HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN STATUS EKONOMI TERHADAP TINGGINYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KARANG BAYAN KECAMATAN LINGSAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN

  ISSN : 2477

  • – 0604

  Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 | 20-30

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN STATUS EKONOMI TERHADAP

TINGGINYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK

DI DESA KARANG BAYAN KECAMATAN LINGSAR

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN

  1

  1

  1 Sri Murniati, Dian Sukma Astuti,

  IGA Juliantari

1 Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram

  

ABSTRAK

Kontrasepsi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang

bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan

kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang

maksimal pada anak.

  Penelitian ini bertujuan untk mengetahui hubungan sosial budaya dan status ekonomi

terhadap tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik di Desa Karang Bayan Kecamatan

Lingsar Wilayah Kerja Puskesmas Sigerongan Kabupaten Lombok Barat.

  Berdasrkan hasil uji statistic didapatkan kemaknaan atau dengan tingkat kesalahan ( adalah

   ) 0,05 (ρ < 0,05, dengan perhitungan uji statistik Chi Square didapatkan nilai

.000. Karena nilai lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

yang berarti terdapat hubungan antara sosial budaya dan status ekonomi dengan tingginya

pemakaian alat kontrasepsi suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja Puskesmas

Sigerongan Kecamatan Lingsar.

  Dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan antara social

budaya dan status ekonomi dengan tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik di desa

Karang Bayan wilayah kerja Puskesms Sigerongan Kecamatan Lingsar Disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bidan ,khususnya dalam pembelajaran program kebidanan dan Keluarga Berencana (KB)

  Kata kunci : Kontrasepsi Suntik,Sosial Budaya,Sosial Ekonomi

  revitalisasi program KB masuk dalam

  PENDAHULUAN prioritas pembangunan nasional.

  Kondisi dalam bidang Banyak hal yang mempengaruhi akseptor kependudukan saat ini sangat dalam memilih alat kontrasepsi antara lain memperihatinkan, setelah melihat fakta adalah pertimbangan medis, latar belakang penduduk Indonesia berdasarkan Sensus sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahun, Penduduk 2010 berjumlah 237,6 juta dan pendidikan, dan jumlah anak yang di laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen inginkan. Disamping itu adanya efek pertahun, pemerintah menjadikan samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi (Depkes RI, 2007). Di NTB, pada tahun 2010 peserta KB yang tertinggi yaitu Suntikan (53,45%), terendah MOP (0,19%) (BKKBN Provinsi NTB, 2010).

  Dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik, ditinjau dari segi sosial budaya, ada beberapa hal yang menimbulkan berbagai macam pandangan atau pendapat yang dapat memicu terjadinya pro dan kontra dalam pemilihan alat kontrasepsi antara lain adalah alat kontrasepsi yang ditanamakan didalam tubuh seperti IUD, implant dan alat kontrasepsi mantap, yaitu Seperti belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi tersebut yang di sebabkan adanya hambatan dukungan dari suami, dan masyarakat berfikir beberapa alat kontrasepsi dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan seksual. Ada juga pandangan dari agama-agama tertentu yang melarang penggunaan IUD, Implant dan Kontap. Selain itu munculnya berbagai macam mitos tentang alat kontrasepsi yang ditanamkan didalam tubuh (Erfandi, 2008).

  Tingginya minat masyarakat khususnya pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi suntikan dipengaruhi oleh popularitas yang memuaskan bagi ibu-ibu yang bekerja menginginkan anak lebih sedikit dan munculnya kesadaran bahwa kesuburan yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan serta presentase yang memakai kontrasepsi adalah wanita yang menikah usia 15-54 tahun (BKKBN 2009).

  Pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia 20-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa pendapatan keluarga bermakna (p = 0,039< alpa 0,05 (Andhiyani, 2011)

  Berdasarka data yang di ada di Desa Karang Bayan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat wilayah kerja Puskesmas Sigerongan pada tahun 2013 jumlah peserta KB aktif sebanyak 1.049 orang, menggunakan kotrasepsi suntik 650 orang (62,0%), implant 121 orang (11,5 %), IUD 37 orang (3,5%), dan pil 180 orang (17,2 %) (Puskesmas Sigerongan , 2013).

