MAKALAH AGAMA ISLAM PANDANGAN ISLAM TENT

PROGRAM STUDI TEKNIK
INFORMATIKA
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA
DISUSUN OLEH :
NAMA
KELAS
NIM

: ISRODIMAN SAPUTRA
: TI.1G
: 141420126

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BINADARMA

PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN :
KEHIDUPAN PRIBADI
1. Dalam Aqidah
Setiap Warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran
imani berupa tauhid kepada Allah SWT.23 yang benar, ikhlas dan penuh
ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad al-rahman 24 yang menjalani

kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muhsin, dan
muttaqin yang paripurna.
2. Dalam Akhlaq
Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi
Muhammad dalam mepraktekkan akhlaq mulia28, sehingga menjadi uswah
hasanah29, yang diteladani oleh sesama berupa sifat shiddiq, amanah, tabligh
dan fathanah.
3. Dalam Ibadah
Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan
jiwa/hati kearah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang
tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yang buruk31, sehingga terpancar
kepribadian yang shalih32 yang mengahdirkan kedamaian dan kemanfaatan
bagi diri dan sesamanya.
KEHIDUPAN DALAM KELUARGA
1. Kedudukan Keluarga
Keluarga merupakan tiang utama kehidupan ummat dan bangsa sebagai
tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, karenanya
menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah wa al-rahmah40 yang dikelanal dengan
keluarga sakinah.

2. Fungsi Keluarga
Keluarga-keluarga dilingkungan Muhammadiyah perlu difungsikan selain dalam
mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi

sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang
dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan dakwah di kemudian
hari.
3. Aktifitas Keluarga
Di tengah arus media elektronik dan media cetak yang makin terbuka, keluarga
- keluarga di lingkungan Muhammadiyah kian dituntut perhatian dan
kesungguhan dalam mendidik anak-anak dan menciptakan suasana yang
harmonis agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan terciptanya
suasana pendidikan keluarga yang positif dengan nilai-nilai jaran Islam.
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan
dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya
masing - masing dengan memelihara dan kehormatan baik dengan sesama
muslim maupun dengan non-muslim, dalam hubungan ketetanggaan bahkan
Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan
sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.

Setiap keluarga dan anggota keluarga Muhammadiyah harus menunjukkan
keteladanan dalam bersikap baik kepada tetangga 50, memelihara kemuliaan
dan memuliakan tetangga51, bermurah hati kepada tetangga yang ingin
menitipkan barangnya atau hartanya52, menjenguk bila tetangga sakit53,
mengasihi tetangga sebagaimana mengasihi keluarag/diri sendiri54,
menyatakan ikut gembira / senang hati bila tertangga memperoleh kesuksesan,
menghibur dan mempberikan perhatian yang simpati bila tetangga mengalami
musibah atau kesusahan, menjenguk / melayat bila ada tetangga yang
meninggal dan ikut mengurusi sebagaimana hak - hak tetangga yang
diperlukan, bersikap pemaaf dan lemah lembut billa tetangga salah, jangan
selidik-menyelidiki keburukan-keburukan tetangga, membiasakan memberikan
sesuatu seperti makanan dan oleh-oleh kepada tetangga, jangan menyakiti
tetangga, bersikap kasih sayang dan lapang dada, menjauhkan diri dari segala
sengkerta dan sifat tercela, berkunjung dan saling tolong menolong, dan
melakukan amar makruf nahi munkar dengan cara yang tepat dan bijaksana.
KEHIDUPAN BERORGANISASI

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan amanat yang didirikan dan dirintis
oleh KH. Ahmad Dahlan untuk kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama yang diridloi Allah SWT,

karena itu menjadi tanggung jawab seluruh warga dan lebih-lebih pimpinan
Muhammadiyah di berbagai tingkatan dan bagian untuk benar-benar
menjadikan organisasi (persyarikatan) ini sebagai gerakan dakwah Islam yang
kuat dan unggul dalam berbagai bidang kehidupan.
Setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah berkewajiban
memelihara, melangsungkan, dan menyempurnakan gerak dan lankah
persyarikatan dengan penuh komitmen yang istiqomah, kepribadian yang mulia
(shiddiq, amanah, tabligh, fathanah), wawasan pemikiran dan visi yang luas,
keahlian yang tinggi, dan amaliah yang unggul sehingga Muhammadiyah
menjadi gerakan Islam yang benar-benar menjadi rahmatan li al-'alamin.
Dalam menyelesaikan masalah-masalah dan konflik-konflik yang timbul di
Persyarikatan hendaknya mengutamakan musyawarah dan mengacu pada
peraturan organisasi yang memberikan kemaslahatan dan kebaikan seraya
dijauhkan tindakan-tindakan anggota pimpinan yang tidak terpuji dan dapat
merugikan kepentingan Persyarikatan.
Mengairahkan ruh al-Islan dan ruh al-jihad dalam seluruh gerakan
Persyarikatan dan suasana di lingkungan Persyarikatan sehingga
Muhammadiayh benar-benar tampil sebagai gerakan Islam yang istiqamah dan
memiliki ghirah yang tinggi dalam mengamalkan Islam.
Setiap anggota pimpinan Persyarikatan harus menunjukkan keteladanan dalam

bertutur kata dan bertingkah laku, beramal dan berjuang, disiplin dan tanggung
jawab, dan memiliki kemauan untuk belajar dalam segala lapangan kehidupan
yang diperlukan.
Dalam acara-acara rapat dan pertemuan-pertemuan di lingkungan
persyarikatan hendaknya ditumbuhkan kembali pengajian-pengajian singkat
(seperti kuliah tujuh menit) dan selalu mengindahkan waktu shalat dan
menunaikan shalat jamaah sehingguh gairah keberagamaan yang tinggi yang
menjadi bangunan bagi pembentukan kesalihan dan ketakwaan dalam
mengelola persyarikatan.

