Kekerasan Seksual Terhadap Istri dalam Perspektif Hifdz Al-Nasl (Keturunan) - Repositori UIN Alauddin Makassar
KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ISTRI DALAM
PERSPEKTIF HIFDZ AL-NASL (KETURUNAN)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana
Hukum Islam Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
Oleh:
SURIATI ANDAYANI
NIM: 10400112011
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI JUDUL ................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii PENGESAHAN ....................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................. iv-vi DAFTAR ISI ........................................................................................... vii-ix PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. x-xvii
ABSTRAK ............................................................................................... xviii-xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................A.
LatarBelakang ................................................................................ 1 B. RumusanMasalah ........................................................................... 7 C. DefenisiOperasionaldanRuangLingkupPenelitian ........................... 7 D.
KajianPustaka ................................................................................ 9 E. MetodologiPenelitian ..................................................................... 10 F. TujuandanKegunaanPenelitian ....................................................... 12
BAB II KONSEPSI HIFDZ AL-NAZL AL-MAQASID AL-SYARIAH A. PengertianHifdz Al-Nasl ................................................................ 14 B. Bentuk-BentukMenjagaKeharmonisan ........................................... 17 C. Kaidah-KaidahTentangMenjagaKeharmonisan ............................... 25 BAB III KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ISTRI A. PengertianKekerasanSeksual .......................................................... 33 B. Bentuk-BentukKekerasanSeksual ................................................... 37 C. DampakKekerasanSeksualTerhadapistri ......................................... 40
BAB IV PENERAPAN HIFDZ AL-NASL TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL A. PandanganUlamaKontemporerterhadapKekerasanSeksualIstri...............46 B. Pandangan Imam MazhabterhadapKekerasanSeksualIstri……………... ..... 51 C. SanksiHukumterhadapKekerasanSeksualIstriMenurut UU….…. .... 54 BAB V PENUTUP .................................................................................. …… A. Kesimpulan .................................................................................... ………58 B. ImplikasiPenelitian ......................................................................... ………59 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. …....... 61 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ ……… 62
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Denganpenuhkesadaran, penyusun yang bertandatangan di bawahini,
menyatakanbahwaskripsi yang berjudul
“KekerasanSeksualTerhadapIstriDalamPerspektifHifdz Al-Nazl (Keturunan)”,
iniadalahbenar-benarhasilkaryasendiri.Dan jika di
kemudianhariterbuktibahwaskripsiinimerupakanduplikat, tiruan, plagiat,
ataudibuatoleh orang lain baiksebagianmaupunkeseluruhan. Makaskripsidangelar
yang diperolehkarenanya, batal demi hukum.Makassar, 04 April 2016 Penyusun SURIATI ANDAYANI 10400112011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.هبحصو هـلا ىلعو , نيلسرملاو ءايــبنلأا فرشا ىلع م لاـسلاو ة لاصلاو نيـملاعلا بر لله دمحلا . دـعب اما نيعمجا
Segala puji kehadirat Allah SWT dengan Rahmat dan Magfirah-Nya serta salawat serta salam teruntuk Nabi sepanjang zaman, Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliah menuju alam terang benderang. Atas Ridha-Nya dan doa yang disertai dengan usaha yang semaksimal setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Keberadaan skripsi ini bukan sekedar persyaratan formal bagi mahasiswa untuk mendapat gelar sarjana tetapi lebih dari itu merupakan wadah pengembangan ilmu yang didapat dibangku kuliah dan merupakan kegiatan penelitian sebagai unsur Tri Darma Perguruan Tinggi. Dalam mewujudkan ini, penulis memilih judul “Kekerasan Seksual Tehadap Istri Dalam Perspektif Hifdz Al-Nasl” Semoga kehadiran skripsi ini dapat memberi informasi dan dijadikan referensi terhadap pihak- pihak yang menaruh minat pada masalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi semua pihak, baik dalam bentuk motivasi moril maupun materil. Karena itu, kemudian penulis berkewajiban untuk menyampaikan ucapan teristimewa dan penghargaan setinggi- tingginya kepada keluarga tercinta khususnya kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda Aisyah. Ucapan yang tak terhingga saya ucapkan kepada Ayahanda yang sampai saat ini masih berada disampingku dengan susah dan jerih payahnya mengasuh dan mendidik serta memberikan materi yang tak henti- hentinya. Dan kepada Ibunda tersayang, yang sudah merawat selagi saya masih kecil dan kasih sayang yang luar biasa dari beliau. Serta Saudara Tajuddin, Salmawati, Muh. Agus, Zulfikal, Esti Siswanti, Muh. Ilham yang selalu memberikan semangat. Serta seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan motivasi, bantuan moril dan materil serta do‟a restu sejak awal melaksanakan studi sampai selesai.
