MAKALAH TEKNOLOGI REPRODUKSI SEL PUNCA J (1)
MAKALAH TEKNOLOGI REPRODUKSI
SEL PUNCA JARINGAN LEMAK SEBAGAI
ANTI-AGING UNTUK KULIT MENUA DINI KARENA
PAPARAN ULTRAVIOLET
Disusun oleh:
Amalia A’la
13308144005
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I.
PENDAHULUAN
Penuaan kulit dini terjadi karena faktor ekstrinsik dan intrinsik.
Pajanan komponen ultraviolet berlebihan terhadap kulit manusia mempunyai
efek merugikan berupa terbakar, gangguan pigmentasi, penuaan kulit dini,
karsinoma sel basal dan skuamosa, melanoma, katarak serta supresi Imun .
Banyak upaya rejuvenasi kosmetik dan dermatologis seperti laser, vitamin C,
antioksidan topikal, growth factor topikal, dan asam retinoat; semua hal
tersebut
diharapkan
dapat
menginduksi
sintesis
kolagen,
sehingga
memperbaiki keriput dan tekstur kulit, namun harus dioleskan berulang dalam
waktu lama. Diperlukan adanya anti-aging mengandung growth factor dan
anti-oksidan agar dapat memberikan hasil yang lebih baik
Sel Punca adalah sel yang belum terspesialisasi dan mempunyai
potensi berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel spesifik pembentuk
berbagai jenis jaringan tubuh. Sel Punca mampu embuat salinan sel yangpersis
sama dengan dirinya melalui pembelahan sel. Sel punca yang berasal dari
jaringan lemak merupakan selpluripotent mesenchymal dan mempunyai
karakteristik yang mirip dengan sel punca yang berasal dari sumsum tulang.
Sel punca jaringan lemak pada beberapa aplikasi klinis dapat mengatasi efek
atau untuk penyembuhan luka dengan menstimulasi kolagen dan migrasi fi
broblas. Selain itu, sel punca lemak juga mempunyai kandungan beberapa
growth factor, seperti transforming growth factor-β (TGF-β), vascular
endothelial growth factor (VEGF), fi broblast growth factor (FGF), hepatocyte
growth factor (HGF), danSOD.
II.
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Penuaan Kulit Karena Paparan Ultraviolet (Photoaging)
Photoaging adalah suatu proses degeneratif kulit dan komponen
jaringan konektifnya termasuk tuang, kartilago dan kompartemen subkutan,
karena paparan UV yang menyebabkan terjadinya inisiasi signalling,
kerusakan mitokondria, oksidasi protein, dan kerusakan telomerase DNA.
Semua hal itu terjadi terutama karena UV-A yangmenembus dermis,
sedangkan UV-B seluruhnya diabsorbsi di epidermis. UV-A menyebabkan
perubahan dua faktor regulator penting dalam terbentuknya kolagen, yaitu
TGF-β, yang merupakan sitokin untuk meningkatkan transkripsi kolagen dan
factor activator protein (AP)-1 yang merupakan faktor transkripsi yang
menghambat produksi kolagen I, III, dan meningkatkan breakdown kolagen
melalui regulasi enzim MMPs (matrix metalloproteinases).
Paparan UV berulang akan menyebabkanterbentuknya ROS (reactive
oxygen species), akan mengaktifkan reseptor permukaan sel EGF, IL-I,
insulin, keratinocyte growth factor, dan TNF-ά (tumor recrosis factor-ά).
Reseptor ini akan menstimulasi jalur sinyal interseluler mitogen-activated
protein (MAP) kinase P38 dan c-Jun amino terminal kinase (JNK). Aktivasi
kinase selanjutnya menginduksi transkripsi nuklear AP-1 yang meningkatkan
famili MMP, yaitu: MMP-1, MMP-2, MMP-3, dan MMP-9.