KEHIDUPAN DALAM MENGELOLA AMAL USAHA
Amal Usaha Muhammadiyah adalah salah satu usaha dari usaha-usaha
persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan, yakni
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
Masyarakat Utama yang diridlai Allah SWT. Oleh karenanya semua bentuk
kegiatan amal usaha Muhammadiyah harus mengarah kepada terlaksananya
maksud dan Tujuan Persyarikatan dan seluruh pimpinan serta pengelola amal
usaha berkewajiban untuk melaksanakan misi utama Muhammadiyah itu
sebaik-baiknya sebagai misi dakwah75.
KEHIDUPAN DALAM MENGEMBANGKAN PROFESI

Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap orang sesuai dengan
keahliannya yang menuntut kesetiaan (komitmen), kecakapan (skill), dan
tanggung jawab yang sepadan sehingga bukan semata-mata urusan mencari
nafkah berupa materi belaka.Dalam menjalani profesi hendaknya
mengembangkan prinsipbekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan serta
tidak bekerja sama dalam dosa dan permusuhan.
KEHIDUPAN DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA
Warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dati dak boleh apatis (masa
bodoh) dalam kehidupan politik melalui berbagai saluran secara positif sebagai
wujud bermuamalah sebagaimana dalam bidang kehidupan lain dengan
prinsip-prinsi etika / akhlaq Islam dengan sebaik-baiknya dengan tujuan
membangun masyarakat utama yang diridlai Allah SWT.
Beberapa prinsip dalam berpolitik harus ditegakkan dengan sejujur-jujurnya
dan sesungguh-sungguhnya yaitu menunaikan amanat83 dan tidak boleh
menghianati amanat84, menegakkan keadilan, hukum dan kebenaran85,
ketaatan kepada pemimpin sejauh sejalan dengan dengan perintah Allah dan
Rasul86, mengemban risalah Islam87, menunaikan amar ma'ruf, nahi munkar,
dan mengajak orang untuk beriman kepada Allah88, mempedomani al-Quran
dan as-Sunnah89, mementingkan kesatuan dan persaudaraan umat
manusia90, menghormati kebebasan orang lain91, menjauhi fitnah dan

kerusakan92, menghormati hak hidup orang lain93, tidak berkhianat dan

melakukan kezaliman94, tidak mengambil hak orang lain95, berlomba dalam
kebaikan96, bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan serta tidak bekerja
sama (konspirasi) dalam melakukan dosa dan permusuhan97, memelihara
hubungan baik antara pemimpin dan warga98, memelihara keslamatan
umum99, hidup berdampingan dengan baik dan damai100, tidak melakukan
fasad dan kemunkaran101, memeintingkan ukhuwah Islamiyah102, dan
prinsip-prinsip lainnya yang maslahat, ihsan dan ishlah.
Berpolitik dalam dan demi kepentingan umat dan bangsa sebagai wujud ibadah
kepada Allah dan ishlah serta ihsan kepada sesama, dan jangan mengorbankan
kepentingan yang lebih luas dan utama itu demi kepentinagn diri sendiri dan
kelompok yang sempit.
Para politisi Muhammadiyah berkewajiban menunjukkan keteladanan diri
(uswah hasanah) yang jujur, benar, adil serta menjauhkan diri dri perilaku
politik yang kotor, membawa fitnah, fasad (kerusakan), dan hanya
mementingkan diri sendiri.
Berpolitik dengan kesalihan, sikap positif, dan memiliki cita-cita bagi
terwujudnya masyarakat utama dengan fungsi amar ma'ruf dan nahi munkar
yang tersistem dalam satu kesatuan imamah yang kokoh.

Menggalang silaturahim dan ukhuwah antar politisi dan kekuatan politik yang
digerakkan oleh para politisi Muhammadiyah secara cerdasa dan dewasa.

KEHIDUPAN DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Lingkungan hidup sebagai alam sekitar dengan segala isi yang terkandung di
dalamnya merupakan ciptaan dan anugerah Allah yang harus diolah /
dimakmurkan, dipelihara, dan tidak boleh dirusak103.
Setiap muslim khususnya warga Muhammadiyah berkewajiban untuk
melakukan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya sehingga
terpelihara proses ekologis yang menjadi penyangga kelangsungan hidup,
terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan berbagai tipe
ekosistemnya dan terkendali cara-cara pengelolaan sumber daya lam sehingga

terpelihara kelangsungan dan kelestariannya demi keselamatan,
kebagahagiaan, kesejahteraan, dan kelangsungan hidup manusia dan
keseimbangan sistem kehidupan di alam raya ini104.
Setiap muslim khususnya warga Muhammadiyah dilarang malakukan usahausaha dan tindakan-tindakan yang menyebabkan kerusakan lingkungan alam
termasuk kehidupan hayati seperti binatang, pepohonan, maupun lingkunagn
fisik dan biotik termasuk air laut, udara, sungai, dan sebagainya yang
menyebabkan kehilangan kesimbangan ekosistem dan timbulnya bencana

dalam kehidupan105.
Memasyarakatkan dan mempraktikkan budaya bersih, sehat, dan indah
lingkunagn disertai kebersihan fisik dan jasmani yang menunjukkan keimanan
dan kesalihan106.
Melakukan tindakan-tindakan amar makruf dan nahi munkar dalam
menghadapi kezaliman, keserakahan, dan rekayasa serta kebijakan-kebijakan
yang mengarah, mempengaruhi, dan menyebabkan kerusakan lingkungan dan
tereksploitasinya sumber-sumber daya alam yang menimbulkan kehancuran,
kerusakan, dan ketidakadilan dalam kehidupan.
Melakukan kerja sama-kerja sama dan aksi-aksi praksis dengan berbagai pihak
baik perseorangan maupun kolektif untuk terpeliharanya keseimbangan,
kelestarian, dan keselamatan lingkungan hidup serta terhindarnya kerusakankerusakan lingkungan hidup sebagai wujud dari sikap pengabdian dan
kekhalifahan dalam mengemban misi kehidupan di muka bumi ini untuk
keselamatan hidup di dunia dan akhirat107.

THAHARA :
1. Pengertian Thahara
Thaharah artinya : Hal bersuci atau hal kebersihan.
Arti disini : hal cara bagaimana mensucikan diri (badan, pakaian, dll) agar boleh
sahmenjalankan ibadah.

2. Macam-Macam Thahara
Bersuci itu ada dua macam:

Bersuci dari najis danBersuci dari hadats.
1. Bersuci Dari Najis :
Arti najis menurut bahasa: apa saja yang kotor. Sedang menurut syar’i berarti
kotoran yang mengakibatkan shalat tidak sah, seperti darah dan air kencing.

2. Bersuci Dari Hadats
Menurut bahasa, al-Hadats artinya: peristiwa. Sedang menurut syara’ artinya:
perkara yang dianggap mempengaruhi anggota-anggota tubuh, sehingga
menjadikan shalat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya
tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Al-Hadats
diartikan juga hal-hal yang membatalkan wudhu’, sebagaimana yang akan kita
bicarakan nanti, dan juga diartikan hal-hal yang mewajibkan mandi.
Pembagian Hadats
Hadats dibagi menjadi dua: hadats kecil dan hadats besar.

Hadatas kecil ialah perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota
tubuh manusia, yaitu: wajah, dua tangan, kepala dan dua kaki, lalu menjadikan

shalat dan semisalnya tidak sah. Hadats itu bisa hilang dengan cara berwudhu’.
Dan sesudah itu, seseorang siap untuk melakukan shalat dan semisalnya.
Hadats besar ialah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh, lalu
menjadikan shalat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehubungan dengannya
tidak sah karenanya. Hadats besar ini bisa hilang dengan cara mandi. Dan
sesudah itu seseorang diperbolehkan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tadi
terlarang karenanya.
Adapun thaharah dalam ilmu Fiqih ialah :
1. Menghilangkan Najis
2. Berwudlu
3. Mandi

4. Tayammum
Alat terpenting untuk bersuci adalah Air

A. Macam-Macam Air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci itu ada 7 (tujuh) macam :
1. Air Hujan
2. Air Sungai
3. Air Laut
4. Air dari Mata Air (Telaga)
5. Air Sumur
6. Air Salju
7. Air Embun
Ringkasnya ialah air bersih yang sewajarnya.
B. Pembagian Air
Air tersebut diatas itu dapat terbagi menjadi 4 (empat) :
1. Air suci dan mensucikan, artinya dapat sah dapat digunakan untuk bersuci
dan tidak makruh, air semacam itu ialah air mutlak (muthlag). Artinya : Air yang
sewajarnya, bukan air yang telah bersyarat. air kelapa dan air kopi bukan air
mutlak lagi, karena telah bersyarat, keduanya itu suci dan dapat diminum,
tetapi tidak dapat sah dipergunakan untuk bersuci seumpama berwudlu atau
mandi.
2. Air yang suci tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci seumpama
wudlu, mandi dan menghilangkan najis. Air yang semacam itu :
o Air sedikit yang sudah bekas dipakai (musta'mal) dari berwudlu atau mandi.
o Air yang bercampur dengan campuran air suci, umpamanya air kopi, air teh
dan sebagainya.

3. Air yang suci dan dapat mensucikan, tetapi makruh memakainya, yaitu air
yang terjemur(musyammas).
4. Air bernajis (mutannajis)
Air yang bernajis itu ada 2 (dua) macam :
o Jika air itu sedikit, kemudian kemasukan najis, maka ia tidak sah dipakai
untuk bersuci, dan ia tetap najis hukumnya, baik berubah sifatnya atau tidak.
o jika air itu banyak, (artinya lebih dari 216 liter) maka apabila kemasukan
najis yang terlalu sedikit yang tidak merubah sifatnya, maka hukumnya tetap
suci dan dapat sah dipergunakan untuk bersuci, tetapi apabila berubah sifatnya
(bau, rupa, dan rasanya), maka tidak lagi dapat (tidak sah) dipergunakan untuk
bersuci.
"Air sedikit artinya kurang dari dua kulah (kolam) dan kalau dihitung dengan
liter kurang dari 216 liter.
o Air banyak ialah air yang lebih dari 216 liter. Dua kulah sama dengan 216
liter. jika berbentuk bak, maka besarnya sama dengan panjangnya 60cm,
lebarnya 60cm, dan dalamnya 60cm."
Pengertian Najis (Kotoran)
Yang dimaksud dengan Najis atau Kotoran disini adalah air kencing, darah,
nanah, bangkai, bekas dijilat anjing, dan lain sebagainya.
semua najis itu harus kita bersihkan dari badan kita, badan kita dan tempat
kita.
Pembagiannya :
·
Najis Ringan atau Najis Mukhaffafah, adalah air kencing bayi (anak kecil)
laki-laki yang umurnya kurang dari 2 (dua) bulan, dan belum makan selain air
susu.
Cara membersihkannya : cukup dengan memercikkan air ke bagian yang
terkena sampai bersih.
·
Najis Berat atau Najis Mughalladhah, adalah najis bekas dijilat anjing atau
babi. Cara membersihkannya : lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu,

kemudian dicuci dengan air bersih 7 (tujuh) kali, salah satunya dengan
campuran tanah.
·
Najis Biasa (sedang) atau Najis Mutawassitah, yaitu kotoran manusia atau
binatang, air kencing, bangkai (selainbangkai ikan air, belalang dan mayat
manusia), darah, nanah, dan sebagainya selain yang tersebut dalam najis
ringan dan najis berat. Cara membersihkannya : Cukup sekali dengan air
sehingga hilang sifatnya. Tetapi apabila tidak mungkin hilang semua sifatnya
(bau, rasa dan rupanya) maka dimaafkanlah adanya bekas najis itu.
Adapun cara membersihkan kulit binatang dengan cara disamak.

