APLIKASI IRIGASI BERSELANG (INTERMITTENT IRRIGATION) PADA BUDIDAYA TANAMAN PAK CHOI (BRASSICA RAPA L.) DENGAN MEDIA TANAM CAMPURAN PADATAN DIGESTAT DAN TANAH Intermittent irrigation Applications on Pak Choi (Brassica rapa l.) Cultivation with Mixed Plant

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

  • JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 76

92 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.74

  ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/

APLIKASI IRIGASI BERSELANG (INTERMITTENT IRRIGATION) PADA

BUDIDAYA TANAMAN PAK CHOI (BRASSICA RAPA L.) DENGAN MEDIA

TANAM CAMPURAN PADATAN DIGESTAT DAN TANAH

  

Intermittent irrigation Applications on Pak Choi (Brassica rapa l.) Cultivation with Mixed Plant

Media Digestat and Soil

1,*)

  2

  2 1 Ahmad Rifki Maulana , Oktafri , Ahmad Tusi 2 Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

  • )

  Email

  

Diterima: Januari 2018

Disetujui: Maret 2018

ABSTRACT

  

The aim of this research is to know the effectiveness of intermittent irrigation and water

productivity analysis, analysis of optimum irrigation interval on plant material of mixed

solids of digestat and soil mixture, analysis of optimum combination of digestat solid and

soil for plant, and growth and yield analysis Pak Choi plant production. The research

was conducted at Greenhouse Plastic Department of Agricultural Engineering Faculty

of Agriculture, University of Lampung in November 2016 until December 2016. This

research uses two factors of observation, namely Composition of Planting Media and

Interval of Irrigation Time. This research used 4 mixed treatment of plant media

composition, that is D0 (Digestat 0%: Soil 100%), D1 (Digestat 20%: Soil 80%), D2

(Digestat 40%: Soil 60%), and D3 (Digestat 60% : Soil 40%). Each mixture of media

was done 3 repetitions, so that 12 pots were observed. The results showed that the

combination of planting medium D1 (Digestat 20%: 80% soil) resulted in a high enough

on pak choi of 122.7 grams, while for treatment result D0, D2 and D3 there was a less

significant difference. The provision of irrigation water with intermittent irrigation does

not significantly affect the growth and yield of Pak choi plant. Longer water delivery

intervals still provide a good effect on the results of pak choi plant production due to the

addition of solid digestat on the planting medium. The highest water use productivity was

achieved by treatment D1 with an average of 774.9 g /m3.

  Keywords: digestat, intermittent irrigation, media planting, pak choi.

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

ABSTRAK

  Digestat merupakan limbah keluaran yang dihasilkan dari pembuatan pembuatan biogas dengan bahan dasar kotoran ternak. Padatan digestat mengandung unsur hara makro seperti N, P, K dan unsur hara mikro seperti Ca, Mg, S dan Fe yang dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman dan juga membantu menyediakan kandungan hara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian air irigasi berselang (intermittent irrigation) dan analisis water productivity, analisis interval irigasi yang optimum pada bahan media tanam campuran padatan digestat dan tanah, analisis kombinasi padatan digestat dan tanah yang optimum bagi tanaman, dan Analisis pertumbuhan dan hasil produksi tanaman Pak Choi. Penelitian dilaksanakan di Greenhouse plastik Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Penelitian ini menggunakan dua faktor pengamatan yaitu Komposisi Media Tanam dan Interval Waktu Pemberian Irigasi. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan campuran komposisi media tanam, yaitu D0 (Digestat 0% : Tanah 100%), D1 (Digestat 20% : Tanah 80%), D2 (Digestat 40% : Tanah 60%), dan D3 (Digestat 60% : Tanah 40%). Masing-masing campuran media dilakukan 3 pengulangan, sehingga didapat 12 pot yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi media tanam D1 (Digestat 20% : Tanah 80%) menghasilkan berangkasan atas pak choi cukup tinggi yaitu sebesar 122,7 gram, sedangkan untuk hasil perlakuan D0, D2 dan D3 terjadi perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Pemberian air irigasi dengan Intermittent

  

irrigation tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman

  pak choi. Interval pemberian air yang lebih panjang tetap memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil produksi tanaman pak choi diakibatkan adanya penambahan padatan digestat pada media tanam. Produktivitas penggunaan air tertinggi dicapai oleh perlakuan D1 dengan rata-rata sebesar 774,9 g/m3.

  Kata kunci: digestat, intermittent irrigation, media tanam, pak choi.

  PENDAHULUAN bagi pertumbuhan dan perkembangan

  tanaman. Padatan digestat juga Digestat merupakan limbah mempunyai kemampuan yang cukup baik keluaran yang dihasilkan dari pembuatan dalam hal menyimpan dan mennyerap air biogas dengan bahan dasar kotoran ternak.

  (water holding capacity). Keluaran biogas tersebut dapat berupa

  Penelitian yang dilakukan oleh padatan dan cairan yang mempunyai Sadewa (2016) penambahan padatan pada potensi besar apabila dimanfaatkan, salah media tanam dapat memperbaiki struktur satunya yaitu dapat membantu tanah dan meningkatkan tampungan air di memperbaiki sifat fisik media tanam, zona perakaran. Pada penelitian tersebut khususnya tanah. Padatan digestat air irigasi diberikan secara kontinyu mengandung unsur hara makro seperti N, dengan menggunakan irigasi bawah

  P, K dan unsur hara mikro seperti Ca, Mg, permukaan pada kedalaman media tanam S dan Fe yang dapat dimanfaatkan sebagai 20 cm. Hasil produksi dan pertumbuhan nutrisi bagi tanaman dan juga membantu tanaman pak choi pada komposisi digestat menyediakan kandungan hara yang baik

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

  Persemaian benih Pak choi dilakukan selama 3 minggu. Setelah 3 minggu pemindahan bibit dilakukan dengan baik. Pengamatan dilakukan selama 4 MSA (minggu setelah adaptasi) yang terdiri dari beberapa parameter yaitu kondisi lingkungan, meliputi intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan udara (di dalam di greenhouse ) dengan menggunakan alat termometer bola basah bola kering untuk suhu dan kelembaban serta lux meter untuk mengukur intensitas cahaya.

  Berdasarkan uraian di atas diperlukan penelitian mengenai pemanfaatan digestat padat sebagai campuran media tanam dengan menggunakan metode pemberian air yang berbeda sebagai pembanding penelitian sebelumnya yaitu dengan metode pemberian air irigasi secara berselang (intermittent irrigation ) agar dapat diketahui kebutuhan air dari tanaman serta untuk menjawab hasil penelitian dari Sadewa (2016).

  dan tanah (80% : 20%) dan (60% : 40%) kurang optimum.

  Evapotranspirasi diukur berdasarkan penurunan air (di dalam bak penampung air) setiap perlakuan dengan menggunakan penggaris. Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dari pangkal batang sampai dengan ujung daun tertinggi dengan menggunakan penggaris. Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna. Luas daun diukur dengan cara membuat mal atau replika setiap helai daun pada kertas A4. Luas kanopi diukur dengan cara di foto menggunkan kamera dari arah tegak lurus di atas tanaman. LD =

METODE PENELITIAN

  1 (Digestat 20%: Tanah

  ............................................. 4) Keterangan: RA : Ratio luas print out (cm

  )

  2

  (g) LD : Luas daun (cm

  (g) WK : Berat kertas replika sampel kanopi

  ) W1 : Berat kertas A4 (g) WS : Berat kertas replika sampel daun

  2

  ) A1 : Luas Kertas A4 (cm

  2

  ) AY : Luas Penampang Pot Prin out (cm

  2

  (cm

  ) AX : Luas Penampang Pot Sebenarnya

  2

  LD LK

  80%), D

  ILD =

  .............................................. 3)

  Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2016 di Greenhouse Plastik dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air dan Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah digestat padat keluaran sisa biogas, tanah dari Laboratorium Lapangan Terpadu, air dan benih tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L.) sebagai indikator.

  x WKx RA ........................... 2) RA =

  A1 W1

  ................................... 1) LK =

  1

  1

  Alat yang digunakan adalah cangkul, polibag dengan diameter 25 cm sebagai wadah media tanam, timbangan digital, batu bata sebagai dudukan pot, penggaris/meteran, gunting, gayung, ember, saringan, desikator, timbangan analitik, plastik, pengaris, termometer, RH meter, ayakan tanah, gelas ukur, ember, kamera, alat tulis dan seperangkat komputer.

  Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan campuran komposisi media tanam basis volume, yaitu D (Digestat 0% : Tanah 100%), D

  (Digestat 60%: Tanah 40%). Masing- masing campuran media dilakukan 3 pengulangan, sehingga didapat 12 pot pengamatan.

  3

  (Digestat 40%:Tanah 60%), dan D

  2

  AX AY Pengukuran dan pengamatan pada penelitian pendahuluan menunjukkan interval irigasi pada perlakuan media (Tanah 100%: Digestat 0%) setiap 5 jam dilakukan pemberian irigasi, media (Tanah 80% : Digestat 20%) setiap 10 jam, media (Tanah 60% : Digestat 40%) setiap 24 jam, dan media (Tanah 40% : Digestat 60%) setiap 30 jam. Irigasi diberikan kembali pada kondisi field capacity apabila sudah mencapai interval waktu tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  (% Berat) RAW (% Berat) D0 2,1065 13,46 6,06 D1 2,1846 22,87 10,29 D2 2,2818 26,03 11,71 D3 2,7408 32,22 14,50

  Keterangan: KA = Kadar Air (%) BM = Berat Media (gr) BW = Berat Wadah (gr)

  100+% berat 100+

  berat ke dalam bentuk gram menggunakan rumus sebagai berikut:

  30 Untuk mengubah kadar air tanah persen

  24 D3 6942,8 6237,2 5374,8 1568,0 705,6

  10 D2 6585,3 6012,7 5312,8 1272,5 572,6

  5 D1 6354,2 5850,6 5235,1 1119,1 503,6

  Irigasi (Jam) D0 5586,3 5289,7 4927,2 659,1 296,6

  AW (gram) RAW (gram) Interval

  (gram) (gram) PWP (gram)

  Tabel 2. Interval Pemberian Air Irigasi dan Sifat Fisik Media Perlakuan FC

  Tabel 1. KA, FC dan PWP Media Tanam Perlakuan KA Media (% Kering) AW

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

  Berdasarkan data analisis pada (Tabel 1), digunakan sebagai acuan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui interval irigasi yang sesuai pada masing- masing perlakuan media tanam.

  tersedia sebesar 32,22% dan air segera tersedia sebesar 14,50%.

  4 air tanah

  26,03% dan air segera tersedia sebesar 11,71%, serta pada media D

  3 air tanah tersedia sebesar

  tanah tersedia sebesar 22,87% dan air segera tersedia sebesar 10,29%, pada media D

  1 air

  Rata-rata kadar air kondisi air tanah tersedia (AW) pada media D sebesar 13,46% dan pada titik air segera tersedia (RAW) sebesar 6,06%, pada media D

  ILD : Indeks Luas Daun Pengamatan saat panen meliputi: berangkasan total ditimbang seluruh bagian tanaman pada setiap perlakuan, berangkasan bawah dan atas untuk tanaman di potong pada bagian batang dan akar, kemudian tajuk dan akar masing – masing diukur dan ditimbang beratnya.

  )

  2

  LK : Luas kanopi (cm

  • ................. 5)

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

  5 J am Ir ig as i

  6

  7 8 9 10 11 12 13 14 15 B er a t M edia ( g r) Hari Ke-

  D0 FC θc PWP

  4900 5000 5100 5200 5300 5400 5500 5600

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  4

  5 J am Ir ig as i

  

5

J

am

Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 B er a t M edia ( g r) Hari Ke-

  5

  3

  Dari perhitungan diperoleh berat FC pada media tanah 100% sebesar 5586,3 gram dan titik layu permanen sebesar 4927,2 gram, pada media tanah 80% berat kapasitas lapang sebesar 6354,2 gram dan titik layu permanen sebesar 5235,1 gram, pada media tanah 60% kapasitas lapang sebesar 6585,3 gram dan titik layu permanen sebesar 5312.8 gram, serta pada media tanah 40% kapasitas lapang sebesar 6942,8 gram dan titik layu permanen sebesar 5374,8 gram.

  5 J am Ir ig as i

  

Gambar 1. Penurunan Air Irigasi Pada Media Tanah 100%

  Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat penurunan berat yang terjadi setiap hari. Penurunan berat yang terjadi setiap harinya mengalami fluktuasi bergantung pada suhu dan kelembaban pada

  greenhouse

  . Semakin tinggi suhu maka penurunan jumlah air dalam media juga lebih cepat dibandingkan pada suhu yang lebih rendah. Pertumbuhan tanaman juga mempengaruhi penurunan air pada media karena kebutuhan air tanaman semakin tinggi seiring bertambahnya ukuran tanaman itu sendiri. Interval irigasi pada perlakuan media tanah 100% lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain, setiap 5 jam air irigasi diberikan kembali ke posisi kapasitas lapang. Kebutuhan air irigasi yang diberikan juga lebih banyak

  4900 5000 5100 5200 5300 5400 5500 5600

  Pag i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  2

  5 J am Ir ig as i

  

5

J

am

Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am Ir ig as i

  5 J am

  1

  DO FC θc PWP

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

  dikarenakan interval pemberian irigasinya yang pendek.

  6400 6200 r) g (

  6000 edia

  5800 M

  D1 t a

  5600 FC er B

  5400 θc PWP

  5200

i i i i i i i i i

i re re re re re

as as as as as as as as as

jam So jam So jam So jam So jam So

ig ig ig ig ig ig ig ig ig

  Pag

Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 9 10 11 12 13 14 15 Hari Ke-

  6400.0 r)

  6200.0 g (

  6000.0 edia

  5800.0 M

  D1 t

  5600.0 a

  FC er

  5400.0 B

  θc 5200.0

i i i i i i i i i i

re re re re re

  PWP

as as as as as as as as as as

o jam S jam So jam So jam So jam So

ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig

  

Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir

  1

  1

  1

  1

  1 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

  Hari Ke-

Gambar 2. Penurunan Air Irigasi Pada Media Tanah 80% dan Digestat 20%

  Perlakuan media tanam campuran paparan sinar matahari yang menyebabkan tanah 80% dan digestat 20% diperoleh laju penurunan air yang terjadi juga lebih interval irigasi yaitu 10 jam. Penurunan rendah. air irigasi yang terjadi mengalami Perlakuan media campuran tanah perbedaan setiap harinya, pada 10 jam 60% dan digestat 40% diperoleh interval pertama penurunan air pada media lebih irigasi sebesar 24 jam. Penambahan banyak dibandingkan dengan penurunan digestat mengakibatkan peningkatan daya air pada 10 jam kedua. Penurunan pada jerap air pada media, semakin banyak jam kedua lebih rendah dikarenakan pada komposisi digestat yang diberikan maka interval tersebut terjadi berada pada interval irigasinya semakin panjang malam hari dikarenakan sedikitnya

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018 6650 6450 r) g 6250 (

  6050 edia M

  D2 5850 t a

  FC er 5650 B

  θc 5450 PWP 5250 i i i i i i i i i i i i i i i as as as as as as as as as as as as as as ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig

  Pag Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir 1 2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 9 10 11 12 13 14 15 Hari Ke-

  6650 )

  6450 GR (

  6250

  IA D 6050

  E M 5850

  D2 T A 5650

  R FC E B

  5450 ΘC

  5250 PWP M M M M M M M M M M M M M M M JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA JA

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24

  24 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

  • - H ARI K E

  Gambar 3. Penurunan Air Irigasi Pada Media Tanah 60% dan Digestat 40%

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018 6900.0 6700.0 r) g

  6500.0 (

  6300.0 edia

  6100.0 M

  D3 t

  5900.0 a

  FC er

  5700.0 B

  θc 5500.0 5300.0

  PWP

i i i i i i i i i i i

i

as as as as as as as as as as as

ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig

  Pag Ir

Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir

  1

  2

  3

  5

  6

  7

  

9

  10

  11

  13

  14

  15 Hari Ke- 6900 r)

  6700 g (

  6500 6300 edia

  6100 M

  D3 t

  5900 a

  5700 FC er B

  5500 θc 5300 i i i i i i i i i i i

  PWP as as as as as as as as as as as jam jam jam jam jam jam jam jam jam jam jam ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig ig Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir Ir

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  17

  18

  19

  21

  22

  23

  25

  26

  27

  29

  30 Hari Ke-

Gambar 4. Penurunan Air Irigasi Pada Media Tanah 40% dan Digestat 60%

  Suhu rata-rata harian pada pagi hari Temperatur dan Kelembaban (RH)

  o o

  sekitar 29,4

  C, siang hari 35,7 C dan sore Lingkungan dalam Greenhouse

  o

  hari sekitar 29,9

  C. Suhu harian setiap Pengamatan suhu dan kelembaban harinya mengalami perubahan (fluktuasi). (RH) dilakukan setiap hari yaitu dilakukan Suhu tertinggi terjadi pada hari ke-26 yaitu tiga kali pengamatan pada pagi, siang dan

  o

  43 C, dan suhu terendah terjadi pada hari sore hari dengan menggunakan alat

  o

  ke-3 yaitu 27

  C. thermometer dan RH meter. Hasil Perlakuan media campuran tanah pengamatan menunjukkan bahwa nilai

  o

  40% dan digestat 60% diperoleh interval suhu (

  C) dan RH (%) mengalami irigasi sebesar 30 jam. Perlakuan tersebut perubahan setiap hari, perubahan merupakan perlakuan yang paling panjang berbedaan suhu dan RH harian dapat interval pemberian irigasinya dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Suhu rata-rata harian pada pagi hari

  o o

  sekitar 28,4

  C, siang hari 34,7 C dan sore

  o

  hari sekitar 28,9

  C. Suhu harian setiap

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

  harinya mengalami perubahan (fluktuasi). hari sekitar 59.0 % dan sore hari sekitar Suhu tertinggi terjadi pada hari ke-26 yaitu 74,5 %. Kelembaban tertinggi terjadi pada

  o

  43 C, dan suhu terendah terjadi pada hari hari ke-9 yaitu 92 % dan terendah pada

  o

  ke-3 yaitu 27 C. hari ke-22 yaitu 51%.

  Sedangkan untuk nilai rata-rata RH harian yaitu pagi hari sekitar 76,8 %, siang

  45

  43

  41

  39 )

  37 oC (

  35 Pagi

  33 Siang Suhu

  31 Sore

  29

  27

  25

  1

  3

  5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Hari Ke-

  

Gambar 5. Suhu Harian dalam Greenhouse

  95

  85 %)

  75 (

  Pagi H R

  Siang

65 Sore

  55

  45

  1

  3

  5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Hari Ke-

  

Gambar 6. RH Lingkungan Harian dalam Greenhouse

Laju Evapotranspirasi media setiap harinya. Pengamatan

  Laju evapotranspirasi diukur tersebut dilakukan dari awal penaman berdasarkan selisih penurunan air yang hingga pemanenan. Evapotranspirasi terjadi yaitu dengan menimbang berat merupakan proses kehilangan air dalam

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

  bentuk uap dari permukaan tanah maupun permukaan air, maupun kehilangan air dalam bentuk uap air akibat absorbs air oleh tanaman yang dikeluarkan kembali ke atmosfir (Islami dan Utomo, 1995).

  Berdasarkan (Gambar 7) menunjukkan bahwa nilai laju evapotranspirasi tertinggi terjadi pada perlakuan D1U3 (Digestat 20% dan Tanah 80%) sebesar 122,6 mm/tanaman, sedangkan laju evapotranspirasi terendah pada perlakuan D0U3 (Tanah 100%) sebesar 91,7 mm/tanaman.

  Laju evapotranspirasi rata-rata harian menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan D1 (Digestat 20% dan Tanah 80%) sebesar 120,2 mm/tanaman, sedangkan laju evapotranspirasi terendah pada perlakuan D0 (Tanah 100%) sebesar 97,53 mm/tanaman. Laju evapotranspirasi fase vegetatif selalu meningkat setiap minggunya. Dalam hal ini kebutuhan air hanya dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan daun dan batang saja karena tanaman pak choi merupakan tanaman sayuran. Evapotranspirasi mengalami perubahan setiap harinya, hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya, serta faktor tanaman yang lain. Faktor lingkungan tersebut mempengaruhi besarnya penguapan oleh media tanam dan tanaman. Tanaman mengalami banyak kehilangan air pada suhu lingkungan yang tinggi.

  

Gambar 7. Laju Evapotranspirasi Tanaman Pak Choi Setiap Perlakuan

  20

  40

  60

  80 100 120

  1

  3

  5

  7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 L aj u E vapotr anspi ras i (m m ) Hari Ke-

  D0U1 D0U2 D0U3 D1U1 D1U2 D1U3 D2U1 D2U2 D2U3 D3U1 D3U2 D3U3

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

Gambar 8. Evapotranspirasi Tanaman Pak Choi Kumulatif

Fase Vegetatif

  D0 D1 D2 D3

  4 T ing g i Ta na m a n (cm ) Minggu Ke-

  3

  2

  1

  25

  20

  15

  10

  5

  5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 L aj u E vapotr anspi ras i (m m ) Hari Ke-

  Tinggi Tanaman

  3

  1

  80 100 120 140

  60

  40

  20

  Pertumbuhan tinggi tanaman pak choi pada masing-masing perlakuan memiliki nilai yang berbeda pada setiap minggu (Gambar 10). Pertumbuhan tanaman tertinggi terjadi pada perlakuan D1 yaitu rata-rata 23,5 cm sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman terendah terjadi pada perlakuan D0 yaitu 17,1 cm.

  

Gambar 9. Tinggi Tanaman Pak Choi

  Pemanjangan ruas terjadi karena adanya aktivitas pembelahan sel yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan tanaman pak choi dipengaruhi oleh unsure hara yang terkandung pada media tanam, laju evapotranspirasi tanaman pak choi, dan iklim meliputi suhu dan kelembaban pada greenhouse.

  Pengamatan tinggi tanaman pak choi dilakukan setiap minggu selama 30 hari dengan mengukur tinggi batang permukaan tanah hingga ujung tanaman dari minggu pertama hingga minggu ke empat dengan menggunakan penggaris atau mistar. Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi sebagai akibat dari pemanjangan dan pertambahan ruas pada batang (Yuliarta, dkk., 2014).

  D0 D1 D2 D3

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

  Tanaman mengalami pertumbuhan yang lebih baik pada media dengan dosis digestat lebih rendah dibandingkan dengan tanaman pada media dengan dosis digestat yang lebih tinggi

  Jumlah Daun

  Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap minggu selama 30 hari dengan menghitung setiap jumlah daun yang ada pada setiap tanaman. Jumlah daun pada masing-masing perlakuan memiliki nilai yang berbeda pada setiap minggu (Gambar 10). Jumlah daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan D1 yaitu rata- rata 17 helai sedangkan jumlah daun terendah ditunjukkan pada perlakuan D3 yaitu rata-rata 12 helai. Pemberian dosis digestat berpengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman. Dosis digestat rendah cenderung menghasilkan tanaman dengan jumlah daun yang banyak, begitupula sebaliknya. Hal tersebut diduga penyerapan unsur hara yang ada di media pada dosis digestat yang tinggi kurang maksimal.

  Luas Daun

  Pengukuran luas daun dilakukan setiap minggu selama 30 hari pengamatan. Metode yang digunakan dalam pengukuran luas daun yaitu dengan metode gravimetrik. Daun yang hendak diamati digambar pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika daun. Replika daun tersebut kemudian digunting dari kertas yang luas dan beratnya sudah diketahui.

  Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas (Sitompul dan Guritno, 1995).

  Berdasarkan (Gambar 11), luas daun pada tanaman pak choi setiap minggunya mengalami pertambahan luas. Luas daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan D1 yaitu sebesar 3321,6 cm2, sedangkan luas daun terendah terdapat pada perlakuan D0 yaitu sebesar 2005,1 cm2. Penambahan campuran digestat memberikan dampak terhadap perkembangan luas tanaman.

  Perlakuan media dengan tambahan digestat menghasilkan luas daun yang lebih lebar dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan padatan digestat. Semakin tinggi perbandingan komposisi media campuran tanah dan digesatat maka daun yang dihasilkan semakin luas.

  Luas Kanopi

  Luas kanopi diukur dengan cara mengambil gambar dengan kamera dari arah tegak di atas tanaman. Seperti hal nya luas daun pada tanaman, luas kanopi pun juga mengalami pertambahan luas. Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, perlakuan D1 mempunyai luas kanopi tertinggi pada minggu ke empat setelah tanam yaitu sebesar 2190,2 cm2, sedangkan luas kanopi terendah pada perlakuan D0 yaitu sebesar 1781,4 cm2. Posisi pengambilan gambar berpengaruh terhadap hasil luas kanopi yang diperoleh. Pertambahan luas kanopi minggu ketiga setelah tanam cukup pesat pada perlakuan media yang ditambahkan dengan padatan digestat dibandingkan dengan media tanam yang tidak ditambahkan padatan digestat. Respon tanaman pada perlakuan D1 dan D3 cukup cepat menyerap unsur hara yang terdapat pada digestat.

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018 Gambar 10. Jumlah Daun Tanaman Pak Choi

  18

  Minggu Ke- D0 D1 D2 D3 2500 2000 1500 500 1000 1 2 3 4 Lu as K an o p i ( cm 2 )

  D0 D1 D2 D3 3500 3000 2500 2000 1500 500 1000 1 2 3 4 Lu as Dau n ( cm 2 )

  4 J um la h Da un (cm ) Minggu Ke-

  3

  2

  1

  20

  16

  Gambar 11. Luas Daun Tanaman Pak Choi Gambar 12. Luas Kanopi Tanaman Pak Choi

  14

  12

  10

  8

  6

  4

  2

  Minggu Ke- D0 D1 D2 D3

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018 Indeks Luas Daun

  1.0

  2 )

Minggu Ke-

  4 Ind ek s L ua s Da un ( cm

  3

  2

  1

  1.6

  1.4

  1.2

  0.8

  Pengukuran indeks luas daun dilakukan setiap minggu selama 30 hari dimulai dari minggu pertama hingga minggu ke empat dengan cara menggambar replika daun serta memfoto luas kanopi tanaman pak choi. Rata-rata luas daun pada semua perlakuan setiap minggu mengalami peningkatan. Semakin besar tanaman pak choi, maka luas daun yang dihasilkanpun semakin besar.

  0.6

  0.4

  0.2

  0.0

  Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, semakin tinggi komposisi media dengan campuran digestat semakin panjang pula akar tanaman pak choi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian irigasi dengan intermittent irrigation berpengaruh terhadap pertumbuhan akar tanaman pak choi. Semakin panjang interval yang diberikan menyebabkan akar tumbuh lebih panjang dan serabut akar lebih banyak yang disebabkan akar mencari pasokan air yang tersedia. Perpanjangan akar tertinggi terjadi pada perlakuan D3 yaitu dengan rata-rata sebesar 28,1 cm, sedangkan terendah pada perlakuan D0 yaitu sebesar 19,8 cm.

  Pengukuran panjang akar dilakukan setelah dilakukan pemanenan dengan menggunkan mistar. Akar diukur dari pangkal batang hingga ujung akar.

  

Gambar 13. Indeks Luas Daun Tanaman Pak Choi

Panjang Akar

  Intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan tanaman mampu tumbuh secara optimal.

  Gambar 13 menunjukkan bahwa pengaruh dosis digestat dan pupuk NPK terhadap indeks luas daun tanaman pak choi. Secara umum, pada awal pertumbuhan pada minggu pertama dan kedua mulai terlihat. Menurut Firmansyah, dkk., (2009) tanaman pak choi pada perlakuan penyinaran dengan cahaya matahari memiliki jumlah daun terbanyak dan luas daun terbesar.

  D0 D1 D2 D3

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018

Gambar 14. Panjang Akar Tanaman Pak Choi

Hasil Produksi Tanaman Pak Choi

30 P

  Berangkasan atas merupakan bagian tanaman dari ujung tanaman hingga pangkal batang tanaman meliputi batang dan daun. Gambar 15 Menunjukkan bahwa bobot berangkasan atas paling tinggi pada perlakuan D1 dengan rata-rata berangkasan atas sebesar 122,7 gram/tanaman, sedangkan bobot berangkasan terendah yaitu pada perlakuan D0 dengan rata-rata berangkasan atas sebesar 89,7 gram/tanaman. Menurut Marpuang, dkk., (2014), produksi suatu tanaman secara umum ditentukan oleh pertumbuhan tanaman itu sendiri.

  Berangkasan total merupakan jumlah dari berangkasan atas dan berangkasan bawah. Gambar

  15 menunjukkan bahwa bobot berangkasan total yang tertinggi pada perlakuan D1 dengan rata-rata sebesar 137 gram/tanaman sedangkan berangkasan yang terendah pada perlakuan D0 sebesar 105,7 gram/tanaman.

  

Gambar 15. Bobot Panen Berangkasan Total dan Berangkasan Atas Tanaman

Produktivitas Irigasi

  Pengukuran produktivitas irigasi (water productivity) dilakukan dengan cara menghitung berat total produksi dibagi dengan jumlah air irigasi yang telah diberikan terhadap masing-masing perlakuan.

  10

  20

  Pemenenan dilakukan setelah tanaman pak choi berumur empat minggu. Produktivitas tanaman pak choi yang diamati berupa bobot tanaman yang dihasilkan. Hasil produksi tanaman pak choi tersebut berupa bobot berangkasan atas dan berangkasan bawah.

  D0 D1 D2 D3

  20

  40

  60

  80 100 120 140

  D0 D1 D2 D3 P R OD U KTIV

  IT A S T A N A M A N ( GR ) P ERLAKUAN B ERANGKASAN A TAS B ERANGKASAN B AWAH

  a nja ng Ak a r (cm )

Perlakuan

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 6, No. 1, Maret 2018

  Pemberian air irigasi yang lebih sedikit dan hasil produksi tanaman yang dihasilkan juga optimum karena aerasi pada media tanam lebih baik. Penggunaan interval irigasi juga membantu dalam hal penjadwalan irigasi, selain itu pertukaran udara dalam media tanam juga lebih baik dibandingkan dengan menggunakan irigasi bawah permukaan.

  200 400 600 800

  4. Kombinasi perlakuan digestat yang tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman pak choi, pemberian dosis digestat 20% memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman pak choi dengan rataan sebesar 122,7 gram.

  Tanah 80%) dengan interval irigasi 10 jam

  3. Interval Irigasi yang optimum pada media tanam campuran padatan digestat dan tanah adalah pada perlakuan D1 (Digestat 20% dan

  1. Pemberian air Intermittent Irrigation lebih optimum terhadap hasil produksi tanaman pak choi dibandingkan dengan menggunakan metode pemberian air secara kontinyu dengan menggunakan sistem sumbu (Sadewa, 2016) sebesar 12% 2. Produktivitas irigasi dengan menggunakan irigasi berselang lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi bawah permukaan dengan system sumbu yaitu sebesar 774,9 gram/m3 dan aerasi pada media tanampun lebih optimum.

  

Gambar 16. Produktivitas Irigasi Tanaman Pak Choi

KESIMPULAN

  penggunaan air dan hasil produksi tanaman yang dihasilkan juga lebih optimum dibandingkan dengan pemberian air irigasi bawah permukaan. Berdasarkan penelitian Sadewa (2016), produktivitas irigasi yang dilakukan lebih efektif dengan menggunakan intermittent irrigation .

  Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan perlakuan D3 menunjukkan nilai produktivitas irigasi tertinggi yaitu sebesar 774,9 gr/m

  intermittent irrigation lebih menghemat

  Pemberian air irigasi dengan

  . Penambahan padatan digestat pada media tanam meningkatkan produktivitas irigasi. Hal tersebut dikarenakan pemberian irigasi yang semakin sedikit namun tidak berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman pak choi.

  3

  , sedangkan nilai produktivitas terendah pada perlakuan D0 yaitu sebesar 471 gr/m

  3

  P ro du k tiv it a s Irig a si ( g r/ m3 ) Perlakuan D0 D1 D2 D3

  Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 1, Maret 2018 DAFTAR PUSTAKA Firmansyah F., T. M. Anngo, dan A. M.

  Akyas. 2009. Pengaruh Umur Pindah Tanaman Bibit dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil Kualitas Sayuran Pak Choi (Brassica rapa

  L. ) yang ditanam Naungan Kasa di

  Dataran Medium. Jurnal Agriculture vol. 20 (3): 216

  • – 224. Islami, T. dan Utomo, W. H. 1995.

  Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.

  IKIP Semarang Press. Semarang. Marpuang, I. S. dan N. Ratmini. 2014.

  Efektifitas Pupuk Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Pasang Surut. Seminar Nasional. Palembang. 26-27.

  Sadewa, D. P. P. 2016. Pemanfaatan Padatan Digestat Sebagai Media Tanam Pak Choi (Brassica rapa L.) dengan Sistem Irigasi Bawah Permukaan. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

  Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995.

  Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yuliarta, B. Santoso, M., dan YB. S.

  Hebby. 2014. Pengaruh Biourine Sapi dan Berbagai Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Krop (Lactuca sativa L. ). Jurnal Produksi Tanaman, Vol.

  1 (6): 522 – 531.

Dokumen yang terkait

View of ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG

0 3 13

View of PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

0 0 7

View of SCALE UP DAN UJI TEKNIS ALAT PENGERING TIPE FLUIDIZED BED [Scale Up and Technical Test of Fluidized Bed Dryer]

0 0 10

View of UJI KINERJA DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PENGUPAS BAWANG MERAH (MPB TEP-0315) [Test Performance and Economical Analysis of Shallot Skin Sheller Machine (MBP TEP-0315)]

0 0 12

View of UJI KINERJA SISTEM PEMANTAUAN VOLUME BIOGAS BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO PADA BIODIGESTER TIPE FLOATING DRUM [Test Performance of Monitoring System Based on Arduino Microcontroller in Floating Drum Type Biodigester ]

0 0 11

RANCANG BANGUN TUNGKU BIOMASSA MESIN PENGERING RUMPUT LAUT KAPASITAS 600 KILOGRAM PER PROSES Design of Biomass Furnace for Seaweed Drying Machine with Capacity of 600 Kilograms per Process Dhimas Satria 1,) , Ririn Irnawati2 , Sirajuddin3 , Sakinah Haryat

0 0 7

View of ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES PADA BERBAGAI TEKSTUR TANAH UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea) [Efficiency Analysis of Drips Irrigation on Various Land Texture for Green Mustard (Brassica juncea)]

0 2 14

Diterima: 12 April 2017 Disetujui: 2 Mei 2017 ABSTRACT - View of ANALISIS KUALITAS AIR PADA SISTEM PENGAIRAN AKUAPONIK [Analysis of Water Quality in Aquaponic Irrigation System]

0 0 10

View of SIFAT FUNGSIONAL DAN FISIKO KIMIA DEDAK PADI TERSTABILISASI GELOMBANG MIKRO SELAMA PENYIMPANAN (The Functional and Physicochemical Properties of Stabilized Rice Bran with Microwave During Storage)

0 0 14

PENDUGAAN UMUR SIMPAN GULA SEMUT DALAM KEMASAN DENGAN PENDEKATAN ARRHENIUS Shelf Life Prediction of Palm Sugar on Packaging using Arrhenius Equation Hary Kurniawan 1,) , Nursigit Bintoro2 , Joko Nugroho WK.2

0 0 7