Menurunnya kadar prokolagen I karena peningkatan ekspresi MMP-1
dan MMP-2 lebih banyak terjadi pada penuaan karena terpapar UV,
sedangkan peningkatan ekspresi MMP-3 dan MMP-9 lebih sering pada
penuaan kronologi atau intrinsik. Stres oksidatif juga akan meningkatkan
elastin m-RNA dermis yang akan memberikan gambaran elastosis. Photoaging
secara klinis ditandai dengan adanya penebalan epidermis, elastosis dermis,
inflamasi, ektasia pembuluh darah,fragmentasi kolagen
Peningkatan degradasi kolagen dan penurunan sintesis kolagen
adalah hal yang utama pada photoaging (Baumann & Saghari, 2009). Setiap
paparan sinar UV menginduksi respon jejas dengan penyembuhan yang
tidak sempurna, dan meninggalkan invisible solar scar. Paparan sinar UV
yang repetitif sepanjang hidup dapat mendorong perkembangan visible solar
scaryang bermanifestasi sebagai kerutan (wrinkle) (Jenkins, 2000; Rittie &
Fisher, 2002; Baumann & Saghari, 2009).
B. Peranan MMPs Pada Penuaan Kulit
MMPs secara umum diketahui mempunyai peranan dalam beberapa
proses fisiologis kulit, seperti apoptosis, angiogenesis, penyembuhan luka atau
perbaikan jaringan, dibeberapa penyakit kulit infl amasi, autoimun, dan
berperan pada proses penuaan kulit.
Penuaan kulit manusia dapat terjadi melalui proses intrinsik atau
penuaan kronologis dan ekstrinsik atau penuaan karena lingkungan.Pada
proses kronologis, perubahan terjadi perlahan, spontan, progresif dalam
degenerasi jaringan elastin, sehingga klinis tampak keriput lebih halus, kulit
kendur, dan terdapat tumor jinak kulit. Pada proses ekstrinsik tampak keriput
lebih kasar, pigmentasi tidak merata, kulit kering, elastosis, atrofi,
telangiektasi, aktinik purpura, dan kulit kendur. Hal ini terjadi karena pada
proses ekstinsik terjadi akselerasi enzimatik melalui MMPs dan proteinase
lainya. Meskipun pada kedua proses penuaan tersebut terjadi peningkatan
aktivitas MMPs melalui mekanisme berbeda
MMPs melalui peningkatan regulasi AP-1 dan nuclear factor kappa-B
(NFκB) pada keratinosit dan fi broblas. Perubahan ini dapat terdeteksi setelah
beberapa menit sampai satu jam setelah terpapar, maksimal setelah 24 jam
paparan dan menurun 48-72 jam setelah terpapar. MMP-1 (kolagenase),
MMP-3 (stromelysin), dan MMP-9 (gelatinase) merupakan famili MMPs yang
sangat berperan dalam terjadinya degradasi baik kolagen maupun elastin dan
disintegritas ECM,selanjutnya merupakan mekanisme primer proses penuaan
kulit. MMP-1 merupakan enzim penginisiasi pemecahan kolagen triple helix
yang terdiri dari prokolagen tipe I & III, sedangkan MMP-3 dan MMP-9 baru
dapat memecah fi bril kolagen tipe I, III, dan V jika sudah ada inisiasi oleh
MMP-1; selain mendegradasi kolagen, MMP-3 dan MMP-9 juga berperan
mendegradasi serat elastin. Mengingat MMP-1 merupakan inisiator terjadinya
degradasi kolagen, enzim tersebut menjadi indikator proses penuaan kulit
karena paparan UV
C. Sel Punca (Stem Cells)
Sel punca merupakan sel yang tidak atau belum terspesialisasi atau
berdiferensiasi dan mempunyai potensi sangat tinggi untuk berkembang
menjadi berbagai jenis sel spesifik di dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi
perbaikan untuk mengganti selsel tubuh yang rusak. Sel punca mempunyai
dua sifat khas, yaitu: 1. Differentiate, dimana sel punca mempunyai
kemampuan berdiferensiasi menjadi sel spesifi k; 2. Self regenerate, yaitu
mempunyai kemampuan memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri
dan membuat salinan sel serupa dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasinya sel punca dibagi menjad 4
tipe ,yaitui:
1.
Totipotent Stem cell, yaitu sel yang dapat berdiferensiasi menjadi
semua jenis sel, termasuk dalam sel ini adalah zigot
2.
Pluripotent merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi tiga
lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm), termasuk sel
ini adalah sel embrionik
3.
Multipotent adalah sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi
banyak jenis sel
4.
Unipotent adalah sel punca yang hanya menghasilkan satu jenis sel,
mampu memperbarui/meregenerasi diri.
Berdasarkan sumbernya sel punca dibagi menjadi:
1. Zigot, yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur
2. Sel punca embrionik, yaitu sel yang diperoleh dari inner cell mass
blastocyst. Penggunaan sel embrionik masih menjadi isu etik yang
kontroversial
3. Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi dengan syarat seperti:
usia janin 3 minggu, berdasarkan persetujuan si ibu dan apabila bayi
yang dilahirkan nantinya dapat membahayakan atau mengganggu
kesehatan dan keselamatan si ibu
4. Sel punca tali pusat, diperoleh dari darah tali plasenta dan tali pusat
sesaat bayi lahir
5. Sel punca dewasa atau adult stem cells, diambil dari jaringan dewasa,
misalnya dari sumsum tulang, susunan saraf, jaringan lemak, otot
rangka, dan pankreas. Salah satu sel punca dewasa adalah sel punca
yang berasal dari sel mesenkimal atau mesenchymal stem cells
(MSC) yang berasal dari stroma sumsum tulang belakang,
periosteum, kulit dan lemak. MSC merupakan sel punca multipotensi,
namun beberapa penelitian menyatakan bahwa sebagian MSC bersifat
pluripotensi.
Sel punca yang berasal dari jaringan lemak merupakan sel pluripoten
mesenchymal dan mempunyai karateristik mirip sel punca yang berasal dari
sumsum tulang; merupakan salah satu jenis MSC. Pada beberapa aplikasi
klinis dapat untuk mengatasi defek atau penyembuhan luka dengan
menstimulasi kolagen dan migrasi fi broblas, selain itu sel punca lemak juga
mempunyai kandungan beberapa growth factor seperti TGF-β, vascular
endotelial growth factor (VEGF), fibroblast growth factor (FGF), hepatocyte
growth factor (HGF), dan sebagai antioksidan SOD. Pada beberapa penelitian
sel punca jaringan lemak diduga dapat digunakan sebagai anti-aging karena
beberapa faktor sekretorik yang dikandungnya.
D. Sel Punca Jaringan Lemak Sebagai Antioksidan
Sel punca jaringan lemak yang merupakan MSC menunjukkan
fenomena plastisitas adult stem cell, berarti sel punca jaringan lemak yang
sudah terarah menjadi jaringan tertentu, masih mampu berdiferensiasi menjadi
sel jaringan lain. Kemampuan plastisitas sel punca jaringan lemak ini hampir
menyerupai sel punca dewasa dari sumsum tulang belakang. Sel punca
jaringan lemak dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak
karena stres oksidatif, menunjukkan sel punca sebagai anti-oksidan walaupun
masih sangat sedikit diteliti. Sebagai contoh, IGF melindungi fi broblas dan
epitelial intestinal dari radikal bebas, HGF memproteksi epitel pigmen retina;
semua perlindungan itu diperantarai oleh anti-oksidan, namun mekanisme.
proteksi anti-oksidan yang dihasilkan sel punca jaringan lemak sampai saat ini
masih belum jelas.
Sel punca jaringan lemak mempunyai efek parakrin terhadap human
dermal fibroblast (HDFs), terbukti dari percepatan penyembuhan luka oleh sel
punca. Penelitian menggunakan kultur fibroblas membuktikan sel punca
jaringan lemak mempunyai potensi anti-oksidan setara dengan 100 μM asam
askorbat; dalam penelitian tersebut, terlihat peningkatan aktivitas SOD dan
glutation peroksidase (GPx) dalam inkubasi sel punca jaringan lemak
tergantung dosis. Dengan demikian, sel punca lemak merupakan salah satu
alternatif terapi penyembuhan luka ataupun penuaan kulit.
E. Bagaimana Stem Cell mengatasi berbagai penyakit/ ketidaknormalan
pada fungsi tubuh manusia?
