PENERAPAN METODE READ, REPEAT DAN DISTRIBUTE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs SABILUL ULUM MAYONG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI - STAIN Kudus Repository

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Read, Repeat dan Distribute

1. Pengertian Metode Read, Repeat dan Distribute

  Metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut memperlancar kearah pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak

  1

  dicapai oleh tujuan pembelajaran. Menurut Abudin Nata metode berarti

  2 cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

  Sedangkan pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun

  3

  lulusan (output) pendidikan. Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang di laksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik

  4 akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.

  Sementara itu, tentang pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

  5 pembelajaran.

  1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 70 2 3 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 91 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm. 1 4 Ibid, hlm. 1

  Melihat pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode pembelajaran didefinisikian sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan

  6 pembelajaran.

  Menurut Darmiyati Zuchdi, dkk sebagaimana yang dikutip oleh Rini Dwi Susanti mendefinisikan membaca sebagai penafsiran yang bermakna

  7

  terhadap bahasa tulis. Menurut Acep Hermawan mendefinisikan membaca adalah 1) mengenali simbol-simbol tertulis, 2) memahami makna yang terkandung, 3) menyikapi makna yang terkandung dan

  8 4) implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari.

  Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat

  9 diketahui.

  Membaca dalam Islam memang dianjurkan, sebagaimana firman Allah SWT:

                          

  6 Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Pailkem, Bumi aksara, Jakarta, 2015, hlm. 7 7 Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 47 8 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm. 144 9 Henry Guntur Tarigan, Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Angkasa,

  Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepada

  10

  manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq:1-5) Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami bahwa membaca sangat dianjurkan sekali bagi seseorang, baik masih anak-anak maupun dewasa.

  Terlebih-lebih membaca buku agama atau buku PAI, sebab dalam buku PAI ini banyak mengajak para pembacanya untuk selalu ingat kepada Allah SWT, seperti membaca buku PAI yang berisi tentang sejarah Islam, sejarah para Rasul, dan lain sebagainya.

  Metode membaca yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa. Tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung siswa untuk membacakan pelajaran tertentu

  11 lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.

  Repetitive atau pengulangan memang sebuah metode yang dikenal

  dalam dunia pembelajaran. Seorang guru kerap meminta murid-muridnya untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan ketika belajar kembali di rumah. Tujuannya agar pelajaran yang telah diterima melekat

  12

  dalam ingatan. Dalam Al-Qur’an terdapat sebuah ayat yang menjelaskan pentingnya metode pengulangan. Sebagaimana firman Allah SWT:

           

  Artinya: “Dan Sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menyebabkan mereka tidak

  13 10 suka (terhadap pelajaran yang diberikan).” (Qs. Al-Isra’:41) Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq ayat 1-5, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 2010, hlm. 597 11 Hafiz Muthoharoh, “Metode Membaca”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal 19 September 2016 12 Artikel diambil melalui http://www.voa- islam.com/read/article/2012/03/28/18400/dahsyatnya-metode-repetitive-mengulang-untuk- mendidik-anak-shalih / diakses tanggal 19 September 2016 13 Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 41, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan Penerjemah Al-

  Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami bahwa metode repeat atau pengulangan adalah cara untuk memberikan pemahaman pada siswa dengan meminta siswanya untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan. Pengulangan dan dukungan nantinya akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung. Sebagaimana firman Allah SWT:

         

  Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (Qs.

14 Al-Hijr:87)

  Metode distribute atau metode praktek merupakan metode pembelajaran dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktek agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori

  15

  yang telah dipelajari. Metode ini umumnya dilaksanakan dalam pendidikan kejuruan, pendidikan profesi, dan diklat.

  Praktek merupakan upaya untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman mendorong siswa untuk merefleksi atau melihat kembali pengalaman-pengalaman yang mereka pernah alami.

2. Teknik Metode Read, Repeat dan Distribute

  Teknik metode membaca ini dapat dilakukan dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah itu guru menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan berganti-ganti (bergiliran). Setelah masing-masing siswa mendapat giliran 14 membaca, maka guru mengulangi bacaan itu sekali lagi dengan diikuti

  Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 87, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 2010, hlm. 180 15 Ribut Purwo Juono, ”Metode Pembelajaran”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal 17 September 2015 oleh semua siswa hal ini terutama pada tingkat-tingkat pertama; lalu kemudian guru mencatatkan kata-kata sulit atau baru yang belum diketahui siswa di papan tulis untuk dicatat di buku catatan untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata dan begitulah selanjutnya, hingga

  16 selesai topik-topik yang telah ditetapkan/ditentukan.

  Teknik metode pengulangan meliputi dua hal yaitu pengulangan berurut dan pengulangan serentak. Pengulangan berurut adalah guru menyampaikan hal yang sama dengan cara yang sama pada waktu yang berbeda. Pengulangan serentak adalah Guru menyampaikan hal yang sama

  17 dengan teknik berbeda dalam satu waktu.

  Teknik adalah sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan praktek, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari. Teknik mengajar ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa memiliki kerampilan motorik/gerak, mengembangkan kecakapan intelek dan memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain. Untuk kesuksesan pelaksanakan teknik praktek, seorang guru

  18

  haruslah memperhatikan prosedur yang disusun demikian:

  a. Guru harus memilih praktek yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan praktek sebelum mereka melakukan.

  b. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan praktek secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang di tentukan.

  16 17 Hafiz Muthoharoh, Loc. Cit Artikel diambil melalui http://khoirulumam92.blogspot.co.id/2013/05/makalah-metode- pembelajaran.html diakses tanggal 19 September 2016 18 Abdul Kadir Arno, “Metode Pembelajaran Praktek”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal

  19 September 2016 c. Guru memperhitungkan waktu/masa praktek yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, dan masa praktek itu harus menyenangkan dan menarik.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Read, Repeat dan Distribute

  Setiap metode dalam proses belajar mengajar tak lepas dari kelebihan dan kekurangan, satu sama lain saling melengkapi. Adapun kelebihan dan kekurangan metode read, repeat dan distribute adalah sebagai berikut:

  19 Kelebihan metode membaca/read adalah sebagai berikut:

  a. Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaan-bacaan berbahasa asing dengan fasih dan benar.

  b. Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan kaidah membaca yang benar.

  c. Tentu saja dengan pelajaran membaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa asing yang diajarkan, dengan demikian pengetahuan dan penguasaan bahasa anak menjadi utuh.

  20 Kekurangan metode membaca/read adalah sebagai berikut:

  a. Pada metode membaca ini, untuk tingkat-tingkat pemula terasa agak sukar diterapkan, karena siswa masih sangat asing untuk membiasakan lidahnya, sehingga kadang-kadang harus terpaksa untuk berkali-kali menuntun dan mengulang-ulang kata dan kalimat yang sulit ditiru oleh lidah siswa yang bukan dari bahasa asing yang sedang diajarkan. Dan dengan demikian metode ini relatif banyak menyita waktu.

  b. Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode membaca lebih menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengucapkan/melafalkan kata-kata dalam kalimat-kalimat bahasa asing yang benar dan lancar. Adapun arti dan makna kata dan kalimat 19 kadang-kadang kurang diutamakan.

  Hafiz Muthoharoh, Loc. Cit c. Pengajaran sering terasa membosankan, terutama apabila guru yang mengajarkan tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik bagi siswa. Dari segi tensi suarapun kadang-kadang cukup menjenuhkan karena masing-masing guru dan siswa terus-menerus membaca topik-topik pelajaran.

  21 Kelebihan metode pengulangan/repeat adalah sebagai berikut: a. Mengingatkan siswa pada pelajaran yang sebelumnya.

  b. Memperkuat pemahaman siswa pada materi.

  c. Mengoreksi kesalahpahaman siswa pada materi sebelumnya.

  22 Kekurangan metode pengulangan/repeat adalah sebagai berikut: a. Membuang waktu yang berlebihan.

  b. Membutuhkan waktu yang lebih banyak.

  c. Seringkali membuat siswa bosan.

  d. Ketidaksingkronan antara materi sebelumnya dengan materi yang di ulang.

  23 Kelebihan metode praktek/distribute adalah sebagai berikut:

  a. Diperolehnya perubahan perilaku ranah psikomotor dalam bentuk ketrampilan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesinya kelak.

  b. Mempermudah dan memperdalam pemahaman tentang berbagai teori yang terkait dengan praktek yang sedang dikerjakannya.

  c. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena pekerjaan yang dilakukan memberikan tantangan baru baginya.

  d. Meningkatkan kepercayaan diri siswa tentang profesionalisme yang dimilikinya.

  21 Artikel diambil melalui http://khoirulumam92.blogspot.co.id/2013/05/makalah-metode- pembelajaran.html diakses tanggal 19 September 2016 22 Ibid

  24 Kekurangan metode praktek/distribute adalah sebagai berikut: a. Memerlukan persiapan yang matang.

  b. Siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai kompetensi standar yang diperlukan dilapangan kerja sebenarnya.

  c. Memerlukan biaya yang tinggi untuk pengadaan bahan dan peralatan praktek.

  d. Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengoprasian serta pemeliharaan peralatan praktek.

  e. Memerlukan guru yang benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan yang akan dipraktekkan oleh siswa.

B. Kognitif

1. Pengertian Kognitif

  Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya

  knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi)

  ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan kenyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi

  25 (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.

  Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya cara dan intensitas pendayagunaan ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas benar.

  24 25 Ibid Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya,

  Al-Qur’an menyebutkan tentang kemampuan kognitif manusia dalam suarat As-Shood ayat 43 dan surat Al-Qiyamah ayat 17-18 yang berbunyi:

            

  Artinya: “Dan Kami anugerahi Dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagi

  26

  orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Qs. As-Shood:43)

           

  Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu” (Qs.

  27 Al-Qiyamah:17-18)

  2. Klasifikasi Perkembangan Kognitif

  Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Pieget mengklasifikasikan

  28

  perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:

  a. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun b. Tahap pre-operasional yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun c. Tahap concrete-operasional yang terjadi pada usia 7-11 tahun

  d. Tahap formal- operasional yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun.

  Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Domain ini memiliki enam tingkatan, mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai 26 tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan yang paling rendah menunjukkan

  Al Qur’an Surat As-Shood ayat 43, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Departemen Agama, Jakarta, 2012, hlm. 408 27 Al Qur’an Surat Al-Qiyamah ayat 17-18, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an Departemen Agama, Jakarta, 2012, hlm. 461 kemampuan yang sederhana , sedang yang paling tinggi menunjukkan kemampuan yang cukup komplek. Keenam tingkatan tersebut terdiri atas (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application

  knowledge

  (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis) dan evaluation

  29 (evaluasi).

  Knowledge atau pengetahuan berhubungan dengan mengingat

  kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya atau disebut dengan

  recall konsep-konsep yang khusus dan umum. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah.

  Comprehensif atau pemahaman adalah kemampuan memahami arti

  suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas/ merangkum pengertian. Kemampuan seperti ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.

  Application atau penerapan adalah kemampuan menggunakan atau

  menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi yang kongkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip atau teori. Kemampuan ini lebih tinggi nilainya dari pada pemahaman.

  Analysis (analisis) adalah kemampuan menguraikan atau

  menjabarkan sesuatu kedalam komponen atau bagian-bagian, sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal bagian- bagian, hubungan antar bagian serta prinsip yang digunakan dalam organisasinya.

  Synthesis (sintesis) kemampuan ini menunjukkan kepada upaya

  menghimpun bagian kedalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan tema rencana atau melihat hubungan abstrak dan berbagai informasi/fakta. Kemampuan semacam ini merupakan kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan kepada berbagai informasi atau fakta.

  Evaluation (evaluasi) berkenaan dengan kemampuan membuat 29 penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.

  Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal (seperti organisasinya),

  30 ataupun eksternal (relevansinya untuk maksud tertentu).

  Keenam jenjang di atas berkelanjutan dan tumpang tindih dimana aspek yang lebih tinggi, evaluasi, meliputi aspek lainnya. Maka kemampuan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling tinggi, evaluasi. Aspek kognitif dapat diukur melalui tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non-obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portofolio dan performance.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

  Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu saja. Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak.

  a. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.

  Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya. b. Latihan dan Pengalaman Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya.

  Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan- latihan dan pengalaman.

  c. Interaksi Sosial Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi antara teman sebaya maupun orang-orang terdekatnya.

  d. Ekuilibrasi Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean

  . Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi

  Piaget 31 faktor penentu bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri.

  Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya.

C. Psikomotorik

1. Pengertian Ranah Psikomotor

  Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatn yang melibatkan otot-otot juga gerakan- gerakannya. Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulus atau rangsangan

  32 terhadap kegiatan organ-organ fisik.

  Perkataan psikomotor berhubungan dengan kat “motor, sensory

  motor perceptual motor” . Jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan

  31 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2267897-faktor-yang- mempengaruhi-perkemban gan-kognitif, 15/04/2015 kerja otot sehingga menyebabkan gerakanya tubuh atau bagian-bagiannya.

  33 Yang dimaksud gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana.

  Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugas-tugas selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah ketermpilan ranah karsa yang berlangsung berkaitan dengan bidang studi garapannya.

  Secara garis besar, kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu: a. Kecakapan fisik umum, yang direfleksikan dalam benuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan, dan sebaginya yang tidak langsung berhubungan dengan aktifitas mengajar.

  b. Kecakapan ranah karsa guru yang khusus, meliputi keterampilan- keterampilan ekspresi verbal dan non verbal tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar mengajar.

  Dalam merefleksikan ekspresi verbal, guru sangat diharapkan terampil, dalam arti fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan para siswa atau mengomentari anggapan dan pendapat mereka.

  Adapun mengenai keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasi guru dalam hal mendemonstrasikn apa-apa yang terkandung dalam materi pelajaran. Kecakapan itu meliputi: memperagakan proses terjadinya sesuatu, memperagakan penggunaan alat atau sesuatu yang sedang dipelajari, dan memperagakan prosedur melakukan keterampilan praktis

  34 tertentu sesuai dengan penjelasan verbal yang telah dilakukan guru.

33 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002,

  hlm. 122

2. Evaluasi Hasil Belajar Psikomotor

  Cara yang dipandang tepat mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa,

  35 tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung.

  Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan tehadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam praktek shalat sunnah dimulai dari pengetahuan mengenai syarat dan rukun shalat, pemahaman tentang alat atau perlengkapan yang digunakan dalam shalat dan penggunannya (aplikasinya), kemudian baru cara menggunakan dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain cara memakai perlengkapan shalat dan benar, kemudian melaksanakan rukun dan syarat shalat, cara membaca lafad-lafadh shalat dan sebagainya. Ini semua tergantung kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat

  36 tercapai.

  Indikator dan cara evaluasi prestasi ranah psikomotor, adalah sebagai

  37

  berikut:

  a. Keterampilan bergerak dan bertindak, artinya dapat mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya.

  b. Kecekapan ekspresi verbal dan non verbal, artinya dapat mengucapkan, membuat mimik dan gerakan jasmani.

  Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yaitu: 35 1) Gerakan refleks (kerampilan pada gerakan yang tidak sadar). 36 Muhibbin Syah, Op. Cit, hal. 156 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 182

  2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain.

  4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan yang sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive seperti gerakan ekspresif dan interpreatif.

  Hasil belajar yang ditentukan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenaryna dalam kadar

  38 tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

D. Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih

  Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih Ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih Muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam

  39

  melalui keteladanan dan pembiasaan. Fiqih sendiri secara etimologis artinya memahami sesuatu secara mendalam, adapun secara terminologis Fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang

  40 38 diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

  Nana Sujdana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, bandung, 2009, hal. 31 39 Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fiqih, Depag RI, Jakarta, t.th, hal. 141 40 Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009,

  2. Standar Kompetensi Bahan Kajian

  Landasan al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah, berkahlak mulia yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam sekitar, mampu menjaga kemurniaan syariat Islam. Memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi dengan dalil-dalil naqli (al Qur’an dan Hadits) dan dalil-dalil aqli, menumbuhkan ketaatan menjalankan syariat Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi

  41

  dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Sehingga kompetensi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama belajar, yang tercermin dari perilaku afektif dan psikomotorik siswa dengan didukung oleh kualitas akademis yang memadai.

  3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih

  Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah

  42 Tsanawiyah kelas VII meliputi:

  a. Fiqih ibadah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti tata cara taharah, salat, puasa, zakat dan ibadah haji.

  b. Fiqih muamalah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

  4. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

  Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk

  

43

  membekali peserta didik agar dapat:

  41 42 Tim Penyusun, Op.Cit, hlm. v Tim Penyusun, Op.Cit, hlm. v a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

  b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.

5. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih

  Fungsi dari pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah

  44

  sebagai berikut:

  a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

  b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.

  c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat.

  d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan Allah SWT serta akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluaraga.

  e. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

  f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari- hari.

44 Irzu, “Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih”, Artikel diambil dari

  

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244868-tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-fiqih / , g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

E. Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan oleh Siti Khomsiatun dengan judul Peranan Orang Tua terhadap Membaca Buku PAI Siswa Kelas VII di SMP 1 Todanan Blora Tahun Pelajaran 2010/2011, bahwa hasil analisis product moment bahwa studi tentang peranan orang tua terhadap membaca buku PAI siswa kelas VII di SMP 1 Todanan Blora tahun pelajaran 2010/2011 sebesar adalah 0,824 kemudian dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5% = 0,195 dan 1% = 0,256, sehingga r hitung lebih besar daripada r tabel (r > r ), artinya adanya

  o t

  hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel, yaitu variabel peranan orang tua terhadap membaca buku PAI siswa kelas VII di SMP 1 Todanan Blora tahun pelajaran 2010/2011. Besarnya koefisien determinasi (R) sebesar 0,678976 atau 67,89%. Hal ini berarti pengaruh peranan orang tua terhadap membaca buku PAI siswa kelas VII di SMP 1 Todanan Blora tahun

  pelajaran 2010/2011 sebesar 67,89%, sedang sisanya 100%-67,89% = 32,11% yang merupakan pengaruh variabel lain yang belum diteliti oleh penulis. Dari hasil tersebut terdapat persamaan regresi y = a + bx, dimana y = 8,261 + 0,794

  45 (10) = 8,261 + 7,94 = 16,201.

  Penelitian yang dilakukan oleh Juipah judul Pengaruh Metode Demonstasi terhadap Peningkatan Psikomotorik Siswa di SD 1 Sumber Agung Blora Tahun Pelajaran 2007/2008, bahwa dijelaskan dalam proses belajar mengajar, guru harus berusaha memaksimal metode belajar yang digunakan agar siswa aktif dan kreatif secara optimal. Oleh sebab itu guru harus pandai berinteraksi dengan siswa dengan cara-cara yang membuat aktif para siswa.

  Agar di dalam mengajar tidak terjadi pembelajaran yang monoton, maka seorang guru harus tahu strategi pembelajaran yang efektif. Di antaranya adalah dengan metode pembelajaran, yaitu demonstrasi. Dengan demikian 45 Siti Khomsiatun, “Peranan Orang Tua terhadap Membaca Buku PAI Siswa Kelas VII di

  

SMP 1 Todanan Blora Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi, Jurusan Tarbiyah/PAI, STAIN keterampilan siswa akan menjadi luas dan dalam serta dapat bertahan lama apabila didapatkan melalui suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebaliknya kalau dalam proses belajar mengajar itu kurang terjadi keterlibatan intelektual-emosional siswa, maka kulaitas dan kuantitas pengetahuan siswa juga akan berkurang. Hal yang sama juga akan terjadi pada bidang ketrampilan (skill) maupun bidang sikap dan nilai (afektif), yakni kualitas dan kuantitasnya akan sangat bergantung kepada tingkat keterlibatan siswa dalam

  46 proses belajar mengajar.

F. Kerangka Berpikir

  Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar komunikasi antara siswa dan guru berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian, media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Salah satunya menggunakan metode.

  Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Metode membaca adalah sebagai penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis. Metode repeat atau pengulangan adalah cara untuk memberikan pemahaman pada siswa dengan meminta siswanya untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan ketika belajar kembali di rumah. Pengulangan dan dukungan nantinya akan

46 Juipah, “Metode Demonstrasi terhadap Peningkatan Psikomotorik Siswa di SD 1

  

Sumber Agung Blora Tahun Pelajaran 2007/2008” Skripsi, Jurusan Tarbiyah/PAI, STAIN Kudus, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung.

  Metode atau metode praktek merupakan metode

  distribute

  pembelajaran dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktek agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari. Metode ini umumnya dilaksanakan dalam pendidikan kejuruan, pendidikan profesi, dan diklat.

  Dengan adanya metode tersebut akan memberikan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa. Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya cara dan intensitas pendayagunaan ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas benar. Psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakannya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang dimaksud gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA METODE PROBLEM SOLVING DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs. SABILUL ULUM MAYONG LOR MAYONG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA METODE PROBLEM SOLVING DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs. SABILUL ULUM MAYONG LOR MAYONG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 26

PENGARUH METODE INQUIRY DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA DARUL ULUM PURWOGONDO KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 8

PENGARUH METODE INQUIRY DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA DARUL ULUM PURWOGONDO KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 36

PENGARUHMETODE TUGAS DAN METODE ESPOSITORI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII DI MTS N 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 31

PENGARUHMETODE TUGAS DAN METODE ESPOSITORI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII DI MTS N 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 21

IMPLEMENTASI TEKNIK CONSEQUENCE WHEEL DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS BERFIKIR MANDIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS ISMAILIYYAH NALUMSARI JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 3 10

IMPLEMENTASI MODEL DISKURSUS MULTY REPRECENTACY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS SABILUL ULUM MAYONG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 1 24

IMPLEMENTASI MODEL DISKURSUS MULTY REPRECENTACY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS SABILUL ULUM MAYONG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 3 42

ANALISIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI APLIKASI E-BOOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS SABILUL ULUM MAYONGLOR MAYONG JEPARA - STAIN Kudus Repository

0 0 18