A. PENDAHULUAN - PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER PADA BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN KLATEN

PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER PADA BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN KLATEN

Gita Kostania Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran. Selama satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer, serta telah menjadi bagian penting dari praktek kebidanan (Harding & Foureur, 2009). Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-alternatif. Tujuan: untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer pada Bidan Praktek Mandiri (BPM) di kabupaten Klaten. Metode: Survey, jenis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang melaksanakan praktek kebidanan secara mandiri di wilayah kabupaten Klaten sejumlah 516 bidan. Pengambilan sampel secara purposive, didapatkan jumlah sampel sebanyak 181 responden. Data dianalisis dan disajikan secara kuantitatif dalam bentuk distribusi frekuensi, dan kualitatif menggunakan model interactive menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013). Hasil: Pelayanan kebidanan komplementer dilakukan oleh 14.4% responden. Sebagian besar responden berusia 36-

45 tahun (59.7%), menempuh pendidikan bidan pada tingkatan Diploma III Kebidanan (68.5%), menjalankan praktek mandiri selama d”10 tahun (43.1%), belum pernah mengikuti seminar/ pelatihan tentang pelayanan kebidanan komplementer (86.2%), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer (50.8%). Jenis pelayanan yang paling banyak dilakukan adalah pijat (80.8%), dilanjutkan hipnoterapi (15.5%), acupressure (15.5%), penggunaan obat herbal/ramuan tradisional sebagai pelengkap obat konvensional (11.5%), dan yoga (3.8%).

Kata Kunci: pelayanan kebidanan, komplementer.

A. PENDAHULUAN denga n me ngkombinasika n pe layanan kebidanan konvensional dan komplementer,

Paradigma pelayanan kebidanan saat ini serta telah menjadi bagian penting dari praktek telah mengalami pergeseran. Selama satu kebidanan. (Harding & Foureur, 2009). dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan

46 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

Pelayanan kebidanan merupakan bagian No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi banyak integral dari sistem pelayanan kesehatan yang

bidan dan wanita, pelayanan kebidanan diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat

komplementer adalah pilihan untuk dilakukan secara mandiri, kolaborasi dan

mengurangi intervensi medis saat hamil dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

melahirkan, dan berdasarkan pengalaman nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak, serta wanita

hal tersebut cukup membantu. Namun, usia reproduksi dan usia lanjut. (Kepmenkes

sebagian besar terapi ini tidak dianggap RI, No.369/MENKES/SK/III/2007)

bermakna dalam pengobatan konvensional. (Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan

Walaupun di Indonesia belum ada oleh kelangkaan dalam hal bukti klinis dan

Undang-Undang yang mengatur secara khusus informasi yang diterbitkan sehubungan

tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan dengan efektivitas pelayanan kebidanan

komplementer, namun penyelenggaraan komplementer pada kehamilan, persalinan

pengobatan komplementer secara umum dan nifas. Meskipun demikian, seperti yang

telah diatur dalam Keputusan Menteri telah disebutkan dalam paragraf pertama

Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 bahwa telah terjadi peningkatan tajam dalam

tentang pengobatan komplementer-alternatif. jumlah dan berbagai informasi mengenai

P e l a y a n a n k e b i d a n a n k o mp l e m e n t e r terapi komplementer dalam kebidanan

merupakan bagian dari penerapan pengobatan selama satu dekade terakhir. (Ernst&Watson,

komplementer dan alternatif dalam tatanan

pelayanan kebidanan. Dari beberapa informasi yang peneliti

Se su ai de nga n Pera tura n M e nte ri peroleh, pelaksanaan pelayanan kebidanan

komplementer di Indonesia tidak hanya dan alternatif adalah pengobatan non

dilakukan oleh sektor swasta/mandiri, konvensional yang ditujukan untuk

namun juga pemerintah (Puskesmas dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Rumah Sakit). Akan tatapi, pelaksanaan meliputi promotif, preventif, kuratif dan

pada sektor pemerintah terhambat prosedur rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan

tetap yang masih harus mengacu pada

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 47 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 47

pada bulan Agustus 2014. Sedangkan secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan pada

Keberadaan jurusan kebidanan Poltekkes bulan Juli sampai dengan November 2014.

Surakarta di K laten yang mempunyai unggulan pada bidang pelayanan kebidanan

Subyek dalam penelitian ini adalah bidan komplementer, diharapkan dapat membawa yang memiliki BPM. Subyek penelitian dampak positif pada pelayanan kebidanan terdiri atas populasi dan sampel. Populasi k o mp l e me n t e r d i Kl a t e n . D is a mp i n g dalam penelitian ini adalah seluruh bidan

d i im p l e me nt a s ik a n d a l a m ku r i ku l u m yang melaksanakan praktek kebidanan secara p e nd i d ik a n , J u ru s a n K e b id a n a n j u ga mandiri di wilayah kabupaten Klaten sejumlah membuka pelatihan tentang pelayanan 516 bidan. Pengambilan sampel dilakukan kebidanan komplementer terintegrasi untuk dengan menggunakan teknik purposive para bidan yang sudah maupun belum sampling, yaitu cara pengumpulan data dipilih memiliki klinik mandiri. Secara umum, dengan pertimbangan dan tujuan tertentu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (Lameshow, 1997). Penentuan sampel dengan

bagaimana pelaksanaan pelayanan kebidanan teknik ini dibatasi oleh kriteria inklusi dan komplementer pada Bidan Praktek Mandiri di eksklusi. Kriteria inklusi meliputi: 1) bidan kabupaten Klaten.

yang terdaftar dan mempunyai izin untuk dapat melaksanakan praktek kebidanan

B. BAHAN DAN METODE secara mandiri, aktif di organisasi profesi,

Penelitian ini menggunakan metode survey, dan menjalankan praktek kebidanan sesuai dimana penelitian dilakukan tanpa melakukan dengan standar pelayanan kebidanan; 2) intervensi terhadap subyek penelitian. Jenis melaksanakan pelayanan kebidanan secara penelitian survey ini adalah deskriptif, dimana menyeluruh, meliputi: kehamilan, persalinan- penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan nifas, bayi dan balita, dan kesehatan reproduksi suatu fenomena dengan pola menjawab wanita; dan 3) bersedia bekerjasama dengan

48 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

peneliti untuk menjadi responden. Sedangkan mendalam untuk melengkapi data sesuai tujuan kriteria eksklusinya adalah responden yang penelitian. Wawancara mendalam dilakukan tidak mengisi dan tidak mengikuti rangkaian secara langsung oleh peneliti baik mendatangi penelitian secara lengkap. Berdasarkan kriteria langsung ke kediamannya maupun wawancara tersebut, jumlah sampel yang memenuhi melalui telepon. Teknik wawancara mendalam (in kriteria survey sebanyak 181 responden.

depth interiview) yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengekplorasi dan memperluas informasi

Survey dilakukan dalam dua tahap, tahap terpendam dengan menggunakan pertanyaan

pertama dengan membagikan kuesioner/ terbuka (Sugiyono, 2010).

angket yang berisi beberapa pertanyaan terkait pelaksanaan pelayanan kebidanan

Data hasil penelitian disajikan dalam komplementer, dan dilengkapi dengan bentuk distribusi frekuensi dan kuotasi hasil pertanyaan mengenai karakteristik responden. wawancara. Penyajian hasil dalam bentuk Pelayanan kebidanan komplementer yang distribusi frekuensi merupakan bagian dari dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan diberikan oleh bidan yang telah terdaftar yang penyajian data hasil penelitian dalam bentuk dapat dilakukan secara mandiri kepada ibu kuotasi merupakan bagian dari penelitian hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, deskriptif kualitatif. bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan

Untuk menyajikan secara kuantitatif, usia lanjut, dengan menerapkan pengobatan

digunakan rumus sederhana dengan non konvensional (alternatif dan tradisional)

menghitung frekuensi, f= (n/N) x 100%, yang ditujukan untuk mendukung keadaan

dimana f=frekuensi, n=jumlah responden, dan normal klien atau sebagai pilihan alternatif

N=jumlah total sampel. Sedangkan penyajian dalam mengatasi penyulit ataupun komplikasi. data secara kualitatif diolah dan dianalisis

Kuesioner dibagikan melalui bidan menggunakan model interactive menurut koordinator masing-masing wilayah. Setelah Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013). data kuesioner didapat, maka dilakukan analisis Analisis ini terdiri atas empat langkah, yaitu: data sementara, kemudian peneliti menentukan pengumpulan data, reduksi data, penyajian responden yang akan diwawancara secara data, dan penarikan kesimpulan.

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 49

Data/informasi yang dianalisis pada tahap Secara keseluruhan, komposisi bidan dua ini meliputi alasan bidan mempraktekkan

yang melaksanakan pelayanan kebidanan terapi komplementer dalam pelayanan

komplementer lebih sedikit dibandingkan kebidanan, dan pendapat bidan tentang terapi

dengan bidan yang hanya melaksanakan komplementer dalam praktek kebidanan.

pelayanan kebidanan konvensional Untuk memeriksa keabsahan data digunakan

(14.4%<85,6%), dengan total sampel teknik triangulasi, yang terdiri atas: triangulasi

sebanyak 181 responden. Pemberian sumber/ data, triangulas i metode, dan

pelayanan kebidanan komplementer dapat triangulasi teori/ilmu (Moleong, 2013). Setelah

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang didapatkan hasil analisis data kuantitatif dan

akan berdampak pada jenis pelayanan yang kualitatif, maka semua hasil tersebut digabung

diberikan oleh bidan. untuk diinterpretasikan sesuai dengan tujuan

Pemberian pelayanan kesehatan penelitian. berbasis pengobatan komplementer dan

alternatif, penyelenggaraanya telah diakui

C. HASIL DAN PEMBAHASAN di Indonesia dan diatur dalam Keputusan

1. Komposisi BPM dalam Melaksanakan Pelayanan Kebidanan Komplementer

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.1109/Menkes/

Pada tabel di bawah ini disajikan Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan

tabel persentase pemberian pelayanan pengobatan komplementer-alternatif.

kebidanan komplementer di kabupaten Faktor-faktor yang mempengaruhi

Klaten. pemberian pelayanan kesehatan diantaranya

Tabel .1. Persentase Pemberian Pelayanan Kebidanan Komplementer

yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi

Pemberian

baru, pergeseran nilai pada masyarakat,

No. Kebidanan

(n)

tase (%)

aspek legal dan etik, ekonomi, dan politik

Komplementer

(Hidayat, 2008). Agar dapat berhasil

85.6 dalam menjalankan praktek kebidanan

mandiri, maka bidan dituntut untuk dapat Sumber: Data Primer 2014

memberikan pelayanan yang bermutu

50 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

dan mempunyai keunggulan dibanding bidan yang memberikan pelayanan dengan tempat lain. Menurut Moenir

k e b i d a n a n k o m p l e m e n t e r, dalam Al-Assaf (2009), terdapat beberapa

sebagian besar berusia 36-45 faktor yang mendukung berjalannya suatu

tahun (57.7%). Lebih jelasnya pelayanan dengan baik, yaitu aturan

disajikan pada tabel di bawah ini: yang menjadi landasan kerja pelayanan,

Tabel 2. Karakteristik Responden berdasar Umur

organisasi profesi, keterampilan petugas

Persen- Jmlh

dan sarana prasarana.

No. Kategori tase (n) (%)

Pengetahuannya tentang Pelayanan

tahun

Kebidanan Komplementer

Karakteristik responden yang ingin

tahun

1 diketahui pada penelitian ini meliputi: 0.6

tahun

umur, pendidikan terakhir, lama buka

Jumlah

BPM, dan keikutsertaan dalam seminar/

Sumber: Data Primer 2014

pelatihan tentang pelayanan kebidanan Tabel 3. Karakteristik Bidan yang Memberikan Pelayanan

komplementer. Karakteristik tersebut Kebidanan Komplementer berdasarkan Umur

cukup kuat sebagai dasar bagi bidan

Jmlh Persen-

dalam melaksanakan pelayanan kebidanan

No. Kategori (n)

tase (%)

komplementer. Hasil dapat dilihat pada

1 25 tahun 0 0.0 2 26 – 35

tabel di bawah ini:

tahun

a. Karakteristik responden

tahun

1) Umur Responden

tahun

Sebagian besar responden

tahun

berusia 36-45 tahun (59.7%),

Jumlah

sedangkan golongan usia <25

Sumber: Data Primer 2014

tahun sebanyak 2.2%, serta usia Usia berkaitan dengan

56-65 tahun sebanyak 0.1%. Pada kemampuan bekerja, aktif dan

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 51 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 51

2) Pendidikan Terakhir berkitan dengan kemampuan

Sebagian besar responden

b e ra d a pt a s i , d a n s e m a n ga t menempuh pendidikan bidan pada hidup untuk menerima

tingkatan Diploma III Kebidanan tantangan baru. Dalam hal ini,

(68.5%), masih terdapat bidan usia dapat menentukan bidan dalam melaksanakan pelayanan

bidan Diploma I Kebidanan kebidanan komplementer pada

(5.5%), d an te rd apat bidan BPM yang telah dikelola maupun baru dikelola. Menurut UU No. 13

(1.7%). Untuk karakteristik bidan tahun 2003 tentang tenaga kerja,

yang memberikan pelayanan usia produktif adalah 20 tahun

kebidanan komplementer sampai dengan 64 tahun (Anonim,

berdasarkan pendidikan terakhir, 2014). Sedangkan menurut Depkes

sebesar (50%) berpendidikan RI (2009), usia paling ideal

Diploma III kebidanan, dan dikatakan sudah memiliki tingkat

(46.2%) berpendidikan Diploma kedewasaan yang baik adalah

IV kebidanan, serta (3.8%) berada pada rentang usia 26 sampai

berpendidikan S1 kesehatan.

