigellidae
0.08
Tetraodontidae
0.08
Synodontidae
0.04
Soleinidae
0.25
berdasarkan komunitas dewasa adalah demersal 76
%, pelajik 24 %dan belum teridentifikasi 0% (Gambar
17). Dominasi ikan demersal menunjukkan daerah
adal!ih habitat ikan demersal. Komposisi iktioplankton
berdasarkan model pemijahan yang dominan adalah
tipe pelajik 87 %, demersal2 %dan tidak diketahui 13
% (Gambar 17)
Sctanldae !10.95
Scaridae
24.12
Pseudochrorridae illil2.45
~lynertida
0.54
0.04
Monacanthidae
0.37
Gambar 15. Komposisi berdasarkan habitat dewasa
dan habitat mijah di perairan Barat Mapi-
Mimika
Sillaginidae lim!1.87
Aatycephalidae
Uidaiifie:::l
Luijanidae
0.33
Unldontllled
Lethrinldae
0.04
T r lc h lu r ld a a
Leiognathidae lliil2.32
Tetraodontldae
Labrldae lii12.20
S lila g In ld a e
S cIa n ld a e
Kyphosldae ili!l2.08
Scar ld a e
0.04
Gonorynchldae
0.31
Pomacentrldae
0.50
Cynoglosldae
N o c ta lh ld a e
Engrautididae
33.79
Cklpeldae
N em lp te rid a e
23.08
Carangidae
l u tja n ld a e
0.21
Lelognathldae
Labrldae
Bothidae . . 2.24
Ba6stidae
K y ph o e ld a e
0.04
Gobldae
0
10
20
Persentase
30
40
C y n o g lo s ld a e
Colla/En g r a u lid ld a e
Gambar 14. Komposisi larvae berdasarkan famili di
perairan Barat Mapi-Mimika
Ctupaldae
s·.o 3
C a rang ld a e
Bothldae
0.63
A r lid a e
d. Perairan Tanjung Dolak
Pada perairan di sekitar Tanjung Dolak
didapatkan21 famili, tiga famili dominan berturut-turut
adalah Sciaenidae 19,81 %, Kyphosidae 18,87 %dan
Clupeidae 16,35% (Gambar 16). Pengelompokan larvae
Acanthurldae
1 2 .5 8
0.31
0 .0 0
10.00
20.00
30.00
Persentase
Gambar 16. Komposisi larvae berdasarkan famili di
sekitar Tanjung Dolak
81
Karsono Wagiyo - Kelimpahan, Komposisi, dan Sebaran Iktioplankton di Laut Arafura
Leis, J.M. and B.M.Carson-Ewart. 2000. The larvae of
llidentified
Pel~ik
Demersal
Hcbtat
Hctlltat
deoAasa
rrijah
Gambar 17. Komposisi berdasarkan habitat dewasa ·
dan habitat mijah di sekitar Tanjung Dolak
KESIMPULANDAN SARAN
Kelimpahan iktioplankton di Laut Arafura
tinggi dibandingkan area lainnya di Indonesia (Laut
Jawa dan Teluk Tomini ). Hal ini menggambarkan bahwa
kondisi haQitat Laut Arafura masih dapat mendukung
perkembangan sumberdaya perikanan.
Mengingat berbagai penelitian terdahulu
menyatakan bahwa kondisi habitat (fisik, kimiawi dan
biologis) perairan sudah mengindikasikan adanya
kerusakan habitat, seb.elum terlambat perlu
secepatnya diambil kebijakan untuk menjaga
ke1estarian sumberdaya Laut Arafura.
DAFfARPUSTAKA
Anonimous. 2005. Sumberdaya kawasan Laut Arafura
dan Laut Timor. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan-united development Program.
Arafura and Timor Seas expert Forum.
Grim~s,
L._B. and M.J. Kingford. 1996. How riverine
plumes of difference size influence fish larval
do they enhance recruitment. Mar:. Fres~w.
Res.41: 191-208.
Leis, J.M. imd D.S. Rennis. 1983. The larvae ofIndo-
Pacific Coral ReefFishes. New South Wales
University Press and University of Hawaii
Press. Sydney. Honolulu.
Leis, J.M. and T. Tmski.l989. The larvae of IndoPacific shorefishes. New SouthWales
University Press.
82
Indo-Pacific Coastal Fishes. An Identification
guide to marine fish larvae. Fauna Malesiana
Handbook 2.Brill.
Roper, D.S.1986. Occurrence and recruitment offish larvae
in a Northern New Zealand Estuary. &tuarine,
Coastal and ShelfScience, 22: 705-717.
Soewito. 1987. Fish larvae a/the Banda Sea, (Indonesia).
I: Scrombidae. Fellowship Progress Report No.3,
June-November 1987. Development Centre for
Fishing Technology (BPPI), Directorate General
ofFisheries,.Semarang, Indonesia.
Taufik, M., Suwarso dan Nurwiyanto. 2005. Distribusi
kelimpahan iktioplankton di Teluk Tomini dan
Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 11 (6):. 73-83.
Unesco. 1975. Ichthyoplankton. Unesco Technical
Papt;:rs in Marine Science 20. Report of the
CICAR Ichthyoplankton Workshop. Mexico
City, 17-26 July 1974.
Vazvuez, E.G, P. Alvarez, P. Lopes, N. Karaiskou, J.
Perez, A. Tela, J .L. Martinez, L. Gomes and C.
Triantaphyludis. 2005. PCR. SSCP.ofthe 16S
rRNA gene, Simple Methodology for Species
identification offish eggs and larvae. In MP.
Olivar and J.J. Govoni (Eds.). Recent
advances in the study offzsh eggs and larvae.
Scientia Marina 70S2, October 2006, 13-21
Barcelona (Spain).
Wagiyo, K. 2001. Spawning site and larval distribution
ofterubuk in the Bengkalis Region ofRiau
Province Indonesia. Proceedings of the
International TerubukConference. Sarawak,
Malaysia. 11-12 September2001. p.168-176.
Westhaus-Ekau, P.2002. Early life history offish. Series
course on the sea and its resources. 16-21
September 2002. Jenderal Soedirman
University. Faculty ofBiology. Purwokerto.
Wijopriono, B. Sadhotomo, Suprapto, Wedjatmiko, K.
Wagiyo, K. Amri, Herlisman, M. Natsir, A.
Priatna, Nurwiyanto, N. Hendriyatna. 2006.
Riset biodiversity sumberdaya ikan,
ekologi perairan dan sistem perikanan di
Laut Banda dan Arafura. Balai Riset
Perikanan Laut.