Terapi ataupun Pengobatan Stem Cell terbukti sangat manjur dan
efektif namun semuanya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan harus
melalui beberapa tahap proses. Faktor lainnya dilihat dari Usia, riwayat dan
kondisi penyakit pasien serta keseriusan saat sedang menjalankan proses
terapi. Tahapan pertama dalam pengobatan adalah dengan mengambil sel
punca dewasa (jaringan lemak). Kemudian akan dilakukan seleksi, pemisahan
sel induk mana yang masih berguna untuk dikembangkan. Sel yang sudah
diluar tubuh ini akan terus dikembangkan kurang lebih 5 hari sampai
mendapatkan hasil yang terbaik (menunggu sel punca mengembang sampai
jutaan) untuk kemudian dilakukan penyuntikan sel punca ke dalam tubuh sang
pasien secara tahap demi tahap
III.
KESIMPULAN
Penuaan kulit dapat terjadi secara intrinsik ataupun ekstrinsik,
memberikan gambaran klinis yang mengganggu penampilan. Salah satu
terapi menggunakan sel punca dapat menghilangkan keriput, karena sel
punca jaringan lemak selain mensekresi faktor pertumbuhan juga
mensekresi antioksidan. Sel punca jaringan lemak dapat meningkatkan
ekspresi sintesis kolagen tipe I dan mereduksi MMP-1 pada kultur fi
broblas yang terpapar UV-B. Dengan demikian, sel punca jaringan lemak
dapat menghilangkan keriput melalui mekanisme sekresi parakrin karena
kandungan faktor pertumbuhan dan antioksidan yang dimilikinya.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aulia J.2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic stem cells) an
Potensi Pengembangannya. Depok : Fakultas Kedokteran UI
Betty dkk.2015.Sel Punca Jaringan Lemak sebagai Anti-aging untuk Kulit
Menua Dini karena Paparan Ultraviolet. Jurnal Vol 42, No 8. Yogyakarta
: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Nurcahyo Heru.2009. Teknologi: Sel Punca Transgenik Sebagai Alternatif
Terapi Penyakit Degeneratif. Proxiding Seminar Nasional Penelitian dan
Penerapan FMIPA UNY. Yogyakarta :FMIPA UNY
SEL PUNCA JARINGAN LEMAK SEBAGAI
ANTI-AGING UNTUK KULIT MENUA DINI KARENA
PAPARAN ULTRAVIOLET
Disusun oleh:
Amalia A’la
13308144005
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I.
PENDAHULUAN
Penuaan kulit dini terjadi karena faktor ekstrinsik dan intrinsik.
Pajanan komponen ultraviolet berlebihan terhadap kulit manusia mempunyai
efek merugikan berupa terbakar, gangguan pigmentasi, penuaan kulit dini,
karsinoma sel basal dan skuamosa, melanoma, katarak serta supresi Imun .
Banyak upaya rejuvenasi kosmetik dan dermatologis seperti laser, vitamin C,
antioksidan topikal, growth factor topikal, dan asam retinoat; semua hal
tersebut
diharapkan
dapat
menginduksi
sintesis
kolagen,
sehingga
memperbaiki keriput dan tekstur kulit, namun harus dioleskan berulang dalam
waktu lama. Diperlukan adanya anti-aging mengandung growth factor dan
anti-oksidan agar dapat memberikan hasil yang lebih baik
Sel Punca adalah sel yang belum terspesialisasi dan mempunyai
potensi berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel spesifik pembentuk
berbagai jenis jaringan tubuh. Sel Punca mampu embuat salinan sel yangpersis
sama dengan dirinya melalui pembelahan sel. Sel punca yang berasal dari
jaringan lemak merupakan selpluripotent mesenchymal dan mempunyai
karakteristik yang mirip dengan sel punca yang berasal dari sumsum tulang.
Sel punca jaringan lemak pada beberapa aplikasi klinis dapat mengatasi efek
atau untuk penyembuhan luka dengan menstimulasi kolagen dan migrasi fi
broblas. Selain itu, sel punca lemak juga mempunyai kandungan beberapa
growth factor, seperti transforming growth factor-β (TGF-β), vascular
endothelial growth factor (VEGF), fi broblast growth factor (FGF), hepatocyte
growth factor (HGF), danSOD.
