BAB II ADHI PRASTOWO PGSD'14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Naim (2012: 60) menyatakan bahwa manusia berkarakter

  adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai-nilai kebaikan. Menurut Simon dalam (Muslich, 2011:

  70) karakter adalah „kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasai pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan

  .‟ Menurut Naim (2012: 55) dari kata karakter kemudian berkembang menjadi karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional dan etika). Individu yang yang berkaraker baik seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter sangat berkaitan dengan moral. Karakter dapat dikatakan sebagai perilaku yang mencirikan individu kepada hal yang berkonotasi positif. Sehingga orang yang berkarakter yaitu orang yang mempunyai ciri khas perilaku bermoral yang positif terutama dalam lingkup kehidupan.

  Pembangunan yang dikembangkan secara tepat dapat membantu memajukan bangsa yang tertinggal, namun pada pelaksananya banyak kendala yang dihadapi, menurut Raka (2007) dalam (Muslish, 2011: 72) krisis karakter bangsa Indonesia disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

  6 a) Terlampauinya terlena oleh sumber daya alam yang melimpah.

  b) Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada moral fisik.

  c) Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme „overdoses.‟ d) Kurang berhasil belajar dari pengalaman bangsa sendiri.

  Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004: 95) dalam (Kesuma, dkk., 2012: 5) „sebuah usaha untuk mendidik anak-anak untuk mengambil keputusan dengan kebijakan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif dengan lingkunganya .‟ Adapun fungsi dan tujuan pendidikan karakter menurut UUSPN

  No. 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang beradab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjadikan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada konteks pendidikan karakter dijelaskan bahwa kemampuan yang harus dikembangkan oleh peserta didik melalui persekolahan harus dikembangkan oleh peserta didik melalui manusia yang berketuhanan tunduk dan patuh. Fungsi yang lain dari pendidikan karakter adalah “membentuk watak” mengandung makna bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada pembentukan watak (Kesuma, dkk., 2012: 6-7).

  Sesuai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sarana meningkatkan kualitas manusia dengan membentuk dan menerapkan karakter. Karakter diintegrasikan dengan mata pelajaran pada sekolah dasar yang bertujuan membentuk watak- watak yang progresif serta pembelajaran yang mengarah kepada penguatan dan mengembangkan perilaku anak secara utuh. Serta penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk pada sekolah.

2. Sikap kerja keras

  Menurut Mustari (2011: 51) sikap kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan dengan sebaik- baiknya.

  “Sikap kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Sikap kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkunganya (Kesuma, dkk., 2012: 12).

  ” Menurut Danin dan Wiwien W Rahayu (2009: 96) sikap kerja keras adalah kesiapan menghadapi tantangan serta mencurahkan energi dan waktu untuk memecahkanya. Pada sebuah kenyataan bahwa orang yang malas akan cenderung memilih pekerjaan yang mudah saja, tetapi orang pesikap kerja keras akan selalu memilih pekerjaan apapun karena dianggap sebagai kebutuhan dan tantangan semakin berat pekerjaaanya maka semakin besar pula motivasi disiplin yang besar. Pesikap kerja keras senantiasa menganggap bahwa segala pekerjaan apapun dengan berbagai tantangan atau pekerjaan berat mungkin dihadapi dan dipecahkan, sehingga selalu ada jalan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, seberat apapun masalah itu. Pesikap kerja keras selalu bersemangat dan semua peristiwa yang dihadapi sebagai jalur menuju sukses, sehingga pesikap kerja keras merupakan seseorang yang memiliki disiplin ilmu yang sejati, maka kemauan untuk menyelesaikan tugas- tugas berat selalu nampak pada diri tersebut sekaligus membangkitkan rasa disiplin diri.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kerja keras merupakan sikap upaya melakukan sesuatu yang dilakukan secara terus menerus sampai batas yang sudah ditentukan sampai tugasnya selesai tanpa henti-hentinya dalam satu tujuan. Sikap kerja keras cenderung mendorong seseorang untuk melawan segala kesulitan serta selalu semangat dalam mengadapi tantangan. Pesikap kerja keras selalu terus berjuang mencari celah-celah dalam menyelesaikan masalah tanpa henti, dengan sikap kerja keras seseorang akan memperoleh hasil yang maksimal karena adanya sifat yang tumbuh dari kemauan sendiri terutama dalam mengahadapi tantangan dalam hal tugas/pekerjaan yang bersifat besar maupun kecil.

  Menurut Mustari (2011: 52) pada sikap kerja keras ada tiga usaha pantang menyerah, yaitu tetap menjalankan tugas sekalipun menghadapi tantangan atau hambatan. Apa yang diindikasikan dalam upaya pantang menyerah itu adalah diantaranya bagaimana orang itu : a) Menunjukkan kesungguhan dalam melakukan tugas. b) Tetap bertahan pada tugas yang diterima walaupun menghadapi kesulitan.

  c) Berusaha mencari pemecahan terhadap permasalahan.

  Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari sikap kerja keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Sikap kerja keras dapat ditandakan dengan dengan : a) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

  b) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.

  c) Berusaha mencari berbagai alternative pemecahan ketika menemui hambatan.

  Sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas adalah melakukan kegiatan dengan upaya untuk mencapai sesuatu yang optimal demi tercapainya hasil yang diharapkan. Seseorang berusaha dengan kekuatan yang ada menyelesaikan tugas dengan maksimal, terutama dalam lingkup sekolah. Peserta didik diberikan pekerjaan/tugas dari guru untuk dikerjakan, dalam hal ini digambarkan bahwa bagaimana hasil pekerjaan itu dengan berlandaskan aspek sikap kerja keras. Hal ini didapatkan melalui proses yang berjalan, adapun tugas dari guru di sekolah seperti: mengerjakan pekerjaan rumah (PR), Mengerjakan soal, berdiskusi dengan kelompok dsb.

  Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas adalah melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan suatu pekerjan yang diperoleh siapapun seperti di lingkungan, keluarga maupun sampai sekolah dari skala kecil maupun besar, dalam hal ini pembahasan meliputi menyelesaikan tugas dari guru.

  Peserta didik selalu mendapatkan suatu pekerjaan yaitu berupa tugas seperti: mengerjakan soal, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), berdiskusi dsb. Peserta didik yang pesikap kerja keras memiliki peranan untuk menciptakan persaingan yang sehat dengan yang lain. Dengan demikian dijelaskan bahwa tidak ada sikap menerima sesuatu dengan apa adanya sesuai yang dikerjakan, tetapi mengarah kepada visi siswa untuk sampai mencapai hasil batas yang optimal.

  Menurut Kemendiknas (2010: 34) dibawah ini merupakan keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar.

Tabel 2.1. Keterkaitan Nilai Indikator Sikap kerja keras untuk SD KARAKTER ASPEK

INDIKATOR 1-3 4-6

  Sikap kerja keras :

  Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  Tanggung Jawab

  Mengerjakan semua tugas kelas dengan sungguh- sungguh.

  Mengerjakan tugas denga teliti dan rapi. Berinisiatif Mencari informasi dari sumber di luar buku pelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek indikator untuk mengukur sikap kerja keras terdiri dari empat aspek yaitu : a) Tanggung jawab

  Mencari informasi dari sumber-sumber diluar sekolah. Keuletan Kerja

  Menyelesaikan PR pada waktunya.

  Mengerjakan tugas-tugas dari guru pada waktunya. Tepat Sasaran

  Menggunakan sebagian besar waktu di kelas untuk belajar.

  Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru di kelas. Tanggung Jawab

  Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang di tugaskan guru.

  Mencatat dengan sungguh- sungguh.

  b) Berinisiatif

  c) Keuletan kerja

  d) Tepat sasaran 3.

   Disiplin a. Hakikat disiplin

  Menurut Mustari (2011: 41) disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Menurut Naim (2012: 142) berpendapat bahwa disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan sikap tanpa pamrih. Adapun pendapat yang lain seperti (Danim dan Wiwien W Rahayu, 2009: 88) mengatakan bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin merupakan ketentuan yang dilakukan tanpa pamrih.

  Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan tata tertib, ketaatan yang berlaku dimasyarakat jika tata tertib dilanggar akibat yang ditimbulkan berupa hukuman, baik hukuman yang berskala kecil maupun skala besar, serta disiplin membentuk individu dalam berperilaku sesuai aturan yang berlaku guna menciptakan suasana yang terstruktur. Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena memenuhi beberapa kebutuhan.

  Menurut Danim dan Wiwien W Rahayu (2009: 90) dibawah ini merupakan beberapa frasa yang berkaitan dengan disiplin yaitu : 1) Tepat waktu 2) Taat asas atas janji 3) Mengikuti prosedur standar 4) Bekerja keras atas dasar mutu 5) Bekerja sesuai dengan standar hasil 6) Tepat sasaran 7) Tidak melanggar aturan 8) Tidak melakukan sesuatu yang dilarang pada tempat-tempat tertentu

  Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang yang mampu menghadapi dan mengubah lingkungan. Penerapan sistem disiplin menumbuhkan dari sebuah kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan individu untuk berbuat dengan tujuan memperoleh sesuatu, berupa batasan peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap lingkungan. Disiplin berfungsi membangun sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, peraturan dan perintah yang berlaku.

  Hakikatnya disiplin merupakan sikap menaati peraturan dan ketentuan yang didasari tanpa pamrih. Disiplin memiliki arti selain mengandung arti taat disiplin juga berarti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang diamanahkan. Serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni. Secara tidak langsung disiplin tidak terjadi secara instan, serta dibutuhkan proses panjang agar dapat terbentuk dan melekat dalam diri seseorang terutama seorang anak, oleh karena itu disiplin dilakukan sejak dini dengan tujuan untuk mengarahkan anak kepada hal-hal baik kedepanya. Jika sejak dini anak sudah ditanamkan disiplin maka akan terbentuklah sebuah kebiasaan serta bagian bagi dirinya (Naim, 2012: 142-143).

  Menurut Agustine Dwiputri (dalam Naim, 2012: 144) bahwa pentingnya disiplin adalah untuk mencegah dari sesuatu yang ganjal.

  Mendisiplinkan akan menganalogikan bahwa mengetahui kearah mana anak itu akan berjalan. Cara menerapkan disiplin dengan menggunakan tindakan dan ucapan. Serta orangtua merupakan salah satu mediator untuk mendisiplinkan anak. Tujuan mendisiplinkan anak adalah mengajarkan ketaatan, kepatuhan. Hasil disiplin akan agak sulit diterima untuk jangka pendek tetapi akan berguna untuk jangka panjang karena sebuah ketaatan yang dipatuhi secara paksa dan terus menerus menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada diri seseorang anak.

  Penanaman disiplin sejak dini dilandasi dengan adanya realita bahwa disiplin mempunyai peranan yang sangat penting untuk meraih cita-cita dimasa akan datang. Seseorang tanpa disiplin tidak mempunyai acuan tentang apa yang baik dan buruk terutama dalam tingkah lakunya. Disiplin bagi anak bersifat arbritair, artinya adalah sesuatu persesuaian pada tuntutan eksternal, tetapi bila dilakukan dalam suasana emosional yang positif menjadikan proses pendidikan keikhlasan pada dirinya untuk berbuat sesuai peraturan, tanpa merasa takut dipaksa. Disiplin membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan membantunya bagaimana mencapai apa yang diharapkan (Naim, 2012: 142-147).

  Disiplin merupakan ketaatan dalam mengatur waktu yang terbentuk kepada individu sendiri. Disiplin membentuk perilaku yang terstruktur yang disesuaikan dengan waktu, maka dapat diuraikan bahwa disiplin belajar dalam konteks ini adalah Suatu tingkah laku, sikap dan perbuatan siswa untuk melakukan segala aktivitas belajar yang sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan tertulis maupun tidak tertulis antara siswa dengan guru di sekolah maupun dengan orangtua di rumah untuk mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan dan kebijaksanaan. Disiplin belajar juga dapat dikatakan suatu penempatan yang sesuai dengan waktu yang disesuaikan kondisi yang ada tertutama dalam proses belajar. Bagaimana cara belajarnya menyenangkan atau tidak, seperti kondisi belajarnya apakah kondusif apa tidak dsb. Siswa pada saat pembelajaran apakah mencatat pelajaran dengan baik, kemudian ketepatan waktu bahwa siswa menggunakan waktu yang digunakan tepat pada waktunya, sehingga seperti waktu kosong dimanfaatkan dengan baik di sekolah. Siswa yang baik selalu mengusahakan kelengkapan alat-alat tulis untuk keperluan pendukung pada saat pembelajaran serta mandiri dalam belajar maksudnya seperti tidak mengandalkan orang lain dan melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

  Menurut Kemendiknas (2010: 34) di bawah ini merupakan keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar.

Tabel 2.2. Keterkaitan Nilai Indikator Disiplin untuk SD KARAKTER ASPEK

INDIKATOR 1-3 4-6

  Disiplin:

  Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  Tepat waktu Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya.

  Menyelesaikan tugas pada waktunya. Kesungguhan Melaksanakan tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

  Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik. Taat Peraturan

  Duduk pada tempat yang telah ditetapkan.

  Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas. Menaati peraturan sekolah dan kelas.

  Mengingatkan teman yang melanggar peraturan. Mandiri Berpakaian rapi. Berpakaian sopan dan rapi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan indikator untuk mengukur disiplin belajar siswa terdiri dari empat aspek yaitu : a) Tepat Waktu

  b) Kesungguhan

  c) Taat Peraturan

  d) Mandiri 4.

   Prestasi Belajar

a) Pengertian Belajar

  Menurut Syah (2006: 64) belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang berupa mengumpulkan atau menghafalkan fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran pada objek tertentu. Slameto (2010: 2) mengungkapkan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi sebagai lingkunganya. Menurut Sardiman (2007: 20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau perubahan penampilan yang diikuti serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

  Berdasarkan beberapa pengertian pakar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses progesif yang dilakukan individu dengan cara menggali informasi serta menggali fakta-fakta yang ada dengan cara menulis, mendengarkan, menyimak, mengamati, menganalisis situasi dan kondisi secara sadar secara optimal dengan tujuan memperoleh peningkatan kemampuan diri terutama perubahan dalam bidang pengetahuan. Maka belajar mendorong seseorang bersikap kearah lebih baik .

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada diluar individu. Menurut (Slameto, 2010:54-71) adapun faktor-faktor yang memengaruhi belajar yaitu : 1) Faktor intern

  a) Faktor jasmaniah  Faktor kesehatan

  Sehat berarti dalam kehidupan baik segenap badan dan anggota tubuh/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhada belajarnya, jika seseorang berada dalam kondisi sehat, maka dalam proses belajar akan memperoleh hasil yang optimal begitu pula sebaliknya.

   Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu berarti buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dll. b) Faktor psikologi  Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya secara cepat.

   Perhatian Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi yang tertuju kepada objek yang bertujuan untuk menjamin hasil belajar yang baik.

   Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat berarti suatu ketertarikan belajar. Siswa yang kurang berminat terhadap belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat.

   Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk dilatih. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih.

   Motif James Driver (dalam Slameto, 2010: 58) memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut : Motive is an

  effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual’s behavior to wards an end or goal, consiouusly apprehended or unconsiouusly.

   Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

   Kesiapan Menurut Jamies drever “kesiapan adalah kesedian untuk membeir response atau bereaksi”.

  2) Faktor-faktor ekstern

a) Faktor keluarga  Cara orang tua mendidik.

  Mendidik merupakan cara orangtua untuk mengembangkan kepribadian pada anak dengan tujuan untuk agar mencapai perkembangan yang baik bagi anak.  Relasi antaranggota keluarga.

  Relasi merupakan salah satu faktor yang penting, hubungan yang baik akan menumbuhkan komunikasi yang baik, maka perlulah menjalin komunikasi antara orangtua dan anak.

   Suasana rumah.

  Suasana rumah yang nyaman akan menciptakan suasana yang kondusif untuk memengaruhi belajar, sehingga akan terbentuk iklim yang bagus.  Keadaan ekonomi keluarga.

  Ekonomi merupakan hal yang erat sekali dengan belajar anak, karena memenuhi kebutuhan pokoknya misalnya: makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain- lain dan juga membutuhkan fasilitas belajar yang nyaman.

   Pengertian orangtua.

  Anak belajar perlu adanya dorongan dan pengertian dari orangtua, karena dari perhatian orangtua anak secara tidak langsung akan termotivasi.

b) Faktor Sekolah  Metode mengajar.

  Metode mengajar suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, bagaimana cara agar materi yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Maka metode belajar yang sesuai akan memengaruhi proses belajar pada siswa.

   Kurikulum.

  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, maka kurikulum di sekolah akan sangat erat memengaruhi segala pembelajaran anak secara keseluruhan.

   Disiplin sekolah.

  Pendisiplinan di sekolah menuntun siswa untuk selalu manaati segala peraturan yang ada, sehingga secara tidak langsung maka siswa akan lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar di sekolah, di rumah dan di lingkungan sekolah yang lain.  Keadaan gedung

  Kondisi fisik yang digunakan sebagai sarana belajat yang baik sangatlah erat dengan kenyaman belajar siswa, sehingga berpengaruh terhadap proses belajar siswa.

c) Faktor masyarakat  Kegiatan siswa dalam masyarakat.

  Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat mengembangkan kepribadianya, terutama dalam kegiatan sosial, relasi sosial, akan tetapi harus diimbangi dengan mengatur jam belajar sehingga proses belajar tidak terganggu.

   Teman bergaul.

  Teman bergaul sangat erat berpengaruh terhadap segalanya baik untuk diri maupun yang lain, jika teman yang baik akan memengaruhi hal-hal yang baik akan menciptkan pembinaan dan pengawasan yang baik begitu pula sebaliknya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya faktor-faktor ekternal dan internal belajar sangat berpengaruh terhadap konsep perkembangan belajar peserta didik, sehingga peserta didik mampu mengembangakan kemampuan belajar agar lebih optimal dalam mendukung tercapainya kesuksesan belajar.

b. Hakikat prestasi belajar

  Menurut Syah, M (2006: 213) prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang mencerminkan hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, maupun karsa. Menurut Arifin (2011: 12)

  M engemukakan bahwa “prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu „prestatie‟ kemudian dalam bahasa indonesia disebut prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang besifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing”.

  Menurut beberapa penjelasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang ditujukan berupa penguasaan, pengetahuan serta keterampilan yang ada dalam hal akademik. Prestasi belajar juga sebagai bahan inovasi yaitu dapat djadikan sebagai pendorong peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seberapa besar hasil prestasi yang didapat. Prestasi belajar seringkali bertolak ukur pada nilai akademik, serta mampu peningkatan kualitas pengetahuan peserta didik dan menjunjung tinggi instansi yang terlibat.

  Menurut Arifin (2011, 12-13) Prestasi belajar (achievement) semakin penting untuk dipelajari, di bawah ini merupakan fungsi utama prestasi belajar: 1) Prestasi belajar sebagi indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta berperan sebagai feedback (umpan balik) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

  5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Pada proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Jika dilihat fungsi penjelasan di atas, maka betapa pentingnya memahami dan mengetahui prestasi belajar peserta didik. Baik perseorangan maupun kelompok, prestasi belajar tidak hanya menjadi tolak ukur keberhasilan bidang studi, tetapi menjadi indikator kualitas instansi. Pelaku prestasi membuat umpan balik kepada pengajar maupun instansi.

5. Matematika

  a. Pengertian matematika Menurut Jhonson dan Myklebust (dalam Mulyono, 2010:252) berpendapat bahwa „matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkankan berfikir. Menurut Ruseffendi (1991) (dalam Heruman, 2007: 1) bahwa :

  “Matematika adalah symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur definisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil

  ” Kline (1981: 172) (dalam Mulyono, 2010: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Jihad (2008: 175) Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisikan pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa matematika merupakan pelajaran yang mengarah kepada hal numeric yakni belajar dengan angka-angka. Matematika memiliki peranan penting dalam mengolah kemampuan yang logis, serta mengolah kemampuan pengolahan angka, logika serta penalaran serta menanamkan konsep abstraktis mengenai perhitungan.

  Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil pencapaian peningkatan yang telah dilakukan oleh individu mencakup beberapa hal yang berkaitan, berupa penguasaan hal dalam pengetahuan matematika seperti mengenal dan menerapkan bilangan- bilangan aritmatika, simbol simbol bilangan serta menjadi tolak ukur bagi siswa dalam sebuah proses pembelajaran. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika menurut (Heruman, 2007: 3).

   Penanaman konsep dasar Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, maka siswa ditanamkan sebuah konsep-konsep dasar yang sesuai kurikulum, pembelajaran konsep menanakan konsep-konsep dasar baru matematika yang berfungsi menghubungkan kemampuan kogntif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.  Pemahaman Konsep Yaitu pembelajaran lanjutan penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri dari atas dua pengertian. Pertama merupakan kelajutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan, sedangkan kedua pembelajaran konsep yang kedua dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi merupakan lanjutan konsep.

   Pembinaan keterampilan Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep.

  Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya penanaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan kemudian yang kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan. b. Materi Matematika Peneliti mengambil materi bilangan bulat pada kelas IV semester II. Adapun standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

  (KD) yang akan dijadikan bahan penelitian tertera dalam tabel 2.1.

Tabel 2.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  3. 4. Menjumlahkan dan

  4.1 Mengurutkan bilangan mengurangkan bilangan bulat bulat

  Sumber : Panduan KTSP B.

   Kerangka berfikir

  Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan sebagai dasar penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian.Variabel- variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian (Riduwan, 2009: 34-35). Kerangka berpikir juga menunjukkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan pada hipotesis. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungaan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini intinya akan memotret variabel prestasi belajar matematika

  1. Pengaruh sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas terhadap prestasi belajar matematika

  Sikap kerja keras merupakan suatu istilah yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas sampai tugas itu benar-benar tuntas. Sikap kerja keras merupakan salah satu faktor yang menunjang adanya peningkatan kemampuan secara optimal. Terkait dengan hal tersebut sikap kerja keras menuntut siswa kearah yang lebih baik terutama dalam hal akademisi tentunya di sekolah. Adapun sikap kerja keras yang dimaksud yaitu sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas, bagaimana tugas-tugas tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh jika lihat dari proses pengerjaanya, sehingga jika melakukan sesuatu sikap kerja keras khusunya terhadap penyelesaian tugas akan mampu mengoptimalisasi prestasi belajar matematika di sekolah seperti : menghafal rumus-rumus aritmatika, selalu mengerjakan latihan-latihan soal dan sebagainya. Berbeda sekali jika penanaman sikap sikap kerja keras tidak dilakukan maka akan berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa yaitu dengan hasil yang tidak maksimal.

  2. Pengaruh disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika

  Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat erat memengaruhi prestasi belajar matematika. Karena disiplin merupakan suatu aturan yang dimiliki dan diatur dengan ketentuan yang sudah ditetapkan terhadap prestasi belajar. Disiplin belajar timbul dari ketaatan aturan-aturan yang dijalankan selama proses berlangsung secara terus- menerus, sehingga dengan disiplin belajar yang terus menerus dilakukan maka akan meningkatkan prestasi belajar secara bertahap khususnya pada mata pelajaran matematika.

3. Pengaruh sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar matematika

  Sikap kerja keras dan disiplin belajar merupakan faktor yang penting dalam menunjang prestasi belajar. Sikap kerja keras terutama dalam menyelesaikan tugas individu tentunya melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh di sekolah, dengan kata lain akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Disiplin belajar juga demikian, jika belajar dilakukan dengan prosedur yang sesuai aturan atau ketentuan yang meliputi seperti: kondisi, tempat, situasi yang baik dsb akan mempengaruhi seberapa besar prestasi belajar matematika dapat meningkat. Jika segala ketentuan yang berkaitan dengan belajar dapat diatur dan ditaati maka akan tercapai prestasi belajar matematika yang diharapkan.

  Sikap Kerja keras dalam menyelesaikan tugas Prestasi belajar matematika

  Disiplin Belajar

  Umpan balik

Gambar 2.1. Skema Antar Variabel Sikap Kerja keras dalam Menyelesaikan Tugas 1

   (X )

  Aspek Indikator

  1. Keuletan Kerja

  2. Tanggung Jawab

  3. Berinisiatif

  4. Tepat Sasaran Prestasi Belajar Matematika

  (Y)

  Disiplin Belajar Siswa

  2 (X )

  Aspek Indikator

  1. Kesungguhan

  2. Tepat Waktu

  3. Taat Peraturan

  4. Mandiri

  

Feed Back (Umpan Balik)

Gambar 2.2. Skema Kerangka Berfikir C.

   Hipotesis

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas terhadap prestasi belajar matematika.

  2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar siswa terhadap presatasi belajar matematika.

  3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kerja keras dalam menyelesaikan tugas dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar matematika.