Perbandingan Unjuk Kerja Hard Disk pada Lingkungan Cloud Computing Versus Komputer Konvensional

  

Perbandingan Unjuk Kerja Hard Disk

pada Lingkungan Cloud Computing

Versus Komputer Konvensional

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

  

Oleh :

Dede Dwi Anggara

085314065

  

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

  

Comparison of Performance Hard Disk

on Cloud Computing Environment

Versus Conventional Computer

  

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

to Obtain The Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Study Program

  

By :

Dede Dwi Anggara

085314065

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

  

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2012

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat dan menggunakan hasil karya atau sebagian dari hasil karya orang lain, kecuali yang tercantum dan disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 15 - 12 - 12 Penulis

  Dede Dwi Anggara

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dede Dwi Anggara NIM : 085314065 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

“Perbandingan Unjuk Kerja Hard Disk pada Lingkungan Cloud Computing Versus Komputer

Konvensional ”

  Bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 15 - 12 - 12 Penulis

  Dede Dwi Anggara

  

ABSTRAK

Cloud Computing merupakan sebuah cara komputasi ketika layanan berbasis TI mudah

  dikembangkan dan elastis yang disediakan sebagai sebuah layanan untuk pelanggan menggunakan teknologi Internet. Cloud Computing memungkinkan konsumen dan pebisnis untuk menggunakan aplikasi tanpa melalui proses instalasi dan dapat mengakses file personal di komputer melalui akses internet. Ada sebagian orang yang membuka kesempatan kepada kalangan bisnis yang berminat mengaplikasikannya guna mendukung kapasitas dan kecepatan akses informasi. Untuk mengetahui kinerja cloud computing dari sisi hardware penyimpanan (hard disk) perlu dilakukan pengukuran.

  

Parameter-parameter yang digunakan dalam melakukan pengukuran adalah sequential create, random

create, data loss, dan kapasitas maksimum hard disk.

  Dalam tugas akhir ini, pengukuran dilakukan dengan menggunakan aplikasi bonnie++ dengan ukuran file minimum 16384 Mb dan jumlah file minimum 1500 file untuk proses baca, tulis, dan hapus

  • – hard disk . Hasil dari kinerja hard disk pada cloud computing lebih baik dari segi sequential create

    read dan random create menunjukkan hasil yang baik pula dari segi data loss karena tidak

  • – read, serta ada data yang hilang.

  Kata kunci : cloud computing, bonnie++, parameter kinerja hard disk.

  

ABSTRACT

  Cloud computing is when service based on IT easier to developing and elastic which been providing as a service for consumer and businessman for using application without installation process and can accessing personal file on computer using internet access. There is some people who open a chance to businessman who want’s to using to support capacity and speedness of information access. To know how cloud computing work from saving hardware side (hard disk), we must doing researching. We using sequential create, random create, data loss dan maximum capacity of hard disk to doing researching.

  In this thesis, researching have been doing using bonnie++ application with a file with minimum size is 16384 Mb and minimum file is 1500 files to process write, read and erase the hard disk. The result from hard disk who used in cloud computing showing better than sequential create - read and random create - read side and this cloud computing showing better result from data loss view than the other’s because there’s no data have been lost.

  Keyword : cloud computing, bonnie++, hard disk performance parameter.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Perbandingan Unjuk Kerja Hard

  Disk pada Lingkungan Cloud Computing Versus Komputer Konvensional ini dengan baik. Dalam

  menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

  2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

  3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.

  4. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T, M.Kom. selaku dosen pembimbing tugas akhir dari penulis.

  5. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T. dan Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. selaku penguji tugas akhir ini.

  6. Orangtua, adik, dan keluarga besar dari penulis yang telah memberi dukungan doa, materi, serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

  7. Teman-teman dari penulis di Teknik Informatika angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, namun mereka semua sangat berkesan bagi penulis.

  8. Teman-teman dari penulis di komunitas Sanata Dharma Open Source (SaOS). Banyak kegiatan yang telah dilewati bersama dengan semangat open source, terutama kumpul-kumpul shisha di awan bengi paingan.

  Teman-teman kos dari penulis yang selalu bersama selama kuliah.

  9.

  10. Segenap keluarga, dosen, karyawan, semua teman-teman, dan semua pihak yang membantu penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini dan membantu penulis dalam menempuh studi dengan lancar. ilmu pengetahuan. Penulis juga meminta maaf kepada semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan. Semoga Tuhan memberkati, astungkara.

