Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan sangat di pengaruhi oleh kondisi wilayahnya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih 45.519,24 Km

  Propinsi Sulawesi Selatan

  6.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH KEGIATAN PENDAMPINGAN KAB SELAYAR A. GAMBARAN UMUM SULAWESI SELATAN.

1. Geografi Wilayah

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan sangat di pengaruhi oleh kondisi wilayahnya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih 45.519,24

2 Km . Secara administratif dibagi dalam 24 (dua puluh empat) wilayah

  kabupaten/kota. Wilayah yang terluas adalah Kabupaten Luwu Utara dengan luas

  2

  wilayah kurang lebih 7.502,68 km atau 16,48 % dari total luas keseluruhan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki wilayah terkecil

  2

  adalah Kota Parepare dengan luas 99,33 km atau 0,22 % dari total luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan berada pada 0º12´ - 8º LS dan 116º48´ - 122º36´ BT dengan batas administrasi wilayah sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat  Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores  Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara  Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar 2.

   Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

  Struktur lapisan dan jenis tanah serta batuan di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya terdiri atas 3 jenis batuan beku meliputi Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gabro serta beberapa intrusi kecil lainnya, juga dijumpai batuan beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku dan bersusun blastik hingga andesitik. Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari material yang bersusunan brangkal, kerakal, kerikil, pasir hingga lempung. Kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan.

  Propinsi Sulawesi Selatan 3. Hidrologi

  Keadaan hidrologi Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah wialayah kota yang mengalami genangan periodik. Sumber air permukaan berasal dari beberapa sungai yang ada di wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan. Pada kondisi tertentu terutama pada saat musim hujan sungai tersebut mempengaruhi sebahagian wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan.

  4. Tata Guna Lahan

  Kondisi tata guna lahan di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum terdiri atas; sawah, perkebunan, perumahan/permukiman, tambak, fasilitas sosial ekonomi, dan lahan yang tidak dimanfaatkan (kosong). Pergeseran pemanfaatan lahan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum belum mengalami perubahan yang cukup siniknifikan hanya pada beberapa bagian wilayah, akibat terjadinya peningkatan pembangunan yang dilakukan pemerintah,swasta dan masyarakat.

  5. Demografi dan Kependudukan

  Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2010 berdasarkan registrasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8.034.776 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.896.635 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.138.141 jiwa.

  a.

  Perkembangan Jumlah Penduduk Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

  2010-2014 untuk masing-masing kabupaten mengalami kenaikan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,1 % dengan tingkat laju pertumbahn tertinggi berada di Kota Palopo sebsar 2,7 persen, kemudian Kabupaten Luwu Timur dengan tingkat pertubuhan 2,5 persen, Kabupaten Gowa

  Propinsi Sulawesi Selatan

  16 Enrekang 182.967 185.527 192.800 194.600 196.400

  10 Barru 159.090 160.428 167.500 168.400 169.300

  11 Bone 693.089 699.474 724.900 729.500 734.100

  12 Soppeng 226.804 228.181 224.800 225.200 225.500

  13 Wajo 373.067 375.833 387.800 389.300 390.600

  14 Sidrap 246.816 248.769 276.300 279.800 283.300

  15 Pinrang 338.669 342.852 355.300 358.300 261.300

  17 Luwu 316.141 320.205 337.000 340.500 343.800

  8 Maros 296.071 299.662 324.100 328.000 331.800

  18 Tana Toraja 444.339 452.663 223.300 224.800 226.200

  19 Luwu Utara 297.392 305.468 291.400 294.400 297.300

  20 Luwu Timur 218.063 224.383 250.200 256.700 263.000

  21 Toraja Utara *) - - 219.100 220.800 222.400

  22 Makassar 1.216.746 1.235.239 1.365.000 1.387.000 1.408.100

  23 Parepare 115.008 116.309 131.500 133.400 135.200

  9 Pangkep 287.838 291.506 310.300 313.700 317.100

  7 Sinjai 221.064 223.522 231.400 233.200 234.900

  1,6 persen. Sementara itu kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan penduduk terendah berada pada Kabupaten Soppeng dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,2 persen, kemudian Kabupaten Wajo dengan 0,4 persen, Kabupaten Barru dengan 0,4 persen, Kabupaten Bone 0,6 persen, Kabupaten Tanah Toraja dan Bantaeng dan Bulukumba 0,7 persen, Kabupaten Sinjai dan Toraja Utara 0,8 persen. Sementara kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan dengan laju pertumbuahan antara 1-2 persen. Lebih jelasnya terkait laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan dapat di lihat pada Tabel 6.1.