II.
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Penuaan Kulit Karena Paparan Ultraviolet (Photoaging)
Photoaging adalah suatu proses degeneratif kulit dan komponen
jaringan konektifnya termasuk tuang, kartilago dan kompartemen subkutan,
karena paparan UV yang menyebabkan terjadinya inisiasi signalling,
kerusakan mitokondria, oksidasi protein, dan kerusakan telomerase DNA.
Semua hal itu terjadi terutama karena UV-A yangmenembus dermis,
sedangkan UV-B seluruhnya diabsorbsi di epidermis. UV-A menyebabkan
perubahan dua faktor regulator penting dalam terbentuknya kolagen, yaitu
TGF-β, yang merupakan sitokin untuk meningkatkan transkripsi kolagen dan
factor activator protein (AP)-1 yang merupakan faktor transkripsi yang
menghambat produksi kolagen I, III, dan meningkatkan breakdown kolagen
melalui regulasi enzim MMPs (matrix metalloproteinases).
Paparan UV berulang akan menyebabkanterbentuknya ROS (reactive
oxygen species), akan mengaktifkan reseptor permukaan sel EGF, IL-I,
insulin, keratinocyte growth factor, dan TNF-ά (tumor recrosis factor-ά).
Reseptor ini akan menstimulasi jalur sinyal interseluler mitogen-activated
protein (MAP) kinase P38 dan c-Jun amino terminal kinase (JNK). Aktivasi
kinase selanjutnya menginduksi transkripsi nuklear AP-1 yang meningkatkan
famili MMP, yaitu: MMP-1, MMP-2, MMP-3, dan MMP-9.
Menurunnya kadar prokolagen I karena peningkatan ekspresi MMP-1
dan MMP-2 lebih banyak terjadi pada penuaan karena terpapar UV,
sedangkan peningkatan ekspresi MMP-3 dan MMP-9 lebih sering pada
penuaan kronologi atau intrinsik. Stres oksidatif juga akan meningkatkan
elastin m-RNA dermis yang akan memberikan gambaran elastosis. Photoaging
secara klinis ditandai dengan adanya penebalan epidermis, elastosis dermis,
inflamasi, ektasia pembuluh darah,fragmentasi kolagen
Peningkatan degradasi kolagen dan penurunan sintesis kolagen
adalah hal yang utama pada photoaging (Baumann & Saghari, 2009). Setiap
paparan sinar UV menginduksi respon jejas dengan penyembuhan yang
tidak sempurna, dan meninggalkan invisible solar scar. Paparan sinar UV
yang repetitif sepanjang hidup dapat mendorong perkembangan visible solar
scaryang bermanifestasi sebagai kerutan (wrinkle) (Jenkins, 2000; Rittie &
Fisher, 2002; Baumann & Saghari, 2009).
B. Peranan MMPs Pada Penuaan Kulit
MMPs secara umum diketahui mempunyai peranan dalam beberapa
proses fisiologis kulit, seperti apoptosis, angiogenesis, penyembuhan luka atau
perbaikan jaringan, dibeberapa penyakit kulit infl amasi, autoimun, dan
berperan pada proses penuaan kulit.
Penuaan kulit manusia dapat terjadi melalui proses intrinsik atau
penuaan kronologis dan ekstrinsik atau penuaan karena lingkungan.Pada
proses kronologis, perubahan terjadi perlahan, spontan, progresif dalam
degenerasi jaringan elastin, sehingga klinis tampak keriput lebih halus, kulit
kendur, dan terdapat tumor jinak kulit. Pada proses ekstrinsik tampak keriput
lebih kasar, pigmentasi tidak merata, kulit kering, elastosis, atrofi,
telangiektasi, aktinik purpura, dan kulit kendur. Hal ini terjadi karena pada
proses ekstinsik terjadi akselerasi enzimatik melalui MMPs dan proteinase
lainya. Meskipun pada kedua proses penuaan tersebut terjadi peningkatan
aktivitas MMPs melalui mekanisme berbeda
MMPs melalui peningkatan regulasi AP-1 dan nuclear factor kappa-B
(NFκB) pada keratinosit dan fi broblas. Perubahan ini dapat terdeteksi setelah
beberapa menit sampai satu jam setelah terpapar, maksimal setelah 24 jam
paparan dan menurun 48-72 jam setelah terpapar. MMP-1 (kolagenase),
MMP-3 (stromelysin), dan MMP-9 (gelatinase) merupakan famili MMPs yang
sangat berperan dalam terjadinya degradasi baik kolagen maupun elastin dan
disintegritas ECM,selanjutnya merupakan mekanisme primer proses penuaan
kulit. MMP-1 merupakan enzim penginisiasi pemecahan kolagen triple helix
yang terdiri dari prokolagen tipe I & III, sedangkan MMP-3 dan MMP-9 baru
dapat memecah fi bril kolagen tipe I, III, dan V jika sudah ada inisiasi oleh
MMP-1; selain mendegradasi kolagen, MMP-3 dan MMP-9 juga berperan
mendegradasi serat elastin. Mengingat MMP-1 merupakan inisiator terjadinya
degradasi kolagen, enzim tersebut menjadi indikator proses penuaan kulit
karena paparan UV
C. Sel Punca (Stem Cells)
Sel punca merupakan sel yang tidak atau belum terspesialisasi atau
berdiferensiasi dan mempunyai potensi sangat tinggi untuk berkembang
menjadi berbagai jenis sel spesifik di dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi
perbaikan untuk mengganti selsel tubuh yang rusak. Sel punca mempunyai
dua sifat khas, yaitu: 1. Differentiate, dimana sel punca mempunyai
kemampuan berdiferensiasi menjadi sel spesifi k; 2. Self regenerate, yaitu
mempunyai kemampuan memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri
dan membuat salinan sel serupa dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasinya sel punca dibagi menjad 4
tipe ,yaitui:
1.
Totipotent Stem cell, yaitu sel yang dapat berdiferensiasi menjadi
semua jenis sel, termasuk dalam sel ini adalah zigot
2.
Pluripotent merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi tiga
lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm), termasuk sel
ini adalah sel embrionik
3.
Multipotent adalah sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi
banyak jenis sel
4.
Unipotent adalah sel punca yang hanya menghasilkan satu jenis sel,
mampu memperbarui/meregenerasi diri.
Berdasarkan sumbernya sel punca dibagi menjadi:
1. Zigot, yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur
2. Sel punca embrionik, yaitu sel yang diperoleh dari inner cell mass
blastocyst. Penggunaan sel embrionik masih menjadi isu etik yang
kontroversial
3. Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi dengan syarat seperti:
usia janin 3 minggu, berdasarkan persetujuan si ibu dan apabila bayi
yang dilahirkan nantinya dapat membahayakan atau mengganggu
kesehatan dan keselamatan si ibu
4. Sel punca tali pusat, diperoleh dari darah tali plasenta dan tali pusat
sesaat bayi lahir
5. Sel punca dewasa atau adult stem cells, diambil dari jaringan dewasa,
misalnya dari sumsum tulang, susunan saraf, jaringan lemak, otot
rangka, dan pankreas. Salah satu sel punca dewasa adalah sel punca
yang berasal dari sel mesenkimal atau mesenchymal stem cells
(MSC) yang berasal dari stroma sumsum tulang belakang,
periosteum, kulit dan lemak. MSC merupakan sel punca multipotensi,
namun beberapa penelitian menyatakan bahwa sebagian MSC bersifat
pluripotensi.
Sel punca yang berasal dari jaringan lemak merupakan sel pluripoten
mesenchymal dan mempunyai karateristik mirip sel punca yang berasal dari
sumsum tulang; merupakan salah satu jenis MSC. Pada beberapa aplikasi
klinis dapat untuk mengatasi defek atau penyembuhan luka dengan
menstimulasi kolagen dan migrasi fi broblas, selain itu sel punca lemak juga
mempunyai kandungan beberapa growth factor seperti TGF-β, vascular
endotelial growth factor (VEGF), fibroblast growth factor (FGF), hepatocyte
growth factor (HGF), dan sebagai antioksidan SOD. Pada beberapa penelitian
sel punca jaringan lemak diduga dapat digunakan sebagai anti-aging karena
beberapa faktor sekretorik yang dikandungnya.