Secara berturut-turut penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar. Serta para wakil Rektor beserta seluruh staf dan karyawannya.
2. Bapak Prof. Dr. Darussalam Syamsudin, M.Ag., selaku dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Serta para wakil dekan beserta seluruh stafnya.
3. Bapak Dr. Abdillah Mustari, M.Ag. selaku ketua dan Bapak Dr. Achmad Musyahid, M.Ag. selaku sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum serta stafnya atas izin pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Dr. Darsul S.Puyu, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Ahmad Musyahid, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan penulis dalam perampungan penulisan skripsi ini.
5. Para Bapak/Ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu dan pelayanan yang berguna.
6. Seluruh Teman-teman mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab Dan Hukum Angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang setia membantu dalam suka dan duka.
7. Terima Kasih kepada orang yang hadir dalam hidupku untuk memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan studiku “Firmansyah Alauddin” semua teman- teman KKNP UIN Angkatan VI Desa. Bilarengi Kec. Pargi, Kab. Gowa yang senantiasa menemani dan melewati suka duka bersama-sama.
8. Dan kepada teman-teman, sahabat, adik-adik di Fakultas Syariah dan
Hukum terkhusus jursan Pebandingan Mazhab dan Hukum yang tidak sempat disebutkan satu persatu dalam skripsi ini, mohon dimaafkan. Dan kepada kalian diucapkan banyak terima kasih.
Akhirul kalam , disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa
ketidak sempurnaan sebagaimana idealnya suatu karya ilmiah. Oleh karena sumbangsih kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak merupakan penghargaan dan kehormatan bagi penulis. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis sendiri.
Wassalam
Makassar, 18 Agustus 2016 Peneliti, Suriati Andayani NIM: 10400112011
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN PEDOMAN A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Konsonan
ا
Dal D De
es (dengan titik dibawah)
ص ṣad ṣ
Syin Sy es dan ye
ش
Sin S Es
س
Zai Z Zet
ز
Ra R Er
ر
Zal Z zet (dengan titik diatas)
ذ
د
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
خ
ha (dengan titik dibawah)
ح ḥa ḥ
Jim J Je
ج
es (dengan titik diatas)
ث ṡa ṡ
Ta T Te
ت
Ba B Be
ب
Kha Kh ka dan ha
ض ḍad ḍ
م
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambanya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
( ̓ ).
Ya Y Ye Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir , maka ditulis dengan tanda
ى
Apostrof
Hamzah ̓̓
ء
Ha H Ha
ه
Wau W We
و
Nun N En
ن
Mim M Em
Lam L El
de (dengan titik dibawah)
غ
ط
ṭa ṭ te (dengan titik dibawah)
ظ ẓa ẓ
zet (dengan titik dibawah)
ع
„ain ̒ apostrof terbalik
Gain G Ge
ل
ف
Fa F Ef
ق
Qaf Q Qi
ك
Kaf K Ka
2. Vokal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Ai a dan i
Fat ḥah dan alif atau yā̓̓
Nama Huruf dan tanda Nama اَ … / اَا ….
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan Huruf
Maddah
: kaifa ل ىه : haula 3.
Au a dan u Contoh: فيك
fat ḥah dan wau
اَو
fat ḥah dan yā̓̓
اَا
اَ
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama
ḍammah U U
اُا
I I
Kasrah
اِا
A A
fat ḥah
Ā a dan garis di atas i dan garis di Kasrah dan yā Ī atas u dan garis di
و
ḍammah dan wau Ữ atas Contoh:
ت ام : māta ًمر : ramā ميق : qīla
ت ىمي : yamūtu 4.
Tā marbūṭah
Tramsliterasi untuk
tā’ marbūṭah ada dua yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup atau
mendapat harakat fat ḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah (t). sedangkan
tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).
Kalau pada kata yang berakhir dengan
tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh: ل افط لاا ةض ور : rauḍah al-aṭfāl ةهض افنا ةىيدمنا : al-madīnah al-fāḍilah
: rau ةمكحنا ḍah al-aṭfāl
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( ﹼ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh: اىبر : rabbanā اىيجو : najjainā قحنا : al-ḥaqq معو : nu”ima ودع : „duwwun Jika huruf
ي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (
), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī. ـــــ Contoh:
يهع : „Ali (bukan „Aliyy atau „Aly) يبرع : „Arabī (bukan „Arabiyy atau „Araby) 6.
Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma‟arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-,baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsyiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar ( - ).
Contoh :
سمشنا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ةن زنازنا : al-zalzalah (az-zalzalah) ةفسهفنا : al-falsafah دلابنا : al- bilādu 7.
Hamzah.
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof ( „ ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletah di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh : نورمات : ta‟murūna عىىنا : al-nau‟ ءيش : syai‟un ترما : umirtu 8.
Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-
Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur‟ān
Al-Sunnah qabl al- tadwīn
9. Lafẓ al-jalālah (ﷲ )
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mu ḍā ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh: الله هيد dīnullāh الله اب billāh Adapun
tā’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah,
ditransliterasi dengan huruf (t).contoh: مهههنا ةمحر يف hum fī raḥmatillāh 10.
Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya, digunakan untuk menulis huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap dengan huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:
Wa mā Muḥammadun illā rasūl Inna awwala baitin wu
ḍi‟a linnāsi lallaẓī bi bakkata mubārakan Syahru Rama
ḍān al-lażī unzila fih al-Qur‟ān Na ṣīr al-Dīn al-Ṭūsī
Abū Naṣr al-Farābī Al-
Gazālī Al-
Munqiż min al-Ḋalāl Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-
Walīd Muḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu) Na
ṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Na ṣr Ḥāmid Abū).
B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. : sub ḥānahū wa ta‟ālā saw. :
ṣallallāhu „alaihi wa sallam a.s. : „alaihi al-salām
H : Hijrah M : Masehi SM : Sebelum Masehi l. : Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. : Wafat tahun QS…/…: 4 : QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli „Imrān/3: 4 HR : Hadis Riwayat
ABSTRAK
Nama : Suriati Andayani NIM : 10400112011 Judul : KEKERASAN SEKSUAL TERHADAPISTRI DALAM PERSPEKTIF HIFDZ AL-NASL (KETURNAN)
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Bagaimana konsepsi Hifdz al-nasl al maqasid al-syariah, 2) Bagaimanakah pengertian kekerasan seksual terhadap istri, dan 3) Bagaimana penerapan Hifdz al-nasl terhadap kekerasan seksual istri.
Jenis penelitian ini tergolong kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan syar‟i, yuridis dan sosiologis. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan studi kepustakaan. Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian yaitu penelitian perpustakaan (library research). Data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur, media internet dan lain-lain, baik yang bersifat primer maupun yang bersifat sekunder. Kekerasan terhadap perempuan (istri) meningkat setiap tahun, terutama kekerasan seksual terhadap istri. Kekerasan seksual terhadap istri merupakan segala perilaku yang dilakukan suami dalam hubungan seksual yang mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual, dan pskis. Kekerasan seksual suami terhadap istri dalam rumah tangga yang salah satu dampaknya adalah rusaknya alat reproduksi tidak dibenarkan dalam islam dengan alasan, Pertama, dari sisi maqasid al-syariah tindak kekerasan tersual terhadap istri tidak mencerminkan terpenuhinya tujuan syariah dalam perkawinan dan beberapa poin inti dari maslahah
ad-Daruriyyah yaitu, hifdz al-nafs dan hifdz al-nasl. dampak dari kekerasan seksual
suami terhadap istri secara verbal bisa merusak akal (psikologi), fisik (badab/jiwa) dan seksual (alat reproduksi). Kedua dari sisi tindak pidana islam perilaku tindak kekerasan seksual suami terhadap istri masuk dalam kategori hukum pidana qishash pencederaan (penganiayaan) yaitu pelaku dihukum sesuai dengan perbuatannya. Kekerasan seksual terhaap istri meliputi, pemaksaan hubungan seksual, melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai istri, melakukan hubungan tersebut disertai dengan kekerasan dan ancaman yang mengakibatkan luka fisik dan gangguan (psikis), hingga kekerasan seksual mengakibatkan rusaknya alat reproduksi atau kematian pada janin. Kekerasan dalam hukum pidana indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 8 UUPKDRT adalah setiap perbuatan yang serupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksan hubungan seksual terhaap salah satu orang dalam ruang lingkup rumah tangganya dengan tujuan komersial atau tujuan tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap istri merupakan tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusi
(HAM) yang paling kejam yang dialami istri. Oleh karenanya tidak salah apabila tindak kekerasan terhadap istri oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan. Wujud dalam kekerasan terhadap istri boleh
1 jadi pemukulan atau pemaksaan seksual terhadap istri.
Dengan menggunakan kriteria moralitas seksual Islam yang disusun B.F. Musallam dan menambahkan unsur pendidikan anak-anak serta ketinggian budi
2
pekerti yang sangat ditekankan dan diutamakan Islam. Pemaksaan seksual yang dilakukan oleh suami terhadap istri seolah dianggap bukanlah kejahatan. Kekerasan seolah sebuah perlakuan yang biasa saja, rutin, dan tidak istimewa. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk mempermasalahkan dianggap sebagai sesuatu yang mengada- ada,berlebihan, dan terlalu dicari-cari. Setiap upaya untuk mempertanyakan, apalagi mempermasalahkan dan menggungat kebiasaan buruk tersebut, tentu saja akan memunculkan kontroversi. Namun, upaya itu harus tetap dilakukan karena berbagai bentuk perlakuan dianggap biasa dan kebiasaan itu telah menimbulkan efek moral
1 Lihat, Ester Lianawati, kekerasan Terhadap Istri diseluruh dunia “http://wordpress.com/2008/psikologi dalam ramah Hukum. tgl 27 April 2016. 2 Lihat, Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan kita (Cet. 1; Jakarta: Gema insane press, 1997), h. dan sosial. Istilah korban selama ini hanya dikenakan pada pihak yang secara fisik terluka, karena pemahaman atas manusia hanyalah pada aspek fisik semata.
Jika pria dan wanita yang disahkan oleh Islam (melalui perkawinan dan perbudakan) hendak berhubungan cinta kasih, maka harus didasari oleh persamaan hak, yaitu hak menikmati persenggamaan, menentukan mendapat anak atau tidak, dan tidak diperlakukan semena-mena atau disakiti. Sebaliknya diarahkan pada hubungan yang saling membahagiakan, memenuhi kebutuhan pasangan, dan menyenangkannya
3
sebagai perbuatan amal shaleh dan terpuji di mata ALLAH SWT. Sebagaimana dilihat dalam QS. al-Baqarah 2/187.
3 Lihat, Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan kita (Cet. 1; Jakarta: Gema insane press, 1997), h.
Terjemahan: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri- isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
4 Kekerasan di ruang domestik, terutama kekerasan yang dilakukan suami
terhadap istri, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, melakukan pelecehan atau pemaksaan aktivitas seksual, kekerasan sosial, memencilkan pasangannya dari aktivitas sosial. Kekerasan seksual sebagaimana yang termasuk dalam undang-undang pasal 8 huruf b yang larangan kekerasan dalam rumah tangga, yaitu: a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakuka terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.
b.
Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan tujuan tertentu.
UU ini setengah hati, bersifat materealis, karena tidak melihat secara utuh, sebab dalam hukum Islam bukan hanya melindungi karena merungikan secara fisik atau pisikis, melainkan juga secara moral dan akibat buruk yang ditimbulkan
4 Departemen Agama R.I, Al-
Qur’an Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara sehingga sekalipun hubungan seksual suka sama suka tanpa nikah adalah pelanggaran hukum yang harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
Hukum Islam memandang bahwa larangan terhadap sesuatu karena memang zat atau perbuatan tersebut dilarang, seperti zina. Jadi, walaupun suka sama suka tetap dilarang, walaupun hal itu secara materil tidak ada yang dirugikan, karena tidak ada
5
yang terpaksa untuk melakukannya. Hubungan seksual antara suami istri adalah halal kapan saja kecuali kalau sang istri dalam keadaan haid, karena dalam keadaan seperti ini istri di anggap belum suci. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS al- Baqarah 2:222-223.
Terjemahan: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
5 Lihat, Rahman R, Perempuan Antara Idealitas dan Realitas Masyarakat Perspektif Hukum
Terjemahan: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan
6 berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan social yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Suatu ikatan keluarga ditandai atau didahului dengan suatu perkawinan. Hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya suatu keluarga. Tanpa didahului perkawinan dua orang laki-laki dan perempuan tinggal disatu rumah belum berhak disebut sebagai suatu keluarga. Jadi factor-faktor
6 Kementerian Agama RI.
Qur’an dan Terjemahannya. (Cet I; Bandung: Kiarocondong, yang penting di dalam keluarga ialah; “adanya ikatan antara seorang laki-laki dan
7 perempuan. Ikatan itu didahului dengan pernikahan”.
Untuk mewujudkan keluarga sejahtera diperlukan pula landasan lain, yaitu pemahaman dan penerapan hak dan kewajiban setiap individu didalamnya serta terpenuhi kebutuhan-kebutuhan esensial mereka (pangan,sandang,papan,kesehatan, dan pendidikan).
Keluarga berencana yang di perbincangkan ini terpisah dari persepsi barat dengan gelombang demoralisasi seksualnya. Keluarga berencana yang dimaksud adalah adanya hak setiap keluarga untuk berusaha melepaskan diri dari kesusahan atau beban kehidupan yang dialami serta usaha mewujudkan keluarga sejahtera.
Untuk memahami pembinaan moralitas seks individu, keluarga, dan masyarakat, perlu dipahami bagaimana moralitas seksual dalam Islam. Dengan menggunakan kriteria moralitas seksual Islam yang disusun B.F. Musallam dan menambahkan unsur pendidikan anak-anak serta ketinggian budi pekerti yang sangat
8 ditekankan dan diutamakan Islam.
Kekerasan seksual dalam rumah tangga tidak mengenal strata sosial dan pendidikan. Baik dari kalangan yang berstatus ekonomi rendah hingga kalangan ekonomi sangat mapan, hal ini sering kali terjadi. Karena secara garis besar dilatari oleh pemahaman terhadap sahnya melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap istri dalam dua hal adalah asumsi masyarakat bahwa suami pemimpin keluarga dalam 7 Lihat, Abu Ahmadi, Psikologi social (Cet. 1; Yogyakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal.221-
224 8 Lihat, Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan kita (Cet. 1; Jakarta: Gema insane press, 1997), h.
rumah tangga dan pemahaman terhadap teks ke agamaan. Kekerasan dan penyiksaan terhadap perempuan secara fisik maupun psiki bisa terjadi dimana saja, baik diruang publik maupun domestik.
Pelecehan perempuan berarti pelecehan seks yang lebih khusus dikaitkan dengan perempuan, yaitu praktik menguasai perempuan dengan merampas hak-hak
9
asasi perempuan sebagai pribadi manusia.B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa kajian mengenai kekerasan seksual terhadap istri dalam perpektif hifsul an-nazl (keturunan). Dengan demikian, pokok masalah kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana konsepsi hifdz al-nasl dalam al maqasid al-syariah? 2. Bagaimanakah pengertian dan bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap istri?
3. Bagaimana penerapan hifdz al-nasl terhadap kekerasan seksual istri? C.
Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup operasional
Untuk menghindari tejadinya kesalah pahaman dalam mendefenisikan dan memahami permasalahan ini, maka akan dipaparkan beberapa pengertian variabel yang telah dikemukakan dalam penulisan judul. Adapuan variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut:
9 https:// search?q= Kekerasan seksual suami terhadap
Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan
10 perempuan.
Istri adalah wanita (perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami atau
11 wanita yg dinikahi.
Hifdz al-nasl adalahh hal yang sangat penting. karena itu, memelihara keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan yang ada dalam al-
12 quran dan as-sunnah dan dilarang melakukan perbuatan zina.
Keturunan adalah asas yang menentukan bahwa kewarganegaraan seorang
13 anak otomatis menurut kewarganegaraan ayahnya.
Dengan demikian dari defenisi operasional variabel dan ruang lingkup penelitian diatas maka yang dimaksud dengan kekerasan seksual terhadap istri dalam perspektif hifdz al-nasl adalah salah satu bentuk kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Adapun bentuk kekerasan seksual terhadap istri adalah tindak kekerasan secara fisik seksual seperti isolasi atau pemaksaan sepihak perihal seksual yang tidak
10 Lihat, La Harahap, Pengertian seksual. .usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 31479 /5/Chapter%20I.pdf (13 Juni 2016) 11 12 http://jurnal-pdf, kbbi.web.id/istri=tgl (23-maret-2016) Lihat, Mayang Sekar, pengertian memelihara keturunan. http:// .blogspot.co.id/2011/ 12
/tujuan-hukum-islam.html (13 Juni 2016) 13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta: memperhatikan kepuasanistri, dan melakukan hubungan seksual yang disertai dengan kekerasan.
D. Kajian Pustaka
Setelah menyimak serta mempelajari beberapa referensi yang berhubungan dengan skripsi ini, maka penulis akan mengambil beberapa buku yang menjadi rujukan utama sebagai bahan perbandingan.
Beberapa buku terkait yang membahas tentang masalah Kekerasan Seksual Terhadap Istri dalam Perspektif Hifdz al-Nasl, Yaitu: 1.
Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan kita, Dalam buku membahas tentang, Kekerasan seksua,kekerasan suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri.
14 2.
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Dalam buku membahas tentang, Tujuan perkawinan adalah membentuk dan membina keluarga yang bahagia lahir dan batin.
15 3.
Ulfatmi, Keluarga sakinah dalam perspektif islam, Pengertian keluarga, keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam.
16 Penulisan menemukan beberapa hasil penelitian tentang masalah yang dikaji,
namun perbedaan penelitian ini dengan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu fokus pembahasan pada penelitian ini lebih spesifik dan menekankan pada 14 Lihat, Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan kita (Cet.1 Jakarta: Gema insane press, 1997), h.
391. 15 Lihat, Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis (Cet; 1. Jakarta: Sinar Grafika, 2010) h. 62. 16 Lihat, Ulfatmi. Keluarga sakinah dalam perspektif islam (Kementerian agama RI 2011), h.
Kekerasan seksual terhadap istri dalam perspektif hifsul an-nazl (keturunan), serta peneliti tidak menggunakan kajian lapangan.
E. Metodologi Penelitian
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
17 ilmiah.
Untuk mempertanggung jawabkan ke ilmiaan skripsi, maka dalam penelaan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sumber data dari buku-buku perpustakaan (library research). Secara definitif, lybrary research adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti berhadapan dengan berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang sedang dipertanyakan. Sedangkan deskriptif adalah mendeskripsikan dan melukiskan realita sosial yang kompleks atau
18 menggambarkan apa adanya suatu tema yang akan dipaparkan.
Penelitian ini berupa telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaan kritis dan mendalam terhadap bahan- bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan
17 Lihat, Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) h. 44. 18 Lihat Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 40. mengumpulkan data informasi dari beberapa sumber data yang kemudian disajikan dengan cara baru dan untuk keperluan baru.
Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang Kekerasan seksual terhadap istri perspektif hifsul an-nazl (keturunan) dengan bermacam-macam materi yang terdapat di perpustakaan, seperti buku, majalah, dokumen, catatan dan lainnya.
2. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yaitu: a.
Pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelusuri ketentuan hukum dan perundang-undangan dari sudut pandang normatif h ukum yang berkaitan dengan skripsi ini.
b.
Pendekatan syar’I yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelusuri ketentuan- ketentuan syariat islam yang relefan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini sesuai dengan jenis penggolongannya ke dalam penelitian perpustakaan (library research), maka sudah dapat dipastikan bahwa data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur, baik yang bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder.
a.
Sumber primer: Adapun yang dimaksud dengan sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data atau dikumpulkan sendiri oleh peneliti. b.
Sumber sekunder: Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya melalui orang lain ataupun dokumen atau data yang dikumpulkan oleh orang lain.
19 4.
Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu: a. Kutipan langsung; yaitu peneliti mengutip pendapat atau tulisan orang secara langsung sesuai dengan aslinya, tanpa berubah.
b.
Kutipan tidak langsung; yaitu mengutip pendapat orang lain dengan cara memformulasikan dalam susunan redaksi yang baru.
5. Metode Pengolahan Data dan Analis
Metode pengolahan data nanti teknik yang akan digunakan yaitu: a.
Metode induktif yaitu, digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat khusus lalau menarik kesimpulan yang bersifat umum b.
Metode deduktif yaitu, digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat umum lalu menarik kesimpulan.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui Bagaimana konsepsi Hifdz al-nasl al maqasid al-syariah b. Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian kekerasan seksual terhadap istri c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Hifdz al-nasl terhadap kekerasan seksual istri 19 Lihat, Sumadi Suryabrata, Metodelitian penelitian (Cet. 1; jakarta: CV. Rajawali, 1983), h.
2. Kengunaan penelitian Kengunaan yang ingin dicapai penulis skripsi ini yaitu: a.
Kegunaan teoritis Secara teoritis penulisan proposal ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum umumnya dan hukum Islam khususnya, sehingga dapat memberikan dorongan untuk mengkaji lebih kritis dan serius lagi mengenai berbagai permasalahan dalam dunia hukum, terutama hukum Islam, mengenai kekerasan seksual terhadap istri perspektif hifdz al-nazl (keturunan).
b.
Kegunaan Praktis 1.
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang kekerasan seksual.
2. Dapat mengetahui proses terjadinya kekerasan seksual terhadap istri.
3. Dapat mengetahui pandangan hukum islam dalam kekerasan seksual terhadap istri.
BAB II Konsepsi Hifdz al-Nasl al-Maqasid al-Syariah A. Pengertian Hifdz al-Nasl Pengertian Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara kelangsungan keturunan
atau Hifdz Al-Nasl melalui perkawinan yang sah menurut agama, diakui oleh undang-undang dan diterima sebagai bagian dari budaya masyarakat. Dengan perkawinan yang sah menurut agama, pasangan suami istri tidak memiliki beban kesalahan/dosa untuk hidup bersama, bahkan memperoleh berkah dan pahala.
Keyakinan ini sangat bermakna untuk membangun sebuah keluarga yang dilandasi nilai-nilai moral agama.
Perkawinan yang juga sah menurut perundang-undangan yang berlaku menjadikan pasangan suami istri memperoleh kepastian dan perlindungan hukum sebagai warga negara bila terjadi kasus-kasus hukum dikemudian hari. Anak-anak memperoleh kejelasan status siapa ayah dan ibu mereka dihadapan hukum.
Perkawinan juga diterima sebagai bagain dari kultur lokal dimana masyarakat hidup. Lembaga keluarga memperoleh pengakuan dan diterima sebagai bagian dari masyarakat. Keluarga yang demikian akan memperoleh perlindungan dari masyarakat untuk hidup berdampingan berdasarkan tata aturan dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak. Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik, anak memiliki dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat untuk menjadi manusia dewasa.
Lembaga keluarga dalam kenyataanya bukan hanya sekedar tempat pertemuan antarkomponen yang ada didalamnya. Lebih dari itu, keluarga juga memiliki fungsi reproduksi, religius, rekreatif, edukatif, sosial, dan protektif.
Melalui fungsi reproduksi setiap keluarga mengharapkan akan anak saleh, keturunan yang berkualitas, sebagai perekat bangunan keluarga, tempat bergantung dihari tua, maupun sebagai generasi penerus cita-cita orang tua. Sebagai generasi penerus, suami istri umumnya mengharapkan agar anaknya kelak menjadi generasi yang berkualitas, sehat jasmani rohani, cerdas, bermoral, mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya serta taat kepada orang tua. Rasulullah berpesan agar mencari calon istri yang dapat memberikan keturunan yang baik. “Kawinlah olehmu perempuan yang
baik. Sebab, sesunggunya keturunan itu kuat pengaruhnya. (H.R . Ibnu „Addi).
Keluarga yang baik menurut pandanga islam biasa disebut dengan istilah
keluarga sakinah. Ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih yang permanen