45 tahun. Usia yang masih muda Selengkapnya dapat dilihat pada dikitkan dengan keadan emosi

tabel di bawah ini: yang masih labil, juga berkaitan

Tabel 4. Karakteristik Responden berdasar Pendidikan

dengan minimnya pengalaman dan rekan kerja, sehingga dapat

Persen- Jmlh No. Pendidikan

tase (n)

menjadi kedala dalam pengambilan

(%) 1 Diploma I

10 keputusan dalam memulai usaha. 5.5

Kebidanan

Sedangkan usia lanjut, dikaitkan

2 Diploma III 124 68.5

dengan berkurangnya energi untuk Kebidanan

3 Diploma IV 40 22.1

berktivitas, sehingga semangat

Kebidanan 4 S1

untuk mencoba hal-hal baru juga

Kesehatan

terbatas.

52 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

dikaitkan dengan ilmu pengetahuan

Persen-

Jmlh No. Pendidikan

tase

(n)

yang sudah didapat di bangku

3 1.7 kuliah (Notoatmojo, 2007).

5 S2

Kesehatan/ Kebidanan

3) Lama Praktek

Jumlah 181

Rata-rata responden telah

Sumber: Data Primer 2014

menjalankan praktek mandiri Tabel 5. Karakteristik Bidan yang Memberikan Pelayanan

selama d”10 tahun (43.1%), dan Kebidanan Komplementer

sebanyak 0.6% telah menjalankan berdasar Pendidikan praktek mandiri selama lebih

Persen-

Jmlh No. Pendidikan

yang melaksanakan pelayanan

1 Diploma I

Kebidanan

kebidanan komplementer, rata-

2 Diploma III 13 50.0

Kebidanan

rata telah menjalani praktek

3 Diploma IV 12 46.2 dengan kurun waktu 11-20 tahun

Kebidanan 4 S1

Kesehatan 5 S2

0 0.0 Tabel 6. Karakteristik Responden Kesehatan/

berdasar Lamanya Praktek Kebidanan

Persen- Jumlah

Lama Jmlh

No.

tase (Tahun)

(n) (%) Sumber: Data Primer 2014

1 10 tahun 78 43.1 2 11-20 tahun 66

Tingkat pendidikan secara

3 21-30 tahun 36 19.9

pengetahuan seseorang dan akan

Sumber: Data Primer 2014

mempengaruhi perilaku dalam Tabel 7. Karakteristik Bidan

memutuskan sesuatu. Seseorang yang Memberikan Pelayanan

dengan tingkat pendidikan formal Kebidanan Komplementer berdasar Lamanya Praktek

lebih tinggi akan mempunyai

Persen- Lama

pengetahuan yang lebih Jmlh

No.

tase (Tahun)

(n) (%)

tinggi dibanding dengan yang

1 10 tahun 8 30.8

berpendidikan lebih rendah, hal ini

2 11-20 tahun 10 38.5

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 53

Persen-

4) Keikutsertaan dalam Seminar/

Pelatihan tentang Pelayanan

3 21-30 tahun 8

30.8 Kebidanan Komplementer

4 >30 tahun 0 0.0

Sebagian besar responden

Jumlah

belum pernah mengikuti seminar/ pelatihan tentang pelayanan

Sumber: Data Primer 2014

Lamanya praktek diasum- kebidanan komplementer sikan akan melatarbelakangi

(86.2%). Sedangkan pada bidan seorang bidan dalam berperilaku,

yang memberikan pelayanan yaitu membuka jenis pelayanan

kebidanan komplementer (50%) baru dalam menjalankan praktek

sudah mengikuti seminar tentang mandiri. Menurut Green (1991),

pelayanan kebidanan. perilaku seseorang ditentukan

Tabel 8. Karakteristik Responden oleh pengetahuan, sikap,

berdasar Keikutsertaan dalam Seminar/Pelatihan

kepercayaan, dan tradisi yang tentang Pelayanan Kebidanan berlaku di masyarakat. Lamanya Komplementer

Keikut-

p ra k t e k le b i h me n e n t u ka n

sertaan Persen- Jmlh

pengalaman dan kemampuan tase

No.

dalam

(n) Seminar/

seseorang dalam melakukan

Pelatihan 1 Sudah

tindakan/keterampilan, sehingga

2 Belum

disebut ahli dan terampil. Empat

Jumlah

tingkatan tindakan menurut Sumber: Data Primer 2014 Notoatmodjo (2007), persepsi,

Tabel 9. Karakteristik Bidan yang Memberikan Pelayanan

respon terpimpin, mekanisme, Kebidanan Komplementer dan adaptasi. Seseorang dengan

berdasar Keikutsertaan dalam Seminar/Pelatihan

tingkat pengalaman yang tinggi, tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer

respon adaptasinya sudah

Keikut-

berkembang dengan baik tanpa

sertaan Jmlh Persen-

No.

dalam

mengurangi kebenaran tindakan

(n) tase (%) Seminar/

tersebut. Pelatihan

1 Sudah 13 50.0

54 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

Keikut-

keterpaduan menalar secara

sertaan Jmlh Persen- No.

ilmiah dan etik yang bertolak

dalam

(n) tase (%) Seminar/

dari masalah nyata dalam bidang

Pelatihan 2 Belum

13 50.0 kerjanya (Budiman, 2013).

Sumber: Data Primer 2014

tentang Pelayanan Kebidanan Keikutsertaan dalam seminar

Komplementer dapat melatarbelakangi tingkat

Sebagian besar responden pengetahuan seseorang. Dengan

memiliki pengetahuan yang cukup m e n g i k u t i s e m i n a r, b i d a n

tentang pelaksanaan pelayanan mendapatkan informasi dan

kebidanan komplementer pengalaman baru. Informasi

(50.8%). Didapati responden mempunyai pengaruh besar

dengan pengetahuan kurang dalam pembentukan opini dan

(7.7%). Pengetahuan bidan yang kepercayaan. Pengalaman sebagai

memberikan pelayanan kebidanan sumber pengetahuan merupakan

komplementer mayoritas dalam suatu cara untuk memperoleh

kategori baik (69,2%). kebenaran pengetahuan dengan

Tabel 10. Pengetahuan Responden cara mengulang kembali tentang Pelayanan Kebidanan

pengetahuan yang diperoleh Komplementer dalam memecahkan masalah

Keikut- sertaan

yang dihadapi pada masa lalu. Persen-

Jmlh

No.

dalam tase (n)

Pengalaman belajar dan informasi

Seminar/ (%) Pelatihan

baru dalam bekerja yang

Baik (75- 1 75 41.4

dikembangkan akan memberikan 100%)

Cukup (56-

2 92 pengetahuan dan keterampilan 50.8

74%) Kurang

profesional, serta dapat

3 14 7.7 (d”55%)

mengembangkan kemampuan

Jumlah

mengambil keputusan yang Sumber: Data Primer 2014

merupakan manifestasi dari

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 55

Tabel 11. Pengetahuan Bidan perilaku yang tidak didasari yang Memberikan Pelayanan Kebidanan Komplementer

oleh pengetahuan (Notoatmodjo, tentang Pelayanan Kebidanan

Komplementer Keikut-

3. Jenis pelayanan Kebidanan Komple-

sertaan

Jmlh Persen-

menter yang Dipraktekkan pada Bidan

No.

dalam

(n) tase (%)

Seminar/

Praktek Mandiri

Pelatihan Tabel 12. Jenis Pelayanan Kebidanan

Baik (75- 1 18 69.2 Komplementer yang Dipraktekkan Bidan 100%)

Jmlh Persen-

(n) tase(%) Kurang

Pelayanan

1 Pijat/Massase

1 3.8 Sumber: Data Primer 2014

4 Yoga

5 Obat Herb al/ 3 11.5

Ramuan Tradisional

Pengetahuan merupakan

Sumber: Data Primer 2014

hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

Total responden di wilayah kabupaten terhadap suatu obyek tertentu.

Klaten yang memberikan pelayanan Penginderaan terjadi melalui

kebidanan komplementer sebanyak 14,4%, panca indera manusia, yaitu:

dari total responden 181 bidan. Jenis indera penglihatan, pendengaran,

pelayanan yang paling banyak dilakukan pe nc iuma n, ra sa d an rab a.

adalah pijat (80.8%), hipnoterapi dan Sebagian besar pengetahuan

acupressure juga banyak dilakukan manusia manusia diperoleh

oleh bidan dengan persentase yang m e la l u i m a t a d a n t e l in g a .

sama (15.5%), selanjutnya penggunaan Pengetahuan merupakan domain

obat herbal/ramuan tradisional sebagai yang s anga t penting untuk

pelengkap obat konvensional (11.5%), terbentuknya tindakan seseorang.

dan yoga (3.8%).

Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan dan kesadaran

Hasil penelitian Koc Z (2012) di akan lebih langgeng daripada

Turki, menyebutkan bahwa 58.9%

56 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

dari 129 bidan yang bekerja pada pusat

a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind kesehatan keluarga wilayah Samsun

and body interventions) meliputi : memberikan pengobatan alternatif dan

Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan komplementer pada pasiennya terutama ibu

spiritual, doa dan yoga hamil. Penggunaan obat herbal (32.6%),

b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupunktur 1.6%, teknik relaksasi (6.2%).

meliputi: akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda

Sedangkan hasil penelitian Samuel N

c. Cara penyembuhan manual meliputi: (2010) di Israel, menyebutkan bahwa

chiropractice, healing touch, tuina, 87.3% dari total responden (perawat-bidan)

shiatsu, osteopati, pijat urut sejumlah 238 orang, menggunakan terapi

d. Pengobatan farmakologi dan biologi komplementer pada pasiennya selama

meliputi: jamu, herbal, gurah hamil, kelahiran dan nifas. Sebanyak

e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan (67.1%) menggunakan terapi massage,

dan pengobatan meliputi: diet makro (48.6%) obat-obatan herbal, (42.2%)

nutrient, mikro nutrient meditasi, (40.5%) terapi sentuh, dan

f. Cara lain dalam diagnosa dan pengo- sebanyak (29.9%) doa/spiritual.

batan meliputi: terapi ozon, hiperbarik.

A p a bi l a d ib a n d in g k a n de n g a n Berdasa rka n peraturan menteri

total responden, jumlah bidan yang kesehatan RI tentang jenis-jenis terapi

menggunakan terapi komplementer di komplementer yang telah diakui

Turki (58.9%) dan di Israel (87.3%) masih di Indonesia yang tersebut di atas,

lebih banyak dibanding dengan hasil sebenarnya setiap tenaga kesehatan

penelitian ini (14.4%). Jumlah ini masih mempunyai perlindungan hukum untuk

jauh dari harapan pemerintah melalui dapat memberikan pelayanan kesehatan

Kementerian Kesehatan RI, dimana menggunakan terapi komplementer sesuai

pengobatan dan terapi komplementer telah dengan lingkup pelayanan berdasarkan

diatur dalam PERMENKES No: 1109/ profesinya. Dalam pelayanan kebidanan,

Menkes/Per/IX/2007. Adapun jenis-jenis hampir semua yang tersebut di atas dapat

terapi komplementer antara lain: diaplikasikan oleh bidan pada ibu dan anak.

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 57

Terapi Komplementer

Jenis

Jumlah Persentase

Pada poin ini, disajikan jenis-jenis

2 Obat Herbal/ Ramuan Tradisional

a. Ekstrak

khususnya untuk terapi pijat/massage

daun katuk (Racikan)

dan penggunaan obat herbal/ramuan

b. Jamu uyup-

uyup

tradisional. Dari total responden yang melaksanakan pelayanan kebidanan Sumber: Data Primer 2014

komplementer (14.4% dari 181 responden),

a. Pijat Oksitosin

sebanyak (80.8%) menjalankan praktek Oks itos in me ru paka n s uatu

massase/pijat, jenis-jenisnya meliputi: pijat hormon yang dikenal mempunyai

oksitosin (47.6%), pijat full body (33,3%), kemampuan untuk menstimulasi

pijat bayi (81%), massage payudara pengeluaran air susu ibu (ASI) dan

(42.9%), dan massage perineum (4.8%). kontraksi uterus. Hormon oksitosin

Sedangkan sebanyak (11.5%) memberikan juga berperan dalam kecemasan,

obat herbal/ramuan tradisional dengan pola makan, perilaku social dan

jenis: ekstrak daun katuk racikan (66.7%), respon stress. (Hashimoto, 2014)

dan jamu uyup-uyup (33.3%). Pijat oksitosin merupakan pemijatan

Tabel 13. Jenis Pelayanan Kebidanan tulang be lakang pa da c osta ke Komplementer yang Dipraktekkan Bidan

5-6 sampai ke scapula yang akan

mempercepat kerja saraf parasimpatis

1 Pijat/Massase a. Pijat

10 47.6 mengeluarkan oksitosin. (Depkes RI,

Oksitosin

2009) Berdasarkan hasil wawancara

b. Pijat Nifas

c. Pijat bayi

17 81.0 p a d a b id a n y a n g m e m b e r i k a n

d. Massage

pelayanan kebidanan komplementer,

payudara

e. Massage

1 4.8 mereka melakukan pijat oksitosin

perineum

pada ibu nifas mulai hari pertama.

58 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

Menurut bidan, pijat oksitosin yang semangat dan melepaskan ketegangan mereka implmentasikan terbukti dapat

emosi yang terjadi. Menjalani terapi memperlancar produksi ASI, pada

massage juga akan membantu ibu kira-kira 20 menit setelah pemijatan.

nifas untuk mendapatkan relaksasi Pemijatan dilakukan oleh suami ibu

yang maksimal yang diperlukan nifas selama 15 menit minimal sehari

selama masa pemulihan. Massage sekali.

nifas dapat dilakukan tepat setelah ibu melahirkan secara normal.

b. Pijat Nifas

c. Pijat Bayi

Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas yang dilakukan

Hampir semua bidan dalam dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini

penelitian ini yang menjalankan dilakukan dalam rangkaian postnatal

praktek kebidanan komplementer, treatment (spa postnatal). Pijat ini

menyatakan bahwa pijat bayi yang umumnya dilakukan bidan pada

dilakukan pada pasien/klien awalnya minggu pertama hingga minggu

dilakukan karena permintaan ibu kedua setelah persalinan ibu nifas.

(klien). Beberapa bidan menerima Hasil wawancara menjelaskan bahwa

pemijatan bayi dalam rangkaian tujuan dari dilakukannya perawatan

perawatan baby spa. Hasil pemaparan nifas (spa nifas) dengan melakukan

bidan menjelaskan bahwa dengan pijat pemijatan (massage) adalah untuk

bayi, akan membuat bayi tidak ‘rewel’ m el a nc a rk a n a li ra n d a ra h d a n

dan meningkatkan nafsu makan. Usia meningkatkan kenyamanan ibu nifas.

bayi yang dipijat bervariasi, rentang 0-12 bulan. Temuan ini didukung

Manurut Nadya (2013), massage oleh penjelasan Idward (2012),

nifas sangat membantu ibu dalam bahwa pijat bayi mempunyai banyak

masa nifas dalam proses penyembuhan keuntungan, antara lain mengurangi

kebiasaan menangis, menaikkan selama masa nifas. Massage nifas akan

berat badan, membuat bayi mudah membantu ibu dalam memulihkan

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 59 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 59

bidan melakukan praktek massage juga membantu bayi untuk buang air

perineum pada ibu hamil trimester besar. Pijat bayi dilakukan pada saat

3. Bidan tersebut menjelaskan, pijat bayi dalam keadaan santai dan di

perineum yang dilakukan bermanfaat tempat yang hangat. Dapat dilakukan

untuk mengurangi kejadian robekan sampai usia 3-4 tahun.

perineum pada saat persalianan, terutama pada primigravida. Pijat

d. Massage Payudara perineum dilakukan sendiri oleh ibu Massage payudara yang dimaksud

hamil di rumah, dan peran bidan dalam penelitian ini adalah pemijatan

adalah memberikan edukasi saat payudara pada masa nifas. Bidan pemeriksaan kehamilan. yang memberikan perawatan ini,

melakukannya bersamaan dengan Massage perineum merupakan postnatal treatment. Pemaparan

pijatan atau penguluran (stretching) bidan menjelaskan bahwa pemijatan

lembut yang dilakukan pada area dilakukan dengan lembut, bertujuan

perineum (kulit di antara anus dan untuk memperlancar produksi ASI.

vagina). Pijat perineum bertujuan untuk meningkatkan elastis itas

Pemapa ra n bidan diperkuat dengan penjelasan berikut. Pemijatan

perineum. Peningkatan elastisitas payudara setelah persalinan (masa

perineum akan mencegah kejadian nifas) bertujuan untuk merangsang dan

robekan perineum pada saat persalinan meningkatkatkan volume ASI, serta

normal maupun pada episiotomi. mencegah pembengkakan payudara.

Bukti telah didapatkan dari beberapa Pemijatan payudara bisa dimulai hari

penelitian bahwa dengan melakukan kedua masa nifas (Nakita, 2014).

massage pada daerah perineum memberikan manfaat dalam hal

e. Massage Perineum mengurangi kejadian laserasi dan

Dari (14.4%) bidan yang episiotomi. Pemijatan perineum memberikan pelayanan kebidanan

sebaiknya dilakukan sejak enam

60 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

minggu sebelum hari-H persalinan, kalium, fosfor, dan magnesium. sebanyak 5-6 kali dalam seminggu

Warna daunnya hijau gelap karena secara rutin. Selanjutnya selama

2 minggu menjelang persalinan, dapat digunakan untuk memperlancar pemijatan dilakukan setiap hari dengan

produksi ASI. Diolah seperti sayuran durasi 3-5 menit (Admin, 2014).

kangkung atau daun bayam, maupupun dalam bentuk ekstrak (Wiki, 2013).

f. Obat Herbal Jamu uyup-uyup merupakan

Penggunaan obat herbal/ramuan istilah jamu (minuman obat tradisional)

tradisional dalam penelitian ini di daerah Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Disebut juga jamu “gepyokan”. yaitu berupa ekstrak daun katuk dan

Jamu uyup-uyup merupakan minuman jamu uyup-uyup. Ekstrak daun katuk

obat herbal yang dibuat dari tanaman dan jamu uyup-uyup diberikan oleh

rimpang yang diolah dalam bentuk bidan sebagai pendamping obat-

simplisia, dalam keadaan utuh maupun obatan medis yang umum diberikan

dihaluskan, kemudian direbus dan selama masa nifas. Ekstrak daun

diambil sarinya. Kegunaannya adalah katuk dan jamu uyup-uyup berkhasiat

untuk meningkatkan produksi ASI. untuk melancarkan dan meningkatkan

Dalam tradisi jawa, jamu uyup-uyup produksi ASI. Daun katuk yang

masuk dalam kategori jamu gendong, diberikan bidan dalam sediaan ekstrak

merupakan warisan leluhur budaya (pil), sedangkan jamu uyup-uyup

Jawa yang diturunkan sejak jaman dalam sediaan cair.

Majapahit. Bahan rimpang jamu uyup- Daun katuk dapat mengandung

uyup untuk melancarkan produksi hampir 7% protein dan serat kasar

ASI terdiri atas: kencur, jahe, bangle, sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K,

lengkuas, kunyit, temulawak, puyang selain pro-vitamin A (beta-karotena),

dan temugiring, dapat ditambah gula

B, dan C. Mineral yang dikandungnya dan asam jawa atau jeruk nipis (Wiki,

adalah kalsium (hingga 2,8%), besi,

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 61

5. Alasan Bidan Mempraktekkan Terapi komplementer, umumnya beberapa di Komple menter dalam Pelayanan

antaranya memberikan jawaban yang sama. Kebidanan

Untuk mendukung ringkasan jawaban Untuk mengetahui alasan bidan

tersebut di atas, peneliti cantumkan mempraktekkan terapi komplementer

beberapa kuotasi hasil wawancara berikut dalam pelayanan kebidanan, peneliti

ini:

memberikan pertanyaan terbuka pada “Alasan saya membuka layanan

beberapa responden yang memberikan komplementer terapi di BPM karena saya

pelayanan kebidanan komplementer ingin mempraktekkan ilmu yang sudah

(14.4%). Pada item pertanyaan ini, jawaban saya dapat, sehingga dapat memberikan

informan telah peneliti rangkum pada tabel pengetahuan pada masyarakat tentang

di bawah ini: pengobatan komplementer dan alternative Tabel 14. Alasan Dilaksanakan Pelayanan Kebidanan Komplementer

medis, juga menambah variasi layanan

Alasan bidan mempraktekkan

jasa bu, jadi biar tambah ramai dan bisa

No. pelayanan kebidanan komplementer

bersaing dengan bidan-bidan baru”.

1 Mengedukasi masyarakat bahwa terapi

komplementer merupakan upaya preventif dalam mendukung tercapainya derajat

(Bidan #8 )

kesehatan masyarakat. 2 Mendukung pengobatan/ terapi

“Saya mencoba bu, setelah beberapa

konvensional yang menggunakan obat

kali ikut seminar tentang terapi

3 Terapi komplementer menstimulasi kekuatan alami terapeutik dari tubuh

komplementer dan pengobatan alternative,

pasien/klien sehingga aman dan tanpa efek samping

ya itung-itung sambil mengedukasi

4 Meningkatkan daya saing pasar dan merupakan pembeda/unggulan dengan

masyarakat bahwa pemerintah juga

BPM yang lainnya 5 Memenuhi permintaan pasien/ klien

mendukung pengobatan komplementer.

atas terapi non konvensional sehingga meningkatkan kepuasan klien

Saya juga ingin BPM Saya punya unggulan,

6 Mengurangi angka kesakitan akibat

jadi bisa bersaing bu”. (Bidan #31)

kesalahan pertolongan oleh tenaga non kesehatan yang tidak terlatih

“Terapi komplementer yang Saya Dari total informan yang peneliti

praktekkan bertujuan untuk mendukung wawancara (26 bidan) terkait alasannya

p en go ba ta n me d is y an g bi as a ny a me mbe rik an pe la ya nan k eb ida na n

dilakukan. Saling melengkapi bu. Seperti

62 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

pijat dan hipnoterapi, memberikan beberapa kuotasi hasil wawancara berikut stimulus sehingga tubuh akan merespon

ini:

dengan sendirinya. Jadi obat-obatan yang “Saya sudah pernah dengar istilah

tidak perlu tidak Saya berikan. Memang komplementer, tetapi Saya belum tahu

terapi ini aman, tanpa efek samping”. info dimana tempat pelatihan tentang

(Bidan #57) pemberian terapi komplementer dalam

Untuk mambantu mengan alisis pelayanan kebidanan, kalau ada Saya tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan

juga berminat bu. Masyarakat sepertinya komplementer di kabupaten Klaten,

kurang berminat ya bu ke bidan untuk peneliti juga mengajukan pertanyaan pada

sekedar pijat, karena mereka tahunya ya bidan yang tidak memberikan pelayanan

mbah dukun yang melakukan, kebetulan kebidanan komplementer pada pasiennya

dukun di wilayah Saya masih ada, dan (85.6%). Alasan mereka tidak menjalankan

eksis bu”. (Bidan #67) praktek ini, telah peneliti rangkum dalam

“Pangsa pasarnya sulit bu, karena tabel di bawah ini:

masyarakat kurang memahami informasi Tabel 15.. Alasan Bidan Tidak Memberikan

Pelayanan Kebidanan Komplementer tentang terapi komplementer, jadi mereka

kurang berminat sepertinya kalau datang

Alasan bidan tidak mempraktekkan No. pelayanan kebidanan komplementer

ke bidan, mereka anggapannya ya dukun

1 Kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan keterampilan

yang memberikan terapi alternatif dan

yang baik tentang terapi komplementer

komplementer. Dukun kan masih ada bu

2 Kurangnya dukungan dari organisasi profesi

di empat Saya, itu sudah tradisi”. (Bidan

3 Masyarakat beranggapan bahwa pemberian terapi komplementer bukan

merupakan tugas tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat masyarakat

“Dukun masih banyak bu, memang

akan pengobatan menggunakan terapi komplementer oleh tenaga kesehatan

sudah menjadi budaya di masyarakat

4 Masih banyak dukun aktif yang menjalankan tradisi memberikan terapi

Saya, setelah melahirkan pasien dirawat

komplementer dan alternatif

mbah dukun sampai 40 hari. Sepertinya Untuk mendukung ringkasan jawaban

IBI juga belum pernah mengadakan tersebut di atas, peneliti cantumkan

pelatihan tentang itu ya bu ?. Kalau Saya

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 63 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 63

dan peraturan tentang pemberian Saya”. (Bidan #156)

terapi komplementer, dan belum pernah memfasilitasi adanya

Berdasarkan temuan dalam penelitian seminar dan pelatihan tentang terapi

ini, dapat disimpulkan bahwa penyebab

komplementer.

masih rendahnya penggunaan terapi komplementer oleh bidan praktek mandiri

c. Masyarakat beranggapan bahwa di kabupeten Klaten (14.4%) adalah:

pemberian terapi komplementer

a. Ku ran gny a ak s es b ida n unt uk bukan merupakan tugas tenaga menjangkau tercapainya pengetahuan

kesehatan, sehingga mengurangi dan keterampilan yang baik tentang

minat masyarakat akan pengobatan terapi komplementer.

menggunakan terapi komplementer Hal ini didukung oleh data karakteristik

oleh tenaga kesehatan. responden berdasarkan keikutsertaan

Pada masyarakat kita, pemberian dalam seminar dan pelatihan tentang

tarapi komplementer dan terapi medis terapi komplementer dalam pelayanan

masih dibedakan dan belum bisa kebidanan mayoritas belum pernah

dilakukan secara beriringan. Hal ini mengikuti (86.2%), didukung oleh

diakibatkan oleh pemberi pelayanan tingkat pengetahuan yang kurang

terapi komplementer masih banyak baik/cukup sebesar (50.8%), dan

dilakukan oleh tenaga non kesehatan pendidikan terakhir DIII Kebidanan

dengan mengikuti pendidikan non (68.5%) belum mendapatkan materi

formal. Sesuai dengan anggapan terapi komplementer.

ini, maka perlu adanya sosialisasi pada masyarakat bahwa pemberian

b. Kurangnya dukungan dari organisasi terapi komplementer merupakan

profesi. pelengkap dalam terapi medis dan

Organisasi IBI sejauh ini belum dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan mensosialisasikan secara intensif terlatih yang menempuh pendidikan pada bidan-bidan di kabupaten

formal.

64 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

d. Masih banyak dukun aktif yang 2014, yaitu suatu upaya untuk menjalankan tradisi memberikan

meningktkan pelayanan kesehatan terapi komplementer dan alternatif.

dengan mengupayakan pada upaya Dukun merupakan mitra bidan

promotif dan preventif (Kemenkes yang keberadaannya masih sangat

RI, 2010).

dipercayai oleh masyarakat.

b. Mendukung pengobatan/ terapi Pendekatan dukun menggunakan

p e nd e k a ta n ke k e lu a rg a a n d a n konvensional yang menggunakan menjunjung tinggi adat istiadat

obat.

setempat, sehingga lebih mudah dipercayai oleh masyarakat.

komplementer merupakan cara Pemberian terapi komplementer masih

penanggulangan penyakit yang diasumsikan merupakan wewenang

dilakukan sebagai pendukung atau dukun, untuk itu perlu adanya

pendamping kepada pengobatan sosialisasi dan pendidikan kesehatan

medis konvensional atau sebagai pada masyarakat bahwa pemberian

pengobatan pilihan lain diluar terapi komplementer merupakan

pengobatan medis yang konvensional pelengkap dalam pemberian terapi

(Anonim, 2012). konvensional medis.

c. Aman dan tanpa efek samping. Pemberian pelayanan kebidanan

Walaupun bukti-bukti ilmiah belum komplementer dinilai mempunyai banyak

banyak yang mendukung tentang manfaat dan keunggulan, seperti yang telah

penggunaan terapi komplementer dirangkum berdasarkan hasil wawancara

(Ernst&Wats on, 2012), na mun pada bidan yang telah memberikan

berdasarkan pengalaman provider pelayanan pada ibu dan anak, yaitu:

dan user, terapi komplementer aman dan dapat digunakan pada ibu dan

a. Mendukung tercapainya derajat anak. Obat-obat komplementer

kesehatan masyarakat. yang digunakan dalam pemberian

Pernyataan bidan ini didukung terapi komplementer adalah obat

oleh Rinstra Kemenkes tahun 2010-

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 65 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 65

f. Mengurangi angka kesakitan akibat bahan dari alam. Bahan-bahan yang

kesalahan pertolongan oleh tenaga non umum digunakan dalam pengobatan

kesehatan yang tidak terlatih. komplementer di Indonesia

Kesalahan pertolongan dari umumnya telah dikaji dan diteliti

penggunaan terapi komplementer keefektivitasannya dan keamanannya

oleh tenaga yang tidak terlatih, dapat (Anonim, 2012).

menyebabkan cedera yang serius.

d. Unggulan dengan BPM yang lainnya. Sesuai dengan peraturan menteri Pemberian pelayanan kebidanan

kesehatan (Permenkes No: 1109/ komplementer dapat menjadi nilai

Menkes/Per/IX/2007), pengobatan tambah bagi praktek bidan mandiri.

k o m pl e m e n t e r-a l t e rn a t i f t id a k Dengan menyedikan pelayanan

dilakukan oleh paramedis/dokter yang inovatif dan layanan yang

pada umumnya, tetapi oleh seorang sesuai dengan harapan mereka, maka

ahli atau praktisi yang menguasai telah meningkatkan mutu pelayanan

keahliannya tersebut melalui kesehatan (Al-Assaf, 2009).

pendidikan yang lain/non medis. Namun dalam Peraturan Menteri

e. Memenuhi permintaan klien untuk Kesehatan RI yang lain (Permenkes

meningkatkan kepuasan. No: 1109/Menkes/Per/IX/2007),

Kepuasan klien merupakan bagian dari menjelaskan tentang penyelenggaraan

pelayanan kesehatan bermutu. Prinsip pengobatan komplementer-alternatif

peningkatan mutu pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas

adalah dengan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal

klie n, yait u den gan meme nuhi tersebut, sebaiknya masyarakat lebih

pelayanan yang diinginkan klien. mempercayakan pemberian pelayanan

Dengan memenuhi permintaan klien, kesehatan konvensional maupun

maka terjadi proses perbaikan proses, komplementer pada tenaga kesehatan kuantitas dan kualitas pelayanan yang telah terlatih. (Wijoyo, 2008).

66 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

6. Pendapat Bidan tentang Penggunaan Untuk mendukung ringkasan jawaban Terapi Komplementer dalam Pelayanan

tersebut di atas, peneliti cantumkan Kebidanan

beberapa kuotasi hasil wawancara berikut Untuk mendapatkan jawaban tentang

ini:

pendapat bidan tentang penggunaan “Pendapat Saya, ini perlu

terapi komplementer dalam pelayanan dikembangkan bu, kan asalnya jamu,

kebidanan, peneliti menanyakan pada bengkung, pilis, pijat, dll, itu dari budaya

bidan yang sudah dan belum mmemberikan kita, maka kalau bukan orang Indonesia

pelayanan kebidanan komplementer. sendiri nanti diakui bangsa lain. Jangan

Informan peneliti dapatkan secara acak. gengsi juga sebagai masyarakat Indonesia

Dari beberapa jawaban, dapat peneliti rinci untuk memanfaatkannya, untuk itu perlu

dalam tabel di bawah ini: didukung pemerintah, IBI juga penting ikut Tabe l 16. Pe n dap at B i d an te nt an g Penggunaan Terapi Komplementer dalam

terjun di dalamnya”. (Bidan #11) Pelayanan Kebidanan “Sudah bagus bu, karena sudah mulai

Pendapat bidan tentang penggunaan No. terapi komplementer dalam pelayanan

banyak yang mengetahui dan akhirnya

kebidanan 1 Sebagai generasi penerus, setiap tenaga

ikut pelatihan terus praktek. Saya rasa

kesehatan dan masyarakat sebaiknya menggunakan dan mengembangkan terapi

sebagai bidan bisa menjadi fasilitator

komplementer

masyarakat bu, kan membantu upaya

2 Perlu adanya penelitian lebih lanjut

promosi kesehatan. Pemerintah juga labih

komplementer dan alternatif 3 Perlu dukungan penuh dari organisasi

gencar lagi menyebarluaskan informasi

profesi dan pemerintah dalam bentuk memfasilitasi tenaga kesehatan dalam

ke masyarakat tentang penggunaan terapi

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang penggunaan terapi komplementer,

komplementer dalam pelayanan medis”.

dan juga dalam bentuk pemenuhan sarana dan prasarana pendukung

(Bidan #124)

4 Pemerintah hendaknya lebih mensosia- lisasikan lagi kepada masyarakat tentang

“Saya rasa masyarakat harus lebih

manfaat penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian

tahu bu, jadi mau menggunakannya.

layanan medis

Pemerintah ini tugasnya buat iklan yang

5 Memberdayakan bidan sebagai fasilitator bagi masyarakat untuk meningkatkan

bagus biar narik masyarakat supaya sadar

upaya promotif dan preventif melalui terapi komplementer

akan kelebihan terapi komplementer, ini

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 67 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 67

untuk diketahui keefektivitasannya. Hal ini menyangkut penggunaan

Untuk meningkatkan cakupan pemberian pelayanan kebidanan komplementer (14.4%) oleh bidan,

praktek berdasarkan bukti, maka berdasarkan hasil wawancara tersebut,

dapat meningkatkan upaya untuk maka upaya-upaya yang dapat dilakukan

meningkatkan derajat kesehatan adalah:

masyarakat, baik melalui upaya

a. Meningkatkan penggunaan dan promotif, kuratif dan rehabilitatif.

meningkatkan upaya untuk

c. M e n i n g k a t k a n d u k u n g a n d a r i mengembangkan terapi komplementer

organisasi profesi (IBI) dan pemerintah oleh setiap tenaga kesehatan (bidan)

dengan memfasilitasi tenaga kesehatan dan masyarakat.

dalam penyelenggaraan pendidikan Hal ini dapat dimulai dengan

dan pelatihan tentang penggunaan menjadikan terapi komplementer,

terapi komplemente r, dan juga termasuk penggunaan bahan-bahan herbal

dalam bentuk pemenuhan sarana dan sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

prasarana pendukung. Bidan dapat menjadi penggerak dan role

Hal ini dapat dilakukan model masyarakat dengan meningkatkan

dengan mengadakan seminar kembali pemanfaatan toga (tanaman

dan pelatihan tentang pelayanan obat keluarga), dan menslogankan

kebidanan komplementer dan “kembali ke tradisi dan alam”.

alternatif dalam kebidanan. IBI dapat

b. Mengadakan penelitian lebih lanjut bekerja sama dengan suatu lembaga/

organisasi yang telah berpengalaman terapi komplementer dan alternatif,

menyelenggarakan pelatihan tentang baik oleh praktisi dan akademisi.

terapi komplementer, dan secara Penerapan pelayanan terapi

berkala melatih bidan-bidan dalam komplementer dan alternatif

68 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...

lingkup organisasi untuk kemudian tentang pemberian layanan terapi

disebarluaskan pada bidan- komplementer oleh tenaga kesehatan.

bidan di wilayah. IBI juga dapat

e. Memberday akan bidan se bagai menyelenggarakan pelatihan atau

fasilitator bagi masyarakat untuk seminar tentang terapi komplementer

meningkatkan upaya promotif dan ini setiap bulan saat pertemuan

preventif melalui terapi komplementer.

a n g g o t a . D e n g a n m e mb e r i k a n Fasilitator bertugas untuk

pengetahuan dan keterampilan melalui memfasilitasi kader dalam melakukan

seminar maupun pelatihan, diharapkan pendampingan pada masyarakat.

terjadi perubahan pengetahuan dan

D e n g a n s i s t e m p e m b e rd a y a a n sikap bidan sehingga akan mengubah

masyarakat melalui kader, maka perilaku bidan dalam memberikan

kesadaran akan upaya meningkatkan pelayanan kebidanan.

derajat kesehatan masyarakat melalui

d. M e n i n g k a t k a n u p a y a p r o m o s i pemanfaatan terapi komplementer

dan sosialisasi kepada masyarakat dan alternatif akan tertanam lebih

tentang manfaat penggunaan terapi baik. Bidan dan tenaga kesehatan

komplementer dan alternatif sebagai yang lain dapat menjadi mitra bagi

pelengkap pemberian layanan medis. ahli/tenaga non kesehatan yang telah

Upaya-upaya penyebarluasan lebih dulu menjalankan praktek

informasi dan pengetahuan tentang pengobatan komplementer-alternatif.

terapi komplementer pada masyarakat Dengan meningkatkan kesadaran akan

dapat dilakukan bidan dan tenaga penggunaan terapi komplementer

kesehatan lain melalui kegiatan- dan alternatif dalam meningkatkan

kegiatan yang sudah berjalan di derajat kesehatan masyarakat, maka

masyarakat, misal Posyandu, kegiatan telah membantu pemerintah dalam

PKK, arisan dan pengajian. Dengan menjalankan amanat undang-undang

pemberian informasi yang benar dan mendukung terwujudnya visi dan

dan terus menerus , diharapkan misi Kementerian Kesehatan RI.

terjadi perubahan paradigma

Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 69

D. SIMPULAN DAN SARAN Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian pelayanan

Penggunan terapi komplementer oleh kebidanan komplementer yaitu: setiap tenaga

Bidan Praktek Mandiri (BPM) di kabupaten kesehatan dan masyarakat menggunakan

Klaten sebesar 14,4%. Penyebab masih dan mengembangkan terapi komplementer,

rendahnya penggunaan terapi komplementer perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai

oleh BPM di kabupeten Klaten adalah kurangnya akses bidan untuk menjangkau

dan alternatif, perlu dukungan penuh dari tercapainya pengetahuan dan keterampilan

organisasi profesi dan pemerintah dalam yang baik tentang terapi komplementer,

bentuk memfasilitasi tenaga kesehatan dalam kurangnya dukungan dari organisasi profesi,

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan masyarakat beranggapan bahwa pemberian

tentang penggunaan terapi komplementer, perlu terapi komplementer bukan merupakan tugas

adanya upaya sosialisasi dan promosi kepada tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat

masyarakat tentang manfaat penggunaan terapi masyarakat akan pengobatan menggunakan

komplementer dan alternatif sebagai pelengkap terapi komplementer oleh tenaga kesehatan, dan

pemberian layanan medis, dan memberdayakan masih banyak dukun aktif yang menjalankan