D. Sel Punca Jaringan Lemak Sebagai Antioksidan
Sel punca jaringan lemak yang merupakan MSC menunjukkan
fenomena plastisitas adult stem cell, berarti sel punca jaringan lemak yang
sudah terarah menjadi jaringan tertentu, masih mampu berdiferensiasi menjadi
sel jaringan lain. Kemampuan plastisitas sel punca jaringan lemak ini hampir
menyerupai sel punca dewasa dari sumsum tulang belakang. Sel punca
jaringan lemak dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak
karena stres oksidatif, menunjukkan sel punca sebagai anti-oksidan walaupun
masih sangat sedikit diteliti. Sebagai contoh, IGF melindungi fi broblas dan
epitelial intestinal dari radikal bebas, HGF memproteksi epitel pigmen retina;
semua perlindungan itu diperantarai oleh anti-oksidan, namun mekanisme.
proteksi anti-oksidan yang dihasilkan sel punca jaringan lemak sampai saat ini
masih belum jelas.
Sel punca jaringan lemak mempunyai efek parakrin terhadap human
dermal fibroblast (HDFs), terbukti dari percepatan penyembuhan luka oleh sel
punca. Penelitian menggunakan kultur fibroblas membuktikan sel punca
jaringan lemak mempunyai potensi anti-oksidan setara dengan 100 μM asam
askorbat; dalam penelitian tersebut, terlihat peningkatan aktivitas SOD dan
glutation peroksidase (GPx) dalam inkubasi sel punca jaringan lemak
tergantung dosis. Dengan demikian, sel punca lemak merupakan salah satu
alternatif terapi penyembuhan luka ataupun penuaan kulit.
E. Bagaimana Stem Cell mengatasi berbagai penyakit/ ketidaknormalan
pada fungsi tubuh manusia?
Terapi ataupun Pengobatan Stem Cell terbukti sangat manjur dan
efektif namun semuanya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan harus
melalui beberapa tahap proses. Faktor lainnya dilihat dari Usia, riwayat dan
kondisi penyakit pasien serta keseriusan saat sedang menjalankan proses
terapi. Tahapan pertama dalam pengobatan adalah dengan mengambil sel
punca dewasa (jaringan lemak). Kemudian akan dilakukan seleksi, pemisahan
sel induk mana yang masih berguna untuk dikembangkan. Sel yang sudah
diluar tubuh ini akan terus dikembangkan kurang lebih 5 hari sampai
mendapatkan hasil yang terbaik (menunggu sel punca mengembang sampai
jutaan) untuk kemudian dilakukan penyuntikan sel punca ke dalam tubuh sang
pasien secara tahap demi tahap
III.
KESIMPULAN
Penuaan kulit dapat terjadi secara intrinsik ataupun ekstrinsik,
memberikan gambaran klinis yang mengganggu penampilan. Salah satu
terapi menggunakan sel punca dapat menghilangkan keriput, karena sel
punca jaringan lemak selain mensekresi faktor pertumbuhan juga
mensekresi antioksidan. Sel punca jaringan lemak dapat meningkatkan
ekspresi sintesis kolagen tipe I dan mereduksi MMP-1 pada kultur fi
broblas yang terpapar UV-B. Dengan demikian, sel punca jaringan lemak
dapat menghilangkan keriput melalui mekanisme sekresi parakrin karena
kandungan faktor pertumbuhan dan antioksidan yang dimilikinya.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aulia J.2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic stem cells) an
Potensi Pengembangannya. Depok : Fakultas Kedokteran UI
Betty dkk.2015.Sel Punca Jaringan Lemak sebagai Anti-aging untuk Kulit
Menua Dini karena Paparan Ultraviolet. Jurnal Vol 42, No 8. Yogyakarta
: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Nurcahyo Heru.2009. Teknologi: Sel Punca Transgenik Sebagai Alternatif
Terapi Penyakit Degeneratif. Proxiding Seminar Nasional Penelitian dan
Penerapan FMIPA UNY. Yogyakarta :FMIPA UNY