Menurut wujudnya Najis itu dibagi menjadi 2 (dua) :
1. 'Ainy , artinya berwujud benda.
2. Hukmi , artinya hanya hukumnya saja, sedang wujud bendanya tidak ada.
Dalam pada itu ada beberapa macam najis yang dimaafkan. Diantaranya ialah :
1. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir umpamanya nyamuk, kutu
dan sebagainya.
2. Najis yang amat dikit sekali.
3. Nanah atau Darah dari kudis (bisulnya) sendiri yang belum sembuh.
4. Debu yang bercampur najis.
Dan lain-lainya yang sangat sukar (susah) menghindarinya.
WUDHU :
1. Pengertian wudhu :
Wudu adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air.
2.Penggunaan air
A. Jenis air yang diperkenankan :

>Air hujan,Air sumur,Air terjun, laut atau sungai,Air dari lelehan salju atau es
batu,Air dari tangki besar atau kolam.
B. Jenis air yang tidak diperkenankan :
>Air yang tidak bersih atau ada najis,Air sari buah atau pohon,Air yang telah
berubah warna, rasa dan bau dan menjadi pekat karena sesuatu telah
direndam didalamnya,Air dengan jumlah sedikit (kurang dari 1000 liter) yang
terkena sesuatu yang tidak bersih seperti urin, darah atau minuman anggur
atau ada seekor binatang mati didalamnya,Air bekas wudu,Air yang tersisa
setelah binatang haram meminumnya seperti anjing, babi atau binatang
mangsa,Air yang tersisa oleh seseorang yang telah mabuk karena khamr
(minuman keras).

3. Syarat wudu
Ada 4(empat) syarat untuk berwudu;
1. Niat
2. Air yang digunakan harus thohur (suci dan mensucikan), maka tidak sah
berwudu dengan air yang najis
3. Menghilangkan hal-hal yang bisa mengahalangi sampainya air ke kulit.
4. Jika seseorang selesai dari buang hajat maka dia harus bersuci dahulu
sebelum berwudu.

4.Rukun Wudhu
Rukun berwudu yang disepakati ada empat:
1. Mencuci wajah,

3. Mengusap kepala,dan

2. Mencuci tangan,

4. Mencuci kedua kaki.

5. Sunnah wudhu :
Berikut sunnah-sunnah wudu yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad:
1. Bersiwak,
2.Mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan sebelum berwudu,
3.Mencuci anggota-anggota wudu sebanyak tiga kali, kecuali kepala hanya
sekali,
5.Menyela-nyela jenggot yang tebal,
6.Menyela-nyela jari-jari kaki dan jari-jari tangan,
7.Menyeka
8.Mendahulukan tangan kanan daripada yang kiri dan kaki kanan daripada
kaki kiri.
9.Berdo'a setelah berwudu.
10.Menggunakan air wudu dengan hemat.
6. Yang Membatalkan Wudhu :
Ada beberapa perkara atau hal yang dapat membatalkan syahnya wudu,
diantaranya adalah:
1.Keluar sesuatu dari lubang kelamin dan anus, berupa tinja, kencing,
kentut,dan semua hadats besar seperti keluarnya air mani, madzi, jima',
haid, nifas,
2.Tidur lelap (dalam keadaan tidak sadar),
3.Hilangnya akal karena mabuk, pingsan dan gila,
4.Memakan daging unta,
5.Menyentuh kawasan sekitar anus (dubur).

TAYAMUM :
A. Arti Definisi / Pengertian Tayamum

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya
menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu
yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada
debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau
berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan
tayamum.

Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia
tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus
tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah
tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga
air sudah ada.

Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak
ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air
tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang
membatalkan wudu dengan air.

B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat

- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air

C. Syarat Sah Tayamum :
- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh

D. Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :
- Membaca basmalah
- Menghadap ke arah kiblat
- Membaca doa ketika selesai tayamum
- Medulukan kanan dari pada kiri
- Meniup debu yang ada di telapak tangan
- Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku

E. Rukun Tayamum :
- Niat Tayamum.
- Menyapu muka dengan debu atau tanah.
- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.

F. Tata Cara / Praktek Tayamum :
- Membaca basmalah
- Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu
melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi
ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena
Allah Ta'ala).
- Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
- Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
- Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu,
tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri

MANDI WAJIB :
Mandi Wajib (Arab: ‫ الغسل‬al-ghusl) adalah mandi untuk menghilangkan
hadats besar, baik karena junub, atau karena haid, yaitu dengan cara
membasuh seluruh tubuh mulai dari atas kepala hingga ujung kaki.
Daftar isi
1 Syarat sah mandi
2 Rukun mandi
3 Tata cara mandi sempurna

1. Syarat sah mandi
Sebagai pembeda mandi biasa dengan mandi wajib perbedaannya terletak
pada niatnya, dan tidak usah diucapkan (lafaz) cukup dalam hati.
2.Rukun mandi
Untuk melakukan mandi janabah, maka ada beberapa hal yang harus
dikerjakan karena merupakan rukun (pokok), diantaranya adalah:
Mengguyur air keseluruh badan;
Mengguyur kepala tiga kali, kemudian guyur bagian tubuh yang lain.
Dengan seseorang memenuhi rukun mandi diatas, maka mandinya dianggap
sudah sah, dengan disertai niat untuk mandi wajib (al ghuslu). Jika seseorang
mandi di pancuran (shower) dan air mengenai seluruh tubuhnya, maka
mandinya sudah dianggap sah. Kemudian untuk berkumur-kumur
(madhmadhoh), memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) dan menggosokgosok badan (ad dalk) adalah perkara yang disunnahkan menurut mayoritas
ulama.
3.Tata cara mandi sempurna
Berikut adalah tata cara mandi yang disunnahkan, ketika seorang Muslim
melakukannya, maka akan membuat mandi wajib tadi lebih sempurna. Yang
menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan
hadits dari Maimunah.
Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut
dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi;
Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri;
Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke
tanah atau dengan menggunakan sabun;
Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak salat;

Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal
rambut;
Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri;
Menyela-nyela rambut;
Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang
kiri.
SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM :
1. Pengertian AL-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi
Rasulullah Muhammad saw. sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim
dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang
sebelumnya dan bernilai abadi. Sebagai mu’jizat, al-Qur’an telah menjadi
salah satu sebab pula bagi masuknya orang-orang Arab di zaman
Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab pula bagi
masuknya orang-orang sekarang dan (insya Allah) pada masa-masa yang
akan datang.
2. Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
a. Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang
yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya
beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab
yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta
kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu
tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit
sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai
dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan
kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya.
b. Umar Bin Khathap
kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah
penerusnya,Setelah umar wafat selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni
Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
c. Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbedabeda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang
dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar
tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani
yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh
mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk
dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya
laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan
dan pembacaan Al-Qur'an.
d. Ali Bin Abu Thalib

- sudah ada tanda baca

- penomoran AL-Qur’an
- juz
- Ayat

3. Isi kandungan AL-Qur’an
1. Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti
wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada
kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah
tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir
rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut
sebagai orang-orang kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha”
ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam
yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua
kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan
dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3. Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan
menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang

yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada
sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an
ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan
jihad.
5. Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia
akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa
nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang
menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya
gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang
mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami
kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah
masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7. Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan
pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan
kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.

4. Fungsi AL-Qur’an
a.

Al-Huda (petunjuk), Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-

Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, alQur'an adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang
yang beriman.4
b. Al-Furqon (pemisah), Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara
yang benar dan yang salah.
c.

Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat

bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah
penyakit Psikologis)
d.

Al-Mau’izah (nasihat), Didalam

Al-Qur’an di katakan bahwa ia berfungsi

sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa

5. Sebab turunnya AL-Qur’an

A. Pengertian Sabab An-Nuzul
Kata asbab an-nuzul menurut bahasa adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu dapat disebut asbab an-nuzul, dalam pemakaiannya ungkapan asbab an-nuzul
khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya
Al-Qur’an, seperti halnya asbab al-wurud secara khusus digunakan bagi sebab-sebab
terjadinya Hadits.
B. Hubungan Sebab an-Nuzul dengan Ayat-ayat al-Qur’an
Agar kita lebih mudah memahami hubungan antara sabab an-Nuzul dengan ayat-ayat
al-Qur’an, maka penulis merasa perlu mengutarakan sebuah contoh mengenai urutanurutan fase penetapan hukum keharaman khamr. Dimana terdapat tiga ayat dalam AlQur’an yang menceritakan “kehalusan” hukum haramnya, yaitu: Surat Al Baqarah
ayat 219, kemudian disusul dengan ayat lain yaitu dalam surat An Nisa’ ayat 43, dan
yang terakhir adalah Surat Al Maaidah ayat 90-91. Di sinilah peranan penting Asbab
an-nuzul, dimana untuk menentukan ayat yang mansukh harus diketahui dengan jelas
urutan turunnya ayat-ayat tersebut.[4]

c. Al-Qur’an Diturunkan secara Bertahap
Terkait dengan peristiwa turunnya al-Qur’an yang tidak sekaligus (berangsur-angsur)
dan mempertimbangkan realitas dan sebab itu maka menimbulkan keusilan
dikalangan pembantahnya yaitu kaum Musyriq karena mereka mempunyai konsep
mengenai kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan secara lengkap dan terbukukan
sebagaimana papan (lauh) milik Musa as.

1. Sunnah :
->Segala yang datang dari Rasulullah SAW,baik
perkataan,perbuatan,maupun ketetapan (testimonial ) yang bisa
dijadikan dasar penetapan hukum syara’
->fungsi sunnah terhadap AL-Qur’an
1.Memberikan perincian (tafshil) terhadap ayat-ayat yang global (mujmal). Misalnya ayat-ayat
yang menunjukkan perintah shalat, zakat, haji di dalam al-Qur'an disebutkan secara global.
Dan sunnah menjelaskan secararinci mulai dari syarat, rukun, waktu pelaksanaan dan lainlain yang secararinci dan jelas mengenaitata cara pelaksanaan ibadah shalat, zakat dan haji.
2.Mengkhususkan (takhsis) dari maknaumum ('am) yang disebut kan dalam al-Qur'an. Seperti
firman Allah an-Nisa' : 11. Ayat tentang waris tersebut bersifat umum untuk semua bapak dan
anak, tetapi terdapat pengecualian yakni bagi orang (ahliwaris) yang membunuh dan berbeda
agama sesuai dengan hadits Nabi SAW. "Seorang muslim tidak boleh mewarisi orang

kafirdan orang kafir pun tidak boleh mewarisiharta orang muslim" (HR. Jama'ah). Dan
hadits "Pembunuh tidak mewarisiharta orang yang dibunuh sedikit pun" (HR. Nasa'i).
3.Membatasi (men-taqyid-kan) makna yang mutlakdalamayat-ayat al-Qur'an. Seperti al-Maidah
38
‫والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكل من ال وال عزيز حكيم‬
Artinya : "Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah SWT.
Dan Allah Maha Perkasa LagiMahaBijaksana". (QS. Al-Maidah : 38).
Ayat di atas dibatasi dengan sabda Nabi SAW : "Potongtangan ituuntuk seperempat dinar
ataulebih". Dengan demikian hukuman potong tangan bagi yang mencuri seperempat dinar
atau lebih saja.
4.Menetapkan dan memperkuat hukum yang telah ditentukan oleh al-Qur'an. Misalnya al-Hajj :
30.
‫ واجتنبوا قول الزور‬...
Artinya :"… Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta". QS. Al-Hajj : 30).
Kemudian Rosulullah SAW menguatkannya dalam sabdanya : "Perhatikan! Aku akan
memberitahukan kepadamu sekalian sebesar-besarnya dosa besar! Sahutkami : "Baiklah hai
Rasulullah". Beliau meneruskan sabdanya : "1. Musyrik kepada Allah SWT. 2. Menyakiti
orang tua".Saatitu Rosulullah sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya bersabdalagi :
"Awasberkata (bersaksi) palsu". (HR. Bukhori Muslim)
5.Menetapkan hokum dan aturan yang tidak didapati dalam al-Qur'an. Misalnya di dalam alQur'an tidak terdapat larangan untuk memaduseorang perempuan dengan bibinya, larangan
terdapat dalam hadits yang berbunyi : "Tidak boleh seseorang memaduseorang perempuan
dengan 'ammah (saudaribapak) nyadanseorang perempuan dengan khalah
(saudaraibu)nya". (HR. Bukhoridan Muslim).

->kekuatansunnahataukehujahansunnah :
-Muhwatir
Hadis yang disampaikanoleh para sahabat ,
tabi’indantabiietabi’indanjumlahtertentudalamsetiapgenerasi.
- Ahad
Hadisyang tidakmemenuhisyaratmutawatirpadatigagenerasi
- Ijma’sahabat
Ijma’ para sahabat yang mengatakan wajib mengikuti sunnah rasul baik
pada masa hidup Rasulullah Saw. maupun setelah beliau wafat. Pada saat
Rasulullah masih hidup, para sahabat selalu melaksanakan perintah
Rasulullah Saw. dan meninggalkan larangan beliau. Para sahabat tidak
membedakan kewajiban mengikuti kentuan yang diwahyukan Allah Swt.
melalui al-Qur’an, maupun ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw.
melalui hadis beliau. Mu’az bin Jabal pernah berkata “dalam memutuskan
perkara ummat, jika saya tidak menemukan sumbernya melalui al-Qur’an,

maka saya memutuskannya dengan berpedoman kepada sunnah Rasulullah
Saw.” Adapun sepeninggal Rasulullah Saw. jika mereka tidak menemukan
ketentuan ajaran agama melalui al-Qur’an, mereka masih tetap
berpedoman kepada sunnah Rasulullah Saw. Sebagai contoh, Abu Bakr Ra.
ketika tidak menemukan sunnah Rasulullah Saw. terkait suatu perkara,
maka beliau bertanya kepada sahabat yang lain adakah mereka mengetahui
adanya sunnah Rasulullah Saw. yang megatur terkait persoalan yang
dimaksud. Begitu juga yang dilakukan oleh Umar bin Khatab Ra. dan
sahabat yang lainnya ketika akan berfatwa atau melahirkan ketentuan
hukum selama riwayat yang disampikan itu benar dari Rasulullah Saw.
- Qiyas
a. Menyarakansuatukejadian yang
tidakadanashnyaatauhukumdengansuatukejadian yang
sudahadaniatnyakarenadisebabkanadanyaduakejadianitudalamsebabhu
kumnya . missal dilarangtransaksijualbelisaatwaktushalatjum’at
( Q.S AL – Jumu’ah : 9 ). Illalnyapadaayatitukarnamelalaikanshalat .
IBADAH :
1. Pengertian Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti mematuhi, tunduk, berdo’a. Hal ini ditemukan
penjelasannya dalam Al-Qur’an Surah yaasin ayat 60 yang berbunyi :

۞٦٠‫أ عل عممأ ععمعهدمبإل عيمك ممميطعبعبنييعءاعدعمعأن معلاتععمبممدوااٱل معشيمطعط نن عبإن معمهۥل عك مممععمدنمو ممببينن‬

Artinya :Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu”
Sedangkan pengertian ibadah menurut istilah adalah kepatuhan kepada dzat
yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup
segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh setiap mukmin muslim dengan
tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.
2. Tujuan Ibadah :

a. Untuk memperlihatkan perasaan hina dihadapan Allah dan bertekat
meningkatkan kualitas takwa,
b. Memperlihatkan rasa cinta sesungguhnya kepada Allah,
c. Memperlihatkan rasa takut kepada Allah dari azabnya dan
pengharapan yang seutuhnya,
d. Memperlihatkan rasa syukur yang mendalam thd semua nikmat Allah

3. Dasar Hukum Ibadah
Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah
tidak mengandung maksud lain kecuali agar mereka menyembah Allah
٥٦‫عوعماعخل عقممتٱلمبجن مععوٱلمبإنعسبإ معلالبيععمبممدوبن‬
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku
4. MACAM-MACAM IBADAH DITINJAU DARI BERBAGAI SEGI
Ibadah ditinjau dari beberapa segi memiliki begitu banyak klasifikasi, mulai dari
ruang lingkup bentuk dan sifat, dan juga lain sebagainya klasifikasi yang dimaksut
antara lain:
a. Dari Segi Ruang Lingkupnya.
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Ibadah khashsah, yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya pelaksanaannya secara
khusus sudah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji
2. Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik
dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja,
amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang lain dan
sebagainya.
b. Dari Segi Bentuk dan Sifatnya.
Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ibadah terbagi dalam enam macam antara lain:
1. Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti: tasbih, tahmid, tahlil,
takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang bersin, tasymit (menyahuti) orang
bersin, memberi tahniyah (salam), khutbah, menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang
munkar, bertanya mengenai sesuatu yang tidak diketahui, menjawab pertanyaan

(memberi fatwa), mengungkapkan persaksian (syahadah), membaca iqamah,
membaca adzan, membaca Al-Qur’an, membaca basmalah ketika hendak makan,
minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an ketika dikejuti syaitan dan
lain-lain sebagainya.
2. Ibadah-ibadah berupa perbuatan, seperti menolong orang yang karam atau yang
tenggelam, berjihad di

jalan Allah

SWT, membela

diri dari gangguan,

menyelenggarakan mayat dan mandi.
3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Termasuk kedalam ibadah ini, ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum
dan dari segala yang merusak puasa.
4. Ibadah-ibadah yang terdiri dari melakukan dan menahan diri dari suatu perbuatan,
seperti ‘itikaf (duduk dirumah Allah) serta menahan diri dari ijma’ dan mubasyaroh
(bergaul dengan istri), haji, tawaf, wukuf di Arafah, ihram serta menahan diri ketika
haji atau umrah dari menggunting rambut, memotong kuku, jima’, nikah dan
menikahkan, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh
lelaki.
5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang yang
berhutang dari hutangnya dan memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah dan
memerdekakan budak dengan kaffarat.
6. Ibadah-ibadah yang meliputi perkataan, pekerjaan, khudu’, khusyu’, menahan diri dari
berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan kita menghadapinya,
seperti shalat. Shalat di pandang sebagai ibadah yang paling utama, karena shalat
melengkapi perbuatan-perbuatan yang lahir dan batin, melengkapi ucapan-ucapan dan
menahan diri dari berbicara serta menahan diri dari memalingkan hati dari Allah SWT.
5. Dari Segi Sifat, Waktu, Keadaan, dan Rukunya
Apabila ditinjau dari segi sifat, waktu, keadaan dan hukumnya, ibadah terbagi
menjadi:
1.

Muadda, yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan syara’.

Ibadah tersebut dilakukan pada waktu yang ditetapkan itu untuk pertama kalinya,
bukan sebagai pengulangan. Pelaksaan ibadah ini disebut dengan ibadah tunai (ada’).
2.

Maqdhi, yaitu ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang ditentukan

syara’. Ibadah ini bersifat sebagai pengganti yang tertinggal, baik Karena disengaja
atau tidak, seperti tertinggal karena sakit atau sedang dalam berpergian. Pelaksanaan
ibadah ini disebut dengan qadha.

3.

Mu’ad, yaitu ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk menambah

kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara berjamaah dalam waktunya yang
ditentukan setelah melaksanakannya secara sendirian pada waktu yang sama.
4.

Muthlaq, yaitu ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara’ dengan sesuatu

waktu yang terbatas, seperti membayar kiffarat, sebagai hukuman bagi pelanggar
sumpah.
5.

Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu yang

terbatas, seperti shalat pada waktu subuh, zuhur, asar, magrib dan isya. Termasuk juga
puasa pada bulan ramadhan.
6.

Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan untuk

melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu.
Seorang yang shalat diberikan kepadanya hak mengerjakan shalatnya di awal waktu,
di pertengahan dan di akhirnya.
7.

Mudhayyaq (mi’yar), yaitu ibadah yang waktunya sebanyak atau sepanjang

fardhu atau di-fardhu-kan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramadhan,
hanya dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain
pada waktu itu seperti puasa sunnah, nazar dan lain-lain.
8.

Dzusyabain, yaitu ibadah yang mempunyai persamaan dengan mudhayyaq dan

mempunyai persamaan pula dengan muwassa’, seperti pada ibadah haji. Dari segi
pelaksanaanya, ibadah haji menyerupai mudayyaq, karena hanya diwajibkan sekali
dalam setahun, dan dari segi keberlanjutan bulan-bulan haji itu menyerupai
muwassa’.
9.

Mu’ayyan, yaitu ibadah tertentu dituntut oleh syara’, misalnya Allah SWT

memerintahkan shalat, maka seorang mukallaf wajib melaksanakan shalat yang
diperintahkan itu, tidak boleh mengganti dengan ibadah lain.
10. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara ber-istinja’ dengan air dan ber-istinja’ dengan batu.

SEJARAH IBADAH HAJI :
1. Mulai diwajibkan Allah pada tahun ke 4 H ( 625 M )
2. Syari’at haji dari Nabi ibrahim
3. Ayat yang mewajibkan haji -> Q.S Ali-Imran. 97 “Dan mewajibkan kepada
Allah atas manusia untuk berhaji kebaitullah bagi mereka yang mampu

melaksanakan perjalanan kesana. Barang siapa yang ingkar maka Allah
Sesungguhnya maha kuasa di seluruh alam
4. Pada Tahun ke-6 H ( April 628 M )

Rasulullah saw. bermimpi menunaikan umrah (kunjungan) ke Makkah dan mengajak
para sahabat untuk mewujudkan mimpi tersebut. Rasulullah pun dengan disertai
1.500 sahabat berangkat menuju Makkah, mengenakan pakaian ihram dan
membawa hewan-hewan qurban. Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan
untuk menghalang-halangi sehingga rombongan dari Madinah tertahan di
Hudaibiyah, 20 km di sebelah barat laut Makkah.
Kaum Quraisy mengutus Suhail ibn Amr untuk berunding dengan Rasulullah. Suhail
mengusulkan, antara lain, kesepakatan genjatan senjata dan kaum Muslimin harus
menunda umrah dengan kembali ke Madinah, tetapi tahun depan diberikan
kebebasan melakukan umrah dan tinggal selama tiga hari di Makkah. Rasulullah
menyetujui perjanjian ini meskipun para sahabat banyak yang kecewa, namun tidak
ada yang berani menentang keputusan Junjungan mereka.

Sepintas lalu isi perjanjian kelihatannya merugikan kaum Muslimin, tetapi secara
politis sangat menguntungkan. "Perjanjian Hudaibiyah" merupakan salah satu
tonggak penting dalam sejarah Islam sebab untuk pertama kalinya kaum Quraisy di
Makkah mengakui kedaulatan kaum Muslimin di Madinah. Dalam perjalanan pulang
ke Madinah, turunlah wahyu Allah dalam Al-Fath 27: "Sungguh Allah akan memenuhi
mimpi rasul-Nya dengan sebenar-benarnya, bahwa kamu pasti akan memasuki
Masjid al-Haram insya Allah dengan aman. Kamu akan mencukur kepalamu atau
menggunting rambut (merampungkan umrah) dengan tidak merasa takut. Dia
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan Dia menjadikan selain itu kemenangan
yang dekat".
5. Pada tahun ke-7 H ( Maret 629 M)
Rasulullah saw. beserta para sahabat untuk pertama kalinya melakukan umrah ke
Baitullah. Ketika rombongan Nabi yang berjumlah sekira 2.000 orang memasuki
pelataran Kakbah untuk melakukan tawaf, orang-orang Makkah berkumpul
menonton di bukit Qubais dengan berteriak-teriak bahwa kaum Muslimin kelihatan
letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah
bersabda kepada jemaahnya, "Marilah kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita
kuat. Bahu kanan kita terbuka dari kain ihram, dan kita lakukan thawaf dengan
berlari!"
Sesudah mencium Hajar Aswad, Rasulullah saw. dan para sahabat memulai tawaf
dengan berlari-lari mengelilingi Kakbah sehingga para pengejek akhirnya bubar. Pada
putaran keempat setelah orang-orang usil di atas bukit Qubais pergi, Rasulullah
mengajak para sahabat berhenti berlari dan berjalan seperti biasa. Inilah latar
belakang beberapa sunah tawaf di kemudian hari: bahu kanan yang terbuka
(idhthiba') serta berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama khusus pada tawaf yang

pertama.
Selesai tujuh putaran, Rasulullah saw. salat dua rakaat di Maqam Ibrahim, kemudian
minum air Zamzam. Sesudah itu Rasulullah me-lakukan sa`i antara Safa dan Marwah,
dan akhirnya melakukan tahallul ('menghalalkan kembali') atau membebaskan diri
dari larangan-larangan ihram, dengan menyuruh Khirasy mencukur kepala beliau.
Ketika masuk waktu duhur, Rasulullah saw. menyuruh Bilal ibn Rabah naik ke atap
Kakbah untuk mengumandangkan azan.
Suara azan Bilal menggema ke segenap penjuru sehingga orang-orang Makkah
berkumpul ke arah "suara aneh" yang baru pertama kali mereka dengar. Kaum
musyrikin menyaksikan betapa rapinya saf-saf kaum Muslimin yang sedang salat
berjamaah. Hari itu, 17 Dzulqa`dah 7 Hijri (17 Maret 629), untuk pertama kalinya
azan berkumandang di Makkah dan Nabi Muhammad s.a.w. menjadi imam salat di
depan Kakbah!

6. pada 20 Ramadan 8 Hijriah (11 Januari 630)

Rasulullah saw. beserta sepuluh ribu pasukan menaklukkan Makkah tanpa
pertumpahan darah. Bahkan, Rasulullah saw. memberikan amnesti umum kepada
warga Makkah yang dahulu memusuhi Muslimin. La tatsriba `alaykumu l-yaum.
Yaghfiru l-Lahu lakum wa huwa arhamu r-rahimin (Tiada balas dendam bagimu hari
ini. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang di antara para
penyayang), demikian sabda Rasulullah saw. mengutip ucapan Nabi Yusuf a.s. yang
tercantum dalam Surat Yusuf 92. Akibatnya, seluruh orang Quraisy masuk Islam.
Turunlah Surat An-Nasr: "Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan, engkau
melihat manusia masuk kepada agama Allah berbondong-bondong. Sucikan dan
pujilah Tuhanmu dan memohon ampunlah pada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha
Penerima Taubat". Setelah menerima ayat ini, Rasulullah pada ruku dan sujud dalam
salat mengucapkan Subhanaka llahumma rabbana wa bi hamdika, allahumma ghfirli
(Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah daku).
Dengan jatuhnya kota Makkah ke tangan umat Islam, Rasulullah saw. segera
memerintahkan pemusnahan berhala-berhala di sekeliling Kakbah serta
membersihkan ibadah haji dari unsur-unsur kemusyrikan dan mengembalikannya
kepada syariat Nabi Ibrahim yang asli. Pada tahun 8 Hijriah itu Rasulullah saw.
melakukan umrah dua kali, yaitu ketika menaklukkan Makkah serta ketika beliau
pulang dari Perang Hunain. Ditambah dengan umrah tahun sebelumnya berarti
Rasulullah saw. sempat melakukan umrah tiga kali, sebelum beliau mengerjakan
ibadah haji tahun 10 Hijriah.

7. Pada bulan Zulhijah 9 Hijriah (Maret 631)
Rasulullah saw. mengutus sahabat Abu Bakar Shiddiq untuk memimpin ibadah haji.
Rasulullah sendiri tidak ikut lantaran kesibukan beliau dalam menghadapi Perang
Tabuk melawan pasukan Romawi. Abu Bakar Shiddiq mendapat perintah untuk
mengumumkan Dekrit Rasulullah, berdasarkan firman Allah dalam At-Taubah 28 yang

baru diterima Nabi bahwa mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati
Masjid al-Haram dan menunaikan ibadah haji karena sesungguhnya mereka bukanlah
penganut ajaran Nabi Ibrahim a.s.

8. Pada tahun 10 Hijriah (632 Masehi)

Semenanjung Arabia telah dipersatukan di bawah kekuasaan Nabi Muhammad saw.
yang berpusat di Madinah, dan seluruh penduduk telah memeluk agama Islam. Maka
pada bulan Syawwal Rasulullah saw. mengumumkan bahwa beliau sendiri akan
memimpin ibadah haji tahun itu. Berita ini disambut hangat oleh seluruh umat dari
segala penjuru sebab mereka berkesempatan mendampingi Rasulullah dan
menyaksikan setiap langkah beliau dalam melakukan manasik (tata cara) haji .

9. Pada Ahad 4 Zulhijah (1 Maret) pagi
Rasulullah dan rombongan memasuki kota Makkah. Di sana sudah menunggu
puluhan ribu umat yang datang dari berbagai penjuru, dan diperkirakan total jemaah
haji mencapai lebih dari 100.000 orang. Rasulullah memasuki Masjid al-Haram
melalui gerbang Banu Syaibah yang terletak di samping telaga Zamzam di belakang
Maqam Ibrahim. Gerbang Banu Syaibah ini kelak populer dengan nama Babu s-Salam
('Pintu Kedamaian'). Perlu dijelaskan bahwa yang disebut Masjid al-Haram waktu itu
adalah pelataran Kakbah tempat salat dan tawaf (secara harfiah, masjid artinya
tempat sujud), sedangkan bangunan masjid baru dirintis pada masa Khalifah Umar
ibn Khattab (634-644) dan mengalami perluasan dari zaman ke zaman sehingga
akhirnya megah seperti sekarang.

10.Pada hari Jumat, 9 Zulhijah (6 Maret)

sesudah matahari terbit, Rasulullah saw. dan seluruh jemaah haji berangkat menuju
Arafah. Ketika melewati Muzdalifah, kaum Quraisy berharap agar Rasulullah berhenti
sebab selama ini kaum Quraisy selalu berwukuf di Masy`ar al-H