Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Nurul Qamariyah1
Abstract
In this paper, I will discuss two focus problem. First, what is character. Second, evidence of character
crisis at student. With purpose is to know definition the character and evidence there are of character
crisis at student. Character is a distinctive feature that distinguishes some body with another. The
character’s of every body is different and a reflection of a good character will manifest with his good
behavior. Indonesia is currently in “a character crisis” situation. This is struck the all group that do,
student, college student, and also parents. Evidence of the character crisis, specially at student that
is mass rampage or brawl among young people resulting in public unrest, promiscuity among
teenagers, as well as information that is no less surprising than the National Narcotics Agency (BNN)
that there are about 3.6 million drug addicts in Indonesia involving young people.

Keyword : Education, character, student
Abstrak
Pada karya tulis ini, saya akan membahas dua fokus permasalahan. Pertama, apa itu
karakter. Kedua, bukti krisis karakter pada siswa. Dengan tujuan untuk mengetahui definisi
karakter dan bukti adanya krisis karakter pada peserta didik. Karakter adalah ciri khas yang

menjadi pembeda satu dengan yang lain. Karakter setiap orang berbeda-beda dan
cerminan dari karakter yang baik, akan terwujud dengan perilakunya yang baik pula.
Indonesia saat ini tengah berada dalam situasi “krisis karakter”. Hal ini melanda berbagai
golongan yang ada, baik siswa, mahasiswa, dan juga orang tua. Bukti adanya krisis
karakter, utamanya pada peserta didik yaitu amukan massal atau tawuran di kalangan anak
muda yang mengakibatkan keresahan masyarakat, pergaulan bebas di kalangan remaja,
serta informasi yang tidak kalah mengejutkan dari Balai Diklat Badan Narkotika Nasional
(BNN) bahwa terdapat sekitar 3,6 juta pecandu narkoba di Indonesia yang melibatkan kaum
muda.
Kata kunci: Pendidikan, karakter, peserta didik

Pendahuluan
Indonesia khususnya generasi muda tengah berhadapan dengan era globalisasi
yang menyebabkan semakin merosotnya moral, semakin rusaknya karakter anak bangsa.
Tantangan globalisasi bukan hanya bisa menyebabkan runtuhnya nilai-nilai luhur bangsa,
melainkan juga akan menghambat regenerasi kepemimpinan yang berkarakter pancasialis
Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan, Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan, Jawa Timur,
Indonesia, 085204132737, Email : Bulannur96@gmail.com
1


1

Nurul Qamariyah

dan moralis dalam kaitannya dengan pengabdian terhadap masyarakat.2 Karakter anak
bangsa yang semakin hari semakin memprihatinkan menjadi bukti bahwa pendidikan
Indonesia masih gagal dalam menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter, yang
menjadi tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tepatnya di pasal 3 menyebutkan
bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam undang-undang tersebut yaitu, cerdas,
kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, beriman, bertakwa, jujur, amanah, adil, bersih, sehat,
disiplin, tangguh, kooperatif, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong dan nasionalis.
Selanjutnya, potensi yang merupakan kapasitas bawaan manusia harus diaktualisasikan

melalui ranah pendidikan. Artinya, hanya dengan pendidikan seluruh potensi yang dimiliki
manusia berkembang sehingga menjadi manusia seutuhnya3, dalam artian manusia yang
berkarakter.
Dalam makalahnya yang berjudul "Human Values Integrated Instructional Model"
(Model Pembelajaran Nilai-nilai Kemanusian Terpadu), Dr. Art-Ong memaparkan bahwa
EDUCATION bermakna sebagai berikut:
E = Enlightenment (pencerahan).
D = Duty and Devotion (tugas dan pengabdian).
U = Understanding (pemahaman).

2

Mohammad Takdir Ilahi, Gagalnya Pendidikan Karakter (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2014), 27.
3
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar &
Implementasi, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014), 5.

2

Krisis Karakter Pada Peserta Didik


C =Character (karakter).
A = Action (tindakan).
T = Thanking (berterima kasih).
I = Integrity (Integritas).
O = Oneness (kesatuan)
N = Nobility (kemuliaan).
Pada pemaknaan singkat tersebut, Dr. Art-Ong memberikan penjelasan lebih rinci,
salah satunya C =Character (karakter) yaitu guru harus membentuk karekter yang baik
pada diri siswa. Seorang yang berkarakter adalah seorang yang memiliki kekuatan moral
dan lima nilai kemanusiaan yaitu Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, Kasih sayang dan
tanpa Kekerasan. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut harus terpadu dalam pembelajaran
dikelas. Selanjutnya, N = Nobility (kemuliaan). Menurutnya, kemuliaan adalah sifat yang
muncul karena memiliki karakter yang tinggi atau mulia. Kemuliaan tidak timbul dari lahir
tetapi muncul dari pendidikan.4
Namun, nilai-nilai karakter yang tertuang dalam pemaparan di atas sangatlah
berbanding terbalik dengan fakta yang ada di lapangan. Karena, terbukti dengan masih
banyaknya siswa yang terlibat tawuran, menjadi korban narkoba, tidak semangat belajar,
dan menyontek saat ujian. Dan diperparah lagi dengan budaya korupsi yang dilakukan
kaum akademis dan politikus serta semakin maraknya kalangan remaja yang terjebak pada

aksi terorisme. Hal itu menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia sangatlah krisis akan
karakter, bahkan pada anak usia sekolah dasar yang merupakan usia terbaik untuk
membentuk karakter anak. Sehingga, kemuliaan yang menjadi impian semua orang akan
sulit tercapai jika kondisi karakter demikian.
4

Sofyan Sauri, Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembinaan
Profesionalisme Guru Berbasis Pendidikan Nilai, 13. Diakses pada
tanggal 04 Mei 2018 jam 8:50.

3

Nurul Qamariyah

Dalam karya tulis ini, saya mengangkat dua fokus permasalahan. Pertama, apa itu
karakter. Kedua, bukti krisis karakter pada peserta didik. Dengan tujuan untuk mengetahui
definisi karakter dan bukti adanya krisis karakter pada peserta didik.
Pembahasan
a. Makna Karakter
Karakter adalah istilah serapan dari Bahasa Inggris yaitu character. Menurut

Encarta Dictionaries, karakter adalah kata benda yang memiliki arti:
1. Kualitas-kualitas pembeda,
2. Kualitas-kualitas positif,
3. Reputasi,
4. Seseorang dalam buku atau film,
5. Orang yang luar biasa,
6. Individu dalam kaitannya dengan kepribadian, tingkah laku, atau tampilan,
7. Huruf atau simbol,
8. Unit data komputer.5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Stedje, sebagaimana yang dikutip Muhammad Yaumi, berpendapat bahwa: character
is the culmination of habits, resulting from the ethical choices, behaviors, and attitudes
an individual makes, and is the “moral excelence” an individual exhibits when no one
is watching. Menurutnya, karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang
dihasilkan dari pilihan etik, perilaku, dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan
moral yang prima walaupun ketika tidak ada seorangpun yang melihatnya.6

5


Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 23.
6
Ibid., hlm. 6.

4

Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Sedangkan secara harfiah, karakter berarti kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian yang
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya
mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.7 Karakter bisa juga berarti cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya.8
Generasi yang berkarakter bukanlah generasi yang mumpuni dalam segi
intelektual saja, akan tetapi yang menjadi poin utama sebagai cerminan generasi
berkarakter adalah akhlak atau perilaku yang baik. Perlu diketahui bahwa orang-orang

Jepang tidak begitu berambisi untuk menjadikan anak mereka juara kelas dan cerdas.
Mereka hanya menginginkan anak mereka menjadi orang baik dan bermanfaat bagi
sesama. Merekapun tidak khawatir jika anak-anak mereka tidak juara kelas, akan
tetapi mereka lebih khawatir jika anak mereka tidak mencerminkan sebagai anak yang
baik dan bermoral. Merekapun mengembangkan suatu sistem pendidikan yaitu
pendidikan karakter yang selanjutnya kitapun mengadopsinya.9
b. Bukti Krisis Karakter Pada Siswa
Bangsa Indonesia tengah menghadapi krisis karakter atau jati diri yang menjadi
landasan fundamental bagi pembangunan karakter bangsa (nation character building).
Berbagai peristiwa atau kejadian yang sering kita saksikan melalui TV maupun media
cetak menunjukkan betapa masyarakat kita tengah mengalami degradasi jati diri dan
menurunnya martabat bangsa yang berkeadaban.

7

Barnawi dan M. Arifn, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran
Pendidikan Karakter (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 20–21.
8
Muchlas Samani & Hariyanto, Pendidikan Karakter (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), 41.

9
Moh. Achyat Ahmad, “Horor Loss of Adab", dalam BULETIN
SIDOGIRI; Kids Jaman Now,” Edisi 135 Tahun ke 13 2018, 14.

5

Nurul Qamariyah

Di saat yang bersamaan pula terjadi amukan massal atau tawuran di kalangan
anak muda yang mengakibatkan keresahan, karena mengganggu ketenangan dan
kenyamanan hidup masyarakat. Seiring perjalanan waktu, moral bangsa terasa
semakin amburadul, hura-hura, kesewenangan, ketimpangan, dan pergaulan bebas di
kalangan remaja terjadi di mana-mana, tata krama pun hilang, nyawa seperti tidak
harganya, korupsi menjadi-jadi bahkan telah dilakukan terang-terangan dan
berjemaah.10
Indonesia sempat dibuat bangga dengan prestasi yang diraih oleh pelajar dan
mahasiswa di berbagai ajang kompetensi nasional maupun internasional. Sebagai
contoh Andy Octavian Latief, siswa SMAN 1 Pamekasan yang telah berhasil meraih
emas di Olimpiade Fisika Internasional ke-37 di Singapura; Firmansyah Kasim, siswa
SMP Islam Atirah Makasar juga sudah dua kali memperoleh juara Olimpiade Fisika

Internasional mewakili Indonesia; Irwan Ade Putra, pelajar SMAN 1 Pekanbaru sudah
dua kali meraih emas di Apho Kazakhastan dan Ipho Singapura, Olimpiade IPTEK
Internasional, International Sustainable World Energy, Engineering & Environment
Project Olympiad, (I-SWEEEP) yang diselenggarakan di Houston, Amerika Serikat
pada tanggal 3-6 Mei 2012, banyak siswa Indonesia yang menang dalam ajang ini11.
Namun, lagi-lagi dekadensi moral, rendahnya tanggung jawab dan sikap
amanah, dipertontonkan secara kasat mata di depan publik. Betapa banyak pejabat
publik yang diseret ke meja hijau gara-gara menelan uang rakyat. Pada bulan Maret
2010, lembaga survei yang bermarkas di Hongkong yaitu Political & Economic Risk
Consultancy (PERC) masih menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup di Asia
Pasifik, mengalahkan Kamboja, Vietnam, dan Filiphina.12
Ibid.,19.
Tempo Interaktif, 27/8/2009 sebagaimana yang dikutip Ali Mudlofir dalam jurnal pendidikan
Islam dengan judul Pendidikan Karakter Harus Ditingkatkan, Vol.7 No.2, 2013, 230. Diakses
tanggal 17 April 2018 jam 8.30.
12
Ali Mudlofir, Pendidikan Karakter; Konsep dan Aktualisasinya dalam Sistem
PendidikanIslam, Surabaya, (Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7 No.2 Tahun 2013), 231. Diakses
tanggal 17 April 2018 jam 8.30.
10

11

6

Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Informasi dari Balai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN), terdapat sekitar 3,6
juta pecandu narkoba di Indonesia yang melibatkan kaum muda. Kekerasan juga
banyak mewarnai dunia anak bangsa ini. Kekerasan pada saat Masa Orientasi Siswa
(MOS) masih saja terjadi. Oknum kepala sekolah memukul siswa; siswa mengeroyok
guru; guru BK mengadu dua siswanya untuk berkelahi di halaman sekolah, menjadi
pemandangan yang sudah biasa di media massa.13
Jumlah pengguna narkoba tiap tahun selalu berubah, membayangkan keadaan
itu seperti monster jahat penghisap darah. Korbannya tidak bisa berbuat apa-apa.
Penyalah narkoba umumnya berusia produktif, sehingga perusakan mereka berarti
kehancuran bagi negeri ini. Betapa tidak, mereka yang seharusnya berpikir tentang
bangsa ini akan disibukkan hanya dalam kebutuhan yang paling mendasar, yaitu
kemampuan bertahan hidup.14
Ali Syahroni dalam wawancaranya dengan Dr. Muhammad Kosim yang
merupakan salah satu pakar pendidikan di Pamekasan menyatakan bahwa perilaku
pemuda di Pamekasan disebabkan oleh sejumlah faktor, baik pengaruh luar mau pun
dari dalam.
Di antaranya, kemajuan teknologi informasi yang cukup pesat membawa dampak
besar pada pola pikir anak didik. Sementara porsi pendidikan karakter belum ada
peningkatan, hingga kuat pengaruhnya. “Selama ini tidak ada sekolah yang fokus
pada pendidikan karakter siswa, sebagian besar hanya mementingkan pendidikan
kognitif. Berilmu tanpa akhlak akan menjadi percuma. Makanya, harus ada
peningkatan karakter,” kata Ketua STAIN Pamekasan ini.
Lanjutnya, pemuda saat ini merupakan generasi yang aktif dan suka
berkelompok, hanya saja aktivitasnya kurang terarah. Sehingga, perlu ada pembinaan

Ali Mudlofir, 230.
Heni Listiana, Rekonstruksi Pendidikan Budi Pekerti, Majalah Activita; Wajah Pemuda
Pamekasan Edisi 39 November 2015, 13.
13
14

7

Nurul Qamariyah

yang bisa mengarahkan pada kegiatan yang positif, misalnya diarahkan pada kegiatan
olahraga.
“Anak lebih lama di rumah dibanding di sekolah. Jadi, orang tua dan lingkungan
yang baik yang menentukan karakter pemuda. Makanya, hasil pendidikan di sekolah
akan hilang jika lingkungan kurang bagus. Peran orang tua harus kuat dalam
pengawasan,” ungkapnya.15
Kesimpulan
Karakter secara singkat kata suatu sifat yang menjadi pembeda antara individu
satu dengan lainnya. Baik tidaknya karakter yang dimiliki anak tercermin dari perilakunya.
Anak yang berprilaku baik, berarti anak yang berkarakter. Seperti, jujur, disiplin, taat
beribadah, dan lain sebagainya. Generasi yang berkarakter bukanlah generasi yang
mumpuni dalam segi intelektual saja, akan tetapi yang menjadi poin utama sebagai
cerminan generasi berkarakter adalah akhlak atau perilaku yang baik.
Bangsa Indonesia tengah dilanda sebuah fenomena yang sangat berbahaya, yaitu
“krisis karakter”. Terbukti dengan adanya kasus-kasus seperti, banyaknya pejabat publik
yang diseret ke meja hijau gara-gara menelan uang rakyat dan adanya kekerasan pada
saat Masa Orientasi Siswa (MOS), oknum kepala sekolah memukul siswa, guru BK
mengadu dua siswanya untuk berkelahi di halaman sekolah, dan banyaknya pecandu
narkoba di Indonesia menjadi pemandangan yang sudah biasa di media massa.
Dan yang lebih parah lagi krisis karakter yang menimpa generasi muda sebagai
penerus bangsa. Seperti halnya, amukan massal atau tawuran di kalangan anak muda yang
mengakibatkan keresahan masyarakat, pergaulan bebas di kalangan remaja, serta
informasi yang tidak kalah mengejutkan dari Balai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN)
bahwa terdapat sekitar 3,6 juta pecandu narkoba di Indonesia yang melibatkan kaum muda.

15

8

Ali Syahroni, Pendidikan Karakter Harus Ditingkatkan, KoranMadura.com, 2017.

Krisis Karakter Pada Peserta Didik

Solusinya adalah dengan semakin meningkatkan pendidikan karakter dan juga
pertu adanya kesadaran sejak dini dari semua golongan, utamanya orang tua dan guru
tentang betapa pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik, serta orang tua dan guru
harus mampu bekerja sama untuk mewujudkan peserta didik yang berkarakter.
Daftar Pustaka
Ahmad, Moh. Achyat. Horor Loss of Adab. Buletin Sidogiri; Kids Jaman Now Edisi 135
Tahun ke 13 2018.
Barnawi dan M. Arifin. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Ilahi, Mohammad Takdir . Gagalnya Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014.
Kesuma, Dharma. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Listiana, Heni. Rekonstruksi Pendidikan Budi Pekerti. Majalah Activita; Wajah Pemuda
Pamekasan Edisi 39 November 2015.
Samani, Muchlas & Hariyanto, Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017.
Sauri, Sofyan. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembinaan Profesionalisme Guru
Berbasis Pendidikan Nilai. Diakses tanggal 04 Mei 2018 jam 8:50.
Syahroni, Ali. Pendidikan Karakter Harus Ditingkatkan. KoranMadura.com, 2017.
Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar & Implementasi. Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2014.
Tempo Interaktif, 27/8/2009 sebagaimana yang dikutip Ali Mudlofir dalam jurnal pendidikan
Islam dengan judul Pendidikan Karakter Harus Ditingkatkan, Vol.7 No.2, 2013,
diakses tanggal 17 April 2018 jam 8.30.

9

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65