  6

  

Tabel 6.1.

Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Dirinci Berdasarkan Kabupaten Tahun 2010-2014 No Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbu han (%) 2010 2015 2012 2013 2014

  1

  2

  3

  4

  5

  7

  6 Gowa 583.021 594.423 668.900 682.600 696.100

  8

  1 Selayar 115.908 117.860 124.100 125.600 127.200 1,2 0,7 0,7 0,7 1,2 2,0 0,8 1,2 1,1 0,5 0,6 0,2 0,4 1,3 0,8 0,9 1,0 0,7 1,0 2,5 0,8 1,6 1,4 2,7

  2 Bulukumba 381.874 386.239 399.000 401.900 404.900

  3 Bantaeng 170.049 171.468 178.600 179.800 181.000

  4 Selayar 328.343 330.379 346.300 348.700 351.100

  5 Takalar 249.348 252.270 273.900 277.200 280.600

  24 Palopo 133.293 137.595 152.600 156.600 160.800

  Propinsi Sulawesi Selatan

  

1 Selayar 903,50 127.200 13,509

  

15 Pinrang 1.961,77 261.300 17,903

  

14 Sidrap 1.883,25 283.300 14,438

  

13 Wajo 2.506,20 390.600 15,366

  

12 Soppeng 1.359,44 225.500 16,465

  

11 Bone 4.559,00 734.100 15,742

  

10 Barru 1.174,71 169.300 14,130

  

9 Pangkep 1.112,29 317.100 27,487

  

8 Maros 1.619,12 331.800 19,702

  

7 Sinjai 819,96 234.900 27,913

  

6 Gowa 1.883,32 696.100 34,670

  

5 Takalar 566,51 280.600 47,590

  

4 Selayar 749,79 351.100 37,937

  

3 Bantaeng 395,83 181.000 44,640

  

2 Bulukumba 1.154,67 404.900 34,171

  5

  Pada Tabel 2.2 tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.369.606 jiwa. Sedangkan penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar dengan jumlah penduduk sebanyak 122,055 jiwa.

  4

  3

  2

  1

  Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km 2 )

  Tabel 6.2.

Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tahun 2014

No

  2 .

  , sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Luwu Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 4 jiwa/km

  2

  Tabel 2.3, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar berada di Kota Makassar dengan kepadatan penduduk sebesar 761 jiwa/km

  . Penduduk Provinsi Sulawesi terdistribusi pada 24 (dua puluh empat) wilayah kabupaten/kota, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

  2

  Distribusi dan Kepadatan Penduduk Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 berjumlah 8,034,776 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 176 jiwa/km

  b.

  

16 Enrekang 1.786,01 196.400 10,652

  Propinsi Sulawesi Selatan

  

20 Luwu Timur 6.944,88 263.000 3,500

  

21 Toraja Utara 1.151,47 222.400 18,825

  

22 Makassar 175,77 1.408.100 761,599

  

23 Parepare 99,33 135.200 130,134

  

24 Palopo 155,19 160.800 59,766

Jumlah 45.764,53 8.342.000 176

  Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

6. Fasilitas Sosial Ekonomi

  Fasilitas diartikan sebagai wadah atau tempat manusia melakukan berbagai aktifitas, berfungsi melayani kebutuhan masyarakat di dalam suatu unit lingkungan. Jenis aktifitas pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar, yaitu fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial. Fasilitas sosial diartikan sebagai wadah aktifitas yang melayani kebutuhan penduduk yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental, dan spiritual dalam bentuk; perumahan, peribadatan, pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi. Fasilitas ekonomi diartikan sebagai wadah untuk melakukan aktifitas ekonomi dalam bentuk fasilitas perdagangan, industri, dan aktifitas ekonomi lainnya.

  a.

  Perumahan dan Permukiman Klasifikasi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya di lihat dari segi; luas kavling, tipe perumahan, kondisi perumahan, dan pola pembentukan permukiman. Kondisi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan di bedakan atas tiga jenis, antara lain; rumah permanen, semi permanen, dan darurat/temporer. Hasil survey di lapangan secara umum menunjukkan bahwa kondisi bangunan/rumah yang ada mayoritas termasuk dalam klasifikasi permanen, semi permanen dan sebagian kecil temporer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat / perorangan, masih bersifat alami. Pola perumahan yang terbentuk cenderung mengelompok (concentric) pada suatu kawasan, dan berkembang secara linear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai. Hasil survey lapangan yang dilakukan

  Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 sebanyak 2.008.696 unit yang tersebar pada 24 wilayah kabupaten/kota.

  

19 Toraja Utara 297.300 71.868 3,58

  

13 Wajo 390.600 96.277 4,79

  

14 Sidrap 283.300 67.978 3,38

  

15 Pinrang 261.300 87.780 4,37

  

16 Enrekang 196.400 47.562 2,37

  

17 Luwu 343.800 83.121 4,14

  

18 Tana Toraja 226.200 55.270 2,75

  

20 Luwu Utara 263.000 60.767 3,03

  

11 Bone 734.100 179.421 8,93

  

21 Luwu Timur 222.400 54.191 2,70

  

22 Makassar 1.408.100 334.666 16,66

  

23 Parepare 135.200 32.316 1,61

  

24 Palopo 160.800 36.983 1,84

Jumlah 8.342.000 2.008.696 100,00

  Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

  Tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah rumah terbanyak berada di Kota Makassar, jumlah rumah sebanyak 334.666 unit atau 16,66 %. Sedangkan jumlah rumah terkecil berada di Kepulauan Selayar sebanyak 30.514 unit atau 1,52 %.

  b.

  

12 Soppeng 225.500 55.957 2,78

  

10 Barru 169.300 41.496 2,06

  Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

  5

Tabel 6.3 Jumlah Unit Rumah di Provinsi Sulawesi Selatan

  No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah (Unit) Persentase (%)

  1

  2

  3

  4

  

1 Selayar 127.200 30.514 1,52

  

9 Pangkep 317.100 76.434 3,81

  

2 Bulukumba 404.900 98.640 4,91

  

3 Bantaeng 181.000 44.173 2,19

  

4 Selayar 351.100 85.675 4,27

  

5 Takalar 280.600 67.401 3,36

  

6 Gowa 696.100 163.235 8,13

  

7 Sinjai 234.900 57.220 2,85

  

8 Maros 331.800 79.751 3,97

  Pendidikan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  luar sekolah. Ketersediaan sarana tersebut merupakan indikator untuk menilai tingkat pendidikan dan wawasan berpikir masyarakat, termasuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 6. 4.

  

Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan

No Kabupaten/Kota Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit)

TK SD SLTP SMU PT

  2

  45

  19 Luwu Utara 136 251 104

  36

  70

  

37

  87

  18 Tana Toraja

  17 Luwu 161 281 115

  20 Luwu Timur 134 162

  32

  58

  16 Enrekang 115 232

  33

  80

  15 Pinrang 175 347

  31

  21

  56

  14 Sidrap 135 245

  26

  Tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas pendidikan terbanyak berada di Kota Makassar, dengan total jumlah sarana pendidikan sebanyak 1.348 unit mulai dari tingkat TK sampai Perguruan SMU sederajat. Sedangkan jumlah

  Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

  41 Jumlah 3.615 6.744 1.999 1.054

  27

  

79

  51

  24 Palopo

  30

  32

  

98

  68

  23 Parepare

  22 Makassar 383 535 205 225

  34

  52

  21 Toraja Utara 84 191

  60

  35

  3

  3 Bantaeng 42 146

  35

  61

  5 Takalar 120 246

  47

  4 Selayar

97 315 105

  25

  43

  45

  63

  2 Bulukumba 302 381 103

  45 13 189

  1 Selayar 139 156

  7

  6

  5

  

4

  6 Gowa 292 486 153

  7 Sinjai 162 273

  80

  53

  1

  26

  63

  12 Soppeng 112 279

  57

  11 Bone 441 751 189

  23

  10 Barru 82 227

  77

  40

  86

  9 Pangkep 69 318

  57

  84

  8 Maros 101 275

  30

  13 Wajo 127 433

  Propinsi Sulawesi Selatan c.

  1

  18 Tana Toraja

  1 21 104 20 377

  17 Luwu

  70 13 266

  13

  1

  16 Enrekang

  52 15 350

  15

  15 Pinrang

  20

  41 14 315

  14

  3

  14 Sidrap

  54 22 432

  22

  2

  13 Wajo

  45 17 313

  3

  68 25 255

  1

  37

  Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015

  22 9 130 Jumlah 72 413 1.210 348 8.944

  10

  5

  24 Palopo

  6 17 - 115

  8

  23 Parepare

  47 36 953

  29

  19 Luwu Utara

  22 Makassar

  24 13 210

  22

  21 Toraja Utara -

  14 58 - 246

  1

  20 Luwu Timur

  65 9 322

  12

  2

  17

  12 Soppeng

  Kesehatan Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan indikator peningkatan kualitas hidup masyarakat. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat akan membantu untuk meningkatkan usaha produksi terutama bagi masyarakat yang belum terjangkau akan pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

  13

  1

  4 Selayar

  22 12 230

  12

  1

  3 Bantaeng

  1 17 - - 482

  2 Bulukumba

  61 13 248

  1

  55 17 413

  1 Selayar

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  No Kabupaten/ Kota Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit) Rumah Sakit Puskesmas Pustu Puskesmas Keliling Posyandu

Tabel 6.5 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan

  17

  5 Takalar

  78 36 915

  3

  36

  2

  11 Bone

  33 11 238

  10

  1

  10 Barru

  63 15 346

  19

  9 Pangkep

  1

  1 14 - - 392

  8 Maros

  63 15 316

  15

  2

  7 Sinjai

  1 23 123 22 671

  6 Gowa

  45 14 409

  14

  Tabel di atas, menunjukkan bahwa jenis fasilitas kesehatan di Provinsi

  Propinsi Sulawesi Selatan

  unit. Untuk fasilitas kesehatan pada tiap kabupaten/kota, yang terbanyak berada di Kota Makassar dengan jumlah 1.102 unit dan fasilitas kesehatan yang paling sedikit berda di Kota Parepare dengan jumlah sebanyak 146 unit.

  d.

  Peribadatan Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Jumlah dan jenis fasilitas peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

  

Tabel 6. 6.

Jumlah dan Jenis Fasilitas Peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan

No Jenis Fasilitas Jumlah Persentase

  Kesehatan (Unit) (%)

  1

  2

  3

  4

  1 Mesjid 12.670 73,68

  2

  • Langgar
  • 3 Mushallah

  4 Gereja Katholik & Gereja Protestan 2.436 14,16

  5 Pura 2.065 12,01

  6 Vihara 26 0,15

  Jumlah 17.197 100,00 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015 7.

   Prasarana Wilayah

  Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu wilayah. Prasarana yang dimaksud meliputi; prasarana jalan, jaringan irigasi, jaringan listrik dan jaringan telepon dipergunakan untuk mendukung kelancaran aktifitas atau kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan suatu wilayah.

  a.

  Karakteristik dan Fungsi Jaringan Jalan Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan.

  Hubungan utama antar kawasan internal dan eksternal lokasi perencanaan dilakukan dengan menggunakan transportasi darat dengan dukungan ketersediaan jaringan jalan. Sediaan sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di lokasi perencanaan dikategorikan sebagai berikut; aspal/beton, pengerasan dan jalan tanah. Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di wilayah perencanaan untuk masing-masing kabupaten umumnya dalam kondisi aspal, jalan perkerasan, jalan tanah dan sebahagian menggunakan jalan paving blok.

  b.

  Kondisi Jaringan Drainase Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase di wilayah perencanaan terdiri dari drainase primer, sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).

  c.

  Kondisi Jaringan Air Bersih Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air bersih yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat diwilayah perencanan bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dari hasil survey lapangan, kondisi air bersih yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.

  d.

  Kondisi Jaringan Listrik Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang penerangan rumah tangga, kegiatan industri dan kegiatan lainnya, oleh karena itu listrik memegang peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  penerangan. Pemenuhan kebutuhan akan jaringan listrik di wilayah perencanaan dewasa ini umumnya sudah terlayani jaringan listrik.

  e.

  Kondisi Jaringan Telepon Salah satu prasarana yang efisien dan cepat untuk mendapatkan akses pelayanan informasi dan komunikasi adalah penyediaan prasarana jaringan telepon.

  Penggunaan jaringan telepon sangat penting dalam penerimaan informasi baik untuk kegiatan bisnis dan proses yang dilakukan masyarakat untuk berinteraksi. Ketersediaan prasarana telepon yang ada saat ini berupa telepon rumah tangga, warung telekomunikasi (wartel) dan penggunaan telepon seluler.

  f.

  Kondisi Sistem Pelayanan Persampahan Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan.

  Kondisi sistem pelayanan persampahan di wilayah perencanaan perlu ditingkatkan dengan penyediaan tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem pewadahan dengan tersedianya countainer dan armada pengangkutan ke lokasi TPA.

  g.

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah Air limbah merupakan air hasil buangan yang memerlukan pewadahan dan tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari industri. Kondisi pengolahan air limbah di wilayah perencanaan untuk jangka pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi limbah umumnya berasal dari aktifitas limbah hasil rumah tangga, namun untuk jangka panjang diperlukan suatu pewadahan untuk mengalirkan dan membuang hasil limbah tersebut. Sedangkan limbah yang berasal dari industri besar umumnya sudah tersedia tempat penampungan atau pengelolaan limbah yang dikelola oleh unit-unit industri.

  Propinsi Sulawesi Selatan B. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR.

2.1. Kondisi Umum

  Sebagai satu

  • – satunya kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari jazirah pulau Sulawesi dan dikelilingi oleh laut yang sangat luas yang membentang dari utara ke selatan, bahkan laut Flores menjadi cakupan wilayah administrasi dan wilayah eksploitasi, maka basis pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar diarahkan secara proporsional dengan fokus kelautan yang bertumpu pada sektor perikanan dan pariwisata.

2.1.1. Kondisi Geografis

  Kabupaten Kepulauan Selayar yang ber-ibukota di kota Benteng merupakan wilayah kepulauan yang terletak antara 5° 42' - 7° 35' Lintang Selatan dan 120° 15' - 122° 30' Bujur Timur yang berbatasan dengan :

  • : Laut Flores (Nusa Tenggara Timur)

  : Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan Sebelah Utara

  Sebelah Timur

  • Sebelah Selatan : Laut Flores (NTT) dan Sulawesi Tenggara 
  • : Laut Flores (NTT) dan Selat Makassar Wilayah Kepulauan Selayar terdiri atas 130 Pulau Besar dan Pulau Kecil.

  Sebelah Barat

  Gugusan Kepulauan tersebut sebagian dihuni penduduk, sebagian lagi adalah pulau yang tidak berpenghuni. Pulau-pulau berpenghuni tersebut antara lain Pulau Pasi Tanete, Pulau Pasi Gusung, Malibu, Guang, Bahuluang, Tambolongang, Polassi, Jampea, Lambego, Bonerate, Pasi Tallu, Jinato, Kayuadi, Rajuni, Rajuni Bakka, Rajuni Ki’di, Kalaotoa, Latondu, Karumpa, Pulo Madu dan lain-lain.

  Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah

  2

  2

  10.503,69 km dimana luas daratan 1.357,03 km dan luas wilayah lautnya

  2

  adalah 9.146,66 km . Secara administratif sejak awal tahun 2014 Pemerintah

  Propinsi Sulawesi Selatan

  kelurahan. Sebanyak 5 (lima) kecamatan berada di Kepulauan, masing- masing:

1. Kecamatan Pasimarannu dengan ibukotanya Bonerate; 2.

  Kecamatan Pasimasunggu Timur ibukotanya Ujung Jampea; 4. Kecamatan Taka Bonerate ibukotanya Kayuadi, dan; 5. Kecamatan Pasilambena ibukotanya Kalaotoa.

  10 43 -

  31

  2

  8 Benteng -

  14

  3

  9 Bontomanai

  10 Bontomatene

  7 Bontoharu

  12

  42

  2

  11 Buki

  7 26 -

  Jumlah 73 314

  7 Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Kepulauan Selayar

  8

  11 46 -

  Selain itu terdapat 6 (enam) kecamatan lainnya berada di daratan Pulau Kepulauan Selayar, masing-masing: 1.

  6 25 -

  Kecamatan Benteng ibukotanya Benteng, 2.

  Kecamatan Bontoharu ibukotanya Matalalang, 3.

  Kecamatan Bontosikuyu ibukotanya Pariangan, 4. Kecamatan Bontomanai ibukotanya Polebunging, 5. Kecamatan Bontomatene ibukotanya Batangmata, dan 6. Kecamatan Buki ibukotanya Buki

Tabel 6.7.

  

Jumlah Desa,Dusun, dan Kelurahan di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2015

  No Kecamatan Desa Dusun/Lingk. Kelurahan

  1 Pasimarannu

  2 Pasilambena

  Kecamatan Pasimasunggu dengan ibukotanya Benteng Jampea; 3.

  5 20 -

  3 Pasimasunggu

  6 22 -

  4 Taka Bonerate

  8 25 -

  5 Pasimasunggu Timur

  4 20 -

  6 Bontosikuyu

  Propinsi Sulawesi Selatan 2.1.2. Kondisi Topografi

  Fisiografi Pulau Kepulauan Selayar terbagi dalam beberapa morfologi bentuk lahan. Satuan-satuan morfologi bentuk lahan Pulau Kepulauan Selayar dikelompokkan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:

   Satuan morfologi daratan alluvial pantai.

   Satuan morfologi perbukitan bergelombang.

   Satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal. Satuan morfologi tersebut di atas dikontrol oleh batuan dan struktur dan formasi geologi yang ada di Pulau Kepulauan Selayar. Satuan morfologi daratan alluvial pantai menempati daratan sempit di pantai Barat Pulau Kepulauan Selayar terbentuk oleh endapan pasir, pantai lempungan, krikil yang bersifat lepas dan lapisan tipis batu gamping koral. Sedangkan batuan morfologi perbukitan gelombang dan satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal umumnya menempati bagian Barat dengan ketinggian 356-657 meter di atas permukaan laut, diantaranya puncak Gunung Bontoharu (435 m), Gunung Bontokali (353 m), serta Gunung Bontosikuyu (607 m). Satuan morfologi ini ditempati oleh endapan hasil gunung api berupa; breksi, lafa, konglomerat, tufa dengan batuan dengan selingan batuan sedimen laut.

  

Persentase kelas lereng Pulau Kepulauan Selayar umumnya didominasi oleh lereng

landai (2-15%), semakin ke Selatan semakin besar. Kecamatan Bontosikuyu

mempunyai kelas sangat terjal (>40%) mencapai 43,97% terhadap luas wilayah

kecamatan, sedangkan di Kecamatan Bontoharu lereng sangat terjal mencapai

33,12%, akan tetapi kebalikannya di Kecamatan Bontomatene dimana lereng sangat

terjal hanya mencapai 4,21% dari luas wilayah kecamatan.

  Berikut diuraikan posisi dan tinggi wilayah Di atas Permukaan Laut (DPL) menurut kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar: 1.

  15 30’25” - 121 15” BT dan 7 – 7 24”

  Kecamatan Pasimarannu terletak 120

  • – 7 30’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 351 m.

  6

  10. Kecamatan Buki terletak 120 46’50” - 120 57’10” BT dan 6 05’05” – 6 04’05” LS dengan ketinggian DPL 0 – 397 m

  9. Kecamatan Bontomanai terletak 120 20’48” - 120 52’ BT dan 6 05’05” – 6 07’07” LS dengan ketinggian DPL 0 – 608 m

  Kecamatan Benteng terletak 120 27’ - 120 30’ BT dan 6 06’ – 6 08’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 106,25 m

  Kecamatan Bontoharu terletak 120 25’ - 120 35’ BT dan 6 06’ – 6 05’ LS dengan ketinggian DPL 0

  6 30’13” LS dengan ketinggian DPL 0 – 607 m 7.

  Kecamatan Bontosikuyu terletak 120 25’20” - 120 32’10” BT dan 6 15’ –

  45

  Kecamatan Pasimasunggu Timur terletak 120 30’12” - 120 30’24” BT dan

  7 05’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 287 m 5.

  4. Kecamatan Takabonerate terletak 120 30’39” - 121 40’ BT dan 6 45’ –

  7 30” LS dengan ketinggian DPL 0 – 530 m.

  3. Kecamatan Pasimasunggu terletak 120 30’ - 120 30’20” BT dan 6 0’ –

  25

  30 ’30” - 122 20’ BT dan 7

  Kecamatan Pasilambena terletak 121

  Propinsi Sulawesi Selatan 2.

  • – 7 01’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 530 m 6.
  • – 512 m 8.

  11. Kecamatan Bontomatene terletak 120 26’40” - 120 32” BT dan 5 45’ – 5 57’05” LS dengan ketinggian DPL 0 – 259 m

  Propinsi Sulawesi Selatan

Gambar 2.3. Peta Administrasi Sulawesi Selatan 2.1.1. Kondisi Demografi 2.1.1.1.

  Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013 berjumlah

  127.220 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu sebanyak 23.206 orang.

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki, yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Pada tahun 2013, jumlah penduduk perempuan sebesar .66129 orang dan laki-laki sebanyak 61.091 orang atauy dengan rasio jenis kelamin sebesar 92,38 persen.

GRAFIK 6.1 PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2009-2013

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014

GRAFIK 6.2 PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2013

  Propinsi Sulawesi Selatan

  

7 Bontoharu 6304 6655 12959 128,12 101

  Pilar ekonomi dan Sektor unggulan Kabupaten Kepulauan Selayar senantiasa melakukan akselerasi dalam menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan daerah sangat multi potensi makro. Daerah dataran tinggi mempunyai Sektor unggulan pada bidang pertambangan. Daerah dataran rendah mempunyai Sektor unggulan di bidang pertanian, kehutanan dan peternakan, sedangkan daerah pesisir dan laut mempunyai Sektor unggulan di bidang perikanan dan jasa lingkungan.

   Kondisi Perekonomian

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014 2.1.1.

  92 Jumlah 61091 66129 127220 1357,03 1896

  11 Buki 2994 3283 6277 68,14

  67

  10 Bontomatene 5987 6880 12867 193,05

  92

  9 Bontomanai 6160 6354 12514 136,42

  

8 Benteng 11131 12075 23206 24,63 942

  59

  Penduduk berdasarkan jenis kelamin, kepadatan menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

  6 Bontosikuyu 7169 7585 14754 248,22

  

5 Pasimasunggu Timur 3519 3910 7429 67,14 111

  

4 Taka Bonerate 6351 6571 12922 49,30 262

  61

  3 Pasimasunggu 3778 4209 7987 131,80

  62

  2 Pasilambena 3460 3704 7164 114,88

  47

  1 Pasimarannu 4238 4903 9141 195,33

  Tabel 6 .8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2015 No Kecamatan Laki-laki Perempua n Jumlah (jiwa) Luas (km2) Kepadata n (Jiwa/km)

  Secara holistik Kecenderungan global yang kian menguat akan tuntutan daya saing ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor unggulan, perlunya didorong daya saing ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan Produk Domestik

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Regional Bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk membangun jaringan ekspor ke Negara tujuan perlu semakin ditingkatkan.

  Dari sisi internal, perekonomian Kabupaten Kepulauan Selayar adalah bagian integral dari perekonomian nasional dan regional terutama Kawasan Timur Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini akan memberi pengaruh positif maupun negative.

  Pengaruh positif ditandai dengan adanya komitmen pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah. Dengan Undang-Undang otonomi daerah (UU Otoda 32/No.24/2004) memberikan ruang gerak kepada pemerintah daerah untuk melakukan optimalisasi potensi local, meskipun dalam kenyataan belum sepenuhnya dapat tercapai. Disamping itu APBN dengan kondisi deficit juga tidak dapat menjamin alokasi dana yang cukup signifikan terhadap pembangunan suatu daerah. Sungguhpun terbukti Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai dana perimbangan yang diperuntukkan untuk dana pengembangan Kabupaten Kepulauan Selayar menunjukkan kenaikan yang berarti atau mengalami pertumbuhan dengan persentase yang relatif baik, namun masih belum memadai untuk menjadi sumber pendanaan utama pengembangan Kabupaten Kepulauan Selayar yang tersebar di seluruh daratan dan kepulauan. Angka persentase kenaikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.9. Sumber Pendapatan Daerah NO. SUMBER PENDAPATAN TAHUN 2013 %

  1. Pendapatan Asli Daerah 23572884000 42,03

  2. Pendapatan Transfer 523437238000 17,03

  3. Lain-lain Pendapatan yang 1350000000 43,67 Sah J U M L A H

  616012840000 21,71 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Sementara itu, besar kecilnya produk domestik regional bruto (PDRB) suatu daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan efektifitas pemanfaatannya.

  Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2013, nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kepulauan Selayar telah mencapai 2.0015.889.45 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas harga konstan tahun 2000, nilainya 600.583,85 juta rupiah.

  Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah tersebut. Struktur di Kabupaten Kepulauan Selayar masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2013 sektor ini memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar 37,17 persen. Semakin besar persentase suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sekotor semakin besar pula pengaruh sektor tersenut dalam perekonomian daerah tersebut.

  Pada tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 9,47 persen. PDRB per kapita di Kabupaten Kepulauan Selayar setiap tahunnya mengalami peningkatan. PDRB atas harga berlaku pada tahun 2013 sebesar 15.88.188 rupiah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

GRAFIK 6.3 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2009-2013

  Propinsi Sulawesi Selatan GRAFIK 6.4 STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2009-2013 Tabel 6.10 Perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar Selama Tahun 2009-2013

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Oleh karena itu, dalam rangka menempatkan wilayah laut sebagai tulang punggung ekonomi daerah, nilai-nilai tradisional sebagai produk budaya masa lalu yang umumnya sangat memperhatikan aspek kesinambungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya perlu kembali digali dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Kepulauan Selayar.

  Dilihat dari sisi agama, masyarakat Kepulauan Selayar umumnya beragama Islam, kecuali pada masyarakat dengan Etnik Tionghoa, 99% diantaranya menganut agama nasrani. Sekalipun demikian, sepanjang berdirinya Kepulauan Selayar sebagai salah satu Kabupaten yang berotonomi, tidak pernah terjadi konflik sosial yang disebabkan oleh faktor suku, agama, dan ras (SARA).

  Dalam bidang kelembagaan, sekalipun beberapa kelembagaan ditemukan tumbuh dan berkembang pada masyarakat Kepulauan Selayar, namun perannya belum dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Kelembagaan dimaksud, juga sifatnya masih sangat tradisional dan merupakan warisan turun temurun dari leluhur. Rera’ misalnya merupakan salah satu bentuk kelembagaan masyarakat petani yang bertujuan membantu mempercepat pembukaan lahan pertanian yang dilakukan secara gotong royong, tanpa ada imbalan jasa didalamnya. Semuanya dilakukan atas dasar membantu sesama masyarakat.

  

Lampareng, juga merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang dikenal

  dalam masyarakat Kepulauan Selayar. Sebagaimana diketahui bahwa sekalipun secara geografis Kepulauan Selayar dikelilingi oleh laut, namun sebagian besar masyarakatnya hidup di sektor agraris. Lampareng sebagai suatu kelembagaan bertujuan membangun kekuatan bersama dalam melaksanakan aktifitas pertanian. Salah satu musuh utama petani di Kepulauan Selayar adalah Babi Hutan. Melalui kelembagaan Lamparang, Babi Hutan dicegah secara bersama sehingga tidak punya peluang menyerang tanaman masyarakat.

  Propinsi Sulawesi Selatan

  Baik

  rera’ maupun lamparang merupakan dua bentuk kelembagaan yang saat

  ini sudah jarang ditemukan dalam kehidupan masyarakat petani di Kepulauan Selayar. Nilai-nilai yang terkandung di dalam kelembagaan tersebut, melemah seiring dengan kerasnya persaingan hidup dan terbatasnya kemampuan lahan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kelembagaan yang ada saat ini, dibentuk atas prakarsa masyarakat dan lebih berorientasi pada adanya kepentingan yang sama dari para anggotanya. Nilai-nilai yang dikembangkan didalamnya pun tidak menggambarkan ciri khas masyarakat Kepulauan Selayar masa lalu. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan tersendiri dari pemerintah daerah yang tengah menggalakkan program pemberdayaan masyarakat.

  Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang pernah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Kepulauan Selayar masa lampau, sampai saat ini, belum terlihat hasilnya secara signifikan. Masyarakat semakin bergantung pada program dan kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan strategis guna mendorong kemandirian masyarakat, sehingga kondisi kehidupan mereka terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan rumah tangga dapat lebih meningkat kualitasnya.