  Beberapa hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada tahun 2003 lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat Statistik, 2003)

  21

DIAN SUKMA ASTUTI

SRI MURNIATI

  22

DIAN SUKMA ASTUTI

  Berdasarkan uraian diatas, maka pada kelompok yang memakai dan penulis tertarik untuk meneliti Hubungan tidak memakai alat kontrasepsi Sosial Budaya dan Status Ekonomi suntik di desa Karang Bayan terhadap Tingginya Pemakaian Alat Kecamatan Lingsar wilayah kerja Kontrasepsi Suntik, di Desa Karang Bayan Puskesmas Sigerongan. Kecamatan Lingsar wilayah kerja hubungan status

  d. Menganalisa Puskesmas Sigerongan. ekonomi terhadap tingginya Tujuan Penelitian pemakaian alat kontrasepsi suntik pada kelompok yang memakai dan

  1. Tujuan umum Mengetahui hubungan sosial budaya tidak memakai alat kontrasepsi dan status ekonomi terhadap tingginya suntik di desa Karang Bayan pemakaian alat kontrasepsi suntik di Kecamatan Lingsar wilayah kerja Desa Karang Bayan Kecamatan Puskesmas Sigerongan.

  Lingsar Wilayah Kerja Puskesmas Sigerongan Kabupaten Lombok Barat. METODE PENELITIAN

  Populasi

  2. Tujuan Khusus

  Populasi adalah keseluruhan objek

  a. Mengidentifikasi sosial budaya penelitian yang akan di teliti terhadap tingginya pemakaian alat (Notoadmodjo, 2010). kontrasepsi suntik pada kelompok

  Populasi penelitian ini ialah seluruh yang memakai dan tidak memakai akseptor KB Suntik di desa Karang Bayan alat kontrasepsi suntik di desa sebanyak 650 orang. Karang Bayan Kecamatan Lingsar

  Sampel

  wilayah kerja Puskesmas Sampel adalah objek yang diteliti dan Sigerongan. dianggap mewakili seluruh populasi,

  b. Mengidentifikasi status ekonomi dalam penelitian ini jumlah sampel yang terhadap tingginya pemakaian alat dipakai adalah 87 sampel. dan bersedia kontrasepsi suntik pada kelompok menjadi subjek penelitian (mengisi lembar yang memakai dan tidak memakai

  informed consent). (Notoatmodjo, 2010)

  di desa Karang Bayan Kecamatan

  Tehnik sampling yang digunakan yaitu

  Lingsar wilayah kerja Puskesmas

  simple random sampling adalah tehnik Sigerongan.

  penentuan sampel dari populasi dilakukan hubungan sosial c. Menganalisa secara acak tanpa memperhatikan strata budaya terhadap tingginya

SRI MURNIATI

  23

DIAN SUKMA ASTUTI

  yang ada dalam populasi (Sugiyono,

  b. Instrumen Penelitian 2010).

  Instrumen dalam penelitian

  Rancangan penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk

  Penelitian ini menggunakan mengukur variabel-variabel penelitian metode observasional analitik dengan berdasarkan jawaban yang di berikan rancangan crosssectional dengan responden. menggunakan kuesioner untuk mengetahui faktor yang dominan Analisis Data mempengaruhi sosial budaya dan status Analisis ini dilakukan untuk ekonomi terhadap tingginya pemakaian menggambarkan karakteristik masing- alat kontrasepsi suntik di desa Karang masing variabel yang diteliti dengan Bayan Kecamatan Lingsar wilayah kerja menggunakan distribusi frekuensi dan Puskesmas Sigerongan (Notoatmodjo persentase masing-masing kelompok, 2010 ). meliputi Sosial Budaya Status Ekonomi,tingginya pemakaian alat

  Pengumpulan data dan Pengolahan

  kontrasepsi Suntik

  data

  Sebelum melakukan pengumpulan Penelitian ini menggunakan uji statistik uji data, peneliti membuat Informed Concent/ chi-square dengan program SPSS versi 17 Tehnik pengumpulan data yang digunakan dengan nila i kemaknaan 5% (ρ < 0,05) dalam penelitian ini adalah : artinya apabila

  ρ ≤ 0.05 Ha diterima yang

  berarti ada hubungan bermakna, dan (ρ ≥

a. Kuesioner

  Metode yang di gunakan untuk 0.05) maka Ho ditolak yang berarti tidak pengumpulan data dengan ada hubungan (Sugiyono,2010). menggunakan kuesioner. Kuesioner Rumus yang digunakan adalah sebagai adalah usaha untuk mengumpulkan berikut : informasi dengan menyampaikan

  ( f  )

  2 o f h

   sejumlah pertanyaan tertulis untuk

  

  X f h

  2

  dijawab secara tertulis pula oleh  :Nilai Chi-square responden (Nasution, 2009).

   :Jumlah Untuk mendapatkan data tentang

  O :Frekuensi yang diobservasi

   faktor-faktor yang mempengruhi

  h :Frekuensi yang di harapkan

   tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik, dilakukan dengan

  HASIL PENELITIAN

  33

  X 2 Pakai Tidak Pakai Total n % n % N %

  Tinggi

  13

  7.5

  39

  22.5

  52

  29.9 Ρ value = 000 α = 0.05 df = 2 Sedang

  37

  21.3

  18.9

  50

  70

  94.6 Rendah 37

  21.3

  15

  8.7

  52

  29.9 Total

  87

  50

  87 50 174 100.

  SRI MURNIATI DIAN SUKMA ASTUTI

  87 50 174 100.0 Status Ekono mi Pemakaian Alkon Suntik Analisis

  87

  1. Hubungan antara Sosial Budaya dengan Tingginya Pemakaian alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Sigerongan Kab. Lombok Barat.

  20

  Dari tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa pandangan positif terhadap alat kontrasepsi suntik yang memakai alkon suntik sejumlah 67 orang (38,6%), sedangkan responden yang berpandangan negatif yang memakai berjumlah 20 orang (11.5%), pandangan positif terhadap alkon suntik yang tidak memakai alkon suntik sejumlah 62 orang (35.7%), sedangkan yang berpandangan negatif terhadap alkon suntik yang tidak memakai sejumlah 25 orang (14.4%).

  Tehnik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara Sosial Budaya dengan tingginya pemakaian alat kontrasepsi Suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja Puskesmas Sigerongan Kecamatan Lingsar adalah dengan menggunakan uji statistik uji chi-square dengan program SPSS versi 17 dengan nilai kemaknaan atau dengan tingkat kesalahan (

   ) 0,05 (ρ < 0,05, dengan

  perhitungan uji statistik Chi Square didapatkan nilai  adalah .000. Karena nilai  lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara sosial budaya dan status ekonomi dengan tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja Puskesmas Sigerongan Kecamatan Lingsar.

  2. Hubungan Status Ekonomi dengan Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Sigerongan Kab. Lombok Barat. Sumber : Data Primer

  Dari tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa responden dengan status ekonomi tinggi yang memakai alkon suntik sebanyak 13 orang (7.5%), responden dengan status ekonomi sedang yang

  Sosial Budaya Pemakaian Alkon suntik Total

  Analisis

  X

  2 Pakai Tidak Pakai

  N % N % N % Buruk

  11.5

  52.9 Total

  62

  35.7

  82

  47.2

  Ρ value = 000 α = 0.05 df = 2

  Baik

  67

  38.6

  25

  14.4

  92

  IGA JULIANTARI

SRI MURNIATI

DIAN SUKMA ASTUTI

  memakai alkon suntik berjumlah 37 orang (21.3%) dan responden dengan status ekonomi rendah yang memakai alkon suntik berjumlah 37 orang (21.3%). Responden dengan status ekonomi tinggi yang tidak memakai alkon suntik sejumlah 39 orang (22.5%), responden dengan status ekonomi sedang yang tidak memakai alkon suntik sebanyak 33 orang (18.9%) dan responden dengan status ekonomi rendah yang tidak memakai alkon suntik 15 orang (8.7%)

  Tehnik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara Status Ekonomi dengan tingginya pemakaian alat kontrasepsi Suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja Puskesmas Sigerongan Kecamatan Lingsar adalah dengan menggunakan uji statistik uji chi-square dengan program SPSS versi 17 dengan nilai kemaknaan atau dengan tingkat kesalahan (

   ) 0,05 (ρ < 0,05, dengan

  perhitungan uji statistik Chi Square didapatkan nilai  adalah .000. Karena nilai  lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara sosial budaya dan status ekonomi dengan tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja Puskesmas Sigerongan Kecamatan Lingsar.

  PEMBAHASAN a. Sosial Budaya

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 174 responden Dari

Tabel 4.4. dan 4.5 dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar responden

  memiliki pandangan yang baik terhadap alat kontrasepsi suntik yaitu sejumlah 92 orang (52.9%) dan sebagian kecil memiliki pandangan buruk yaitu sebanyak 82 responden (47,2%).

  Hasil penelitian ini, sama dengan konsep teori yang ada di mana konsep teori menyatakan bahwa Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pemilihan jenis kontrasepsi, semakin baik tanggapan seseorang tentang alat kontrasepsi maka semakin meningkat pula penggunaan alat kontrasepsi tersebut (Erfandi, 2008)

  Hasil penelitian ini di dapatkan lebih banyak ibu-ibu yang menggunakan Alat Kontrasepsi Suntik berpandangan baik terhadap Alat Kontrasepsi tersebut, rata-rata dari jawaban pada kuesioner responden tidak mau menggunakan alat konrasepsi selain suntik dikarenakan mereka takut akibat mendengar mitos- mitos yang beredar, seperti alat

SRI MURNIATI

  bahwa alat kontrasepsi ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari, adanya hambatan dari suami yang tidak memperbolehkan istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD yang di sebabkan karena kurangnya pemahaman para suami tentang alat kontrasepsi

  IUD dan adanya kepercayaan atau agama yang melarang dalam penggunaan alat kontrasepsi

  IUD, begitu juga dengan alat kontrasepsi Implant. Oleh karena itu rata-rata suami dari akseptor KB menyuruh istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi suntik. Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa tidak mau menggunakan alat kontrasepsi Pil karena sering lupa dan malas harus minum setiap hari, sehingga banyak terjadi kegagalan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Disamping itu adanya kepercayaan tertentu yang di yakini oleh masyarakat setempat yang berkaitan tentang beberapa jenis alat kontrasepsi, sehingga mereka memutuskan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi suntik tanpa mau mencoba atau mengombinasikannya dengan alat kontrasepsi yang lain.

  Penelitian ini di dukung dengan hasil-hasil penelitian orang lain diantaranya, penelitian di lakaukan oleh :

  Andhiyani (2011) tentang Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun menyatakan dari 103 responden lebih banyak responden berpandngan baik tehadap alat kontrasepsi Suntik yaitu 63 responden (61,16%) dan paling sedikit responden yang berpandangan buruk yaitu 40 responden (38,83%).

  Winarti (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik, mengatakan dari 79 responden yang menggunakan alat kontrasepsi suntik yang memiliki pandangan baik terhadap alat kontrasepsi suntik lebih banyak yaitu 44 responden (55,69%) dan paling sedikit yang berpandangan buruk yaitu 35 responden (44,30%).

  Hasil penelitian ini dan hasil penelitian orang lain dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara sosial budaya yang menyebabkan tingginya penggunaan alat kontrasepsi suntik, karena responden sudah merasa nyaman menggunakan alat kontrasesi tersebut disamping harganya yang terjangkau mudah didapat serta tidak berpengaruh terhadap aktifitas sehari- hari.

  b. Status Ekonomi

  Hasil penelitian ini didapatkan

  26

DIAN SUKMA ASTUTI

SRI MURNIATI

  tinggi sebanyak 52 orang (29.9%), responden dengan status ekonomi sedang sebanyak 70 orang (94.6%) dan respnden yang status ekonominya rendah sebanyak 52 orang (29.9%).

  Hasil penelitian ini, sama dengan konsep teori yang ada di mana konsep teori menyatakan bahwa Ekonomi atau pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan (Proverawati 2010).

  Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata status ekonomi masyarakat setempat adalah menengah kebawah dimana dapat dilihat dari pekerjaannya sebagian besar masyarakat setempat bekerja sebagai buruh dimana penghasilan mereka setiap harinya tidak menentu, yang artinya untuk memikirkan kebutuhan primer seperti makan dan biaya hidup yang lain masih sangat sulit, sehingga memakai kontrasepsi bukan prioritas utama bagi mereka, oleh karena itu tidak terfikirkan bagi mereka untuk menggunakan alat kontrasepsi yang terbilang mahal, maka dari itu solusi yang mereka ambil adalah tetap sebagai pilihan mereka disamping harganya yang sangat ekonomis dan terjangkau.

  Walaupun jika dihitung dari segi ke ekonomisannya, kontrasepsi pil jauh lebih murah di bandingkan dengan kontrasepsi suntik, akan tetapi masyarakat setempat khususnya di desa Karang Bayan, menurut survey yang telah peneliti lakukan cendrung malas untuk meminum pil KB setiap malam, ada juga yang mengatakan sering lupa sehingga seringkali terjadi kasus kegagalan dalam menggunakan kontrasepsi. Oleh karena itu masyarakat setempat lebih senang menggunakan alat kontrasepsi suntik di bandingkan dengan alat konrasepsi yang lainnya disamping harganya yang cukup ekonomis, alat kontrasepsi suntik ini juga sangat efektif dan mudah cara pemakaiannya.

  Menurut Handayani (2010) tinggi rendahnya status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak lepas dari ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan masyarakt untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : karena bagi keluarga yang kurang mampu KB

  27

DIAN SUKMA ASTUTI

SRI MURNIATI

DIAN SUKMA ASTUTI

  Dengan suksenya program KB maka kontrasepsi KB suntik pada wanita usia perekonomian suatu negara lebih baik 20-35 tahun dengan hasil uji statistik karena dengan anggota keluarga yang didapatkan nila p = 0.039< α = 0.05. sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi Hasil penelitian ini dan dan kesejahteraan dapat terjamin. hasil penelitian orang lain dapat di

  Berdasarkan hasil penelitian ini, simpulkan bahwa ada hubungan antara dapat disimpulkan bahwa sebagian status ekonomi yang menyebabkan tingginya pemakaian alat kontrasepsi besar responden memiliki pendapatan sedang yaitu sebanyak 94.6%. suntik, hal ini dikarenakan jika walaupun penggalakan program KB seseorang ingin mendapatkan mandiri di lakukan, tetapi ada kebijakan pelayanan KB yang di inginkan maka dari pemerintah untuk keluarga seseorang tersebut harus menyediakan prasejahtera yaitu di sediakannya dana untuk mendaptkan pelayanan alat/obat kontrasepsi secara gratis. tersebut.

  Penelitian ini didukung dengan Peneliti menggolongkan hasil-hasil penelitian orang lain penghasilan tinggi jika penghasilannya diantaranya, penelitian di lakaukan oleh

  ≥ Rp. 1.400.000, sedang jika : penghaslannya 750.000

  • – 1.400.000 Agusleani (2011) tentang hubungan dan kategori rendah jika karakteristik, pengetahuan dan sikap penghasilannya ≤ 750.000 ( Badan aksepor KB suntik terhadap Pusat statistik NTB). penggunaan KB suntik di desa Tambakbaya Puskesmas Mandala KESIMPULAN Cibadak Lebak, didapatkan hasil Dari hasil penelitian ini dapat pendapatan keluarga tinggi sebanyak 54 disimpulkan sebagai berikut : orang (43.2%) pendapatan sedang 71

  1. Dari hasil penelitian ini di dapatkan orang (56.8%) bahwa sebagian besar responden Annisa (2011) tentang faktor-faktor mempunyai pandangan positf yaitu yang berhubungan dengan penggunaan sebanyak 92 orang (52,9%)dan yang kontrasepsi suntik pada akseptor KB di berpandangan negatif 82 orang desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira (47.2%). Kabupaten Dairi, didapatkan hasil

  2. Dari hasil penelitian ini di dapatkan status ekonomi mempunyai hubungan bahwa status ekonomi responden

SRI MURNIATI

  29

DIAN SUKMA ASTUTI

  52 orang (29.9%), Sedang sejumlah 70 yang berarti terdapat hubungan antara orang (40.3%) dan Rendah sejumlah 52 sosial budaya dengan tingginya orang (29.9%). pemakaian alat kontrasepsi suntik di desa Karang Bayan wilayah kerja

  3. Dari hasil analisis data dari penelitian ini tentang hubungan sosial budaya Puskesmas Sigerongan Kecamatan dengan tingginya pemakaian alat Lingsar. kontarsepsi suntik di desa Karang Bayan dengan bantuan program SPSS DAFTAR PUSTAKA versi 17 dengan dengan nilai

  Annisa, Ria.(2011). Faktor-Faktor Yang kemaknaan atau dengan tingkat Berhubungan Dengan Pemilihan

  Metode Kontrasepsi Pada PUS Di

  kesalahan (

   ) 0,05 (ρ < 0,05, dengan Wilayah Kerja Puskesmas.

  (Online) perhitungan uji statistik Chi Square Agusleani.(2011).Hubungan

  

  didapatkan nilai adalah .000. Karena

  Karakteristik,Pengetahuan Dan Sikap Akseptor KB Suntik Di Desa

  nilai lebih kecil dari 0,05 sehingga

  Tambakbaya Puskesmas Mandala

  dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Cibadak Lebak.

  Andhiyani.(2011).Faktor-Faktor Yang yang berarti terdapat hubungan antara

  Berhubungan Denagn Pemilihan

  sosial budaya dengan tingginya

  Kontrasepsi Non

  IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39

  pemakaian alat kontrasepsi suntik di Tahun. desa Karang Bayan wilayah kerja

  BKKBN Provinsi NTB, (2010), laporan

  peserta KB baru dan aktif tahun

  Puskesmas Sigerongan Kecamatan

  2010, Mataram Lingsar.

  BKKBN Provinsi NTB, (2011), laporan

  peserta KB baru dan aktif tahun

  Dari hasil analisis data dari penelitian

  2011, Mataram

  ini tentang hubungan Status Ekonomi BKKBN Provinsi NTB, (2012), laporan

  peserta KB baru dan aktif tahun

  dengan tingginya pemakaian alat

  2012, Mataram

  kontarsepsi suntik di desa Karang BKKBN Pusat, (2011), Profil

  Kependudukan dan keluarga

  Bayan dengan bantuan program SPSS

  berencana nasional, Jakarta

  versi 17 dengan dengan nilai Glaster, Anna. 2010. Metode Kontrasepsi,

  Jakarta:EGC kemaknaan atau dengan tingkat Hanafi. 2006. Keluarga Berencana Dan kesalahan (  ) 0,05 (ρ < 0,05, dengan

  Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka

  Sinar Harapan perhitungan uji statistik Chi Square Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar

  

  didapatkan nilai adalah .000. Karena Pelayanan Keluarga Berencana.

  Yogyakarta. Pustaka Rihama

  

  nilai lebih kecil dari 0,05 sehingga Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode

  Penelitian Kebidanan Tenik

  dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

SRI MURNIATI

DIAN SUKMA ASTUTI

  Analisa Data.Jakarta: Salemba

  Medik Imbarwati. 2009. Panduan praktis

  pemilihan alat kontrasepsi. Jakarta

  : EGC Machfoedz,Ircham. 2005. Teknik Membuat

  Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta:

  Fitriamaya Notoatmodjo. 2010. Pendidikan dan

  Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT

  Rineka Cipta Novita, Diah. 2011. Panduan Lengkap

  Pelayanan KB. Jogjakarta :

  Muhamedika Nasution. 2009. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara Sujiatini. 2011. Metode alat kontrasepsi

  dan reproduksi. Jogjakarta :

  Muhamedika Saifudin, Abdul Bari (2010). Buku

  Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP-SP

  Sugiyono. 2010. Statistika Untuk

  Penelitian. Bandung: ALFABETA

  Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

  Bandung: ALFABETA Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan

  Kebidanan. Jakarta: EGC

  Winarti.(2009).Faktor-Faktor Yang

  Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik.