IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI ASUHAN PERSALINAN NORMAL PADA MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN II

  

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI ASUHAN PERSALINAN NORMAL PADA

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN II

  (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Tahun Angkatan 2011-2012 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang)

  

1

  2

  3 Erieska Safitri Hendarti , Mulyoto , Sri Jutmini

  1 Dosen Stikes Husada Jombang 2,3 Magister Kedokteran Keluarga, Pascasarjana UNS

  

ABSTRACT

Demonstration Learning is learning that can reinforce theories or knowledge that has

been gained by learners, thus providing an opportunity to gain the ability to better attitudes,

behavior, knowledge and skills of professional basis (Nursalam, 2007). This study aims to

determine (1) Implementation of the demonstrations learning process (2) Constraints and

how to cope with (3) and the evaluation results to improve the demonstration learning

process normal delivery care competence in the subject of Midwifery Care part 2. This study

uses a qualitative method by using case study design and descriptive, which presents a

complete description of a phenomenon observed in a real context. The technique of collecting

data through observation, interviews, and documentation involving managers, lecturers, and

students program at academic year 2011-2012 in Prodi D-III Midwifery STIKES Husada

Jombang. Data were analyzed using constant comparison method by using purposive

sampling technique. And in this study tested the validity of the data in a way that covers

triangulation and source triangulation techniques. The results showed that learning

implementation of midwifery care part 2 in STIKes Husada Jombang with enaugh effective

method, because a well planned and systematic, but there are some constraints such as lack of

motivation and student activity or laziness, lack of time and infrastructure. Lecturers have

conducted the evaluation results in a form that is almost the same pretest and posttest. The

conclusion of this study is that the achievement of student competency in normal delivery care

in STIKES Husada Jombang mostly competent, but there are only few students who have the

competence achievement is less, which is caused by several factors including the methods or

learning strategies, instructional media and sources of learning materials.

  Keywords: Learning, Demonstration, Normal Delivery Care A.

   PENDAHULUAN Kompetensi yang baik, salah satunya ditunjang oleh adanya proses pembelajaran.

  Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh berbagai komponen pembelajaran yang sinergis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran adalah metode pembelajaran yang terdiri dari metode ceramah, demonstrasi, simulasi, role play, dll. (Anitah, 2008). Pembelajaran praktikum Asuhan Persalinan Normal dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap pada mata kuliah Asuhan Kebidanan II. Program Studi D-III Kebidanan yang mencetak tenaga bidan dan diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten, salah satu kompetensi dalam memenuhi mata kuliah Asuhan Kebidanan

  II (Persalinan) pada praktik klinik adalah asuhan persalinan normal (Holmes, Debbie, dkk. 2011). Pada praktikum Asuhan Kebidanan II yang dilaksanakan di program studi D-

  III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang menunjukkan bahwa kemampuan setelah mendapatkan teori saja dengan metode ceramah sangatlah kurang, begitu juga setelah melakukan praktikum dan bahkan pada saat praktek klinik di Rumah

  Sakit kompetensi yang seharusnya sudah dikuasai ternyata masih banyak mahasiswa yang belum mampu melakukan. Dengan demikian terdapat kesenjangan antara tujuan pembelajaran yang diharapkan institusi dengan kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran praktikum.

  Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Tanpa adanya metode pembelajaran maka proses pembelajaran tidak akan bisa berlangsung secara optimal karena metode pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran (I Wayan Sabtyasa,2007). Dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran, pendidik harus mampu menemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan lebih memberdayakan potensi siswa. Pembelajaran metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan sebagai inovasi pembelajaran tersebut. Karena metode ini mendorong siswa untuk aktif dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Peran dosen dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator dan pembimbing, sehingga pebelajar dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Kegiatan belajar yang optimal adalah salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula, sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Dan pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya pengajar yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Ibrahim et.al., 2001).

  Dalam rangka peningkatan kualitas tersebut di Prodi Kebidanan Husada terutama berkaitan dengan pembelajaran demonstrasi, maka pihak Prodi D-III Kebidanan Husada telah melakukan upaya-upaya antara lain : meningkatkan anggaran untuk pembelian peralatan untuk pembelajaran demonstrasi yang bersumber danan dari mahasiswa, menyediakan checklist untuk prosedur-prosedur yang dibuthkan dalam pembelajaran demonstrasi dan menunjuk beberapa dosen dengan latar belakang bidan untuk mengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan II yang berhubungan langsung dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh dilakukan terhadap 53 mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Tahun Angkatan 2011-2012 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang pada bulan Mei 2012 dapat diketahui bahwa mahasiswa merasakan peralatan yang digunakan untuk pembelajaran demonstrasi masih cukup terbatas. Dan keluhan-keluhan dari mahasiswa antara lain : sebanyak 20 mahasiswa (37%) menyatakan bahwa jumlah phantom atau peralatan untuk pembelajaran demonstrasi masih terbatas atau kurang, sedangkan sebanyak 35 mahasiswa (60%) menyatakan bahwa waktu untuk pembelajaran demonstrasi masih kurang karena tiap mahasiswa tidak bisa melakukan demonstrasi secara individu dengan diawasi langsung oleh dosen pengampunya. Harapan mahasiswa adalah kendala-kendala yang dialami mahasiwa dalam pembelajaran demonstrasi dapat diatasi sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran demonstrasi untuk meningkatkan kompetensi asuhan persalinan normal pada mata kuliah asuhan kebidanan part 2 di Stikes Husada Jombang.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pembelajaran

  Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi system atau unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2010). Manusia yang terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Sedangkan material meliputi buku-buku, papan tulis, slide, spidol. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual dan komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode, penyampaian informasi, praktik, ujian dan sebaginya. Menurut Heinich R, Molenda M dan Russell J.D. (2002 ), menyatakan “pembelajaran merupakan susunan informasi dan lingkungan yang mem fasilitasi proses belajar”, sedangkan menurut

  Oemar Hamalik, (2010), menyatakan “pembelajaran merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang tersusun atas serangkaian prosedur-prosedur sistematis yang direncanakan dalam memanipulasi berbagai macam sumber belajar sebagai upaya terjadinya proses kegiatan belajar mengajar dengan menimbulkan adanya penekanan pada materi pembelajaran, cara penyampaiannya serta pengelolaan materinya. Purba, Hartono (2007).

2. Metode Pembelajaran Demonstrasi

  Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujukkankepada siswa tentang suatu prses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara liasan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Depkes RI, (2002).

  a.

  Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi dengan klien (Nursalam,

  2007). Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Sebenarnya dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi peserta didik seluruhnya harus dapat memperhatikan atau mengamati objek yang akan didemonstrasikan, (Anitah, 2008).

  b.

  Tujuan Metode Demonstrasi Yaitu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, harapan yang membentuk sesuatu dan untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu. Selain itu juga untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas.

  c.

  Manfaat dari metode demonstrasi Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah :

  1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . 2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 3)

  Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

  d.

  Proses Pembimbingan pada Metode Demonstrasi (1)

  Menyiapkan “setting” tempat yang memungkinkan demonstrasi dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik. (2) Menjelaskan tujuan demonstrasi. (3) Menjelaskan serta menunjukkan bahan dan alat yang akan digunakan. (4) Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.

  (5) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diobservasi selama demonstrasi berlangsung.

II. Menyiapkan pertolongan persalinan

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai.

  Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan. 4)

  (120 140 x/menit).

  5) Periksa DJJ setelah kontraksi dan memastikan DJJ dalam batas normal

  4) Mencelupkan sarung tangan ke larutan clorin 0,5% dan rendam salama 10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

  3) Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.

  c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi

  a) Jika introitus vagina, perineum dan anus terkontaminasi tinja, bersihkan dari depan ke belakang.

  Membersihkan vulva dan perineum dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan air DTT.

  Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 1)

  III.

  Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk memeriksa. 5) Masukkan oksitosin ke dalam spuit.

  2) Pakai celemek plastik. 3)

  (6) Mendemonstrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian yang penting.

  a) Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi bayi serta ganjal bahu bayi.

  1) Pastikan peralatan, bahan dan obat-obat esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia → tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,

  d) Vulva dan sfingter ani membuka.

  c) Perineum tampak menonjol.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.

  a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.

  Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II

  Mengenali tanda dan gejala kala II 1)

  Pelaksanaan Demonstrasi Asuhan Persalinan Normal (APN) 58 Langkah Tujuan : Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang berintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kwalitas palayanan dapat terjaga pada tingkat yang di inginkan. Lima puluh delapan langkah dijelaskan sebagai berikut (APN, 2008): I.

  e.

  Memberikan umpan balik dan “reonforcement” (11) Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemungkinan modifikasi.

  Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi diri maupun kelompok tentang lamanya wkatu demonstrasi dan kesulitan yang dihadapi. (10)

  (7) Memantau setiap langkah demonstrasi. (8) Menginstruksikan untuk melakukan redemonstrasi. (9)

b) Buang kapas atau kasa.

2) Lakukan pemeriksaan dalam untuk pastikan pembukaan lengkap.

  a) Mengambil tindakan bila DJJ tidak normal.

  V. Persiapkan pertolongan kelahiran bayi 1) Letakkan handuk bersih di atas perut ibu. 2) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

  b) Apakah bayi bergerak aktif?

  a) Apakah bayi menangis kuat?

  VI. Penanganan bayi baru lahir 1) Lakukan penilaian.

  Setelah seluruh tubuh lahir, kita lahirhan bokong, kaki dan tungkai dengan tehnik sangga susur.

  Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum untuk menyangga kepala, lengan dan siku. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. 10)

  Setelah putar paksi luar, pegang secara biparietal, anjurkan ibu meneran saat kontraksi, lahirkan bahu dengan tehnik cunam ke bawah dan cunam ke atas. 9)

  7) Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar. 8)

  b) Jika tali pusat tidak bisa dilonggarkan, klem tali pusat dengan 2 klem lalu potong tali pusat.

  a) Jika tali pusat masih bisa dilonggarkan, lepaskan lewat kepala bayi.

  Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 56 cm di depan vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan lahirnya kepala. 6) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat.

  Pakai sarung tangan DTT 5)

  Buka partus set dan periksa kembali kelengkapan alat. 4)

  4) Anjurkan ibu berjalan, berjongkok dan mengambil posisi yang nyaman jika belum ingin meneran.

  b) Mendokumentasikan hasil penilaian serta asuhan lainnya dalam partograf.

  g) Segera rujuk bila bayi belum lahir setelah 120 menit (primigravida) dan 60 menit (multigravida).

  f) Menilai DJJ dan kontraksi.

  e) Berikan cukup asuhan cairan per oral.

  d) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

  c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman.

  b) Beri dukungan dan semangat.

  a) Bimbing ibu meneran dengan benar dan efektif.

  2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. 3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

  b) Jelaskan pada keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat.

  a) Tunggu rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Dokumentasikan semuanya.

  1) Memberitahu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman.

  IV. Menyiapkan ibu dan keluaraga untuk membantu proses bimbingan meneran.

  Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.

2) Keringkan tubuh bayi.

  Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain, kecuali tangan. Ganti handuk basah dengan handuk kering, biarkan di atas perut ibu. 3) Periksa kembali uterus dan pastikan tidak ada bayi yang ke-2. 4) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 5)

  Setelah bayi lahir, 1 menit kemudian suntikkan oksitosin10 unit IM di 1/3 paha bagian luar. 6)

  Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mengurut tali pusat ke arah ibu dan jepit tali pusat 2 cm dari klem 1. 7)

  Potong atau gunting tali pusat dengan gunting tali pusat kemudian ikat dengan benang DTT dan bungkus dengan kasa steril. 8) Letakkan bayi di dada ibu, agar kontak kulit ibu dengan kulit bayi. 9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

  VII.

  Penatakalsanaan aktif kala III 1) Pindahkan klem 5 10 cm dari vulva.

  2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas sympisis untuk mendeteksi. Tangan lain memegang tali pusat.

  3) Setelah uterus berkontraksi, renggangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso cranial).

  Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga ada kontraksi. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami dan keluarga melakukan stimulasi putting susu. 4) Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, tarik tali pusat sejajar lantai kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir. Nur Chasanah , (2009).

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

  5 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat.

  (1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM. (2) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulang penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. (5)

  Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir. (6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual. 5) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. 6) Segera setelah plasenta lahir, lakukan massase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan massase dengan searah jarum jam hingga uterus berkontraksi dengan baik. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik massase. 7) Periksa kedua sisi plasenta, pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. 8) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

  VIII.

  Melakukan prosedur pasca persalinan 1)

  Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

2) Biarkan bayi tetap kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

  3) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, berikan vitamin K 1 mg secara IM di paha kiri depan dan salep mata.

  4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K dan salep mata berikan imunisasi hepatitis B di paha kanan.

5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

  c) Setiap 30 menit pada jam ke-2 pasca persalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan kebidanan untuk penatalaksanaan atonia uteri.

  6) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi.

  7) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 8)

  Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih tiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit jam ke-2 pasca persalinan. 9)

  a) 23 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

  Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas peralatan. 11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah. 12)

  Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaiaan. 13) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. 14) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5%. 15)

  Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan clorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan clorin 0,5% selama 10 menit. 16) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 17) Lengkapi partograf.

  3. Kompetensi Asuhan Persalinan Normal (APN) a.

  Konsep Dasar Kompetensi 1)

  Pengertian Kompetensi Pengertian dari kompetensi adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pekerja untuk ditanyakan sebagai pekerja yang kompeten. Sedangkan definisi kompeten adalah seseorang yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan pekerjaannya (Herlina, N. 2006). Sedangkan menurut McAshan dalam buku W. Sanjaya (2006), mengatakan kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Dan menurut syafei, 2009 kompetensi adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang ditujukan oleh kemampuannya dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atai tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik.

  HMHB (2005) mengatakan bahwa kualifikasi yang harus dimiliki seseorang dalam menjalankan pekerjaannya haruslah mencakup 4 unsur yang harus menyatu dalam diri seorang pekerja, dan 4 unsur tersebut harus juga didukung oleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang memadai dari orang tersebut. Empat unsur tersebut adalah :

  Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 60 x/menit). 10) a) Menjalankan peranannya sesuai dengan pekrjaan yang harus ditanganinya, dan dapat bekerjasama dengan pekerja lainnya.

  b) Menyelesaikan pekerjaannya sesuai pedoman kerja dan hasil kerja yang memenuhi standar.

c) Menangani sejumlah tugas yang menjadi bagian dari pekerjaannya.

  d) Mengambil keputusan dan bertindak secara tepat sewaktu menghadapi situasi kritis/ gawat.

  2) Komponen kompetensi

  Sejalan dengan pendapat tersebut, terdapat teori yang menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut : 1)

  Pengetahuan, (knowledge) yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu. 2)

  Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. 3)

  Keterampilan (skill), sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. 4)

  Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya. 5)

  Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. 6)

  Minat (interest), kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi, adalah :

  1) Motives, yaitu konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang sehingga menyebabkan sesuatu kejadian. Motif tingkah laku seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih

  2) Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.

3) Self Consept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.

  4) Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlukan dalam pekerjaan.

  5) Skill, yaitu kemampuan dalam mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

  Dari lima karakteristik kompetensi diatas dapat dilihat bahwa Watson Wyat menggunakan istilah knowledge, skill dan attutudes atau KSA untuk konsep kompetensi. 3)

  Pengukuran Kompetensi Dalam mengukur kompetensi dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran kompetensi juga merupakan proses membandingkan antara kompetensi yang dimiliki oleh pegawai atau pemegang jabatan (Keputusan Kepala BKN No. 64A tahun 2003).

  Tujuan dari pengukuran kompetensi adalah untuk memperoleh data atau informasi yang dapat dijadikan bukti yang menunjukkan apakah pemegang jabatan memenuhi atau tidak memenuhi kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas jabatannya. Pengukuran kompetensi juga merupakan suatupendekatan untuk memperoleh SDM yang profesional.

  Hasil dari pengukuran diperoleh data dan informasi yang objektif, valid, serta dapat dipertanggungjawabkan.

4. Penelitian Yang Relevan

  Beberapa Penelitian yang berkaitan dengan Kesehatan Sekolah yaitu: 1.

  Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah, (2010). Tentang Penerapan Media Audio Visual dan Demonstrasi sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Rawat Luka pada Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian adalah mahasiswa semester dua dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur dan observasi, kemudian data divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan verifikasi. Hasil ujian kompetensi rawat luka siklus 1 pada kategori sangat baik sebanyak 2 mahasiswa (4,25%), kategori baik sebanyak 29 mahasiswa (61,7%), kategori cukup sebanyak 4 mahasiswa (8,51%), kategori kurang sebanyak 12 mahasiswa (25,53%). Dan hasil ujian kompetensi rawat luka siklus 2 pada kategori sangat baik sebanyak 6 mahasiswa (12,76%), kategori baik sebanyak 40 mahasiswa (85,10%), kategori cukup sebanyak 1 mahasiswa (2,17%), dan kategori kurang tidak ada. Data diatas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan psikomotorik pada kompetensi rawat luka dengan penerapan media audio visual dan demonstrasi pada praktikum Kebutuhan Dasar Manusia dari siklus 1 ke siklus 2. Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan psikomotorik pada kompetensi rawat luka sehingga peneliti menyarankan perlunya penerapan metode demonstrasi dan media VCD dalam pembelajaran praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. (Yamin ,M : 2009)

  Penelitian yang dilakukan oleh Mardianingrum, Yunita.Tentang Penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDN Purwantoro 8 Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Langkah PTK ini meliputi 2 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dalam 3 hari dan 2 hari. Siklus tindakan pembelajaran dihentikan jika telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar 75% dari jumlah keseluruhan subyek penelitian dengan rata-rata skor minimal 75. Subyek penelitian adalah siswa kelas

  IV SDN Purwantoro 8 Kecamatan Blimbing Kota Malang yang berjumlah 36 anak. Pada penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa : lembar Observasi ( pengamatan ) untuk mengamati kegiatan siswa, catatan lapangan, LKS, studi dokumentasi dengan hasil tes dan foto-foto pada saat pembelajaran, serta lembar evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan : (a) Pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada siklus I masih banyak kekurangan, yaitu ada beberapa siswa yang belum paham cara kerja metode demonstrasi menggunakan media wayang-wayangan. (b) Metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat dari skor rata- rata prates 58,89 menjadi 67,14 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,28; (c) Metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan, siswa dalam belajar. Jumlah siswa yang konsentrasi dalam belajar meningkat dari 56,11% pada siklus I menjadi 68,33% pada siklus II. Kerjasama siswa dari 56,67% pada siklus I meningkat menjadi 65,56% pada siklus II. Keberanian siswa dalam bertanya ataupun berpendapat juga mengalami peningkatan dari 58,89% pada siklus I menjadi 66,11% pada siklus II. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa pertama pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik untuk mengajarkan tentang konsep operasi hitung bilangan bulat. Yang kedua penggunaaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV di SDN Purwantoro 8, dan ketiga adalah dampak penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan konsentrasi, kerjasama, keberanian bertanya dan berpendapat siswa dalam belajar. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi, Lilin Endah, Tentang Penerapan pembelajaran metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X

  AP pada mata pelajaran mengoperasikan aplikasi perangkat lunak di SMK PGRI 4 Kota Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran, hasil belajar, serta respon siswa dalam pembelajaran metode demonstrasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, tes dan catatan lapangan.

  Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian di SMK PGRI 4 Kota Blitar diketahui bahwa penerapan pembelajaran metode demonstrasi (1) menjadikan siswa lebih aktif, berani bertanya dan menyampaikan pendapat, (2) meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta psikomotor. Peningkatan aspek afektif sebesar 5,14% dari siklus I sebesar 81,62% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif sebesar 5,88% dari siklus I sebesar 88,23% menjadi 94,11% pada siklus II. Sedangkan pada aspek psikomotor mengalami peningkatan sebesar 2,62% pada siklus I mencapai rata-rata 85,29% dan pada siklus II mencapai rata-rata 87,91%. Setelah penelitian ini dilaksanakan maka dianjurkan kepada guru untuk selalu memberikan arahan dan motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam mengatur waktu yang terbatas untuk materi praktek seperti (http:library.um.ac.id) 4. Riesmiyatiningdyah, Analisis Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Medikal

  Bedah Dalam Upaya Pencapaian Kompetensi Mahasiswa pada Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Studi Kasus di Akademi Keperawatan Kerta Cendikia Sidoarjo) tesis, Magister Kedokteran Keluarga Minat Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

  Desain penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu informan, tempat penelitian dandokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, pengamatan, analisa dokumen. Cuplikan yang digunakan purposive sampling. Uji keterpercayaan data menggunakan triangulasi. Teknik analisa data menggunakan model interaktif. Kesimpulan yang bisa diambil praktik klinik keperawatan medikal bedah dalam upaya pencapaian kompetensi mahasiswsa pada asuhan keperawatan medikal bedah di Akademi Keperawatan Kerta Cendikia Sidoarjo adalah sudah sangat besar pengaruhnya sehingga praktik klinik keperawatan medikal bedah merupakan upaya pencapaian kompetensi pada asuhan keperawatan medikal bedah.

  5. Ibnu Sugiarto, Pengaruh penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi terhadap hasil belajar IPA/ Fisika ditinjau dari motivasi belajar pada siswa SLTP kedawung kabupaten Sragen. Focus Penelitian dan unit analisisnya untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi terhadap hasil belajar

  IPA/ Fisika ditinjau dari motivasi belajar. Metode yang digunakan observasional pendekatan crossectional, kuantitatif. Analisa datanya berbentuk analitik, dan hasilnya yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPA/Fisika pada penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi. Fransisca, N. (2009).

C. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus dan bersifat deskriptif,yaitu menyajikan deskripsi lengkap dari suatu fenomena yang diamati dalam konteks yang nyata selain itu penelitian ini terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiono, 2010). Study kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial .Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why,bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki,dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontenporer (Masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.( C, Asri Budiningsih. 2005).

  Prinsip Studi Kasus yaitu menghubungkan berbagai bukti. Baik itu merupakan hasil dari wawancara, observasi dan penelusuran dokumen. Menurut Moleong (2010) sumber data dan tekhnik penelusuran data dalam penelitian ini adalah nara sumber, tempat dan peristiwa serta dokumen arsip.

  Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kecenderungan peneliti untuk memperoleh informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, atau yang lebih cepat disebut

  criterion-based selection (Goeetz dan Le Comte, 1984). (Sutopo, 2002 : 56)

  Pada penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan dokumen, wawancara mendalam dan observasi untuk sumber data yang sama secara

  Dalam penelitian ini validitas data diuji dengan cara Uji Triangulasi yaitu teknik mengumpulkan data yang bersifat mengkroscek berbagai tehnik pengumpulan data yang telah ada (Sugiyono,2010).Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pada triangulasi sumber peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan tehnik yang sama. Pada Triangulasi metode peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama .Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen.

  Teknik analisa yang digunakan adalah Metode perbandingan tetap (constant

  comparative method ) Moleong, 2010. Dikatakan metode perbandingan tetap karena

  dalam analisis data secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain dan kemudian secara tetap membandingkan satu kategori lain. Secara umum proses analisa data mencangkup reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2010 : 88). Kegiatan ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut yaitu persiapan, tahap pelaksanaan, analisa data, tahap penyelesaian D.

   HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan

  Pelaksanaan pembelajaran asuhan kebidanan II di STIKes Husada Jombang dengan metode demonstrasi yaitu pembelajaran ketrampilan kebidanan dalam praktik dengan dipandu instruktur atau dosen pengampu, disarankan oleh mahasiswa cukup efektif, karena terencana dengan baik dan sistematis. Dari beberapa metode pembelajaran yang ada, kebanyakan dosen pengampu memilih metode ceramah yang dilanjutkan dengan demonstrasi dalam pelaksanaan pembelajaran asuhan kebidanan

  II. Metode demonstrasi merupakan sebuah model pembelajaran yang efektif agar peserta didik bisa memperoleh pengalaman praktek kecakapan dan ketrampilan yang lebih kompeten. Seperti yang salah satu mahasiswa ketahui, Metode Demonstrasi yaitu suatu bentuk pembelajaran Andragogi / pembelajaran orang dewasa, karena mahasiswa dituntut lebih aktif dan kreatif, sedangkan dosen pengampu hanya sebagai fasilitator. Pada dasarnya proses pembelajaran demonstrasi APN pada matakuliah Askeb II sudah cukup baik, karena pembelajaran Askeb II ini bukan merupakan mata kuliah tersendiri, tetapi merupakan bentuk pelaksanaan salah satu pengalaman belajar mahasiswa pada mata kuliah kebidanan, karena mata kuliah kebidanan ini menetapkan pengalaman belajar dalam bentuk belajar mandiri. Pembelajaran Askeb

  II di lakukan pada semester III dan di sesuaikan dengan kompetemsi mata kuliah yang di ajarkan. Dan persiapan yang dilakukan meliputi : menyiapkan RPP, silabus, cheklist, daftar hadir dosen maupun mahasiswa dan menghubungi dosen pengampu, membuat jadwal perkuliahan, membagi jumlah pertemuan. Setelah itu baru melaksanakan pembelajaran demonstrasi yang terdiri dari: menjelaskan tujuan pembelajaran, melakukan pre-test baik secara lisan atau tulisan, menjelaskan persiapan alat, mendemonstrasikan ketrampilan dalam melaksanakan APN, melakukan post-test, memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya dan redemonstrasi. Zain, Aswan., dkk. (2006).

2. Kendala dan Cara Mengatasi

  Semua hasil penelitian yang sudah dikemukakan sebelumnya, peneliti juga banyak sekali mendapatkan masukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran asuhan kebidanan II di STIKes Husada Jombang. Dari hasil wawancara dengan dosen dan mahasiswa, peneliti menerima usulan, saran dan harapan mengenai pembelajaran yang ideal dan langkah-langkah antisipasi kesimpulan peneliti di bawah ini, antara lain yaitu : a.

  Mahasiswa kurang motivasi dan meremehkan b.

  Mahasiswa merasa sudah tahu, sehingga mereka menjadi kurang berminat mengikuti pembelajaran.

  c.

  Mahasiswa malas, merasa malu kalau dilihat dan diperhatikan banyak orang dalam melakukan kegiatan serta keinginan untuk mementingkan kepentingan pribadi.

  d.

  Hanya mahasiswa tertentu, terutama yang aktif saja yang berani maju untuk berperan serta sebagai partisipan dan melakukan redemonstrasi.

  e.

  Waktu yang kurang sehingga tidak semua bisa mencoba ulang f. Sarana prasarana, karena persiapan alat hanya terbatas.

  g.

  Adanya kendala dari dosen, yaitu dosen tidak memenuhi jadwal yang ditentukan, katena kesibukan atau urusan pendidikan yang lain, serta terlambat dalam memulai pembelajaran.

  Usulan dan masukan dari dosen pengarnpu serta mahasiswa dalam mengatasi masalah kendala pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut : a.

  Jumlah mahasiswa dalam tiap kelompok dikurangi menjadi 2-3 mahasiswa dengan 1 instruktur atau dosen pengarnpu.

  b.

  Waktu pembelajaran ditambah atau diperpanjang, seminggu dua kali.

  c.

  Setiap mahasiswa peserta demonstrasi diwajibkan untuk mendemonstrasikan ulang. Apabila waktu terjadwal tidak mencukupi, maka mencari waktu lain diluar jadwal.

  d.

  Reward dengan tambahan nilai bagi yang mendemonstrasikan ulang. e.

  Pemberian punishment (hukuman) dengan penugasan yang sifatnya mendidik f. Dosen dan mahasiswa harus lebih komunikatif dalam pembelajaran g.

  Sistem asistensi, dnegan melibatkan sesama mahasiswa yang sudah bisa.

  3. Hasil Evaluasi

  Beberapa mahasiswa dan dosen pengampu yang diwawancarai peniliti mengungkapkan keinginannya, agar evaluasi ini berjalan efektif dan benar-benar mampu mengukur hasil yang diinginkan. Uji UHAP sebagai salah satu metode evaluasi pembelajaran asuhan kebidanan II, menurut narasumber dari dosen mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penentuan kelulusannya dengan menentukan nilai batas lulus mahasiswa dalam ujian UHAP minimal mancapai 70. Kelebihan uji

  UHAP diantaranya : dari segi waktu cukup singkat, cepat ternilai urut atau tidaknya,

  sistematis atau tidak. Kekurangan uji UHAP yaitu persiapan media paten dan stressornya tinggi. Persiapan alat dilakukan oleh mahasiswa sehingga dapat dinilai juga pada kemampuan mahasiswa dalam persiapan alat E.

   PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan

  Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran demonstrasi APN merupakan pilihan yang tepat. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan pesan/ materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dan menurut Anita (2008) salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi peserta didik seluruhnya harus dapat memperhatikan atau mengamati objek yang akan didemonstrasikan. Suharsimi, A. (2006).

  Pelaksanaan pembelajaran demonstrasi APN di STIKes Husada Jombang, juga sudah sesuai dengan proses bimbingan pengajaran di kelas yang disampaikan dalam

  Clinical Training Skills-Developing Clinical Skills. Yaitu tahap mendemonstrasikan pada model klien dan tahap evaluasi kompetensi/ ketrampilan mahasiswa oleh dosen.

  Tahap-tahap ini teraplikasi dalam penggunaan metode diskusi dan demonstrasi.

  2. Kendala dan Cara Mengatasi

  Dari hasil wawancara dengan mahasiswa dan dosen pengampu serta penanggung jawab mata kuliah asuhan kebidanan II ditemukan beberapa faktor kendala dalam pelaksanaan pembelajaran demonstrasi APN di STIKES Husada Jombang. Pada pelaksanaan/ implementasi pembelajaran, perlu dikembangkan strategi dan bahan instruksional yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Karena menurut Oemar Hamalik (2010) menyatakan pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan, belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Sehingga salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah demonstrasi.

  Menurut Arikunto,Suharsimi. (2006) Faktor kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran, ada yang berasal dari mahasiswa maupun dosen pengampu. Mahasiswa, dosen, metode, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari, saling berpengaruh secara timbal balik dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut antara lain keaktifan dan motivasi yang kurang dan tebatasnya waktu.

  Untuk mengatasi masalah kurangnya motivasi yang ditemukan dalam penelitian ini, ada baiknya memang diterima usulan dari dosen pengampu dan mahasiswa berupa pemberian reward atau reinforcement, punishment, dan pemberian kewajiban untuk mencoba ulang. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan mahasiswa. Manuaba. Ida Bagus Gde. (2010).

  Kendala dalam proses pembelajaran demonstrasi dalam upaya pencapaian kompetensi mahasiswa pada asuhan kebidanan II (persalinan) yaitu mahasiswa tidak selalu memperoieh kesempatan untuk melaksanakan asuhan persalinan normal secara mandiri. Bahri, Syaiful & Zain, Aswan (2005) Hal ini disebabkan karena dosen pengampu tidak selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan asuhan persalinan normal secara mandiri. Dosen pengampu tidak melepas ketrampilan mahasiswa sepenuhnya karena apabila ada kesalahan dalam melakukan redemonstrasi, maka dosen pengampu langsung memberikan arahan yang tepat kepada mahasiswa tersebut yang melakukan demonstrasi. Hal ini sesuai dengan tugas pembimbing yaitu mendampingi mahasiswa sesuai dengan tingkat kemandirian (Pusdiknakes, 2005: 59). Dosen pengampu harus menumbuhkan rasa percaya diri kepada mahasiswa dalam melakukan demonstrasi sesuai dengan kompetensi yang ada.