Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum Nasional) - Repositori UIN Alauddin Makassar
Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak
di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam
dan Hukum Nasional)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
Islam Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan
Pada Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
Muhammad Hamka Syahrir
10300112089
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak
di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam
dan HukumNasional)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
Islam Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan
Pada Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
Muhammad Hamka Syahrir
10300112089
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muhammad Hamka Syahrir NIM : 10300112089 Tempat/tgl. Lahir : Watampone, 19 November 1994 Jurusan : Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : BTN Minasaupa blok M4 No.7 Judul : Tinjauan Yuridis Tentang Kasus Pencurian Yang Dilakukan
Oleh Anak di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum Nasional)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenannya batal demi hukum.
Makassar, 29 Desember 2016 Penyusun, Muhammad Hamka Syahrir
NIM: 10300112089
KATA PENGANTAR
AssalamuAlaikumWr.Wb
Segala puji bagi Allah swt tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan peradaban.
Puji syukur Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Hukum Pidana Islam pada fakultas syari’ah dan hukum UIN alauddin Makasaar.
Skripsi ini ditulis demi memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum Islam di fakultas syariah dan hukum UIN Alauddin Makassar. Adapun skripsi ini berjudul: “Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak
di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum
Nasional)”Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik yang bersifat moril spiritual, maupun materil, untuk itu penyusun pada kesempatan kali ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibunda dan ayahandaku tercinta, ibu Rosmini dan Syahrir Thahir yang telah merawat dan mendidikku dari kecil sampai sekarang dan kakak tercinta (Nurfitriana, Nuramalia dan Nursriwahyuni) serta segenap keluarga besarku yang senantiasa memberi perhatian dan motivasi agar selalu maju dan terus berusaha.
2. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si. Selaku Rektor UIN Alauddin Makassar.
Serta para Pembantu Rektor beserta seluruh staf dan karyawannya.
3. Prof. Dr. Darussalam, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan kepada penyusun.
4. Dra. Nila Sastrawati, M.Si selaku ketua jurusan dan Dr. Kurniati, S.Ag., M.Hi selaku sekretaris Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan serta stafnya atas izin, pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dr. Sohrah, M.ag selaku Pembimbing I dan Dr. Abd. Rahman Kanang, S.ag M.
Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan penulis dalam perampungan penyusunan skripsi ini.
6. Para Bapak/Ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pelayanan yang berguna dalam penyelesaian studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
7. Kepala perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta stafnya yang telah melayani dan menyediakan referensi yang dibutuhkan selama dalam penyusunan skripsi ini.
8. Para pemikir dan penulis yang karya-karyanya banyak penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini.
Upaya maksimal telah dilakukan dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin yaarabbalalamin.
Wassalamu’ AlaikumWr.Wb
Makassar, 29 Desember 2016 Penyusun, Muhammad Hamka Syahrir 10300112089
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. ii PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii TRANSLITERASI .................................................................................................... ix ABSTRAK ................................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................................
1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................
5 C. Pengertian Judul dan ruang lingkup penelitian ........................................
6 D. Kajian Pustaka ..........................................................................................
7 E. Metode Penelitian .....................................................................................
8 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................................
11 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCURIAN YANG DILAKUKAN
OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM NASIONAL
A. Konsepsi anak ........................................................................................... 13
B. Pengertian pencurian ................................................................................. 20
C. Pengertian tindak pidana ........................................................................... 22
D. Batas usia bagi pemidanaan anak dan sanksi hukumnya .......................... 25
E. Pertimbangan pidana dan perlakuan anak dalam proses peradilan ........... 33
BAB
III TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK DAN PENCURIAN MENURUT HUKUM ISLAM
A. Konsepsi anak menurut hukum Islam ....................................................... 40
B. Pengertian tindak pidana menurut hukum Islam ....................................... 41
C. Batas usia bagi pemidanaan anak dan sanksi hukumnnya menurut Hukum Islam ............................................................................................. 46
D. Pertimbangan pidana dan perlakuan anak yang melakukan pencurian Menurut hukum Islam ............................................................................... 50
BAB IV ANALISIS KASUS PENCURIAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR A. Ketentuan hukum Islam tentang pidana pencurian yang dilakukan Oleh anak di bawah umur ....................................................................... 55 B. Ketentuan hukum nasional tentang pidana pencurian yang dilakukan Oleh anak di bawah umur ....................................................................... 57 C. Penerapan sanksi hukum terhadap pencurian yang dilakukan oleh anak Di bawah umur ........................................................................................ 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 81 B. Saran ....................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ا ba b be ب ta t te ت sa es (dengan titik di atas) ث jim J Je
ج ha ha (dengan titik di bawah) ح kha kh Ka dan ha خ dal d de
د zal x zet (dengan titik di atas) ذ ra r er
ر zai z zet ز sin s es
س syin sy es dan ye ش sad s es (dengan titik di bawah)
ص dad d de (dengan titik di bawah) ض ta t te (dengan titik di bawah)
ط za Z zet (dengan titik di bawah) ظ
‘ain ‘ Apostrof terbalik ع gain G ge غ fa F ef
ف qaf Q qi ق kaf K ka
ك lam L el ل mim M em
م nun N en ن wau W we
و ha H ha ه hamzah ‘ apostrof ء ya Y ye
ى x
Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fathah A a َا kasrah
I I
ِا dammah U U
ُا
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda Nama Huruf Latin Nama
fathah dan yaa’ Ai a dani
َٔى
fathah dan wau Au a dan u
َؤ Contoh:
: kaifa َﻒْﯿَﻛ
: haula َلْﻮَھ xi
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harakat dan Nama Huruf dan Tanda Nama
Huruf Fathah dan alif atau A A dan garis di atas
َى…│ َا … yaa’ Kasrah dan yaa’
I I dan garis di atas ى
Dhammmah dan U U dan garis di atas ُو waw
Contoh: : maata
تﺎﻣ : ramaa
ﻰَﻣَر : qiila
ﻞْﯿِﻗ ُتْﻮُﻤَﯾ : yamuutu
4. Taa’ marbuutah
Transliterasi untuk taa’marbuutah ada dua, yaitu taa’marbuutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah [t].sedangkan taa’ marbuutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan taa’ marbuutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa’
marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].
Contoh : : raudah al- atfal
ُﺔَﺿْوَﺮِﻟﺎَﻔْﻃَﺎْﻟا xii
: al- madinah al- fadilah ُﺔَﻨْﯾِﺪَﻤﻟاُﺔَﻠِﺿﺎَﻔْﻟا
: al-hikmah ُﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا
5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydid( َ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tandasyaddah.
Contoh : : rabbanaa
ﺎَﻨﱠﺑَر : najjainaa
ﺎَﻨْﯿﱠﺠَﻧ : al- haqq
ﱡﻖَﺤْﻟا : nu”ima
َﻢﱢﻌُﻧ : ‘aduwwun
ﱞوُﺪَﻋ Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
ى kasrah ( ّﻲِﺑ) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i.
Contoh : : ‘Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly)
ﱞﻲِﻠَﻋ ﱞﻲِﺑَﺮَﻋ : ‘Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif
lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang ditransilterasikan
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). xiii
Contoh : ُﺲﻤﱠﺸﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ُﺔَﻟَﺰﻟﱠﺰﻟَا : al-zalzalah (az-zalzalah) ﺔَﻔَﺴﻠَﻔْﻟَا : al-falsafah
: al-bilaadu ُدﺎَﻠِﺒْﻟَا
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh : َنْوُﺮُﻣْﺎَﺗ : ta’muruuna
: al-nau’ ُعْﻮﱠﻨﻟا
: syai’un ٌءْﻲَﺷ ُتْﺮِﻣُا : umirtu
8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh : xiv Fizilaal Al-Qur’an Al-Sunnah qabl al-tadwin
9. Lafz al- Jalaalah (
ﮫّٰﻠﻟا) Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh : ِﮫّٰﻠﻟﺎُﻨْﯾِد diinullah ِﮫّٰﻠﻟاﺎِﺑ billaah Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-jalaalah, ditransliterasi dengan huruf [t].contoh :
hum fi rahmatillaah
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:
Wa ma muhammadun illaa rasul xv Inna awwala baitin wudi’ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur’an
Nazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali Al-Munqiz min al-Dalal Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-Walid
Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu) Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr
Hamid Abu)
B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dilakukan adalah : swt = subhanallahu wata’ala saw = sallallahu ‘alaihi wasallam a.s = ‘alaihi al-sallam H = Hijriah M = Masehi QS…/…4 = QS. Al-Baqarah/2:4 atau QS. Al-Imran/3:4 H = Halaman KUHP = Kitab Undang-undang Hukum Pidana
ABSTRAK
Nama : Muhammad Hamka Syahrir NIM : 10300112089 Jurusan : Hukum Pidana dan KetatanegaraanJudul : Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak
di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum Nasional)Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketentuan tindak pidana pencurian
menurut hukum Islam dan hukum nasional. Untuk menjawab permasalahan
tersebut, digunakan penelitian berupa Library Research (Penelitian Pustaka)
dengan menggunakan pendekatan Syar’i (Hukum Islam) dan yuridis normatif
(Hukum Nasional). Dalam penelitian ini penyusun menggunakan pendekatan
yuridis dan pendekatan syar’i yang berasal dari literatur-literatur bacaan antara
lain dari kitab-kitab, buku bacaan, sumber bacaan media massa maupun sumber
bacaan lainnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum Islam memandang secara
esensial tetap sebagai perbuatan yang melawan hukum dan jika sudah mampu
bertanggung jawab atas kejahatan dia akan dikenai hukuman. Akan tetapi anak
yang masih di bawah umur tidak bisa dipertanggungjawabkan secara pidana
terhadap tindak pidana atau jarimah yang dilakukannya. Dengan demikian anak di
bawah umur yang melakukan tindak pidana atau jarimah tidak bisa dihukum
secara pidana. Akan tetapi orang tua anak di bawah umur tersebut dihukum secara
perdata dengan membayar ganti rugi kepada korban, jika akibat tindak pidana
yang dilakukan anaknya itu menimbulkan kerugian materil kepada korban. Orang
tua dibebani kewajiban membayar ganti rugi karena tindak pidana atau jarimah
yang dilakukan anaknya sebagai akibat dari hasil didikan yang salah atau
kurangnya perhatian kepada anak. Konsekuensinya, adalah orang tua harus
bertanggungjawab.Sanksi hukum ter adap anak yang melakukan tindak pidana kejahatan
yang secara garis besar sanksi hukum tersebut ada 2 (dua) macam berupa pidana
dan tindakan sesuai bunyi Pasal 22 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997. Sanksi
hukum berupa pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Ada empat
macam pidana pokok sebagaimana diterapkan dalam Pasal 23 ayat 2 yaitu :
pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda, pidana pengawasan. Mengenai
pidana tambahan berdasarkan Pasal 23 ayat 3 (tiga) ada dua macam, yaitu :
perampasan barang-barang berharga tertentu, pembayaran ganti rugi.BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah negara yang didasarkan atas hukum (rechstaat),
tidak didasarkan kekuasaan belaka (mechstaat). Hal ini mengandung pengertian
bahwa negara (temasuk didalamnya segala perangkat pemerintah dan lembaga-
lembaga) dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Ada tiga prinsip dasar yang wajib
dihormati, ditaati, dan dijunjung tinggi oleh setiap warga negara, yaitu : supremasi
hukum, kesetaraan di depan hukum (equality before the law), dan penegakan
hukum harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan norma
1 hukum.
` Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap
anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak
yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak yang diratifikasi oleh Pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang
mengemukakan tentang prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu
1 Abdul Salam Siku, Perlindungan HAM saksi dan korban Dalam Peradilan Pidana
nondiskriminasi, kepentingan terbaik anak, kelangsungan hidup, tumbuh
2 kembang, dan menghargai partisipasi anak.
Upaya-upaya perlindungan anak harus telah dimulai sedini mungkin, agar
kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara.
Dalam Pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, ditentukan bahwa “Anak berhak atas
pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah
dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan lingkungan hidup yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan
wajar. ”Kedua ayat tersebut bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang
3 benar dan adil, untuk mencapai kesejahteraan anak.
Menurut data dari Departemen Sosial, jumlah kasus Anak yang Berkonflik
dengan Hukum (ABH) cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2008
terdapat setidaknya 6.500 kasus ABH, dan meningkat pada tahun 2009 menjadi
6.704 kasus. Namun, baru sedikit sekali jumlah ABH yang dapat tertangani secara
baik dan sesuai dengan kebijakan perlindungan anak. Menurut Komisioner
Bidang Anak Berhadapan dengan Hukum Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Apong Herlina, seperti dikutip Gatranews, di Indonesia setiap tahunnya
terdapat sekitar 7.000 anak berhadapan dengan proses peradilan setiap tahun.
Yang menguatirkan adalah dari jumlah itu, sekitar 90 persen diproses dan
2 Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2015), h. 1. 3 Nashriani, Perlindungan HUKUM PIDANA bagi anak di Indonesia (Jakarta: PT Raja
berakhir secara hukum formal, dengan vonis kurungan penjara. Berarti hanya
sekitar 10 persen saja kasus ABH yang mungkin selama ini telah diselesaikan
secara pantas sesuai dengan norma perlindungan anak yang berhadapan dengan
hukum. Sementara data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) untuk
kasus ABH dimana anak sebagai pelaku, selama tahun 2011 jumlah kasus
pengaduan yang sampai pada Komnas PA sebanyak 1.851 kasus, meningkat
dibanding tahun 2010 sebanyak 730 kasus. Dari kasus-kasus di tahun 2011 itu,
terbanyak adalah kasus pencurian (50 %), kemudian kasus kekerasan,
pemerkosaan, narkoba, dan penganiayaan. Hampir sama seperti temuan KPAI dari
kasus-kasus yang diadukan ke Komnas PA sejumlah 89,8 persen kasus berakhir
pada pemidanaan atau diputus pidana. Data dari KPAI dan Komnas PA di atas
menunjukkan masih sangat besarnya kecenderungan penanganan kasus ABH
kepada proses hukum formal hingga ke persidangan dan vonis pidana,
sebagaimana perlakuan pada kasus pelanggaran hukum pada orang dewasa.
Padahal kerangka kebijakan perlindungan anak mengamanatkan bahwa proses dan
4 tindakan hukum sedapat mungkin dijauhkan dari kasus ABH.
Dalam pandangan Islam perbuatan yang dikategorikan Jarimah (tindak
pidana, peristiwa pidana, atau delik) adalah perbuatan yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain atau masyarakat, baik terhadap fisik (anggota badan atau
jiwa), harta benda, keamanan, tata aturan masyarakat, nama baik, dan perasaan
maupun hal-hal yang lain dan harus dijunjung tinggi keberadaannya. Jadi, suatu
4 https://antoniuswiwankoban.wordpress.com/2012/01/05/kasus-anak-berhadapan-dengan-
perbuatan dianggap jarimah jika dampak dari perilaku tersebut menyebabkan
kerugian kepada pihak lain, baik dalam bentuk material maupun nonmateri atau
gangguan nonfisik, seperti ketenangan, ketentraman, harga diri, adat istiadat, dan
sebagainya.Pencuri adalah orang yang mengambil benda atau barang milik orang lain
5
secara diam-diam untuk dimiliki. Adapun Islam memberi hukuman berat
terhadap perbuatan mencuri. Dalam QS. Al-Maidah/5 : 38 Allah swt
Menyebutkan : Terjemah :
Adapun laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa,
6 Mahabijaksana.
Dalam Ayat ini menjelaskan, orang pencuri baik laki-laki atau perempuan
hendaklah dihukum dengan memotong tangannya, sebagai balasan kejahatan yang
dibuatnya, yaitu dipotong telapak tangannya hingga pergelangan, bila ia mencuri
seharga seperempat dinar atau lebih, dengan ada saksi dua orang laki-laki yang
7 adil atau dengan mengakui sendiri.
5 6 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.62.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Sygma, 2009), h. 114. Penyebab perbuatan yang merugikan diantaranya tabiat manusia yang
cenderung ingin menguntungkan diri sendiri walaupun hasil pilihan atau
perbuatan tersebut merugikan orang lain. Kenyataannya itulah yang memerlukan
kehadiran peraturan atau Undang-Undang. Akan tetapi, kehadiran peraturan
tersebut menjadi tidak berarti tanpa dukungan yang memaksakan seseorang untuk
memenuhi peraturan tersebut. Dukungan ini dalam bentuk penyertaan ancaman
hukuman atau sanksi yang menyertai kehadiran peraturan tersebut. Sanksi sangat
diperlukan untuk mendukung peraturan yang dikenakan pada perbuatan Tindak
Pidana, dengan harapan yang bersangkutan tidak mengulangi perbuatan tersebut
8 dan orang lain tidak meniru perbuatan yang sama.
Berdasarkan pembahasan tersebut, kasus ABH khususnya pencurian yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, maka hal ini yang menjadi alasan saya
mengangkat judul tersebut guna meninjau upaya hukum dan menyelesaikan
tentang permasalahan kasus pencurian oleh anak di bawah umur.
B. Rumusan Masalah
Setelah menguraikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan yang menjadi batasan objek pembahasan, adapun batasan
masalah yang dimaksud adalah bagaimana tinjauan yuridis terhadap pencurian
yang dilakukan oleh anak di bawah umur (analisis komparatif hukum Islam dan
hukum Nasional)?Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang terlalu luas maka pembahasan ini dibatasi dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Ketentuan Hukum Nasional dan Hukum Islam tentang
pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur?
2. Bagaimana penerapan sanksi hukum terhadap pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur ?
C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Pengertian Judul Untuk menghindari kesalahpahaman tentang pengertian judul, terasa perlu dikemukakan pengertian beberapa kata yang telah disebutkan pada penulisan judul. Dari pengertian kata-kata tersebut selanjutnya akan memberi
batasan dari judul yang akan dibahas. Adapun kata yang dimaksud adalah :
a. Yuridis adalah menurut hukum atau secara hukum
b. Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara
c. Pencurian adalah proses atau cara perbuatan mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah.
d. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih berada dalam kandungan.
9 Namun banyak literatur yang memberikan batasan umur anak yang berbeda-beda, dalam hal ini dapat di telusuri berdasarkan fase-fase perkembangan anak yang menunjukkan kemampuan atau kecakapan untuk bertindak. 9 Repubik Indonesia,“Undang-Undang RI No.35 Tahun 2014pasal 1 ayat 1tentang
e. Hukum Nasional adalah hukum yang yang sedang berjalan atau berlaku saat ini pada suatu negara f. Hukum Islam adalah hukum yang didasarkan pada wahyu Allah SWT (Al- Qur’an) dan Sunnah Rasul (Hadis)
Dari defenisi istilah-istilah di atas maka dapat disimpulkan tentang pengertian tinjauan yuridis tentang kasus pencurian oleh anak di bawah umur (analisis komparatif hukum Islam dan hukum Nasional) yaitu, mengkaji menurut hukum yang berjalan saat ini dan menurut hukum yang didasari oleh Al-Qu’ran dan Hadis tentang kasus pencurian oleh anak di bawah umur.
2. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup mengenai Analisis perbandingan menurut hukum Islam dan hukum nasional dalam kasus pencurian oleh Anak di bawah umur.
D. Kajian Pustaka
Berikut ini dikemukakan isi garis-garis besar beberapa bahan pustaka yang
telah penulis kumpulkan. Dari beberapa bahan pustaka tersebut dapat dirangkum
isi pokoknya sebgai berikut.1. Maidin Gultom, dalam bukunya Perlindungan Hukum Terhadap Anak
dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia menjelaskan bahwa perlindungan anak berkaitan erat dengan keadilan, karena dalam Peradilan Pidana Anak, rasa keadilan para penegak hukum yang menangani Anak memengaruhi tindakan-tindakannya. Apabila keadilan dihubungkan dengan Perlindungan Anak, maka dalam keadilan tercermin Perlindungan
Anak yang baik atau Perlindungan Anak yang baik mencerminkan keadilan, yang implementasinya adalah Hak-Hak Anak. Namun dalam
buku ini tidak menjelaskan upaya perlindungan anak secara spesifik.
2. Wagiati Soetodjo, dalam bukunya Hukum Pidana Anak menjelaskan atau membahas mulai dari gejala dan timbulnya kenakalan anak serta prosedur pemeriksaan serta batas pemidanaan anak hingga hak-hak atas perlindungan hukum.
3. Rika Saraswati, dalam bukunya Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia menjelaskan tentang situasi anak dan permasalahan hukum di Indonesia.
Namun dalam buku ini tidak menjelaskan secara spesifik tentang Prosedur hukum tentang anak.
4. Abdul Rahman, dalam bukunya Perlindungan Hukum Dan Pemenuhan Konstitusional Anak (Perspektif Hukum Internasional, Hukum Positif Dan Hukum Islam) menjelaskan tentang anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), upaya perlindungandan pemenuhan hak-hak Konstitusionalnya. Namun dalam buku ini tidak menjelaskan secara spesifik tentang sanksi hukuman dalam hukum Islam tentang kasus ABH.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf
keilmuan. Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga
merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.10 1. Jenis penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (Liblary Research) yang menggambarkan secara sistematis, normatif,
dan akurat terhadap objek yang menjadi pokok permasalahan.2. Pendekatan penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian, digunakan pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan yuridis Suatu metode penelitian yang menekankan pada suatu penelitian dengan melihat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terhadap tinjauan yuridis tentang kasus pencurian oleh anak dibawah umur.Dalam metode inisenantiasa berpedoman pada peraturan-peraturan yang masih berlaku.
b. Pendekatan syar’i
Syar’i adalah pendekatan yang dilakukan dengan jalan mempelajari dan menelaah ayat Al-Qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
11
10 Sugiyono, Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, R&D (Bandung: alfabeta, 2012), h.279. 11 Tim Penulis UIN Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya tulis Ilmiah
3. Sumber Data
Sumber data merupakan bahan-bahan yang diperoleh berdasarkan dari bahan hukum primer dan sekunder.
a. Bahan hukum primer : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai data pokok yang dianalisis dalam skripsi ini.
b. Bahan hukum sekunder :berupa buku-buku atau bahan-bahan hukum yang diambil dari pendapat atau tulisan-tulisan para ahli dalam perlindungan hukum dan hukum pidana terhadap kasus pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur untuk digunakan dalam membuat konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan penelitian ini dan dianggap sangat penting.
4. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data
a. Teknik pengelolahan data Pengolahan data dapat diartikan sebagai rangkaian proses mengelolah data yang diperoleh kemudian diartikan dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Metode pengolahan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1) Identifikasi data adalah pengenalan dan pengelompokan data sesuai dengan judul skripsi yang memiliki hubungan yang relevan. Data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan materi Tinjauan Yuridis terhadap Pencurian Oleh Anak dibawah Umur. 2) Reduksi data adalah kegiatan memilih dan memilah data yang relevan dengan pembahasan agar pembuatan dan penulisan skripsi menjadi efektif dan mudah untuk dipahami oleh para pembaca serta tidak berputar-putar dalam membahas suatu masalah.
3) Editing data yaitu proses pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui relevansi (hubungan) dan keabsahan data yang akan dideskripsikan dalam menemukan jawaban pokok permasalahan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang berkualitas dan faktual sesuai dengan literatur yang didapatkan dari sumber bacaan.
b. Analisi data Teknik analisis data bertujuan untuk menguraikan dan memecahkan masalah berdasarkan data yang diperoleh. Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kembali dengan data-data yang berasal dari literatur bacaan.
F. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang diklarifikasi sebagai berikut :
a) Tujuan Umum yaitu : Untuk mengetahui tinjauan yuridis terhadap pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
b) Tujuan khusus yaitu :
1. Untuk menelaah dan menguraikan hukum Islam terhadap Kasus Pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
2. Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap kasus pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur.
2. Kegunaan
a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis sebagai berikut: 1) Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat di pergunakan dan dimanfaatkan dalam disiplin ilmu hukum yang mengenai kasus pencurian oleh anak.
2) Memberikan kontribusi pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu Hukum dengan mencoba membandingkan antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Nasional.
b. Kegunaan Praktis 1) Memberikan pemahaman kepada kalangan intelektual dalam dunia akademisi dan masyarakat mengenai pandangan hukum Islam dan hukum Nasional tentang kasus anak di bawah umur.
2) Memberikan informasi baik kepada keluarga dan masyarakat dalam memberikan perlindungan anak sebagai tiang dan fondasi
generasi penerus masa depan keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara.BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM NASIONAL A. Konsepsi Anak Tidak ada keseragaman mengenai definisi anak dalam berbagai ketentuan
hukum karena hukum terdapat kemajemukan mengenai pengertian anak sebagai akibat setiap peraturan perundang-undangan memberi batas usia sendiri-sendiri mengenai apa yang dimaksud dengan anak. Pengaturan tentang pengertian anak tersebut terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berbeda sesuai dengan
1
bidang yang diaturnya. Oleh karena itu pengertian anak secara nasional didasarkan pada batas usia anak menurut Hukum Pidana maupun Hukum Perdata. Sedangkan secara Internasional defenisi anak tertuang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa mengenai Hak Anak atau United Nation Convention on The Right of The
Child Tahun 1989. Aturan Standar Minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Pelaksanaan Peradilan Anak atau United Nation Standart Minimum Rules for the
Adiministration of Juvinile Justice (“The Beijing Rule”) Tahun 1985 dan Deklarasi
Hak Asasi Manusia atau Universal Declaration of Human Right Tahun 1948. Secara Nasional defenisi anak menurut Perundang-Undangan, diantaranya menjelaskan anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum menikah. Ada juga yang mengatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 1 Hamzah Hasan, Kejahatan Kesusilaan Perspektif Hukum Pidana Islam (Makassar: Alauddin
(delapan belas) tahun. UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan, sedangkan Undang- undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Pengadilan Anak Pasal 1 Ayat 3 menjelaskan bahwa anak yang ber
adapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
2 melakukan tindak pidana .
Dalam berbagai peraturan Perundang-Undangan Indonesia, tidak terdapat penegasan tentang Kriteria Anak. Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menentukan bahwa belum dewasa apabila belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu kawin. Pasal 68 UU No. 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, menentukan bahwa anak adalah orang yang berumur di bawah 18
3 (delapan belas) tahun.
Menurut Hukum Adat, seseorang dikatakan belum dewasa bilamana seseorang itu belum menikah dan belum terlepas dari tanggung jawab orang tua.
Hukum Adat menentukan bahwa ukuran seseorang yang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi ukuran yang dipakai adalah dapat bekerja sendiri, cakap melakukan yang diisyaratkan dalam kehidupan masyarakat, dapat mengurus kekayaan sendiri. 2 Abdul Rahman, Perlindungan Hukum dan Pemenuhan HAK konstitusi Anak Perspektif
Hukum Internasional, Hukum Positif Dan Hukum Islam, (Makassar: Alauddin University Press, 2011),
h.39. 3 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Anak diPada hukum adat umumnya ukuran seseorang yang dikatakan anak ialah seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah.