PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA DASAR I

  

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA DASAR I

1)

(Studi Perbaikan Pembelajaran pada Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Unhalu)

Oleh :

Aceng Haetami dan Sri Wahyuni

2)

ABSTRAK

  Pokok permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran Kimia Dasar I melalui model pembelajaran pencapaian konsep. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I yang ditandai dengan meningkatnya rerata hasil belajar Kimia Dasar I dalam setiap siklus : Siklus I (Rerata = 62,92) , Siklus II (Rerata = 64,72), dan Siklus III (Rerata = 65,67) ; (b) meningkatnya jumlah mahasiswa yang bernilai ≥ 65 dari Siklus I (50,00 %) ke Siklus II (51,72 %) maupun ke Siklus III (55,17 %) meskipun target indikator kinerja setiap siklus yaitu 80 % mahasiswa bernilai ≥ 65 tidak tercapai .

  Kata kunci : hasil belajar, pencapaian konsep

  Kimia Dasar I merupakan salah satu mata kuliah dasar pada program studi pendidikan kimia jurusan PMIPA yang dianggap sulit. Hal ini terbukti dari hasil belajar mahasiswa untuk mata kuliah Kimia Dasar I tersebut dari tahun ke tahun memiliki rata-rata rendah (selalu di bawah 60). Sebagai gambaran, nilai rerata Kimia Dasar I pada semester ganjil tahun akademik 2004/2005 untuk mahasiswa program studi pendidikan kimia adalah 54,45 , dengan distribusi nilai A sebanyak 1 orang, B sebanyak 4 orang, dan C sebanyak 34 orang, dan 17 orang tidak lulus (bernilai D dan E). Rendahnya hasil belajar kimia dasar 1 tersebut selain disebabkan oleh hal tersebut di atas, juga disebabkan oleh beberapa factor di antaranya : motivasi mahasiswa yang kurang, kemampuan awal mahasiswa yang tidak seragam, dan ketidaktepatan metode pembelajaran yang digunakan dosen. Semua faktor- faktor tersebuat bermuara pada rendahnya penguasaan konsep yang dimiliki mahasiswa.

1) Hasil Penelitian PPKP yang Dibiayai Dirjen PPTK dan KPT Dikti Tahun Anggaran 2006

  2) Dosen Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Haluoleo

  Dari pengalaman peneliti yang telah mengajar Kimia Dasar I selama bertahun- tahun, rendahnya penguasaan konsep mahasiswa bukan berarti mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen, melainkan disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep yang mendasari mata kuliah Kimia Dasar I. Sebagai contoh , masih banyak mahasiswa program studi pendidikan kimia yang belum memahami konsep pereaksi pembatas dan hukum kekekalan massa yang merupakan hukum dasar ilmu kimia, di mana semua reaksi kimia harus mematuhi hukum tersebut, bahkan ironisnya masih banyak di antara mereka yang masih kesulitan dalam menyetarakan suatu persamaan reaksi kimia.

  Selama ini dosen pembina mata kuliah Kimia Dasar I merasa kesulitan untuk menentukan metoda pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil pembelajaran pada mata kuliah tersebut, sehingga dengan adanya penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran di LPTK ini diharapkan semua kendala-kendala di atas segera teratasi.

  Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan sebagian mahasiswa diperoleh gambaran bahwa selama ini mahasiswa tidak dilibatkan secara aktif untuk memahami konsep-konsep yang ada pada mata kuliah Kimia Dasar I . Misalnya saja , setelah proses pembelajaran selesai, mahasiswa hanya diberikan tugas untuk mengerjakan soal tetapi tidak pernah dilibatkan secara aktif dalam pembahasannya. .

  Bertolak dari alasan-alasan yang dikemukakan di atas, maka proses pembelajaran pada mata kuliah Kimia Dasar I merupakan suatu masalah dan perlu dicarikan solusinya dengan menggunakan perubahan pembelajaran yang digunakan, yaitu dengan merancang pengelolaan dan prosedur pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran mata kuliah Kimia Dasar I.

  Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah dengan penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dalam pembelajaran Kimia dasar I. Dipilihnya model pembelajaran pencapaian konsep karena model pembelajaran pencapaian konsep merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada cara-cara untuk memperkuat dorongan internal manusia dalam memahami ilmu pengetahuan dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya (Toeti Sukamto, 1993), sehingga model pembelajaran pencapaian konsep sengaja dirancang untuk membantu mahasiswa .agar lebih mudah mempelajari suatu konsep tertentu (Joyce dan Weill , 1980).

  Rendahnya dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Kimia Dasar I di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Unhalu merupakan masalah yang sangat mendesak untuk segera dicarikan solusinya. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah melalui penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Unhalu?

  Model pembelajaran pencapaian konsep adalah salah satu jenis model pembelajaran pengolahan informasi yang menitikberatkan pada cara-cara untuk memperkuat dorongan internal manusia dalam memahami ilmu pengetahuan dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya (Toeti Sukamto, 1993). Sehingga model pembelajaran pencapaian konsep sengaja dirancang untuk membantu mahasiswa .agar lebih mudah mempelajari suatu konsep tertentu.

  Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama, yaitu : perencanaan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Setiap akhir kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat dibenahi pada siklus berikutnya. Setiap siklus dilengkapi dengan indikator kinerja yaitu 80 % mahasiswa harus memiliki nilai ≥ 65. Secara rinci prosedur penelitian untuk setiap siklus dijabarkan sebagai berikut : a. Perencanaan

  Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi : (1) Menentukan kompetensi dasar dan indikator dari setiap materi pokok (sub pokok bahasan ) yang akan diajarkan dalam bentuk garis besar program pengajaran

  (Stoikhiometri : RP 01 dan RP 02, Energetika Kimia : RP 03 dan RP 04, dan Kesetimbangan Kimia : RP 05 dan RP 06)

  (2) Membuat skenario pembelajaran setiap sub pokok bahasan berupa Rencana Pembelajaran (RP) termasuk menyusun Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) . (3) Membuat lembar observasi : untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran pencapaian konsep diaplikasikan (4) Membuat kuisioner : untuk mengumpulkan data tentang tanggapan mahasiswa ketika model pembelajaran pencapaian konsep diaplikasikan (5) Membuat alat bantu pembelajaran yang diperlukan dalam rangka membantu mahasiswa memahami konsep-konsep yang diberikan. (6) Mendesain alat evaluasi untuk melihat keberhasilan tindakan. (7) Membuat jurnal, untuk mengetahui refeleksi diri.

  b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah di buat (RP 01 dan RP 02 untuk Siklus I, RP 03 dan RP 04 untuk

  Siklus II, dan RP 05 dan RP 06 untuk Siklus III)

  c. Observasi/Evaluasi Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melakukan evaluasi.

  d. Refleksi Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada Siklus I akan diperbaiki pada Siklus II dan Siklus III

  e. Indikator Kinerja Setiap Siklus Indikator keberhasilan penelitian tindakan pada Siklus I adalah apabila belajar mahasiswa dalam mengikuti perkuliah Kimia Dasar I mencapai tingkat katagori baik dan

  80 % mahasiswa sudah telah mencapai hasil belajar dengan skor ≥ 65

  f. Analisis Data Data yang diperoleh dari setiap faktor yang diselidiki dianalisis secara statistik deskriftif dalam bentuk kategori, persentase, rat-rata skor pada setiap siklus. Selanjutnya dibahas sesuai tujuan penelitian yang dirumuskan.

  Hasil dan Pembahasan

  Hasil belajar untuk setiap siklus setelah model pembelajaran pencapaian konsep dan diaplikasikan terangkum dalam tabel 1.