  Yogyakarta, 15 - 12 - 12 Penulis

  Dede Dwi Anggara

  

MOTTO

“Terpaksa, Bisa, dan Terbiasa”

  

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................................ iv

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Cloud Computing merupakan sebuah cara komputasi ketika layanan berbasis TI mudah

  dikembangkan dan elastis yang disediakan sebagai sebuah layanan untuk pelanggan menggunakan teknologi Internet [1]. Dengan menggunakan Cloud Computing, komputer tidak perlu menggunakan suatu sistem operasi tertentu (Linux, Mac OS, Windows, dan lainnya), tidak membutuhkan hard disk dan tidak perlu instalasi software pada komputer karena penggunaan semua hal ini telah ada pada layanan Cloud Computing.

  Penyimpanan data pelanggan dilakukan di server cloud dari penyedia layanan Cloud

  Computing , yang diperlukan untuk menggunakan Cloud Computing ini adalah sebuah

  komputer dan koneksi internet. Cloud Computing memungkinkan konsumen dan pebisnis untuk menggunakan aplikasi tanpa melalui proses instalasi dan dapat mengakses file

  personal di komputer melalui akses internet.

  Penerapan komputasi awan mulai banyak dibicarakan sebagai “green IT” atau teknologi informasi ramah lingkungan, ada sebagian orang yang membuka kesempatan kepada kalangan bisnis yang berminat mengaplikasikannya guna mendukung kapasitas dan kecepatan akses informasi. Misalnya komunitas bisnis dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, kemudian kini masuk Bali dan Nusa Tenggara, dan tujuan kehadiran komputasi awan di Bali dan kawasan timur Indonesia bukan untuk melakukan penyisiran atau “sweeping” terkait maraknya penggunaan perangkat lunak atau sistem komputer bajakan, melainkan untuk mendukung pengembangan bisnis yang akan berbanding lurus terhadap kemajuan ekonomi daerah [2].

  Komputasi awan muncul dengan menawarkan berbagai keunggulan untuk meminimalisasi masalah-masalah klasik dalam pengelolaan IT di perusahaan, fitur-fitur baru yang menjadi andalan seperti Guaranteed Quality of Service (QoS) dengan memanfaatkan performa dari hardware,

  bandwidth , dan kapasitas memori, komputasi awan menjamin QoS [3]. Penulis memilih judul ini

  karena penulis ingin mengetahui bagaimana cloud computing tersebut dapat menjamin Quality of

  Service (QoS) terutama dari sisi hardware penyimpanan. Belum ada penelitian yang menguji sisi kerja hard disk (baik atau buruk) pada lingkungan cloud computing versus komputer konvensional. Pada pengukuran ini parameter yang digunakan antara lain sequential create, random create, data

  loss, dan kapasitas maksimum hard disk. Sehingga diharapkan bahwa hasil dari penelitian ini dapat

  memberikan pertimbangan bagi penyedia cloud computing untuk memberikan pelayanan penyimpanan yang lebih baik.

  1.2 Rumusan Masalah

  Dengan melihat latar belakang masalah, maka penulis akan meneliti : Bagaimana menentukan unjuk kerja hard disk (baik atau buruk) pada lingkungan cloud

  computing

  versus komputer konvensional dengan mengukur sequential create, random create, data

  loss, dan kapasitas maksimum hard disk?

  1.4 Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan hasil analisa atas pengujian kecepatan akses baca, tulis, dan hapus hard disk secara sequential dan random pada lingkungan

  cloud computing versus komputer konvensional serta data loss, dan kapasitas maksimum hard disk pada komputer virtualisasi cloud computing.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah hasil dan informasi tentang unjuk kerja hard disk pada lingkungan cloud computing versus komputer konvensional sebagai pertimbangan bagi penyedia cloud computing untuk memberikan pelayanan penyimpanan yang lebih baik.

  1.3 Batasan Masalah

  Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka penulis akan membatasi dalam penulisan ini dengan hal - hal sebagai berikut:

  1. Memakai 3 komputer fisik, yaitu 1 komputer master dan 2 komputer node untuk membangun infrastruktur cloud computing menyesuaikan dengan standarisasi Proxmox VE Cluster yang terdiri dari minimal satu master dan satu node.

2. Memakai maksimal 6 komputer virtualisasi cloud yang akan diuji pada bagian hard disk karena

  disk pada komputer fisik sehingga menimbulkan hang pada salah satu komputer virtualisasi cloud .

  3. Memakai 1 komputer konvensional sebagai pembanding pengujian hard disk.

  4. Aplikasi yang digunakan adalah Bonnie++ versi 1.96 sebagai penguji unjuk kerja hard disk dan aplikasi Proxmox VE (Virtual Environtment) versi 2.6.32 sebagai sarana untuk membangun

  cloud computing .

  5. Penelitian dilakukan pada jaringan intranet dengan menguji kecepatan akses baca, tulis, dan hapus media penyimpanannya saja dan tidak menguji keamanan dari cloud computing.

1.6 Metodelogi Penelitian

  Adapun metodelogi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

  1. Studi literatur Mempelajari tentang teori cloud computing, pengujian hard disk menggunakan aplikasi bonnie++, dan pembangunan cloud computing menggunakan aplikasi proxmox dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, buku-buku, dan referensi lainnya yang dapat mendukung topik ini.

  2. Metode pengumpulan data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa hasil pengukuran hard disk secara

  sequential create

  dan random create pada lingkungan cloud computing maupun komputer konvensional serta data loss, dan kapasitas maksimum hard disk pada komputer virtualisasi

  cloud computing .

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Metode observasi

  Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk mengamati proses unjuk kerja hard

  disk pada lingkungan cloud computing maupun komputer konvensional, yang diamati langsung ditempat penilitian.

  b.

  Metode dokumentasi.

  Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau foto tentang penelitian, perangkat dan software serta data-data yang yang didapat saat penelitian. Dalam metode ini, penulis menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah didapat. Hal itu dilakukan dengan melakukan perbandingan terhadap data dari beberapa kali pengukuran dan dicari penyebab jika terjadi perbedaan terhadap data tersebut. Dari hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang unjuk kerja hard disk tersebut sudah baik atau belum.

1.7 Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian ,dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan judul/masalah pada tugas akhir. BAB III RANCANGAN PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai analisa peralatan utama dan pendukung, design sistem, perancangan sistem serta tahap testing. BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS Bab ini memaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian serta analisa hasil yang didapat setelah pengujian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Cloud Computing atau Komputasi Awan

  Secara sederhana, cloud computing adalah pengiriman dinamis dari sumber daya dan kemampuan teknologi informasi sebagai layanan melalui Internet. Cloud computing adalah gaya komputasi yang terukur dinamis dan merupakan sumber daya virtualisasi yang disediakan sebagai layanan melalui Internet [4].

  Menurut perusahaan IBM (2009 ), “Cloud computing – dapat secara signifikan mengurangi biaya TI dan kompleksitas sambil meningkatkan pengoptimalan beban kerja dan pelayanan ” [5]. Selanjutnya

  NIST (National Institute of Standards and Technology) mendefinisikan cloud computing sebagai model yang memungkinkan kenyamanan, on-demand akses jaringan untuk manfaat bersama suatu sumber daya informasi yang terkonfigurasi (jaringan, server, database, aplikasi dan layanan) yang dapat secara cepat diberikan dan dirilis dengan upaya manajemen yang minimal atau interaksi penyedia layanan yang minimal. Model cloud computing ini memiliki lima karakteristik, tiga model layanan, dan empat model deployment seperti pada Gambar 2.1 yang akan dijelaskan pada

  sub bab berikutnya [6]:

Gambar 2.1 Penggambaran visual cloud computing yang diadopsi dari NIST [7]

  Berdasarkan NIST, ada 5 kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk bisa dimasukkan ke dalam keluarga cloud [6].

  a.

  On Demand Self Service Yang dimaksud dengan on demand self service adalah pengguna dapat memesan dan mengelola layanan tanpa interaksi manusia dengan penyedia layanan, misalnya dengan menggunakan, sebuah portal web dan manajemen antarmuka. Pengadaan dan perlengkapan layanan serta sumber daya yang terkait terjadi secara otomatis pada penyedia.

  b.

  Broad network access Pada cloud computing, layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan

  thin client , thick client, ataupun media lain seperti smartphone.

  c.

  Resources Pooling Penyedia layanan cloud, memberikan layanan melalui sumber daya yang dikelompokkan di satu atau berbagai lokasi data center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme

  multitenant . Mekanisme multitenant ini memungkinkan sejumlah sumber daya komputasi

  tersebut digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user. Sumber daya tersebut baik yang berbentuk fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan pengguna atau pelanggan sesuai permintaan. Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan darimana permintaan akan sumber daya komputasinya dipenuhi oleh penyedia layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumber daya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memori, processor, pita jaringan dan mesin virtual.

  d.

  Rapid Elasticity

  Rapid elasticity berarti kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan

  cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya, dan dapat dibeli kapan saja dengan jumlah berapa saja.

  e.

  Measured services Sumber daya cloud yang tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumber daya lainnya). Dengan demikian, jumlah sumber daya yang digunakan dapat secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya penggunaan layanan.

2.1.2 Delivery Model (Model Layanan) Cloud Computing a.

  Software as a Services (SaaS)

  Software as a Services (SaaS) adalah kemampuan yang diberikan kepada konsumen

  untuk menggunakan aplikasi penyedia yang dapat beroperasi pada infrastruktur cloud seperti pada Gambar 2.2 [6].

Gambar 2.2 Software as a Services (SaaS) [8]

  Aplikasi ini dapat diakses dari berbagai perangkat client melalui interface seperti web

  browser . Client tidak perlu mengelola atau mengendalikan infrastruktur cloud seperti jaringan

  komunikasi data, server, sistem operasi, database atau bahkan aplikasi individu. Pelanggan dapat menggunakan SaaS dengan cara berlangganan atau pay per use sehingga tidak perlu investasi infrastruktur [6]. Contoh layanan SaaS antara lain salesforce.com, zoho.com,

  xero.com , dan lain-lain.

  Platform as a Services (PaaS) adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap

  pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang hanya dapat berjalan di atas platform tersebut seperti pada Gambar 2.3 [6].

Gambar 2.3 Platform as a Services (PaaS) [8]

  PaaS juga memiliki keterbatasan dimana pengguna tidak memiliki kendali terhadap sumber daya memory, storage, processing power dan lain-lain. Pionir PaaS adalah Google

  AppEngine yang menyediakan aplikasi di atas platform Google dengan bahasa pemrograman Phyton

  dan Django [6]. Penyedia layanan PaaS lainnya seperti Facebook yang memungkinkan kita mengembangkan aplikasi di Facebook seperti aplikasi game yang dilakukan oleh Zynga.

  Infrastructure as a Services (IaaS) adalah model bisnis yang mirip dengan penyedia

  data center yang menyewakan ruangan untuk colocation, tapi ini lebih ke level mikronya seperti pada Gambar 2.4 [6].

Gambar 2.4 Infrastructure as a Services (IaaS) [8] Penyewa tidak perlu tahu, dengan mesin apa dan bagaimana caranya penyedia layanan.

  IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. Ini adalah sebuah layanan yang menyewakan sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan,

  processing power, memory

  , sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya. Perbedaan mendasar dengan layanan data center saat ini adalah IaaS memungkinkan pelanggan melakukan penambahan atau pengurangan kapasitas secara fleksibel dan otomatis [6]. Salah satu penyedia IaaS ini adalah amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Computing Cloud). Layanan Amazon EC2 ini menyediakan berbagai pilihan persewaan mulai CPU, media penyimpanan, dilengkapi dengan sistem operasi dan juga platform pengembangan aplikasi. a.

  Private Cloud

  Private Cloud adalah Infrastruktur layanan cloud dioperasikan hanya untuk sebuah organisasi atau perushaaan tertentu seperti pada Gambar 2.5 [6].

Gambar 2.5 Private Cloud [8]

  Pelanggan private cloud biasanya organisasi dengan skala besar. Infrastruktur dapat dikelola sendiri oleh organisasi atau oleh pihak ke-tiga. Lokasi bisa on-site atau off-site [6].

  b.

  Community Cloud Community Cloud adalah sebuah infrastruktur cloud digunakan bersama-sama oleh beberapa organisasi yang memiliki kesamaan kepentingan, misalnya dari sisi misinya, atau tingkat keamanan yang dibutuhkan, dan lainnya. Jadi, community cloud ini merupakan pengembangan terbatas dari private cloud. Dan sama juga dengan private cloud, infrastruktur

  cloud yang ada bisa di-manage oleh salah satu dari organisasi itu, ataupun juga oleh pihak ketiga [6].

  c.

  Public Cloud

  Public Cloud adalah Jenis layanan cloud yang disediakan untuk umum atau group perusahaan seperti pada Gambar 2.6 [6].

Gambar 2.6 Public Cloud [8] d.

  Hybrid Cloud

  Hybrid Cloud adalah komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud, private dan public seperti pada Gambar 2.7 [6].

Gambar 2.7 Hybrid Cloud [8]

  Meskipun secara entitas private dan public cloud tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan oleh suatu teknologi atau mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan aplikasi antar cloud itu. Misalnya, mekanisme load balancing yang antar cloud, sehingga alokasi sumber daya bisa dipertahankan pada level yang optimal. Menurut lembaga NIST bahwa definisi dan batasan dari Cloud Computing sendiri masih mencari bentuk dan standarnya. Sehingga nanti pasarlah yang akan menentukan model mana yang akan bertahan [6].

2.2 Proxmox VE (Virtual Environtment)

  Salah satu software pendukung layanan dari cloud, yaitu Infrastructure As A Service (IAAS) yang berbasis Open Source, yaitu Proxmox VE. Proxmox VE adalah platform virtualisasi Open

  Source

  yang digunakan untuk menjalankan peralatan virtual dan mesin virtual yang dibuat khusus sebagai hypervisor atau disebut juga Virtual Machine Manager (VMM). Hypervisor mempunyai 2 tipe, yaitu tipe 1 dan 2. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 2.8 [9]:

Gambar 2.8 Hypervisor tipe 1 dan 2 [9] 1.

  Tipe 1 native (bare metal): hypervisor yang berjalan langsung di atas perangkat keras.

  Contohnya adalah Proxmox yang menggunakan KVM (Kernel-based Virtual Machine), dan beberapa yang ternama, yaitu Oracle VM (Virtual Machine) untuk SPARC (Scalable

  Processor Architecture ), XenServer Citrix, serta Microsoft Hyper-V.

  2. Tipe 2 (hosted): hypervisor yang berjalan di dalam sistem operasi. Dengan lapisan hypervisor sebagai tingkat perangkat lunak yang berbeda. Contoh dari tipe ini adalah VMware

  Workstation dan VirtualBox.

  Proxmox secara default menyertakan OpenVZ (Open VirtualiZation) dan KVM (Kernel-

based Virtual Machine ) yang disediakan dalam mode CLI (Command Line Interface)/mode teks.

Proses administrasinya dilakukan menggunakan akses web dengan plugin Java [9].

  Proxmox berbasis debian x86_64 dengan codename lenny dan squeeze, oleh karenanya Proxmox hanya bisa diinstall pada mesin berbasis 64 bit. Untuk menggunakan KVM (Kernel-

  

based Virtual Machine ) pada proxmox harus dipastikan prosesor yang akan digunakan support

  fitur virtualisasi pada hardware virtualization seperti Intel VT (Virtualization) atau AMD-V (Advanced Micro Dynamics Virtualization), berbeda dengan KVM, jika anda menggunakan OpenVZ anda tidak membutuhkan hardware virtualization ini [10].

  Proxmox VE (Virtual Environment) didefinisikan berdasarkan dari segi pandangan (vision),

  platform

  virtualisasi, open source, saluran distribusi untuk software server, dan fokus pada perusahaan yang membutuhkan (enterprise) [11].

  Untuk menciptakan sebuah infrastruktur enterprise dengan fitur penuh termasuk proxy

  email, web proxy, groupware, wiki, web cms (content management system), crm (customer relationship management) , masalah sistem tiket, intranet, dan lain-lain - Termasuk backup / restore dan live migrasi [12].

  Alasan Proxmox VE (Virtual Environment) mudah digunakan : Pembangunan virtualisasinya secara bertahap.

  • Menginstal dan mengelola dengan menggunakan tampilan GUI (Graphical User Interface).
  • Dapat memilih produk untuk penggunaan secara enterprise.
  • b.

  Proxmox VE (Virtual Environment) Berdasarkan Platform Virtualisasi Ada banyak keuntungan dari virtualisasi server, yaitu sebagai berikut [13]: Meningkatkan pemanfaatan perangkat keras.

  • Hemat listrik, mengurangi CO2.
  • Mengurangi perangkat keras, pemeliharaan personal yang lebih sedikit.
  • Tidak banyak membuang waktu pada instalasi software - Peralatan digunakan diinstalasi
  • dalam beberapa menit.
  • c.

  Sederhana dalam mengoperasikan backup dan restore.

  Proxmox VE (Virtual Environment) Berdasarkan Open Source Proxmox 1.x VE dilisensikan di bawah Gnu General Public License version 2. Proxmox 2.x VE berlisensi di bawah GNU Affero General Public License, version 3 [14].

  d.

  Proxmox VE (Virtual Environment) Berdasarkan Saluran Distribusi untuk Software Server Proxmox VE menyediakan software vendor dan proyek open source pada saluran pemasaran langsung. Dengan memberikan pre-built Virtual Appliances pengguna Proxmox

  VE dapat mendownload peralatan (appliances) langsung ke server Proxmox VE. Virtual

Appliances bersertifikat dan didukung pada top-listed di antarmuka web Proxmox VE [15].

  e.

  Proxmox VE (Virtual Environment) Berdasarkan fokus pada perusahaan yang membutuhkan (enterprise)

  Proxmox Virtual Environment difokuskan pada pasar perusahaan. Dengan memberikan pilihan Virtual Appliances yang berguna pada suatu perusahaan agar dapat fokus pada target utama mereka [16]. Aplikasi Proxmox VE menggunakan aplikasi antarmuka web yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Antarmuka Web Proxmox VE [17]

  Berikut ini adalah keterangan dari antarmuka web Proxmox VE [17]: 1. Menu Virtual Machine : digunakan untuk membuat dan memigrasikan komputer virtual.

  2. Menu Appliance Templates : digunakan untuk upload dan download OpenVZ (Open

  VirtualiZation ) template yang berfungsi sebagai sistem operasi pada tingkat teknologi virtualisasi berbasis kernel Linux.

  3. Menu ISO (International Organization for Standardization) Images : digunakan untuk upload file ISO image untuk installer sistem operasi.

  4. Menu Konfigurasi Sistem : digunakan untuk mengkonfigurasi network, dns, time, admin, dan options .

  5. Menu Konfigurasi Storage : digunakan sebagai hard disk tambahan jika komputer virtual membutuhkan kapasitas hard disk yang besar. simpan sebagai cron job yang berfungsi untuk menyimpan konfigurasi serta komputer virtualisasi sebagai file backup.

  7. Menu Administrasi Server : digunakan untuk mengatur layanan yang sedang berjalan pada server fisik.

  8. Menu Administrasi Logs : digunakan untuk menyimpan catatan dari proses layanan yang sedang berjalan pada masing-masing server fisik.

  9. Menu Administrasi Cluster : digunakan untuk menampilkan manajemen terpusat dari banyak server fisik.

  Sebuah Proxmox VE Cluster terdiri dari minimal satu master dan satu node definisinya:

  • Master: bertanggung jawab untuk semua tugas yang akan dilakukan dan hanya off-loaded tugas ke prosesor lainnya ketika prosesor induk ditentukan, berdasarkan batas yang telah ditentukan, pekerjaannya dapat digeser untuk meningkatkan kinerja. Susunan ini diperlukan karena untuk mengerti bagaimana program tersebut bekerja pada mesin sehingga mereka bisa bekerja sama dalam pengelolaan sumber daya sistem [18].
  • Node: Setiap perangkat jaringan dialamatkan pada jaringan, seperti router atau antarmuka kartu jaringan. Juga pada setiap stasiun jaringan [19].

2.3 Bonnie++ Bonnie adalah tolok ukur yang mengukur kinerja operasi sistem file Unix [20].

  Mengapa memakai bonnie++ [21]: a. Memori yang digunakan sedikit, sehingga didapat hasil cache maksimum, sehingga b.

  Banyak operasi I/O (Input/Output) akhirnya benar-benar melakukan I/O, sehingga c. Cukup layak untuk mencoba mengukur kecepatan I/O, dan d.

  Menggunakan pencarian acak pada filesystem Unix yang terkesan lambat.

  Cakupan pada bonnie++ lebih luas tidak hanya membaca file secara sequential (berurutan), tetapi juga membaca file secara random (acak) baik akses input maupun output, baca, tulis, dan hapus, serta blok per blok maupun per karakter [22].

  Parameter yang digunakan bonnie++ [23]:

  Size : ukuran file yang digunakan untuk melakukan testing (secara default menyesuaikan dengan memori RAM (Random Access Memory)).

  Sequential Output : kecepatan dan konsumsi CPU (Central Processing Unit) dalam membaca file sequential output baik akses per karakter, blok per blok, serta dalam menulis. Sequential Input

  : kecepatan dan konsumsi CPU dalam membaca file sequential input baik akses per karakter dan blok per blok.

  Random Seeks : kecepatan dan konsumsi CPU dalam membaca file secara random. Num Files : jumlah file yang digunakan untuk testing. Sequential Create

  : kecepatan dan konsumsi CPU dalam membaca file sequential create baik akses tulis, baca, dan hapus.

  Random Create : kecepatan dan konsumsi CPU dalam membaca file random create baik akses tulis, baca, dan hapus.

2.3.1 Perintah Bonnie++

  Aplikasi bonnie++ dijalankan menggunakan perintah dari terminal Linux yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Capture Screen Perintah Bonnie++

  Berikut ini adalah keterangan dari perintah bonnie++:

  bonnie++ : nama program

  • -s (size-in-Mb) [23]: jumlah megabyte untuk dicoba. Jika tidak menggunakan ini, bonnie akan

  menguji dengan file 100Mb. Dalam hal ini, 100 Megabyte = 1048576 byte. Jika memiliki komputer yang tidak memungkinkan 64-bit file, nilai maksimum yang dapat gunakan adalah 2047.

  Penting untuk menggunakan ukuran file yang beberapa kali ukuran memori yang tersedia (RAM) - jika tidak, sistem operasi akan melakukan cache sebagian besar file tersebut, dan Bonnie akan berakhir melakukan sangat sedikit I/O. Setidaknya empat kali ukuran memori yang tersedia yang diinginkan.

  Dari Gambar 2.10 memakai size 16384 Mb, karena memori RAM dari komputer yang dipakai uji coba adalah 4096 Mb, jadi empat kalinya ukuran memori, yaitu 16384 Mb. karena tidak ada yang akan ingin menguji kurang dari 1024 file, dari Gambar 2.10 menggunakan jumlah file 1500.

  output

  : keluaran yang ditampilkan dari Gambar 2.10 berupa file csv, yaitu ubuntuv101testgab2.csv, bisa juga ditampilkan ke dalam bentuk html atau text dengan perintah bon_csv2html atau bon_csv2txt, contoh perintahnya: bonnie++ -s 16384 –n 1500 | bon_csv2html > bonie_test.html atau bonnie++ -s 16384 –n 1500 | bon_csv2txt > bonie_test.txt

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

  3.1 Spesifikasi Alat

  Pada pengujian perangkat hard disk akan dilakukan beberapa skenario untuk mengetahui unjuk kerja hard disk pada komputer virtualisasi cloud dan komputer konvensional. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat sebagai berikut: 1.

  Perangkat Keras (Hardware) Acer Aspire AM1900

  Hardware ini digunakan sebagai infrastruktur untuk membangun cloud computing dan

  sebagai pembanding unjuk kerja hard disk. Spesifikasi hardware yang disediakan ditunjukkan pada Tabel 3.1 [25]:

Tabel 3.1 Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) [25]

  Platform Desktop PC Processor Intel® Pentium® processor E5800 Memory

  4 GB DDR3 Total Hard Drive Capacity 320 GB Hard Drive Interface Serial ATA Hard Drive RPM 7200 Optical Drive DVD-Super Multi Graphics

  Intel® GMA X4500 graphics Card Reader Multi-in-One

  3.2 Diagram Alir Desain Pengujian

  Pada pengujian perangkat hard disk ini dibutuhkan suatu perencanaan yang tepat agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 3.1 & 3.2 menunjukkan flowchart atau diagram alir pengujian.

  

Mulai

Penentuan Desain Jaringan

Pencatatan sequential create, random

create, data loss, dan kapasitas maksimum

End

  

Instalasi dan Konfigurasi Cloud Computing

Menjalankan Aplikasi Bonnie++

Analisa data

Instalasi dan Konfigurasi Komputer Virtualisasi

Gambar 3.1 Flowchart pengujian hard disk pada cloud computing

  

Mulai

Pencatatan sequential create & random

create

  

End

Menjalankan Aplikasi Bonnie++

Analisa data

Instalasi dan Konfigurasi

  

Komputer Konvensional

Gambar 3.2 Flowchart pengujian hard disk pada komputer konvensional kapasitas maksimum pada cloud computing berbeda dengan Gambar 3.2 yang hanya mencatat

  sequential create dan random create. Hal ini untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan dari cloud computing dari segi data loss dan kapasitas maksimum hard disk.

  Pengujian nantinya akan dilakukan sebanyak 1 kali per skenario karena data yang dihasilkan rata-rata sama ketika diujikan berulang-ulang pada setiap skenario. Data tersebut kemudian akan dibandingkan hasil unjuk kerjanya antara komputer virtualisasi dan komputer konvensional dari pengujian hard disk yang dilakukan.

3.3 Rencana Kerja

  Rencana kerja yang akan digunakan dalam proses pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Memastikan model jaringan yang diukur.

  2. Menentukan ukuran file dan jumlah file yang akan diuji.

  3. Pengukuran sequential create, random create, dan data loss akan dilakukan dengan menggunakan Software Bonnie++ sedangkan kapasitas masksimum hard disk dapat dilihat pada antarmuka web Proxmox VE.

  4. Melihat output yang dihasilkan dari alat ukur sequential create, random create, data loss, dan kapasitas maksimum hard disk.

3.4 Desain Sistem Jaringan

  Terdapat beberapa asumsi sebelum melakukan pengukuran unjuk kerja hard disk. Asumsi tersebut adalah: Kapasitas hard disk yang dipakai untuk masing-masing 3 komputer fisik sebagai penyedia

  • cloud computing adalah 60 Gigabyte sehingga dapat menghasilkan 6 komputer virtualisasi

  dengan kapasitas hard disk 30 Gigabyte. Hal ini untuk menghindari terjadinya kekurangan kapasitas hard disk ketika dilakukan proses pengujian. Pada komputer konvensional juga memakai kapasitas yang sama dengan komputer virtualisasi. Nilai parameter yang dipakai untuk masing-masing pengujian sama, yaitu menggunakan size

  • 16384 Megabyte dan memakai 1500 file untuk tes pembuatan berkas berdasarkan rekomendasi pengujian dari aplikasi bonnie++ [23][24].

  Kinerja hard disk dari komputer konvensional dianggap 100%.

kemudian akan dibuat 6 komputer virtualisasi untuk pengujian dari unjuk kerja hard disk dan hasilnya akan dibandingkan dengan unjuk kerja hard disk komputer konvensional. Adapun desain sistem jaringan yang akan dipakai terbagi menjadi beberapa skenario.

1. Skenario 1

  Administrator Cloud Server 1 (Master) Server 2 (Node 1) Server 3 (Node 2)

  VM1

  VM2

  VM3

  VM4

  VM5

  VM6 Server Cloud Komputer Konvensional

  (100%) Switch Ctt: VM = Virtual Machine dibandingkan

Gambar 3.3 Perbandingan unjuk kerja hard disk 1 komputer virtualisasi dengan 1 komputer konvensionalGambar 3.3 menunjukkan:

  Skenario ini menjalankan hanya 1 komputer virtualisasi yang akan diujikan unjuk kerja dari

  hard disk yang akan dibandingkan dengan hasil unjuk kerja hard disk pada komputer konvensional yang telah diuji sebelumnya. dibandingkan Komputer

  VM1

  VM2

  VM3

  VM4

  VM6

  VM5 Konvensional (100%) Server Cloud

  Server 1 (Master) Server 2 (Node 1) Server 3 (Node 2) Switch Ctt: VM = Virtual Machine

  Administrator Cloud

Gambar 3.4 Perbandingan unjuk kerja hard disk 2 komputer virtualisasi dengan 1 komputer konvensionalGambar 3.4 menunjukkan:

  Skenario ini menjalankan 2 komputer virtualisasi yang akan diujikan unjuk kerja dari hard

  disk secara bersamaan yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil unjuk kerja hard disk pada komputer konvensional yang telah diuji sebelumnya. dibandingkan Komputer

  VM1

  VM2

  VM3

  VM4

  VM6

  VM5 Konvensional (100%) Server Cloud

  Server 1 (Master) Server 2 (Node 1) Server 3 (Node 2) Switch Ctt: VM = Virtual Machine

  Administrator Cloud

Gambar 3.5 Perbandingan unjuk kerja hard disk 3 komputer virtualisasi dengan 1 komputer konvensionalGambar 3.5 menunjukkan:

  Skenario ini menjalankan 3 komputer virtualisasi yang akan diujikan unjuk kerja dari hard

  disk secara bersamaan yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil unjuk kerja hard disk pada komputer konvensional yang telah diuji sebelumnya. dibandingkan Komputer

  VM1

  VM2

  VM3

  VM4

  VM5

  VM6 Konvensional (100%) Server Cloud

  Server 1 (Master) Server 2 (Node 1) Server 3 (Node 2) Switch Ctt: VM = Virtual Machine

  Administrator Cloud

Gambar 3.6 Perbandingan unjuk kerja hard disk 4 komputer virtualisasi dengan 1 komputer konvensionalGambar 3.6 menunjukkan:

  Skenario ini menjalankan 4 komputer virtualisasi yang akan diujikan unjuk kerja dari hard