  

Tabel 1. Karakteristik Hasil Belajar Setiap Siklus

No Parameter Statistik Siklus I Siklus II Siklus III

  1 Nilai Rata-rata 62,92 64,72 65,67

  2 Jumlah mahasiswa yang

  29

  30

  32 bernilai ≥ 65 (50,00 %) (51,72 %) (55,17 %)

  3 Nilai tertinggi 100 100 100

  4 Nilai terendah

  26

  25 Sedangkan hasil observasi proses perkuliahan terhadap mahasiswa dan dosen terangkum dalam tabel 2 dan tabel 3 berikut.

  

Tabel 2. Hasil Observasi Proses Pengajaran Terhadap Mahasiswa

untuk Ketiga Siklus No Aspek-aspek yang Komentar Diobservasi

  

1 Apakah Mahasiswa mampu Ya, tetapi pada Siklus I, pada umumnya mahasiswa kesulitan

membedakan ciri-ciri dalam memberikan alasan “mengapa contoh negatif tersebut contoh posistif dan contoh salah”. Pada siklus II & III, rata-rata mahasiswa sudah tidak negatif? mengalami kesulitan mengapa contoh negatif salah

  

2 Apakah Mahasiswa mampu Ya, setiap siklus mahasiswa tidak mengalami hambatan

membuat dan mengetes untuk membuat dan mengetes hipotesis hipotesis ?

3 Apakah Mahasiswa dapat Ya, Mahasiswa dapat mengungkapkan hubungan mol dengan membuat definisi tentang jumlah partikel berdasarkan contoh soal.

  konsep atas ciri-ciri esensial ?

  

4 Apakah ada Mahasiswa yang Ya. Dalam Silklus I dan II masih banyak mahasiswa yang

tidak aktif dalam mengikuti tidak aktif, tetap jumlahnya <10 tidak aktif hanya dalam hal pelajaran ? kurang berinteraksi saat dialog bebas.

  

5 Apakah Mahasiswa dapat Ya, meskipun pada siklus I, ada beberapa mahasiswa keliru

mengidentifikasi tambahan dalam mengidentifikasi contah “positif” dan “negatif”

contoh yang tidak diberi label dengan menyatakan “benar” atau “salah”?

  6 Apakah Mahasiswa mampu Ya mengungkapkan pemikirannya tentang konsep materi yang diajarkan ?

  7 Apakah Mahasiswa aktif Ya ketika mendiskusikan hipotesisi dn ciri-ciri konsep ?

  8 Apakah Mahasiswa mampu mendefinisikan tipe banyaknya hipotesis ?

  

9 Apakah diantara Mahasiswa Ya, Meskipun pada Siklus I, intensitas belum optimal

terjadi interaksi yang aktif ?

  10 Apakah Mahasiswa Ya memberikan perhatian penuh pada materi pelajaran ?

  11 Apakah Mahasiswa aktif Ya melibatkan diri pada kegiatan belajar mengajar ?

   Tabel 3. Hasil Observasi Proses Pengajaran Terhadap Dosen untuk Ketiga Siklus No Aspek-aspek yang Diobservasi Rerata Skala Komentar S1 S2 S3

  1 Apakah Dosen memberikan contoh Ya

  4

  5 positif dan negatif dengan jelas ?

  2 Apakah Dosen menegaskan hipotesis Ya

  5

  5 nama konsep, dan menyatakan kembali definisi konsep atas dasar ciri-ciri esensial?

  3 Apakah Dosen mengendalikan Ya

  4

  5 Pada siklus I dan II masih aktifitas dalam kelas dan terbatas hanya antara mengembangkannya menjadi dosen dan mahasiswa kegiatan dialog bebas ?

  4 Apakah Dosen menggalakkan Ya

  3

  4 Pada siklus II hanya

interaksi antara Mahasiswa ? sedikit mahasiswa yang

terlibat. Pada siklus III umumnya mahasiswa terlibat

  5 Apakah Dosen memberikan Ya

  3

  4 dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi- diskusi yang berlangsung ?

  6 Apakah Dosen memberikan bantuan Ya

  3

  3 kepada Mahasiswa untuk mempertimbangkan hipotesis yang satu dengan yang lainnya ?

  7 Apakah Dosen menyuruh Ya

  4

  5 Selalu untuk setiap siklus,

Mahasiswa agar memusatkan terutama siklus ketiga

perhatian terhadap contoh-contoh yang spesifik ?

  8 Apakah Dosen memberikan bantuan tdk 1

  1 Kurang, karena ketidak kepada Mahasiswa dalam pahaman dosen dalam mendiskusikan dan menilai strategi tahana ini berpikir yang mereka pakai ?

  Catatan :

  1. S1 = Siklus I, S2 = Siklus II, S3 = Siklus III

  2. Pada Siklus I, belum ada skala observasi

  Pada Tabel 1, terlihat bahwa rerata hasil belajar mahasiwa untuk setiap siklus meningkat yaitu 62,92 untuk Siklus I; 64,72 untuk Siklus II ; dan 65,67 untuk Siklus III meskipun kenaikkannya tidak lebih dari 3 %. Jumlah mahasiswa yang bernilai ≥ 65 pun relatif sama, meskipun sedikit ada kenaikan tetapi untuk ketiga siklus masih di jauh di bawah target pencapaian indikator kinerja yaitu 80 % mahassiwa bernilai ≥ 65.

  Rendahnya kenaikan rerata hasil belajar setiap siklus disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya motivasi belajar mahasiswa yang kurang yang secara perlahan-lahan baru bisa dikikis dengan model pembelajaran yang diterapkan. Fenomena ini nampak dari hasil observasi terhadap mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. Aktivitas mahasiswa meningkat dari siklus I , siklus II, mau pun siklus III meskipun tidak terlalu signifikan. Rendahnya kenaikan rata-rata setiap siklus juga disebabkan oleh makin susahnya materi siklus III (kesetimbangan kimia) dibandingkan materi pada siklus II (energetika) maupun materi siklus I (stoikhiometri). Hal ini terlihat dari hasil tes awal untuk ketiga materi tersebut , di mana rerata tes awal semakin turun. Stoikhiometri nilai rata-ratanya 30,36 ; energetika kimia nilai rata-ratanya 26,27 ; dan kesetimbangan nilai rat-ratanya 23,31.

  Berdasarkan tabel 2, nampak bahwa peran-aktif mahasiswa dari siklus ke siklus meningkat, meskipun masih dibutuhkan peran dosen untuk menggalakkan interaksi mahasiswa. Pada siklus I, umumnya mahasiswa masih kesulitan untuk menjawab mengapa contoh negatif salah. Tetapi baru mengerti setelah dosen memberikan contoh yang tidak diberi label. Pada Siklus I, mahasiswa yang aktif ra-rata setiap pertemuan tidak lebih dari 10 orang. Hal ini mungkin disebabkan belum biasanya mereka belajar dengan model pembelajaran yang dipilih. Pada siklus I, ada beberapa mahasiswa yang keliru dalam mengidentrifikasi contoh positif dan negatif, mereka hanya tahu bahwa contoh positif yang ditampilkan di papan tulis itu benar dan contoh negatif yang ditampilkan di papan tulis itu salah. Kelemahan-kelemahan pada silkus I sedikit demi sedikit dapat diperbaiki pada siklus II dan III.

  Hasil observasi terhadap dosen yang ditunjukkan dalam Tabel 3, kemampuan dosen dalam mengaplikasikan model pembelajaran pencapaian konsep meningkat dari siklus ke siklus. Dalam aspek mengendalikan aktifitas kelas dan mengembangkannya menjadi kegitan dialog bebas, pada Siklus I dan II masih terbatas hanya antara dosen dan mahasiswa. Dalam aspek menggalakkan interaksi antara mahasiswa, meskipun meningkat dari siklus ke siklus, tetapi umumnya tidak maksimal. Dosen agak kesukaran dalam mengaktifkan semua mahasiswa. Hal ini disebabkan karena dua hal : 1) yang menjadi subjek penelitian adalah kelas besar, sehingga interaksi antara sesama mahasiswa sedikit terbatas, 2) motivasi dan kemampuan awal mahasiswa berbeda-beda, hal ini dilihat dari hasil tes kemampuan awalnya yang tidak berdistribusi normal. Khusus dalam aspek memberi bantuan kepada mahasiswa dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang mereka pakai, tim dosen merasa kesulitan dalam memahami tahapan ini, sehingga mata rantai model pembelajaran pencapaian konsep yang diterapkan dalam penelitian ini ada yang terputus. Akibatnya, hasil belajar mereka tidak bisa secara maksimal ditingkatkan.

  Simpulan dan Saran

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I yang ditandai dengan dua hal : (a) meningkatnya rata-rata hasil belajar Kimia Dasar I dalam setiap siklus : Siklus I (Rerata = 62,92) , Siklus II (Rerata = 64,72), dan Siklus III (Rerata = 65,67) meskipun kenaikannya tidak sampai 3 % (kenaikan rerata hasil belajar dari Siklus I ke Siklus II hanya 28,6 % dan kenaikan rerata hasil belajar dari Siklus II ke Siklus III hanya 1,47 %; (b) meningkatnya jumlah mahasiswa yang bernilai ≥ 65 dari Siklus I (50,00 %) ke Siklus II (51,72 %) maupun ke Siklus III (55,17 %) meskipun target indikator kinerja setiap siklus yaitu 80 % mahasiswa bernilai ≥ 65 tidak tercapai .

  Berdasakan simpulan di atas, penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I meskipun kenaikan rata-rata hasil belajar mahasiswa dalam penelitian ini tidak sampai 2 %, bahkan target indikator kinerja setiap siklus tidak tercapai. Fenomena tersebut disebabkan oleh beberapa masalah ; 1) kelas yang menjadi objek sekaligus jadi subjek penelian adalah kelas besar, sehingga interaksi antara mahasiswa sulit digalakkan secara menyeluruh , 2) penerapan teknik dalam penelitian ini tidak efektif karena selain waktu yang sempit juga tidak setiap mahasiswa punya motivasi untuk menggali permasalahannya sendiri.

  Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diajukan saran sebagai berikut :

  1. Perlu diteliti atau dicarikan jalan keluarnya bagaimana mengajar yang efektif dalam kelas besar, sehingga interaksi antara mahasiswa bisa berjalan.

  2. Dalam penerapan model pembelajaran pencapaian konsep , perlu diteliti manakah yang lebih efektif?Apakah pemberian contoh-contoh positif dan contoh-contoh negative dilakukan dilakukan secara terpisah atau secara simultan, sehingga kendala waktu bisa diatasi.

  Daftar Pustaka Joyce, B. and Weill, M. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

  Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Roestiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Soekamto, T., Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip Belajar dan

  

Pembelajaran, Bahan Ajar PEKERTI P2LPTK . Jakarta : Dirjen PPTK Dikti

Eggen and Kauchak. 1996. Strategies for Teacher, Teaching Content and Thinking Skill.

  Soekamto, T., dan Winataputra,U.S. 1997. Teori Belajar dan model-model Pembelajaran,

  Bahan Ajar PEKERTI P2LPTK . Jakarta : : Dirjen PPTK Dikti

  Anonimous. 1999. Penelitian Tindakan Kelas; Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru

  

Sekolah Menengah , TIM Pelatih Proyek PGSM. Jakarta : Dirjen PPTK Dikti

  MIPMIPA , La Misu, dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Mahasiswa

  SLTP Negeri 2 Kendari dengan Menggunakan Model Pencapaian Konsep, , Vol 1,

  Nomor 2, Januari, 2001